Takehome Exam
(Disusun untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester 1 pada Mata Kuliah Teori Akuntansi)
Oleh
Sri Apriyanti Husain
146020300111009
Kelompok Diskusi
Sri Apriyanti Husain
Ajeng Pipit
Citra
Mohamad Anwar Thalib
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG, 2014
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA
PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI
5. Seperti dalam studi Ball dan Brown (1968) mengapa reaksi pasar terjadi
sebelum pengumuman (laba) itu sendiri dilakukan. Di dalam short window dan
long window dalam pengujian reaksi pasar, mana yang memberi bukti yang
lebih kuat atas usefulness informasi akuntansi.
Jawaban:
Penelitian mengenai pengaruh kandungan informasi terhadap harga saham pertama
kali dilakukan oleh Ball dan Brown (1968). Penelitian tersebut menguji apakah
pengumuman laba (earnings announcement) mempunyai hubungan positif dengan
harga saham. Hasilnya menunjukkan adanya abnormal return positif akibat
pengumuman. Sejalan dengan penelitian tersebut, Beaver (1968) menemukan bukti
bahwa pengumuman laba mempunyai kandungan informasi yang mempengaruhi
reaksi investor yang tercermin pada perubahan harga dan volume saham perusahaan
bersangkutan. Bamber (1986) yang meneliti pengaruh kandungan informasi
pengumuman laba tahunan juga menyimpulkan adanya reaksi pasar yang positif,
yang tercermin dari harga dan volume saham yang diperdagangkan meningkatkan
setelah pengumuman laba tersebut. Beza (1997) membuktikan bahwa perusahaan
yang mengumumkan laba tahunannya secara signifikan akan mengalami
peningkatan volume perdagangan dibanding sebelum pengumuman laba tersebut.
Choi (2002) juga menemukan pengaruh (implikasi) pengumuman earnings terhadap
subsequent return perusahaan yang melakukan publikasi tersebut. Hal ini
mengindikasikan bahwa pasar merespon secara positif pengumuman tersebut.
Sampel yang diambil dalam penelitian Ball dan Brown (1968), adalah perusahaan-
perusahaan yang listing di NYSE dan berfokus pada informasi tentang pendapatan.
Pendapatan untuk perusahaan NYSE secara khusus dipublikasikan melalui media
sebelum dilakukannya penerbitan aktual atas laporan tahunan. jadi hal tersebut
relatif lebih mudah bagi investor untuk memutuskan ketika informasi tersebut
pertama kali dikeluarkan menjadi konsumsi public.Hal ini akan membuat pasar
segera bereaksi atas adanya informasi pendapatan yang dipublikasikan tersebut,
walaupun informasi tersebut bukan diterbitkan secara resmi oleh perusahaan yang
bersangkutan. Bila informasi tersebut good news, dapat dipastikan bahwa pasar
akan bereaksi positif atas saham perusahaan yang bersangkutan. Namun apabila
yang terjadi adalah bad news, maka yang akan terjadi adalah sebaliknya, yaiu reaksi
pasar yang sifatnya negatif. Usefullness dari informasi akuntansi akan jauh lebih
kuat dalam short window atau observasi yang dilakukan beberapa hari sebelum
pengumuman earning. Alasannya yaitu dalam short window faktor-faktor lain yang
mempengaruhi laba relatif lebih sedikit. Sehingga informasi akuntansi akan sangat
berpengaruh bagi pengguna informasi untuk kepentingan pembuatan keputusan.
Hubungan dalam short window memberikan dukungan yang kuat terhadap decision
usefulness karena memberikan usulan bahwa informasi akuntansi yang secara
aktual mendorong revisi kepercayaan investor dan juga return sekuritas. Short
window dapat memberi bukti lebih kuat atas usefulness informasi akuntansi karena
selama short window ada beberapa kejadian spesifik perusahaan yang relative
terjadi dari pada laba bersih yang mempengaruhi pengembalian saham. Selain itu,
jika kejadian lain terjadi, seperti stock splits atau pengumuman dividen, hal tersebut
dapat mempengaruhi perusahaan. Sebuah gabungan short window diantara
pengembalian sekuritas dan informasi akuntansi menyarankan bahwa
pengungkapan akuntansi merupakan sumber informasi baru untuk investor.
Sedangkan evaluasi return dalam long-window bagaimanapun membuka
kemungkinan adanya return yang diperoleh melalui faktor yang lain selain
earnings.
6. Dalam EMH seharusnya tidak ada reaksi pasar atas perubahan prosedur
akuntansi, tetapi mengapa manajer masih melakukan manajemen laba.
