Anda di halaman 1dari 5

Senin, 20 April 2015

Proses Penyembuhan Cedera Tulang

FRACTURE HEALING

Definisi: Fracture healing/penyembuhan fraktur merupakan proses reparasi sistem


muskuloskeletal untuk mengembalikan integritas skeletalnya karena sejumlah peristiwa biologis
yang mengakibatkan pemulihan jaringan tulang, sehingga muskuloskeletal dapat berfungsi
kembali.
Beberapa hal yang berperan terhadap penyembuhan fraktur adalah:
- debridement,
- stabilisasi, dan
- remodeling pada tempat fraktur tanpa fiksasi rigid.
Fraktur yang telah diperbaiki baik dengan proses fiksasi internal maupun eksternal tidak
berarti akan sembuh secara cepat. Proses remodeling tulang berlangsung sepanjang hidup, dan
juga terjadi setelah penyembuhan suatu fraktur. Proses penyembuhan terutama tergantung dari
resorbsi osteoclast dan diikuti oleh pembentukan osteoblast.

Proses penyembuhan fraktur


Proses penyembuhan fraktur dapat dibagi ke dalam 3 fase:
1. Fase reaktif: yang terdiri dari fase fraktur itu sendiri, dan pembentukan jaringan granulasi.
2. Fase reparatif: yang terdiri dari proses penggantian jaringan granulasi oleh kalus, dan
selanjutnya penggantian kalus oleh lamellar bone.
3. Fase remodeling: merupakan fase akhir penyembuhan tulang melalui proses remodeling kontur
rulang ke bentuk semula.

Secara terperinci proses-proses tersebut dapat dijelaskan di bawah ini:


1. Pembentukan hematoma pada fraktur
Banyak pembuluh darah yang rusak (tissue damage) karena fraktur

Banyak sel-sel tulang yang mati atau cellular debris

Swelling dan inflamasi

Blood clot pada daerah yang fraktur
(terbentuk 6-8 jam setelah injury)

fagosit dan osteoklas berperan dalam memindahkan sel-sel tulang yang mati atau rusak di sekitar
daerah yang fraktur (waktunya beberapa minggu)

2. Pembentukan kalus fibrokartilago


Infiltrasi dari kapiler-kapiler darah yang baru ke dalam fracture hematoma

Membantu mengaktifkan pertumbuhan jaringan ikat Procallus

Invasi pada procallus oleh fibroblast (menghasilkan collagen fiber menyambung tulang yang
patah) dan osteogenic cell (berkembang dalam chondroblast dalam daerah avascular pada
jaringan tulang yang sehat, asal terbentuknya fibrocartilage)

Procallus dirubah menjadi fibrocartilaginous callus pada daerah yang fracture (waktu 3 minggu)

3. Pembentukan kalus tulang


Vascularisasi yang rusak sudah tertutup dengan baik pada jaringan tulang sehat

Osteogenic cell berkembang menjadi osteoblast

Terbentuk spongy bone trabeculae

Bony callus (3-4 bulan)
4. Remodeling
Bagian-bagian atau jaringan yang mati dari fragment-fragment tulang secara berangsur-angsur
diresorpsi oleh osteoclast

Spongy bone dirubah menjadi compact bone pada daerah yang fracture

Replace secondary bone

Hukum tersebut menjelaskan:


Terjadi perubahan bentuk di luar dan dalam tulang sebagai respon terhadap stres.
Tulang mengalami remodeling sebagai respon terhadap stres yang dialaminya sehingga
menghasilkan struktur minimal yang dapat beradaptasi terhadap stres tersebut.

Faktor yang mempengaruhi bone healing


Faktor-faktor ini dapat dibagi ke dalam faktor (1) sistemik, dan (2) lokal. Faktor sistemik
muncul pada saat terjadinya fraktur, kecuali jika fraktur mengenai sistem saraf pusat. Faktor
lokal dapat dikelompokkan sesuai asalnya seperti faktor mekanik, kimia, fisik, atau lingkungan.
Selain pembagian di atas, terdapat pengelompokkan dalam menentukan berbagai faktor yang
berpengaruh terhadap proses penyembuhan fraktur.
1. Faktor sistemik:
1) Usia
2) Tingkat aktivitas
a. Imobilisasi umum
b. Space flight
3) Status nutrisi
4) Faktor hormonal
a. Hormon pertumbuhan
b. Kortikosteroid
c. Lainnya (tiroid, estrogen, androgen, paratiroid, prostagrandin)
5) Penyakit: diabetes, enmia, neuropati.
6) Obat-obatan: NSAID, antikoagulan, faktor XIII, blok kanal kalsium, fanitoin, tetraciklin.
7) Substansi lainnya: nikotin, alkohol.
8) Hiperoksia
9) Systemic growth factors
10) Suhu lingkungan
11) Trauma sistem saraf pusat
2. Faktor lokal:
1) Faktor independen.
a. Jenis tulang
b. Tulang abnormal
c. denervasi
2) Faktor berkaintan dengan jenis jejas
a. Derajat kerusakan lokal
b. Besarnya kerusakan vaskular terhadap tulang, fragmen-fragmennya, atau jaringan lunak;
keparahan jejas.
c. Tipe dan lokasi fraktur
d. Hilangnya tulang
e. Interposisi jaringan lunak.
f. Faktor pertumbuhan lokal
3) Faktor berkaitan dengan pengobatan
a. Banyaknya trauma bedah
b. Perubahan aliran darah akibat implan
c. Derajat dan jenis rigiditas fiksasi.
d. Derajat, durasi, dan arah deformasi
e. Banyaknya kontak dengan fragmen
f. Faktor-faktor yang menstimulasi osteogenesis postrauma.
4) Faktor berkaitan dengan komplikasi
a. Infeksi
b. Statis vena
c. Alergi bahan implan

Penilaian Penyembuhan Fraktur


Klinis ; pemeriksaan pada daerah fraktur dengan melakukan pembengkokan pada daerah
fraktur, pemutaran dan kompresi untuk mengetahui adanya gerakan atau perasaan nyeri pada
penderita. Keadaan ini dapat dirasakan oleh pemeriksa atau oleh penderita sendiri. Apabila tidak
ditemukan adanya gerakan, maka secara klinis telah terjadi union dari fraktur.
Radiologi ; pemeriksaan rontgen pada daerah fraktur dan dilihat adanya garis fraktur atau
kalus dan mingkin dapat ditemukan adanya trabekulais yang sudah menyambung pada kedua
fragmen. Pada tingkat lanjut dapat dilihat adanya medula atau ruangan dalam daerah fraktur.

Abnormalitas Proses Penyembuhan


Delayed union
Proses penyembuhan berjalan dalam waktu lebih lama daripada yang diperkirakan atau normal
(lebih dari 4 bulan). Gambaran radiologis pada keadaan ini belum menampakkan deformitas,
sklerosis belum tampak pada ujung fragmen.

Non union
Adalah suatu kegagalan penyembuhan tulang, terjadi pada masa lebih dari 8 bulan. Semua proses
reparatif sudah berhenti, tetapi kesinambungan tulang belum atau tidak tercapai.
ditandai dengan nyeri
Penyebab karena imobilisasi maka untuk mencegah bony ankylosis maka harus mobilisasi.

Mal union
Bila proses penyembuhan berjalan normal, union terjadi dalam waktu semestinya namun tidak
tercapai bentuk aslinya atau abnormal.

Anda mungkin juga menyukai