Teori Sebab-Akibat
NAMA KELOMPOK:
Risa Hella D
Roro Meighanita
Setya Budi
Soffy Novielia
Silvia Rusdiana
Siti Nur H
Tiya Arisma
Try Aning S
Uswatun H
Vonny Adhek
Welly Puspita
Yanuarti Indah
Yunisa Ismarini
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah
tepat pada waktunya yang berjudul Teori Sebab-Akibat. Diharapkan Makalah ini dapat
memberikan informasi kepada kita semua tentang Teori Sebab-Akibat di Ilmu Kesehatan
Masyarakat.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini promosi kesehatan (health promotion) telah menjadi bidang yang semakin penting
dari tahun ke tahun. Dalam tiga dekade terakhir, telah terjadi perkembangan yang signifikan
dalam hal perhatian dunia mengenai masalah promosi kesehatan. Pada 21 November 1986,
World Health Organization (WHO) menyelenggarakan Konferensi Internasional Pertama bidang
Promosi Kesehatan yang diadakan di Ottawa, Kanada. Konferensi ini dihadiri oleh para ahli
kesehatan seluruh dunia, dan menghasilkan sebuah dokumen penting yang disebut Ottawa
Charter (Piagam Ottawa). Piagam ini menjadi rujukan bagi program promosi kesehatan di tiap
negara, termasuk Indonesia.
Dalam Piagam Ottawa disebutkan bahwa promosi kesehatan adalah proses yang memungkinkan
orang-orang untuk mengontrol dan meningkatkan kesehatan mereka (Health promotion is the
process of enabling people to increase control over, and to improve, their health, WHO, 1986).
Jadi, tujuan akhir promosi kesehatan adalah kesadaran di dalam diri orang-orang tentang
pentingnya kesehatan bagi mereka sehingga mereka sendirilah yang akan melakukan usaha-
usaha untuk menyehatkan diri mereka.
Lebih lanjut dokumen itu menjelaskan bahwa untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna,
baik fisik, mental, maupun sosial, individu atau kelompok harus mampu mengenal serta
mewujudkan aspirasi-aspirasinya untuk memenuhi kebutuhannya dan agar mampu mengubah
atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, dan sebagainya). Kesehatan
adalah sebuah konsep positif yang menitikberatkan sumber daya pada pribadi dan masyarakat
sebagaimana halnya pada kapasitas fisik. Untuk itu, promosi kesehatan tidak hanya merupakan
tanggung jawab dari sektor kesehatan, akan tetapi jauh melampaui gaya hidup secara sehat untuk
kesejahteraan (WHO, 1986).
Penyelenggaraan promosi kesehatan dilakukan dengan mengombinasikan berbagai
strategi yang tidak hanya melibatkan sektor kesehatan belaka, melainkan lewat kerjasama dan
koordinasi segenap unsur dalam masyarakat. Hal ini didasari pemikiran bahwa promosi
kesehatan adalah suatu filosofi umum yang menitikberatkan pada gagasan bahwa kesehatan yang
baik merupakan usaha individu sekaligus kolektif (Taylor, 2003).
Bagi individu, promosi kesehatan terkait dengan pengembangan program kebiasaan kesehatan
yang baik sejak muda hingga dewasa dan lanjut usia (Taylor, 2003). Secara kolektif, berbagai
sektor, unsur, dan profesi dalam masyarakat seperti praktisi medis, psikolog, media massa, para
pembuat kebijakan publik dan perumus perundang-undangan dapat dilibatkan dalam program
promosi kesehatan. Praktisi medis dapat mengajarkan kepada masyarakat mengenai gaya hidup
yang sehat dan membantu mereka memantau atau menangani risiko masalah kesehatan tertentu.
Para psikolog berperan dalam promosi kesehatan lewat pengembangan bentuk-bentuk intervensi
untuk membantu masyarakat memraktikkan perilaku yang sehat dan mengubah kebiasaan yang
buruk. Media massa dapat memberikan kontribusinya dengan menginformasikan kepada
masyarakat perilaku-perilaku tertentu yang berisiko terhadap kesehatan seperti merokok dan
mengonsumsi alkohol. Para pembuat kebijakan melakukan pendekatan secara umum lewat
penyediaan informasi-informasi yang diperlukan masyarakat untuk memelihara dan
mengembangkan gaya hidup sehat, serta penyediaan sarana-sarana dan fasilitas yang diperlukan
untuk mengubah kebiasaan buruk masyarakat. Berikutnya, perumus perundang-undangan dapat
menerapkan aturan-aturan tertentu untuk menurunkan risiko kecelakaan seperti misalnya aturan
penggunaan sabuk pengaman di kendaraan (Taylor, 2003).