Jawaban:
Sebelum menjawab pertanyaan ini, lebih jelasnya saya akan menjelaskan apa
sebenarnya manajemen laba. Manajamen laba sendiri memiliki pengertian:
1) Scott (2009): Manajemen laba adalah pilihan bagi manajer akan kebijakan
akuntansi untuk mencapai suatu tujuan yang spesifik.
2) Schipper (1989): manajemen laba sebagai suatu intervensi dengan maksud
tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk
memperoleh beberapa keuntungan pribadi.
3) Fischer dan Rosenzweig (1995): tindakan seorang manajer dengan menyajikan
laporan yang menaikan (menurunkan) laba periode berjalan dari unit usaha yang
menjadi tanggung jawabnya, tanpa menimbulkan kenaikan (penurunan)
profitabilitas ekonomi unit tersebut dalam jangka panjang.
4) Healy dan Wahlen (1999), manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan
pertimbangan (judgment) dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi
untuk merubah laporan keuangan, dengan tujuan untuk memanipulasi besaran
(magnitude) laba kepada beberapa stakeholders tentang kinerja ekonomi
perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil perjanjian (kontrak) yang tergantung
pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan.
Alasan dilakukan manajemen laba karena: 1) Manajamen laba dapat meningkatkan
kepercayaan pemegang saham terhadap manajer. Manajeman laba berhubungan erat
dengan tingkat perolehan laba atau prestasi usaha suatu organisasi, hal ini karena
tingkat keuntungan atau laba dikaitkan dengan prestasi manajamen dan juga besar
kecilnya bonus yang akan diterima oleh manajer. 2) Manajemen laba dapat
memperbaiki hubungan dengan pihak kreditor. Perusahaan yang terancam default
yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran utang pada waktunya,
perusahaan berusaha menghindarinya dengan membuat kebijakan yang dapat
meningkatkan pendapatan maupun laba. dengan demikian akan memberi posisi
bargaining yang relative baik dalam negosiasi atau penjadwalan ulang utang antara
pihak kreditor dengan perusahaan. 3) Manajamen laba dapat menarik investor
untuk menananamkan modalnya.
Manajer yang rasional akan mempertimbangkan terjadinya konsekuensi ekonomi
yang menyatakan bahwa pemilihan kebijakan akuntansi akan mempengaruhi tidak
hanya tehadap teori pasar sekuritas efisien, tetapi juga terhadap nilai perusahaan.
Jika kebijakan tersebut penting bagi manajemen, maka kebijakan akuntansi juga
penting bagi investor yang mempunyai kepemilikan atas perusahaan tersebut. Hal
ini dikarenakan manajer mungkin akan mengubah operasional perusahaan yang
terjadi karena perubahan kebijakan akuntansi. Dengan kata lain bahwa pelaporan
akuntansi dapat mempengaruhi keputusan sebenarnya yang dibuat oleh manajer dan
pihak lainnya daripada hanya mencerminkan hasil dari keputusan. Pasar dapat
menggunakan earnings management untuk menduga atau mengambil kesimpulan
mengenai informasi dari dalam. Dan juga, ketika tingkat dari earnings management
itu baik, maka penentuan standar yang merupakan keterbatasan dari pilihan
akuntansi akan menurunkan kemampuan pelaporan keuangan untuk
mengungkapkan informasi dari dalam. Selain itu ada beberapa lasan terkait pilihan
manajer untuk melakukan manajemen laba antara lain adalah :
1) Manajemen laba dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap
manajer.
2) Manajemen laba berhubungan erat dengan tingkat perolehan laba atau prestasi
usaha suatu organisasi, hal ini karena tingkat keuntungan atau laba dikaitkan
dengan prestasi manajemen dan juga besar kecilnya bonus yang akan diterima
oleh manajer.
3) Manajemen laba juga dapat memperbaiki hubungan dengan pihak kreditor.
Perusahaan yang terancam default yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban
pembayaran utang pada waktunya, perusahaan berusaha menghindarinya
dengan membuat kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan maupun laba.
Dengan demikian akan memberi posisi bargaining yang relatif baik dalam negoisasi
atau penjadwalan ulang utang antara pihak kreditor dengan perusahaan. Manajemen
laba dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya terutama pada
perusahaan go publik pada saat IPO
7. Konsep historical cost sering mendapat kritik tajam karena dianggap sudah
ketinggalan jaman dan tidak relevan dalam menyajikan informasi akuntansi.
Jelaskan pendapat saudara baik setuju maupun yang tidak setuju!
Jawaban:
Penerapan historical costing dipandang akan mengurangi aspek relevansi dalam
laporan keuangan. Oleh karena itu kemunculan fair value diharapkan dapat
mengatasi kekurangan historical cost. Namun fair value tidak dapat sepenuhnya
berguna untuk pengambilan keputusan karena kurang reliable. Dalam historical
cost maupun fair value mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Dalam hal ini saya setuju dengan perubahan historical cost menjadi fair value.
