Anda di halaman 1dari 22

APLIKASI METODE GEOMAGNETIK DALAM ESTIMASI

ARAH INTRUSI GUNUNG BUJIL, KARANGSAMBUNG,


KEBUMEN, JAWA TENGAH

Intisari

Telah dilakukan penelitian dengan menggunakan metode magnetic di Gunung Bujil . pada
tanggal 17 23 Agustus 2005. yang berlokasi di dusun Baniara lor, Banyu Urip, Karangsambung,
Kebumen, Jawa Tengah. Secara Geografis daerah penelitian terletak pada 70 33 LS dan 1100 41 BT
Dari hasil pengolahan data yang diperoleh, diinterpretasikan bahwa Gunung Bujil merupakan intrusi
diabas yang berasal dari zona Selatan dan Barat yang menerobos batulempung yang berada di
sekitarnya.

VII-1
APPLICATION OF GEOMAGNETIC METHOD FOR ESTIMATING
INTRUSION DIRECTION AT GUNUNG BUJIL,
KARANGSAMBUNG, KEBUMEN, CENTRAL JAVA

Abstract

A research had been done by using magnetic method on Gunung Bujil which is located in
dusun Baniara lor, Banyu Urip, Karangsambung, Central Java. Geographically, it's located on 70 33
Latitude and 1100 41 longitude . From the surveyed magnetic data , it is interpreted that Bujil mount
is a North and West zone diabase intrusion which intrudes clay surround it.

VII-2
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang masalah


Karangsambung merupakan salah satu daerah yang mempunyai stuktur
geologi yang kompleks. Pada daerah ini terdapat singkapan batuan Pra Tersier,
seperti di Bayat, Klaten, Jawa Tengah. Daerah Karangsambung mempunyai tatanan
geologi yang rumit, karena tidak mengikuti hukum-hukum stratigarafi
normal(Asikin,1986). Ciri-ciri batuan yang dijumpai menunjukkan suatu
karakteristik batuan yang berasosiasi dengan tunjaman.
Proses geologi di daerah ini dipengaruhi oleh proses subduksi antara lempeng
samudera Hindia-Australia dengan lempeng benua Eurasia. Gunung Bujil terbentuk
dari proses intrusi batuan beku diabas yang menerobos area batu lempung.
Penelitian menggunakan metode magnetik di daerah Karangsambung
dilakukan di daerah Gunung Bujil dan sekitarnya. Metode magnetik bekerja
berdasarkan sifat-sifat magnetik batuan yang terdapat di bawah permukaan bumi.
Survei magnetik bertujuan mencari anomali intensitas medan magnet. Intensitas
medan magnet yang terukur pada suatu lokasi bervariasi sesuai dengan distribusi
batuan yang termagnetisasi di bawahnya. Variasi dan sifat-sifat kemagnetan
ditunjukkan oleh nilai suseptibilitas suatu material terhadap material di sekitarnya.
Hasil interpretasi dari metode ini diharapkan dapat menunjukkan jenis litologi dan
struktur bawah permukaan daerah penelitian. Dari hasil analisa tersebut akan
digunakan untuk menganalisa penyebaran intrusi yang mengontrol daerah Gunung
Bujil dan sekitarnya. Informasi yang cukup mengenai batas-batas litologi di daerah
ini akan dapat memberikan gambaran ilmiah yang mendukung bagi penelitian-
penelitian berikutnya.

VII-3
I.2. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Memetakan harga anomali medan magnet total.
2. Menafsirkan kondisi bawah permukaan daerah penelitian berdasarkan kontur
anomali medan magnetik total.

I.3. Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian berada di dusun Baniara lor, Banyu Urip, Karangsambung,
Kebumen, Jawa Tengah. Secara Geografis daerah penelitian terletak pada 70 33 LS
dan 1100 41 BT. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 17 23 Agustus 2005.

Gambar I.1. Peta Daerah Gunung Bujil

VII-4
BAB II
DASAR TEORI

II.1 Gaya Magnetik


Gaya magnetik didasarkan atas hukum Coulomb; bahwa dua kutub
magnetik dengan muatan masing-masing m1 dan m2 (e.m.u) dan berjarak r (cm)
satu sama lain, akan mengalami gaya tarik menarik atau gaya tolak menolak
sebesar :

m1m2
F= r (dyne) (3.1)
o r 2

dengan,

F : gaya tarik menarik atau gaya tolak menolak antara dua kutub
magnetik m1 dan m2
m1, m2 : besarnya muatan masing-masing kutub

o : permeabilitas medium dalam ruang hampa, tidak berdimensi dan

berharga satu (Telford, 1979).

r : jarak antara m1, m2.