Promosi kesehatan mencakup baik kegiatan promosi (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), pengobatan (kuratif), maupun rehabilitasi. Dalam hal ini, orang-orang yang sehat
maupun mereka yang terkena penyakit, semuanya merupakan sasaran kegiatan promosi
kesehatan. Kemudian, promosi kesehatan dapat dilakukan di berbagai ruang kehidupan, dalam
keluarga, sekolah, tempat kerja, tempat-tempat umum, dan tentu saja kantor-kantor pelayanan
kesehatan.
lingkup promosi kesehatan dapat disimpulkan sebagai berikut (Iqi, 2008):
1. Pendidikan kesehatan (health education) yang penekanannya pada perubahan/perbaikan
perilaku melalui peningkatan kesadaran, kemauan, dan kemampuan.
2. Pemasaran sosial (social marketing), yang penekanannya pada pengenalan produk/jasa melalui
kampanye.
3. Upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi) yang tekanannya pada penyebaran
informasi.
4. Upaya peningkatan (promotif) yang penekanannya pada upaya pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan.
5. Upaya advokasi di bidang kesehatan, yaitu upaya untuk memengaruhi lingkungan atau pihak
lain agar mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan (melalui upaya legislasi atau
pembuatan peraturan, dukungan suasana, dan lain-lain di berbagai bidang/sektor, sesuai
keadaan).
6. Pengorganisasian masyarakat (community organization), pengembangan masyarakat
(community development), penggerakan masyarakat (social mobilization), pemberdayaan
masyarakat (community empowerment), dll.
Promosi kesehatan yang digalakkan Indonesia, mencakup pengertian yang luas, yaitu
penyuluhan kesehatan dan komunukasi dan edukasi (KIE) yang dikenal pada dua atu tiga dekade
yang lalu. Pengertian ini juga mencakup promosi sebagaimana dikenal dalam dunia usaha,
namun yang ditawarkan adalah ide atau jasa yang terkait dibidang kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
Reaksi
Bagan 1 : Bagan Proses Timbulnya Sikap
Dari bagan di atas tersebut dapat dikembangkan bahwa sikap yang ada pada diri seseorang akan
dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu faktor fisiologis dan psikologis serta faktor eksternal.
Faktor eksternal dapat berwujud situasi yang dihadapi oleh individu, norma-norma yang ada
dalam masyarakat, hambatan-hambatan atau pendorong-pendorong yang ada dalam masyarakat.
Semuanya ini akan berpengaruh terhadap sikap yang ada pada diri seseorang.
Sementara itu reaksi yang diberikan individu terhadap objek sikap dapat bersifat positif, tetapi
juga dapat bersifat negatif. Sikap yang diambil pada diri individu dapat diikuti dalam bagan
berikut ini:
Keyakinan
Proses Belajar
Cakrawala
Pengalaman
Pengetahuan
Objek Sikap
Persepsi
Faktor- Faktor lingkungan yang berpengaruh
Kepribadian
Kognisi
Afeksi
Konasi
Sikap
Bagan 2 : Bagan Perseps dikutip dari Marat (1982:23) dengan perubahan.
Dilihat dari bagan di atas dapat dijelaskan bahwa sikap akan dipersepsi oleh individu dan
hasil persepsi akan dicerminkan dalam sikap yang diambil oleh individu yang bersangkutan.
Dalam persepsi objek sikap individu akan dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman,
keyakinan, proses belajar, dan hasil proses persepsi ini akan merupakan pendapat atau
keyakinan individu mengenai objek sikap dan ini berkaitan dengan segi kognisi. Afeksi akan
mengiringi hasil kognisi terhadap objek sikap sebagai aspek evaluatif, yang dapat bersifat
positif atau negatif. Hasil evaluasi aspek afeksi akan mengait segi konasi, yaitu merupakan
kesiapan untuk memberikan respon terhadap objek sikap, kesiapan untuk bertindak dan untuk
berperilaku.