Perubahan dari HCA menjadi FVA bukan suatu proses yang mudah, namun bisa
dikatakan hal yang alami karena adanya perubahan dalam kebutuhan informasi
akuntansi seiring dengan adanya perubahan kondisi bisnis investasi. Munculnya
FVA didorong oleh adanya kelemahan dari HCA yang dapat mengaburkan
informasi dalam laporan keuangan dan memberikan peluang kepada manajemen
untuk melakukan manipulasi. Karena banyak masalah akuntansi yang dapat
dipecahkan dengan menggunakan fair value sebagai dasar pengukuran asset dan
liability yang diungkapkan dalam laporan keuangan perusahaan karena relevance
dan reabilitynya, pengawas lembaga keuangan dari waktu ke waktu secara terus
menerus meningkatkan penerapan konsep fair value. Tetapi fair value juga sangat
sensitif terhadap pasar sehingga akan semakin sulit untuk memastikan apakah laba
dan rugi diakibatkan oleh keputusan bisnis yang dibuat manajemen atau oleh
perubahan yang terjadi di pasar, termasuk volatility kinerja lembaga karena
semakin mudahnya nilai item-item asset dan liability berfluktuasi.
FVA mungkin juga berdampak pada pelaporan keuangan. Mengingat situasi di
mana GAAP memberikan pemegang saham dengan informasi yang memungkinkan
mereka untuk melacak aktivitas manajer, kebutuhan untuk laporan rinci yang
menjelaskan tindakan manajer tidak bisa dihindari. Sebuah sistem pelaporan ganda,
di mana HCA diberikan sepanjang angka FVA, adalah jalan yang paling
menjanjikan. Sebuah pernyataan pendapatan komprehensif mungkin menjadi
alternatif atau tambahan untuk sistem dual pelaporan. Ide-ide ini tidak baru di
bidang akuntansi dan dapat dengan mudah diimplementasikan. Akhirnya, FVA
akan memiliki efek pada berbagai aspek akuntansi.
Historical Cost Principle adalah prinsip akuntansi yang mengakui harta/utang
dicatat pada nilai historisnya/harga perolehan, historical cost (HC) selama ini
menggunakan perspektif informasi lama kelamaan akan ditinggalkan oleh
pemakainya. Memang informasi yang disajikan oleh historical cost merupakan
informasi yang reliable karena didukung oleh transaksi yang benar-benar real dan
akurat pencatatannya. Hanya saja, investor ternyata membutuhkan informasi yang
lebih relevan dalam pengambilan keputusan. Karena data yang digunakan oleh
historical cost adalah data lama yang sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini dan
tidak menggambarkan perusahaan yang sebenarnya, maka HC tidak dapat
memberikan informasi yang berdaya tambah kepada pihak yang membutuhkan
informasi. Jadi menurut saya konsep historical cost ini sudah ketinggalan jaman,
Dalam perkembangannya saya rasa historical cost akan beralih pada fair value
accounting (FVA) yang menggunakan perpektif pengukuran.
Konvergensi PSAK ke IFRS saat ini masih menyisakan polemik dalam dunia
akuntansi baik itu akuntansi pendidik maupun dalam dunia bisnis. Salah satu
penyebabnya adalah penggunaan fair value yang menggantikan konsep historical
cost yang selama ini digunakan dalam dunia akuntansi. Ini disebabkan Historical
cost dianggap tidak lagi mampu menyajikan informasi keuangan yang relevan
dengan kondisi saat ini. Dari sini kita bisa memperkirakan bahwa historicak cost
yang selama ini menggunakan persfektif informasi akan ditinggalan oleh
pemakainya dikarnakan semakin rumit dan berkembangnya kebutuhan akan
informasi akuntansi yang relevan untuk pengambilan keputusana. Sedangakan pada
penggunaan historical cost data yang digunakan dalah data lama yang dianggap
tidak lagi menggambarkan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Dalam
perkembangannya saya rasa historical cost akan beralih pada fair value accounting
(FVA) yang menggunakan perpektif pengukuran. FVA bisa djadikan dasar oleh
investor dalam berinvestasi karena peka terhadap inflasi serta akan memberi
informasi yang lebih relevan terhadap kondisi terkini karena metode pengukuranya
didasarkan pada kondisi saat ini. Kelemahan-kelemahan dalam historical cost dapat
ditutupi. Hanya perlu juga disadari bahwa FVA tidaklah sereliable historical cost.