II.2 Kuat Medan Magnet

Kuat medan magnet (H) pada suatu titik yang berjarak r dari m1
didefinisikan sebagai gaya persatuan kuat kutub magnet, dapat dituliskan
sebagai :
m1
H = F/ m2 = r (oersted) (3.2)
o r 2
dengan,
H : kuat medan magnet pada suatu titik

VII-5
m1 : besarnya muatan pada suatu titik tertentu
r : jarak antara muatan terhadap medan tersebut
0 : permeabilitas medium dalam ruang hampa.

II.3 Momen Magnetik


Bila dua buah kutub magnet yang berlawanan mempunyai kuat kutub
magnet +p dan p, keduanya terletak dalam jarak l, maka momen magnetik M
dapat dituliskan sebagai :
M = p l r1 = M r1 (3.3)
dengan,
M : vektor momen magnetik dalam arah unit vektor r1 dari kutub negatif ke
kutub positif.

II.4 Intensitas Kemagnetan


Benda magnet dapat dipandang sebagai kumpulan dari sejumlah
momen-momen magnetik. Bila benda magnetik tersebut diletakkan dalam
medan luar, benda tersebut menjadi termagnetisasi karena adanya induksi
magnetik. Oleh karena itu, intensitas kemagnetan I adalah tingkat kemampuan
dari momen-momen magnetik untuk searah dengan medan magnet luar, atau
didefinisikan sebagai momen magnet persatuan volume :
I=M/V (3.4)

II.5 Suseptibilitas Kemagnetan


Tingkat suatu benda magnetik untuk mampu termagnetisasi
ditentukan oleh susebtibilitas kemagnetan atau k, yang dituliskan sebagai :
I=kH (3.5)

VII-6
Besaran k yang tidak berdimensi ini merupakan parameter dasar yang
dipergunakan dalam metode magnetik. Harga k pada batuan semakin besar
apabila dalam batuan tersebut semakin banyak dijumpai mineral-mineral yang
bersifat magnetik.

II.6 Induksi Magnetik

Bila benda magnetik diletakkan dalam medan magnet luar H, kutub-


kutub internalnya akan meyearahkan diri dengan H dan terbentuk suatu medan
magnet baru yang besarnya adalah :
H = 4p kH (3.6)
Medan magnet totalnya disebut dengan induksi magnet B dan dituliskan
sebagai :
B = mr H (3.7)
mr = 1 + 4p k (3.8)
dengan,
mr : permeabilitas relatif dari suatu benda magnetik
Satuan B dalam e.m.u adalah gauss, sedangkan dalam geofisika eksplorasi
dipakai satuan gamma (g), dengan 1 g = 10-5 gauss = 1 nT.

II.7 Potensial Magnetostatik


Potensial magnetostatik didefinisikan sebagai tenaga yang diperlukan
untuk memindahkan satu satuan kutub magnet dari titik tak-terhingga ke suatu
titik tertentu dan dapat dituliskan sebagai :
r
A(r) = -

H(r) dr (3.9)

Untuk benda tiga dimensi, material didalamnya memberikan


sumbangan momen magnetik persatuan volume M(r). Jadi potensialnya

VII-7
merupakan hasil integral sumbangan momen dwikutub persatuan volume dan
dapat dituliskan sebagai :
1
A(ro) = - M

v
r0 r
dV (3.10)

dan medan magnet suatu benda penyebab timbulnya anomali dapat dituliskan
sebagai:
1
H(ro) =
v
M(r)
r0 r
dV (3.11)

