PENDAHULUAN
1
peneliti menyatakan bahwa gabungan pengobatan hormonal dengan tindakan
pembedahan memberikan hasil yang lebih baik.1
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
(1) Ilmiah
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
1) Ovarium;
2) Peritoneum dan ligamentum sakrouterinum, kavum Douglasi, dinding
belakang uterus, tuba Fallopi, plika vesiko uterina, ligamentum
rotundum, dan sigmoid.
3
3) Septum rektovaginal;
4) Kanalis inguinalis;
5) Apendiks;
6) Umbilikus;
7) Serviks uteri, vagina,
kandung kencing, vulva,
perineum;
8) Parut laparotomi;
9) Kelenjar limfe; dan
10) Walaupun sangat jarang,
endometriosis dapat
ditemukan di lengan, paha, pleura, dan perikardium.
2.3 Patogenesis
Sampai saat ini belum ada yang dapat menerangkan secara pasti penyebab
terjadinya endometriosis. Namun demikian beberapa ahli mencoba menerangkan
kejadian endometriosis, antara lain :
4
kemungkinan timbulnya endometroisis dengan jalan penyebaran melalui darah
atau limfe, dan dengan implantasi langsung dari endometrium saat operasi.2
2.4 Patologi
Lokasi yang sering terdapat endometriosis ialah pada ovarium, dan biasanya
di dapati pada kedua ovarium. Pada ovarium tampak kista-kista biru kecil sampai
kista besar berisi darah tua menyerupai coklat (disebut kista coklat atau
endometrioma). Darah tua dapat keluar sedikit-sedikit karena luka pada dinding
kista, dan dapat menyebabkan perlekatan antara permukaan ovarium dengan
uterus, sigmoid dan dinding pelvis. Kista coklat kadang-kadang dapat mengalir
dalam jumlah banyak ke dalam rongga peritoneum karena robekan dinding kista,
dan menyebabkan acute abdomen. Tuba pada endometriosis biasanya normal.
Pada salah satu atau kedua ligamentum sakrouterinum, kavum Douglasi, dan
permukaan uterus sebelah belakang dapat ditemukan satu atau beberapa bintik
5
sampai benjolan kecil yang berwarna kebiru-biruan. Juga pada permukaan
sigmoid atau rektum seringkali ditemukan benjolan yang berwarna kebiru-biruan
ini. Sebagai akibat dari timbulnya perdarahan pada waktu haid dari jaringan
endometriosis, mudah sekali timbul perlekatan antara alat-alat di sekitar kavum
Douglasi.2
6
4)
Gangguan miksi dan hematuria bila terdapat endometriosis di kandung
kencing, tetapi gejala ini jarang terjadi.2
5)
Gangguan haid dan siklusnya dapat terjadi pada endometriosis apabila
kelainan pada ovarium demikian luasnya sehingga fungsi ovarium
terganggu.2
6)
Infertilitas juga merupakan suatu gejala endometriosis yang masih sulit
dimengerti.7 Tetapi faktor penting yang menyebabkan infertilitas pada
endometriosis ialah mobilitas tuba terganggu karena fibrosis dan
perlekatan jaringan disekitarnya.2
1) Ringan
Endometriosis menyebar tanpa perlekatan pada anterior atau
posterior kavum Douglasi atau permukaan ovarium atau peritoneum
pelvis.
2) Sedang
Endometriosis pada satu atau kedua ovarium disertai parut dan
retraksi atau endometrioma kecil.
Perlekatan minimal juga di sekitar ovarium yang mengalami
endometriosis.
Endometriosis pada anterior atau posterior kavum Douglasi dengan
parut dan retraksi atau perlekatan, tanpa implantasi di kolon sigmoid.
3) Berat
Endometriosis pada satu atau dua ovarium, ukuran lebih dari 2 x 2
cm2.
7
Perlekatan satu atau dua ovarium atau tuba atau kavum Douglasi
karena endometriosis.
Implantasi atau perlekatan usus dan/ atau traktus urinarius yang
nyata.
2.8 Diagnosis
8
sebagainya, biopsi dapat memberi kepastian mengenai diagnosis. Pemeriksaan
laboratorium pada endometriosis tidak memberi tanda yang khas, hanya apabila
ada darah dalam tinja atau air kencing pada waktu haid dapat menjadi petunjuk
tentang adanya endometriosis pada rektosigmoid atau kandung kencing.2
9
2.9 Pencegahan
10
Dasar pengobatan hormonal endometriosis ialah bahwa pertumbuhan dan
fungsi jaringan endometriosis sama seperti jaringan endometrium yang normal,
dimana jaringan endometriosis juga dikontrol oleh hormon-hormon steroid. Data
laboratorium menunjukkan bahwa jaringan endometriosis mengandung reseptor
estrogen, progesteron dan androgen, yakni estrogen merangsang pertumbuhan
jaringan endometriosis, androgen menyebabkan atrofi, sedang progesteron masih
diperdebatkan, namun progesteron sintetik yang mengandung efek androgenik
tampaknya menghambat pertumbuhan endometriosis.2
Endometriosis yang cukup berat (stadium III atau IV) dapat menyebabkan
kelainan anatomis pelvis, dimana hal tersebut sangat memungkinkan merusak
11
fertilitas (kesuburan) dengan cara mengganggu jangkauan oosit dan transportasi
sepanjang tuba fallopi. Keadaan ini umumnya diterapi dengan cara pembedahan.6
BAB III
12
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
13
DAFTAR PUSTAKA
14