8. Isu tentang IFRS, IAS, harmonisasi dan konvergensi terkait erat dengan
faktor budaya (culture) antarnegara. Berikan penjelasan singkat tentang isu-
isu tersebut.
Jawaban:
Tidak bisa dipungkiri bahwa perkembangan jaman turut membawa perubahan yang
cukup besar dalam dunia akuntansi, dimana diantaranya adalah wacana mengenai
implementasi IFRS dalam proses akuntansi secara global. Menurut penulis, hal ini
mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. Dan uraian dibawah ini
adalah pandangan penulis mengenai hal tersebut diatas. Pada dasarnya International
Financial Reporting Standards (IFRS) memang merupakan kesepakatan global
standar akuntansi yang didukung oleh banyak negara dan badan-badan
internasional di dunia. Popularitas IFRS di tingkat global semakin meningkat dari
waktu ke waktu. Kesepakatan G-20 di Pittsburg pada tanggal 24-25 September
2009, misalnya, menyatakan bahwa otoritas yang mengawasi aturan akuntansi
internasional harus meningkatkan standar global pada Juni 2011 untuk mengurangi
kesenjangan aturan di antara negara-negara anggota G-20. Menurut penulis, hal ini
cukup baik dimana dunia akuntansi secara global mempunyai satu pedoman inti
mengenai prinsip-prinsip akuntansi sehingga terdapat keselarasan diantara satu
negara dengan negara lainnya. Namun hal ini tidak mudah diterapkan dalam waktu
yang singkat. Menurut kami, terdapat 2 hal pokok yang mendasari pernyataan
tersebut. Faktor pertama yang menjadi hambatan dalam penerapan standard ini
(IFRS) di negara Indonesia adalah faktor budaya (culture), karena kebiasaan
menggunakan standard akuntasi domestik yang sudah menjadi budaya akan sangat
sulit mengubah cara/metode itu untuk menerapkan standard international tersebut,
kalaupun standard ini diterapkan maka akan membutuhkan waktu yang lama untuk
penyesuaian dan kemungkinan adanya sedikit perbedaan dalam implementasinya.
Faktor kedua adalah proses terjemahan bahasa akan menjadi faktor kendala dalam
proses penerapannya, karena proses penafsiran bahasa sedikitnya membawa arti
yang berbeda dalam konteks pemahaman inti/isi standard international tersebut.
Faktor budaya menjadi salah satu isu yang cukup rentang dari konvergensi PSAK
ke IFRS karena adanya karesteristik dan tingkat yang berbeda antara negra
merupakan hambatan yang dihadapai dalam proses harmonisasi standar akuntansi
keuangan., kebutuhan dan keinginan antara negara maju dan yang belum maju dan
antara Negara yang tingkat pertumbuhan ekonominya sangat tinggi dan Negara
dengan tingkat pertumbuhan ekonomi lebih rendah bahkan sangat rendah. Apa yang
tepat diterapkan di Amerika Serikat, belum tentu cocok diterapkan di Negara lain
dengan karakteristik lingkungan dan perkembangan ekonomi yang berbeda
11. SFAC No. 8 adalah SFAC yang menggantikan SFAC 1 dan 2, tentang
karakteristik kualittaif informasi akuntansi terkandung konsep relevance
(relevan) dan reliable (andal), jelaskan menurut pendapat saudara.
Jawaban:
SFAC merupakan pedoman untuk tujuan, karakteristik kualitatif, dan pedoman lain
dari fenomena ekonomi untuk pengakuan dan pengukuran dalam pelaporan
keuangan dan penyajiannya. SFAC sendiri menjadi guide bagi FASB dalam
mengembangkan standar akuntansi keuangan di Amerika Serikat. Secara total,
FASB menerbitkan 8 (delapan) buah statements. Statements yang pertama terbit
pada November 1978, yaitu SFAC No. 1 tentang Objectives of Financial Reporting
by Business Enterprises pada November 1978, sampai terbit SFAC No. 8 pada
September 2010 tentang Conceptual Framework for Financial Reporting.
Karakteristik kualitatif dalam statements yang diterbitkan FASB terletak pada
SFAC No. 2 tentang Qualitative Characteristic of Accounting Information yang
muncul pada Mei 1980. Namun, SFAC No. 2 ini digantikan oleh SFAC No. 8,
dengan adanya perubahan mendasar antara SFAC No. 2 dengan SFAC No. 8, yaitu
kualitas informasi dalam SFAC No. 8 dibagi menjadi kualitas informasi utama
dalam SFAC No. 8 terdiri dari Relevance dan Faithful Representation dan kualitas
informasi pendukung yang terdiri dari comparability, verifiability, timeliness dan
understandability, yang sebelumnya pada SFAC No. 2 kualitas informasi utama
adalah relevance dan reliability.