II.8 Medan Magnet Bumi


Bumi berlaku seperti sebuah magnet sferis yang sangat besar dengan
suatu medan magnet yang mengelilinginya. Medan itu dihasilkan oleh suatu
dipole magnet yang terletak pada pusat bumi. Sumbu dipole ini bergeser sekitar
11o dari sumbu rotasi bumi, dan itu berarti kutub utara geografis bumi tidak
terletak pada tempat yang sama dengan kutub selatan magnetik bumi. Menurut
IGRF (2000) yang didasarkan atas perhitungan posisi simetris dimana dipole
magnetik memotong permukaan bumi, dinyatakan bahwa letak kutub utara
magnet bumi adalah 79,30 N; 71,50 W dan 79,30 S; 108,50 E untuk kutub
selatan.
Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis, karena yang
diukur adalah arah dan intensitas kemagnetannya. Parameter fisis itu adalah
deklinasi magnetik D, intensitas horisontal H dan intensitas vertikal Z. Dari
elemen-elemen ini, semua parameter medan magnet lainnya dapat dihitung.
Parameter yang menggambarkan arah medan magnetik adalah deklinasi
D (sudut antara utara magnetik dan utara geografis) dan inklinasi I (sudut
antara bidang horisontal dan vektor medan total), yang diukur dalam derajat.
Intensitas medan magnetik total F digambarkan dengan komponen horisontal
H, komponen vertikal Z dan komponen horisontal kearah Utara X dan kearah
Timur Y (seperti dilukiskan oleh Gambar II.1). Intensitas medan magnetik
bumi secara kasar antara 25.000 65.000 nT. Untuk Indonesia, wilayah yang

VII-8
terletak di Utara ekuator mempunyai intensitas 40.000 nT, sedangkan yang di
Selatan ekuator 45.000 nT.

Gambar II.1 Elemen Magnetik Bumi

Medan magnet utama bumi berubah terhadap waktu sehingga untuk


menyeragamkan nilai-nilai medan utama magnet bumi, dibuat standard nilai
yang lebih dikenal sebagai International Geomagnetics Reference Field
(IGRF), dan diperbaharui setiap lima tahun sekali. Nilai-nilai IGRF tersebut
diperoleh dari hasil pengukuran rata-rata pada daerah luasan sekitar 1 juta km
yang dilakukan dalam waktu satu tahun.
Medan magnet bumi diatas terdiri atas tiga bagian, yaitu :
1. Medan utama (Main field)
Pengaruh medan utama magnet bumi 99% dan variasinya terhadap waktu
sangat lambat dan kecil.

2. Medan luar (external field)


Pengaruh medan luar berasal dari pengaruh luar bumi yang merupakan hasil
ionisasi di atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar ultraviolet dari matahari.
Karena sumber medan luar ini berhubungan dengan arus listrik yang
mengalir dalam lapisan terionisasi di atmosfer, maka perubahan medan ini
tehadap waktu jauh lebih cepat.

VII-9
Beberapa sumber medan luar antara lain : (a) perubahan konduktivitas
listrik lapisan atmosfer dengan siklus 11 tahun, (b) variasi harian dengan
periode 24 jam yang berhubungan dengan pasang surut matahari dan
mempunyai jangkau 30 nT, (c) variasi harian dengan periode 25 jam yang
berhubungan dengan pasang surut bulan dan mempunyai jangkau 2 nT,
(d) badai magnetik yang bersifat acak dan mempunyai jangkau sampai
dengan 1000 nT.

3. Anomali Medan Magnetik


Variasi medan magnetik yang terukur di permukaan merupakan target dari
survei magnetik (anomali magnetik). Besarnya anomali magnetik berkisar
ratusan sampai dengan ribuan nano-tesla, tetapi ada juga yang yang lebih
besar dari 100.000 nT yang berupa endapan magnetik. Secara garis besar
anomali ini disebabkan oleh medan magnetik remanen dan medan magnet.
Anomali yang diperoleh dari survei merupakan hasil gabungan dari
keduanya, bila arah medan magnet remanen sama dengan arah medan
magnet induksi maka anomalinya bertambah besar, demikian pula
sebaliknya. Dalam survei magnetik, efek medan remanen akan diabaikan
apabila anomali medan magnet kurang dari 25 % medan magnet utama
bumi (Telford, 1979).
Adanya anomali magnetik menyebabkan perubahan dalam medan magnet
total bumi (seperti digambarkan oleh Gambar II.2), dan dapat dituliskan
sebagai :

HT = HM + HA (3.12)
dengan,
HT : medan magnetik total bumi
HM : medan magnetik utama bumi
HA : medan anomali magnetik