Keadaan lingkungan akan memberikan pengaruh terhadap objek sikap maupun pada individu
yang bersangkutan.
Bringham dalam Azwar (2000:138) menjelaskan tipe ukuran sikap yang paling sering dipakai
adalah questioner self-report yang disebut skala sikap dan biasanya meliputi respon setuju
atau tidak dalam beberapa kelompok-kelompok.
Mengukur sikap bukan suatu hal yang mudah sebab sikap adalah kecenderungan, pandangan
pendapat, atau pendirian seseorang untuk meneliti suatu objek atau persoalan dan bertindak
sesuai dengan penilaiannya, dengan menyadari perasaan positif dan negatif dalam
menghadapi suatu objek. Dalam penelitian sikap, tergantung pada kepekaan dan kecermatan
pengukurannya. Perlu diperhatikan metode yang berhubungan dengan pengukuran sikap,
bagaimana instrumen itu dapat dikembangkan dan digunakan untuk mengukur sikap. Azwar
(2000:90) menjelaskan bahwa, metode yang bisa digunakan untuk pengungkapan sikap yaitu:
a. Observasi perilaku
b. Pertanyaan langsung
c. Pengungkapan langsung
Perilaku merupakan bentuk tindakan nyata seseorang sebagai akibat dari adanya aksi respon
dan reaksi. Menurut Mann dalam Azwar (2000) sikap merupakan predisposisi evaluatif yang
banyak menentukan bagaimana individu bertindak, akan tetapi sikap dan tindakan nyata
seringkali jauh berbeda. Intinya sikap adalah perasaan dari konsumen (positif dan negatif)
dari suatu objek setelah dia mengevaluasi objek tersebut.
Sikap memiliki beberapa fungsi, yaitu fungsi penyesuaian, ego defensive, ekspresi nilai, dan
pengetahuan. Untuk lebih memahami sikap perlu dipahami beberapa karakteristik sikap,
diantaranya memiliki objek, konsisten, intensitas dan dapat dipelajari.
Model dan Teori sikap
Perkembangan teori tentang sikap sudah sangat maju. Sikap juga dapat digambarkan dalam
bentuk model. Model tradisional menggambarkan pengaruh informasi dari lingkungan luar
pribadi seseorang, di mana informasi tersebut akan diolah dengan menggunakan elemen
internal dari seseorang, untuk menghasilkan sikap terhadap objek. Teori kongruitas
menggambarkan pengaruh antara dua jenis objek, di mana kekuatan satu sama lain dapat
saling mempengaruhi persepsi konsumen. Dan model terakhir adalah model Fishbein yang
merupakan kombinasi dari kepercayaan objek terkait dengan atribut dan intensitas dari
kepercayaan tersebut. Model Fishbein ini kemudian dimodifikasi dengan menambahkan
bahwa perilaku dipengaruhi oleh sikap terhadap perilaku dan norma subjektif.
Pembentukan Sikap
Sikap yang terbentuk biasanya didapatkan dari pengetahuan yang berbentuk pengalaman
pribadi. Sikap juga dapat terbentuk berdasarkan informasi yang diterima dari orang lain, yang
memiliki pengaruh. Kelompok juga menjadi sumber pembentukan sikap yang cukup
berpengaruh.
Alur pembentukan sikap dimulai ketika seseorang menerima informasi tentang produk atau
jasa. Informasi tersebut, kemudian dievaluasi dan dipilah, berdasarkan kebutuhan, nilai,
kepribadian, dan kepercayaan dari individu. Sehingga terjadilah pembentukan, perubahan
atau konfirmasi dalam kepercayaan konsumen terhadap produk, serta tingkat kepentingan
dari tiap atribut produk terhadap dirinya atau terhadap kebutuhannya saat ini. Hasil akhirnya
adalah terbentuknya sikap dari individu terhadap suatu objek (produk, jasa atau hal lainnya).