Conceptual Framework for Financial Reporting (Rerangka Kerja untuk Pelaporan
Keuangan) bulan September 2010 atau yang dikenal dengan SFAC No. 8
merupakan sebuah konsep pengganti SFAC No. 1 dan SFAC No. 2.
SFAC No. 8 adalah salah satu dari serangkaian publikasi di Dewan Standar (FASB)
untuk akuntansi dan pelaporan keuangan. SFAC No. 8 ini mencakup 2 bab rerangka
konseptual baru yang menggantikan SFAC No. 1, Tujuan Pelaporan Keuangan oleh
Business Enterprises, dan SFAC No. 2 yaitu karakteristik Kualitatif Informasi
Akuntansi. SFAC No. 8 ini dimaksudkan untuk menetapkan tujuan-tujuan dan
konsep-konsep fundamental yang akan menjadi dasar untuk pengembangan
akuntansi keuangan dan pedoman pelaporan.
Dalam hal ini Dewan Standar Akuntansi Keuangan terus membuat kemajuan
khususnya terkait pada rerangka konseptual dengan mengeluarkan statement baru
ini. Sebuah SFAC dapat diubah, diganti, maupun ditarik melalui prosedur yang
sesuai dibawah The Boards Ruler Procedure. SFAC No. 8 terdiri atas 3 bab. Bab 1
merupakan tujuan pelaporan keuangan, Bab 2 berisi entitas pelaporan, dan Bab 3
berisi karakteristik kualitatif informasi keuangan.
SFAC No. 8 lebih menjelaskan mengenai tujuan dengan melakukan pelaporan
keuangan ke pihak-pihak atau pengguna informasi tersebut dan bagaimana tujuan
dari pelaporan keuangan. Pelaporan keuangan yang dimaksud menjelaskan
mengenai bagaimana sumber dari ekonomi suatu entitas atau perusahaan, klaim
sumber daya ekonomi dan juga membuat mengenai perubahan sumber ekonomi
tersebut. Selain itu juga, di dalam SFAC No. 8 itu menjelaskan bahwa di dalam
laporan keuangan harus menjelaskan mengenai kinerja perusahaan yang
direfleksikan melalui arus kas masa lalu.
Selain itu di dalam SFAC No. 8 juga menjelaskan mengenai karakteristik kualitatif
dalam informasi keuangan yang akan dihasilkan oleh perusahaan. Jika dalam
informasi tersebut memiliki karakteristik kualitatif informasi yang baik maka
laporan keuangan tersebut harus memuat unsur relevan, materialitas, faith
representation, comparability, veriability, timeliness, serta understandability.
Perbandingan SFAC No. 1 & 2 dengan SFAC No. 8
SFAC No. 2 diganti menjadi SFAC No. 8 dikarenakan untuk mengakomodasi
konvergensi standar akuntansi dengan IFRS. Di dalam SFAC No. 2 terlihat bahwa
decision usefulness bukan menjadi pertimbangan utama bagi sebuah informasi,
namun dalam SFAC No. 8 ini justru menjadi yang utama. Sebuah informasi harus
dapat memberikan manfaat bagi pengambil keputusan, dan kemanfaatan ini
menjadi tujuan utama munculnya IFRS. Hal ini sejalan dengan pernyataan di
bawah ini:
The objective of general purpose financial reporting is to provide financial
information about the reporting entitiy that is useful to existing and potential
investors, lenders and other creditors in making decisions. Thus, one of the key
objectives of IFRS usefulness of financial reporting (Landsman, et. al, 2011)
Hal dimaksudkan agar nantinya standar akuntansi yang berlaku dengan
menggunakan IFRS bisa diterima oleh masyarakat secara luas. Selain itu dengan
menggunakan perubahan dari SFAC No. 2 menjadi SFAC No. 8 dimaksudkan agar
nantinya kualitas informasi yang akan dihasilkan oleh perusahaan memiliki
informasi yang lebih baik dalam hal ini lebih relevan dan dapat disajikan dengan
representation faithfulness.
Selain itu, FASB juga menyatakan bahwa:
The Conceptual Framework Project is a joint effort with the IASB, aimed at
producing a signal framework that both Boards could use in developing (ideally
converged) standards
Conceptual framework project (CFP) adalah upaya bersama dengan IASB yang
menandakan bahwa Dewan Komisaris dan Direksi bisa mengembangkan (idealnya
konvergensi) standar.