VII-10
FM FA

FT

Gambar II.2 Vektor yang menggambarkan medan anomali (FA),


medan utama (FM) dan medan magnet total (FT) (Robinson, 1988)

Bila besar HA << HT dan arah HA hampir sama dengan arah HT maka
anomali magnetik totalnya adalah :

T = HT HM (3.13)

VII-11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Peralatan
Peralatan yang digunakan terdiri dari :
1. PPM
2. Kompas dan peta
3. GPS Single Station (Garmin)
4. Log book, alat tulis dan jam
5. Satu set komputer dengan software antara lain MagMap, Surfer versi 8.0,
Magpick, Mag2DC for Windows.

III.2 Akuisisi Data


Pengukuran intensitas medan magnet total dilakukan dengan peralatan PPM. PPM
dengan satu sensor dipasang di tempat yang sama selama pengukuran, berfungsi
sebagai basestatiton dan dioperasikan secara otomatis merekam data medan magnet
dengan selang waktu satu menit. Pemasangan basestation ini bertujuan untuk
mendapatkan data variasi harian. Sedangkan PPM dengan dua sensor(rover)
digunakan untuk pemetaan medan magnet total dan variasi gradien vertikal medan
magnet.
Pengambilan data dilakukan secara random selama tujuh hari dan dilakukan secara
random.

III.3 Pengolahan data


Pengolahan data magnetik dimulai dengan melakukan koreksi terhadap data
lapangan dengan koreksi IGRF dan koreksi variasi harian dari Base PPM yang telah
dibaseline Hasil koreksi tersebut adalah anomali medan magnet total yang dicari.

VII-12
Setelah itu dilakukan pengkonturan dengan surver dengan sumbu X dan Y adalah
northing dan easting (UTM) yang didapat dari pengukuran GPS Garmin, dan sumbu
z adalah anomali medan magnet total.
Selanjutnya dilakukan kontinuasi ke atas dengan menggunakan program Magpick.
Tujuan dari kontinuasi keatas ini adalah untuk menghilangkan anomali lokal. Data
hasil kontinuasi direduksi ke kutub dengan mengubah parameter inklinasi dan
deklinasi menjadi 90 dan 0. Proses reduksi ke kutub ini dilakukan dengan program
Magpick. Setelah dureduksi ke kutub kemudian dilakukan permodelan dengan
program mag2dc.

Data Lapangan

Koreksi IGRF dan Koreksi Variasi Harian

Anomali Medan Magnet Total

Reduksi Ke Bidang Datar

Kontinuasi ke atas

Reduksi ke kutub

Pemodelan

Interpretasi

Kesimpulan

Gambar III.1 Tahap-tahap Pengolahan Data

VII-13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Hasil Pengolahan Data


IV.1.1. Anomali medan magnetic total
Anomali medan magnet total dihasilkan dari data lapangan yang telah
dikoreksi IGRF dan variasi harian.

9165600 1000
950
900
850
800
9165400 750
700
650
600
9165200 550
500
450
400
350
9165000
300
250
200
150
9164800 100
50
0
-50
9164600 -100
-150
-200
-250
-300
9164400
353800 354000 354200 354400 354600 354800 355000 355200 355400

Gambar IV.1 Peta kontur anomali medan magnetik total

Gambar IV.1 menunjukkan penyebaran anomali medan magnet total di


daerah Gunung Bujil dan sekitarnya. Pola kontur anomali medan magnetic
menunjukkan adanya pola dipole di sekitar puncak Gunung Bujil. Sedangkan di
daerah lain hanya menunjukkan klosur-klosur kecil.

IV.1.2 Gradien vertical medan magnet total


Gradien vertical medan magnet total diperoleh dari perhitungan nilai
gradient hasil pengukuran medan magnetic total dua sensor dengan ketinggian yang
berbeda.

VII-14
9165600 120
110
100
90
9165400 80
70
60
50
9165200 40
30
20
10
0
9165000
-10
-20
-30
-40
9164800
-50
-60
-70
-80
9164600 -90
-100
-110
-120
9164400
353800 354000 354200 354400 354600 354800 355000 355200 355400

Gambar IV.2 Peta kontur gradient vertikal medan magnet total

Gambar IV.2 menunjukkan nilai gradient vertical medan magnet total daerah
penelitian. Pola konturnya hampir sama dengan pola kontur anomali medan magnetic
total. Klosur-klosur kontur banyak terdapat di sekitar Gunung Bujil dan sekitarnya
(terutama ke arah Barat dari Gunung Bujil).