Tingkat komitmen dari pembentukan sikap beragam, mulai dari compliance, identification,
sampai kepada internalization. Dalam prinsip konsistensi sikap, terdapat harmoni antara
pemikiran, perasaan, dan perbuatan, yang cenderung menimbulkan usaha untuk menciptakan
keseimbangan antara ketiganya. Adanya disonansi antara elemen sikap dan perilaku dapat
direduksi dengan menghilangkan, menambah atau mengubah keduanya (teori disonansi
kognitif). Teori persepsi diri menyatakan bahwa sikap dapat ditentukan dari perilaku yang
diobservasi. Adanya penerimaan dan penolakan pesan berdasarkan standar yang dibentuk
dari sikap sebelumnya terdapat dalam teori penilaian sosial.
Perubahan Sikap
Strategi perubahan sikap dapat dilakukan baik terhadap produk dengan keterlibatan tinggi,
maupun untuk produk dengan tingkat keterlibatan rendah. Usaha mengarahkan audiens untuk
produk dengan keterlibatan rendah ditempuh dengan mentransformasi situasi ke arah
keterlibatan konsumen yang tinggi. Adapun strategi perubahan sikap konsumen terhadap
produk atau jasa tertentu dilakukan dengan menggunakan saluran komunikasi persuasif, yang
mengikuti alur proses komunikasi yang efektif. Pemasar harus mampu mengidentifikasi,
menganalisis, dan mengoptimalkan penggunaan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dan
dapat menyebabkan perubahan sikap dari penerima pesan atau konsumen. Faktor sumber,
pesan, dan penerima pesan dapat digunakan secara optimal untuk menghasilkan perubahan
sikap dan tentunya perubahan perilaku positif dari konsumen yang diharapkan oleh pemasar.
Kredibilitas dari sumber pesan menjadi fokus dari komunikasi persuasif. Dalam mengelola
pesan, yang harus diperhatikan adalah struktur, urutan, dan makna yang terkandung dalam
pesan. Karakteristik dari penerima pesan, yang meliputi kepribadian, mood, dan jenis
kepercayaan yang dimiliki juga menjadi faktor penentu keberhasilan komunikasi persuasive,
maka dengan adanya perubahan perilaku maupun sikap tersebut berawal sebagai dampak
promosi kesehatan.
Perubahan pola hidup, pekerjaan, dan waktu luang memiliki dampak yang signifikan pada
kesehatan. Pekerjaan dan waktu luang harus menjadi sumber kesehatan untuk manusia. Cara
masyarakat mengatur kerja harus dapat membantu menciptakan masyarakat yang sehat.
Promosi kesehatan menciptakan kondisi hidup dan kondisi kerja yang aman, yang
menstimulasi, memuaskan, dan menyenangkan.
Penjajakan sistematis dampak kesehatan dari lingkungan yang berubah pesat, terutama di
daerah teknologi, daerah kerja, produksi energi dan urbanisasi- sangat esensial dan harus
diikuti dengan kegiatan untuk memastikan keuntungan yang positif bagi kesehatan
masyarakat. Perlindungan alam dan lingkungan yang dibangun serta konservasi dari sumber
daya alam harus ditujukan untuk promosi kesehatan apa saja.
Upaya untuk mengubah perilaku dan memberdayakan masyarakat agar dapat memelihara,
meningkatkan dan melindungi kesehatan yang dikenal sebagai Promosi Kesehatan,
sebagaimana didefinisikan WHO, yaitu Proses pemberdayaan masayarakat untuk
memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya. Pemberdayaan masyarakat tidak
dilakukan dengan paksaan, ancaman maupun harapan untuk memperoleh imbalan, melainkan
dilakukan melalui upaya peningkatan kesedaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup
sehat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Perilaku merupakan basil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon.
Perubahan perilaku memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan. Cara masyarakat
mengatur perubahan perilaku harus dapat membantu menciptakan masyarakat yang sehat.
Promosi kesehatan menciptakan kondisi hidup dan kondisi kerja yang aman, yang
menstimulasi, memuaskan, dan menyenangkan, sehingga perubahan perilaku dalam individu
baik positif maupun negatif sebagai dampak dalam promosi kesehatan.
Saran
Sebaiknya setiap individu dapat melakukan perubahan perilaku yang bersifat positif
agar pola hidup bersih dan sehat terwujud.