Untuk lebih memastikan bahwa tujuan utama digantinya SFAC No. 2 menjadi
SFAC No. 8 adalah untuk mengakomodasi adanya konvergensi IFRS, dalam table
berikut akan disajikan perbedaan karakteristik kualitatif informasi akuntansi antara
US-GAAP dengan IFRS:
US-GAAP IFRS
1. Relevance 1. Understandability
2. Reliability 2. Relevance
3. Comparability 3. Reliability (prudence)
4. Consistency 4. Comparability (includes
consistency)
Sumber: Stroud dan Barnes dalam http://belkcollegeofbusiness.uncc.edu
Dalam tabel di atas dapat dilihat bahwa karakteristik kualitatif IFRS yang ketiga
adalah reliability (keandalan), secara sepintas mungkin ini terlihat sama dengan
karakteristik kualitatif versi US-GAAP, namun ada penekanan dalam konsep
keandalan versi IFRS, yaitu keandalan yang dimaksud di sini terkait dengan kehati-
hatian. Pembuat laporan keuangan harus berhati-hati dalam membuat penilaian
tentang perkiraan (aset atau pendapatan agar tidak di lebih-lebihkan dan kewajiban
atau beban tidak akan dikecilkan).
Melihat konsep ini, maka sejalan dengan konsep faithful representation dalam
SFAC No. 8, dimana SFAC No. 8 mengganti konsep keandalan dengan konsep
faithful representation. Kemudian karakteristik versi IFRS yang terakhir yaitu
comparability yang di dalamnya sudah termasuk concistency juga sejalan dengan
SFAC No. 8 yang memandang bahwa consistency berperan penting untuk
mewujudkan comparability.
SFAC No. 8 menjelaskan mengenai tujuan dari pelaporan keuangan yang dimana
merupakan pengembangan dari tujuan pelaporan keuangan dari SFAC No. 1 yaitu
oleh perusahaan bisnis. Informasi yang dihasilkan memiliki manfaat (useful) dalam
hal menyediakan informasi dalam keputusan investasi dan kredit, penilaian prospek
arus kas, informasi tentang sumberdaya perusahaan (klaim dan perubahan atasnya).
Selain itu juga pada SFAC No. 8 terdapat perubahan mengenai isi dari SFAC No. 2
yang menjelaskan karakter kualitatif informasi akuntansi. Ini merupakan
ingredients yang menjadikan informasi bermanfaat dan menjadi rujukan pada saat
membuat pilihan terhadap perlakuan akuntansi tertentu. Selain itu juga dalam
SFAC No. 8 dijelaskan mengenai informasi yang harus dikandung dalam laporan
keuangan yang dimana harus menjelaskan mengenai pelaporan entitas sebuah
bisnis, klaim yang dilakukan oleh sebuah entitas, dan dampak yang dihasilkan dari
sebuah transaksi yang dimana harus memuat mengenai perubahan dari sumber dan
klaim yang dilakukan oleh sebuah entitas.
Selain itu SFAC No. 8 memuat mengenai penggantian dari karakteristik
fundamental kualitatif laporan keuangan seperti yang kita ketahui bahwa
karakteristik fundamental kualitatif laporan keuangan SFAC No. 2 berupa relevan
dan keandalan. Dimana relevan di sini dimaksudkan laporan keuangan yang
seharusnya dibuat harus menjadi relevan, informasi harus tepat waktu dan memiliki
nilai prediktif dan/atau umpan balik. Sedangkan keandalan menyebutkan bahwa
laporan keuangan yang dihasilkan harus menghasilkan menyajikan informasi
dengan jujur dan apa adanya (representational faithfulness) dan dapat diverifikasi
serta netral.
Sedangkan pada SFAC No. 8 karakteristik fundamental kualitatif dari informasi
akuntansi terdiri dari relevan dan faithful representation. Dimana konsep relevan
dalam SFAC No. 2 di sini mampu membuat perbedaan dalam keputusan yang
dibuat oleh pengguna. Informasi dapat membuat perbedaan dalam keputusan
bahkan jika beberapa pengguna memilih untuk tidak mengambil keuntungan dari
itu. Sedangkan pada konsep faithful representation memuat mengenai laporan
keuangan yang menggambarkan pandangan wajar/menyajikan dengan wajar posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi suatu perusahaan. Meskipun demikian
rerangka dasar ini tidak menangani secara langsung konsep tersebut, penerapan
karakteristik kualitatif pokok dan standar akuntansi keuangan yang sesuai biasanya
menghasilkan laporan keuangan yang menggambarkan apa yang pada umumnya
dipahami sebagai suatu pandangan yang wajar/menyajikan dengan wajar.
Tidak seperti pada SFAC No. 2, pada SFAC No. 8 hanya membedakan atas 2
karakteristik kualitatif yakni fundamental dan pendukung yang memperkuat
kualitatif informasi dalam laporan keuangan. Pada pendukung kualitatif laporan
keuangan memuat mengenai comparability, verifiability, timeliness,
understandability. Dimana pada SFAC No. 2 tidak memuat ke empat elemen
tersebut. Dalam SFAC No. 2 hanya ada dua pendukung kualitatif laporan keuangan
yaitu comparability dan concistency.