IV.1.3 Anomali medan magnet total di bidang datar


Adanya topografi yang tidak datar akan menyebabkan perbedaan jarak
vertical antara sumber anomali terhadap titik pengukuran. Oleh karena itu anomali
medan magnetic perlu dibawa ke suatu bidang datar dengan datum tertentu.
Penentuan ketinggian bidang datar dilakukan dengan metode coba-coba.
Biasanya dilakukan ketinggian rata-rata dari titik-titik pengukuran. Dalam penelitian
ini, diambil bidang datar dengan ketinggian 122 m dari bidang referensi.

VII-15
9165600 1000
950
900
850
800
9165400 750
700
650
600
9165200 550
500
450
400
350
9165000
300
250
200
150
9164800 100
50
0
-50
9164600 -100
-150
-200
-250
-300
9164400
353800 354000 354200 354400 354600 354800 355000 355200 355400

Gambar IV.3 Peta kontur anomali medan magnetic total di bidang datar

Gambar IV.3 menunjukkan peta kontur anomali medan magnetic total di


bidang datar. Pola konturnya masih mirip dengan pola kontur anomali magnetic total
pada topografi. Hal ini disebabkan variasi ketinggian topografi titik-titik pengukuran
magnetic tidak terlalu besar.

IV.4 Kontinuasi ke atas


Kontinuasi ke atas dilakukan pada data anomali magnetic total setelah
direduksi ke bidang datar. Pada penelitian dilakukan kontinuasi ke atas 100 m. Hal
ini dilakukan karena pada kontinuasi yang lebih tinggi pola kontur yang diperoleh
sudah tidak membentuk dipole (untuk interpretasi).
Gambar IV.4 menunjukkan peta kontur anomali medan magnet total yang
dikontinuasi pada ketinggian 100 m. Pola kontur memperlihatkan pola dipole yang
jelas, dimana pola anomali tinggi Gunung Bujil dan anomali rendah terdapat di
sekelilingnya kecuali sisi Barat daya Gunung Bujil. .

VII-16
9165600 190
180
170
160
150
9165400 140
130
120
110
9165200 100
90
80
70
60
9165000
50
40
30
20
9164800 10
0
-10
-20
9164600 -30
-40
-50
-60
-70
9164400
353800 354000 354200 354400 354600 354800 355000 355200 355400

Gambar IV.4 Peta kontur anomali medan magntik total setalah dikontinuasi ke atas
100 m

IV.1.5 Reduksi ke kutub


Reduksi ke kutub bertujuan untuk melokalisasi daerah dengan medan anomali
maksimum atau anoali minimumnya tepat di atas benda penyebab anomali.

9165600
200

N 170
9165400
140

110

9165200 80

50
M M'
9165000 20

-10

9164800 -40

-70
'
-100
9164600
-130

-160
9164400
N'
353800 354000 354200 354400 354600 354800 355000 355200 355400

Gambar IV.5 Peta kontur medan anomali total setelah direduksi ke kutub

VII-17
Gambar IV.5 memperlihatkan peta kontur medan magnetic total setelah
direduksi ke kutub. Pola kontur menunjukkan daerah di tepi Selatan Gunung Bujil
mempunyai nilai anomali positif sedangkan di tepi Utara, Barat dan Timur Gunung
Bujil mempunyai nilai anomali negatif. Peta kontur anomali medan magnet hasil
reduksi kutub ini kemudian disayat untuk dimodelkan.