Dalam hal ini tentunya ada harapan atas penggantian dari SFAC No. 1 & 2 ke
SFAC No. 8. Dengan diterapkannya SFAC No. 8 maka diharapkan:
Dalam SFAC No. 2, semua informasi diberikan dan nantinya akan tergantung
bagaimana si pembuat keputusan yang memilih informasi mana yang dibutuhkan.
Sedangkan dalamn SFAC No. 8, informasi yang diberikan hanya informasi yang
benar-benar bermanfaat dan dibutuhkan oleh si pembuat keputusan saja. Jadi,
informasi yang diterima bisa saja berbeda-beda, sesuai dengan kebutuhannya. Hal
ini terlihat juga dalam informasi laba. SFAC No. 8 menyatakan bahwa informasi
laba berfungsi untuk menilai kinerja manajemen, membantu memperkirakan
kemampuan laba dalam jangka panjang, memprediksi laba, menaksir resiko dalam
meminjam atau investasi. Untuk menentukan keputusan investasi, calon investor
perlu menilai perusahaan dari segi kemampuannya untuk memperoleh laba bersih
sehingga diharapkan perusahaan dapat memberikan tingkat pengembalian yang
tinggi. Untuk itu, perusahaan harus mampu memaksimalkan laba. Sasaran pertama
perusahaan yang sering dinyatakan adalah memaksimumkan laba atau keuntungan
(Budi, 2007).
Dalam SFAC No. 8, salah satu kualitas primer dari karakteristik kualitatif informasi
akuntansi adalah faithful representation yang menggantikan keandalan yang
menjadi kualitas primer SFAC No. 2. Keandalan di dalam SFAC No. 2 berarti
bahwa laporan keuangan tersebut dapat diverifikasi melalui konfirmasi kebenaran,
sehingga ada konsep conservatism dalam SFAC No. 2 ini. Menurut Bliss dalam
Watts (2003) konservatisme secara tradisional didefinisikan sebagai antisipasi
terhadap semua rugi tetapi tidak mengantisipasi laba. Hal ini nyata terlihat dalam
konsep keandalan dalam SFAC No. 2. Oleh sebab itu, di dalam SFAC No. 8
keandalan tidak lagi menjadi kualitas utama yang bersanding dengan relevan, tetapi
faithfulness representation. dimana dalam faithfulness representation ini. Di dalam
SFAC No. 8 ini konsep conservatism masih ada, hanya saja lebih kepada prinsip-
prinsip kehati-hatian (prudence). Prudence tidak seekstrim konservatisme, jadi
dalam SFAC No. 8, laba yang belum terealisasi bisa diakui asalkan jujur.
Untuk pertimbangan cost-benefitnya: Dalam SFAC No. 8, konsep benefit>cost
bermakna bahwa manfaat yang diperoleh harus lebih besar daripada biaya yang
dikeluarkan, dan ini tidak jauh berbeda dengan batasan yang ada di SFAC No. 2.
Dua karakteristik kualitatif utama informasi akuntansi dalam SFAC No. 8 adalah
relevansi dan faithful representation. Informasi yang relevan mampu membuat
perbedaan dalam keputusan pengguna. Informasi keuangan yang relevan jika
memiliki nilai prediksi, nilai konfirmatori, atau keduanya. Item adalah material jika
menghilangkan atau misstating bisa mempengaruhi keputusan pengguna. Oleh
karena itu, ambang batas materialitas berkaitan dengan karakteristik kualitatif
relevansi. Informasi memiliki kualitas faithful representation jika informasi tersebut
menggambarkan apa yang dimaksudkan untuk mewakili. Sebuah representasi setia
harus lengkap, netral, dan bebas dari kesalahan. Kelengkapan membutuhkan
informasi yang disajikan atau digambarkan dengan cara pengguna dapat memahami
objek yang digambarkan. Netralitas mengharuskan item digambarkan tanpa bias
kepada pengguna. Bebas dari kesalahan berarti bahwa tidak ada kesalahan atau
kelalaian dalam informasi yang dilaporkan.
Untuk memperkuat karakteristik kualitatif informasi akuntansi, diperlukan
comparibility (including concistency), verifiability, timeliness, dan
understandability. Comparibility memungkinkan pengguna untuk mengidentifikasi
dan memahami persamaan dan perbedaan antara item. Konsistensi mengacu pada
penggunaan metode akuntansi yang sama dalam periode yang berbeda. Oleh karena
itu, concistency membantu mencapai comparibility karena membantu pemakai
informasi dalam membuat perbandingan pada seluruh periode waktu yang berbeda.