IV.2 Pembahasan
IV.2.1 Interpretasi Kualitatif
Interpretasi kualitatatif dilakukan dengan menganalisa peta kontur gradien
vertikal medan magnet total, kontur anomali medan magnet total hasil reduksi ke
kutub dan kontur hasil transformasi pseudo gravitasi dengan didasari pertimbangan
geologi.
Peta kontur gradien vertikal medan magnet total terdapat klosur-klosur kontur
dengan nilai anomali maksimum di Gunung Bujil. Di sebelah Barat Gunung Bujil
banyak terdapat klosur-klosur anomali medan magnetik.
Peta kontur anomali medan magnet total hasil reduksi ke kutub menunjukkan
pola kontur dengan harga anomali medan magnet maksimum terdapat di Gunung
Bujil. Pada kontur hasil reduksi ke kutub ditemui pola harga anomali tinggi di Barat
Gunung Bujil dan harga anomali rendah di Timur Gunung Bujil. Banyaknya klosur
di sebelah Barat Gunung Bujil pada peta kontur gradient vertical medan magnet juga
mendukung hasil dari dua peta kontur yang lain yaitu bahwa benda penyebab
anomali berasal dari arah Barat Gunung Bujil.
Secara geologi, daerah Gunung Bujil dikontrol oleh intrusi diabas. Diabas ini
mengintrusi formasi Karangsambung. Jika dihubungkan dengan hasil pengolahan
data magnetic didefinisikan bahwa intrusi diabas berasal dari arah Selatan dan Barat.
Dimana berdasarkan hasil pengolahan tidak ditemui adanya kemenerusan diabas
pada arah Utara dan Timur. Sehingga, dengan demikian disimpulkan bahwa secara
umum intrusi diabas berasal dari zona Selatan-Barat.

VII-18
IV.2.2 Interpretasi kuantitatif
Interpretasi kuantitatif dilakukan dengan permodelan. Data masukan untuk
proses permodelan diambil dari data sayatan peta kontur anomali medan magnetic
total setelah di reduksi ke kutub. Dalam melakukan permodelan digunakan dua harga
suseptibilitas perkiraan yaitu susebtibilitas diabas 0.0487 emu dan suseptibilitas
batulempung 0.01 emu(Telford).

Model Sayatan N-N

Gambar IV.6 Model Sayatan N-N

Sayatan N-N berarah Utara-Selatan. Pada gambar IV.6 tampak bahwa


intrusi menuju ke arah Utara dimana puncak dari Gunung Bujil ini menembus
batulempung yang berada di sekitarnya.

VII-19
Model Sayatan M-M

Gambar IV.6 Model Sayatan M-M

Sayatan M-M berarah Barat-Timur. Pada gambar IV.6 terdapat intrusi yang
berarah ke Timur, dimana intrusi diabas ini tidak hanya menembus batulempung
yang berada disekitarnya, namun juga terus ke Timur di bawah batulempung.

VII-20
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan
Dari hasil pengukuran dengan metode geomagnetik dalam penelitian ini, dapat
ditarik keismpulan sebagai berikut.
1. Dari interpretasi secara kualitatif (peta kontur gradient vertical medan magnet
total, peta kontur anomali medan total setelah direduksi ke kutub ) nampak
bahwa Gunung Bujil mempunyai harga anomali tinggi yang dikelilingi oleh
anomali rendah di sebelah Barat, Utara dan Timur. Pada daerah penelitian
bagian tengah-tepi barat terdapat anomali positif sedangkan daerah sebelah
Timur Gunung Bujil ke arah Timur terdapat anomali negatif .
2. Berdasarkan interpretasi kuantitatif keberadaan Gunung Bujil dikontrol oleh
intrusi diabas yang berasal dari arah Barat Daya. Suseptibilitas diabas adalah
0.0487 emu dan batulempung adalah 0.01 emu.

V.2 Saran
1. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya memperbanyak pengukuran ke arah
Timur Laut terutama di daerah Gunung Tumpeng yang dalam workshop 2005
belum terliput.
2. Dalam melakukan permodelan diusahakan mencapai tingkat error serendah
mungkin dengan tetap memperhatikan aspek-aspek geologi daerah penelitian.

VII-21
DAFTAR PUSTAKA

Grant, F. S and G. F. West, 1965, Interpretation Theory in Applied Geophysics, New


York, McGraw-Hill Inc.
Kurniasih. S., 2001, Geologi Daerah Karangsambung dan Sekitarnya, Kecamatan
Sadang, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Skripsi S-1, Jurusan Teknik
Geologi, Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta.
Telford, M. W., Geldart, L.P., Sheriff, R. E., Keys, D. A., 1976, Applied Geophysics,
Cambridge University Press.

VII-22

Anda mungkin juga menyukai