Verifiability terjadi ketika sumber yang berbeda mencapai konsensus atau
kesepakatan atas jumlah keterwakilan item. Verifiability langsung terjadi melalui
pengamatan langsung; verifiability tidak langsung terjadi dengan menggunakan
teknik seperti memeriksa formula atau menghitung ulang jumlah. Meskipun ke
depan informasi tidak dapat diverifikasi, asumsi, metode, fakta, dan keadaan dapat
diungkapkan untuk membantu pengguna menentukan apakah informasi tersebut
berguna. Timeliness membutuhkan informasi yang tersedia bagi pembuat keputusan
ketika hal ini berguna untuk membuat keputusan. Understandability melibatkan
klasifikasi, karakteristik, dan penyajian informasi dengan jelas dan ringkas.
Understandability mengasumsikan bahwa pengguna memiliki pengetahuan yang
cukup atas aktivitas bisnis dan ekonomi untuk memahami laporan keuangan.
12. Saat ini sedang terjadi pergeseran pelaporan keuangan menuju ke arah
paradigma perspektif pengukuran. Perspektif pengukuran dan perspektif
informasi dibahas secara terpisah dalam literatur akuntansi. Setiap perspektif
tidak mempertimbangkan aspek yang ditawarkan oleh perspektif yang
lainnya. Setujukan saudara? Berikan komentar!
Jawaban:
Perspektif informasi lebih menekankan pengungkapan penuh (full disclosure),
apapun bentuknya, untuk meningkatkan kegunaan informasi akuntansi bagi
investor. Perspektif informasi didasari asumsi bahwa terdapat cukup banyak
investor rasional terinformasi, yang dapat secara cepat dan tepat memasukkan
bentuk pengungkapan apapun ke dalam harga pasar yang efisien. Sebaliknya,
perspektif pengukuran lebih menekankan peran fundamental dari informasi
akuntansi keuangan untuk menentukan nilai perusahaan Perspektif pengukuran
lebih menekankan kualitas angka akuntansi dalam laporan keuangan, termasuk di
dalamnya adalah kualitas laba. Kedua perspektif ini, perspektif informasi dan
perspektif pengukuran, mendasari kebijakan-kebijakan badan penyusun standar
akuntansi. Literatur-literatur akuntansi membahas kedua perspektif ini secara
terpisah. Entwistle dan Phillips (2003), Cornell dan Landsman (2003), dan Francis
et al. (2002) menggunakan perspektif informasi, dan menyatakan pentingnya luas
pengungkapan untuk meningkatkan kegunaan informasi akuntansi bagi investor.
Riset dan argumen Lev dan Zarowin (1999), Collins et al. (1997), Francis dan
Schipper (1999), Ota (2001), dan Bao dan Bao (2004) didasari perspektif
pengukuran. Mereka menyatakan bahwa kegunaan informasi akuntansi
berhubungan positif dengan kualitas angka akuntansi. Paparan di atas menunjukkan
bahwa perspektif informasi dan perspektif pengukuran dibahas secara terpisah
dalam literatur-literatur akuntansi. Tiap-tiap perspektif tidak mempertimbangkan
aspek yang ditawarkan oleh perspektif lainnya. Menurut hemat saya bagaimanapu
juga kedua perspektif tersebut adalah hal yang sangat penting dalam dunia
akuntansi Perspektif pengukuran yang menekankan kualitas angka akuntansi, tidak
dapat mengabaikan peran pengungkapan informasi secara luas. Pemikir-pemikir
akuntansi mengkritik ketidakmampuan angka akuntansi untuk memenuhi
kebutuhan investor dan pemakai laporan keuangan lainnya, sehingga diperlukan
pengungkapan informasi yang cukup luas. Perspektif informasi, yang menekankan
pengungkapan luas, perlu mempertimbangkan kualitas angka akuntansi untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya kelebihan informasi. Interaksi perspektif
informasi dan perspektif pengukuran menjadi penting, karena kedua aspek dari
kedua perspektif tersebut, yaitu kualitas angka akuntansi dan pengungkapan
informasi secara luas, tidak dapat diabaikan salah satu. Perspektif informasi perlu
mempertimbangkan kualitas angka akuntansi, dan perspektif pengukuran perlu
mempertimbangkan luas pengungkapan. Jadi sebaiknya kedua persepektif tersebut
haruslah dipertimbangkan karena adanya keterkaitan antara kedua persfektif
tersebut yang saling mendukung. Disamping itu ketika kedua perspektif tersebut
digunakan untuk saling melengkapi kekurangan masing-masing informasi yang
disajikan akan lebih berkualitas.