Anda di halaman 1dari 38

30

M O D U L2
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA

Pendahuluan
Modul ini memuat hal-hal yang berkaitan dengan kebudayaan, manusia
sebagai komponen utama kebudayaan serta problematika kebudayaan. Dalam modul
ini terdiri dari 5 kegiatan belajar. Kegiatan belajar 1 diawali dengan mengungkapkan
apakah kebudayaan itu, membahas tentang pengertian kebudayaan dan apakah fungsi
akal dan budi bagi manusia sebagai sumber lahirnya kebudayaan. Kegiatan belajar 2
menerangkan bahwa Indonesia terdiri dari 500 etnis suku bangsa yang tinggal di lebih
dari 17.000 pulau, yang memiliki kebudayaan yang berbeda dengan lainnya.
Perbedaan ini menjadi tolok ukur unsur-unsur kebudayaan yang di dalamnya
membahas ciri kebudayaan, wujud kebudayaan dan sifat kebudayaan.
Kegiatan belajar 3 menjelaskan kebudayaan sebagai ekspresi eksistensi
manusia di dunia. Kegiatan belajar ini menjelaskan beberapa konsep memanusiakan
manusia melalui pemahaman terhadap konsep budaya dasar. Kegiatan belajar 4
menjelaskan bahwa kebudayaan selalu mengalami perkembangan dan perubahan
sejalan dengan perkembangan pola pikir manusia sebagai pencipta dan pengubah
kebudayaan. Dalam kegiatan belajar ini dijelaskan juga faktor-faktor yang menjadi
penyebab adanya perubahan sosial dan kebudayaan. Kegiatan belajar 5 memberikan
penjelasan bahwa kebudayaan dalam perkembangannya selalu tidak terlepas dari
berbagai hal yang dapat bernilai kemajuan maupun kemunduran kebudayaan. Dalam
menghadapi problem kebudayaan, dijelaskan beberapa upaya seperti konsep manusia
dan budaya unggul, komodifikasi kebudayaan hingga konsep bagaimana menghadapi
tantangan kebudayaan.
Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan dapat memahami dan
mampu menjelaskan secara lebih terperinci tentang hal-hal berikut.
1. Pengertian dan fungsi kebudayaan
2. Jenis dan ragam kebudayaan di masyarakat
3. Manusia sebagai pencipta dan pengguna kebudayaan
31

4. Proses dan perubahan kebudayaan


5. Problematika sosial kebudayaan
Untuk membantu Anda mencapai tujuan tersebut, modul ini dibagi menjadi
Lima kegiatan belajar seperti berikut ini.
1) Kegiatan Belajar 1 : Pengertian dan fungsi kebudayaan
2) Kegiatan Belajar 2 : Jenis dan ragam kebudayaan di masyarakat
3) Kegiatan Belajar 3 : Manusia sebagai pencipta dan pengguna kebudayaan
4) Kegiatan Belajar 4 : Proses dan perubahan kebudayaan
5) Kegiatan Belajar 5 : Problematika sosial kebudayaan
Kegiatan tersebut sebelumnya ini merupakan landasan atau dasar bagi Anda
dalam mempelajari modul berikutnya. Tingkat penguasaan Anda dalam Modul 2 ini
akan sangat menentukan pencapaian Anda dalam modul-modul berikutnya. Oleh
karena itu, kesungguhan dan ketekunan Anda dalam mempelajari Modul 2 ini sangat
dituntut.
Sebelum mengerjakan Tes Formatif, Baca dengan cermat setiap uraian, catat
kata-kata kunci dari setiap bagian, kerjakan latihan secara disiplin dan cocokkan kata-
kata kunci yang telah anda catat dengan rangkuman. Jika petunjuk ini Anda ikuti
dengan cermat, mempelajari Modul ini akan menjadi kegiatan yang menyenangkan
bagi Anda dan Anda pasti berhasil.
Selamat Belajar, Semoga Anda Sukses!

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA

1. Pengertian dan Fungsi kebudayaan


32

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar istilah kebudayaan.


Tahukah anda apa sebenarnya kebudayaan itu? Seseorang mengatakan bahwa
kebudayaan berarti berhubungan dengan kesenian, yang lain mengatakan bahwa
kebudayaan segala aktifitas yang diturunkan dari generasi terdahulu ke generasi
berikutnya, ada juga yang mengatakan kebudayaan adalah hasil karya manusia yang
dituangkan dalam bentuk gerak, lagu, benda dan spirit. Sebagai Negara bangsa,
Indonesia memiliki kearifan-kearifan yang dihidupi oleh setiap komunitas masyarakat
pemiliknya, kearifan-kearifan ini bagi bangsa Indonesia adalah bagian pembentuk
sebuah budaya. Perlu anda ketahui bahwa kalau kita amati negara tetangga kita
Malaysia mengganggap budaya tidak hanya terbatas pada kearifan masyarakatnya
tetapi juga segala sesuatu yang diwariskan atau tepatnya diajarkan secara turun
temurun dikatakan sebagai warisan sosial atau budaya bangsa termasuk didalamnya
berbagai jenis makanan, bakso, nasi goreng, dan lain-lain menjadi salah satu bentuk
klaim disamping klaim lainnya seperti batik, reog ponorogo, sistem irigasi sebagai
bagian warisan sosial bangsa Malaysia.
Kalau diamati dengan cermat pernyataan tersebut sebelumnya maka terdapat
bermacam-macam pengertian tentang kebudayaan. Namun demikian belum dapat
dilihat dengan jelas apa yang merupakan kriteria bagi suatu aktifitas atau hasil karya
manusia sehingga dapat disebut sebagai budaya atau kebudayaan. Oleh karena itu
perlu diperjelas lebih dahulu pengertian dan konsep budaya dan kebudayaan serta
bagaimana kebudayaan itu lahir menjadi suatu fungsi yang bermanfaat bagi
kehidupan manusia itu sendiri dan masyarakat penganutnya. Perlu dibatasi lebih
dahulu pengertian dan konsep kebudayaan secara umum agar tidak terjadi
kesimpangsiuran dalam mengupas kebudayaan.
Kebudayaan adalah salah satu istilah teoritis dalam ilmu-ilmu sosial. Secara
umum, kebudayaan diartikan sebagai kumpulan pengetahuan yang secara sosial
diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Makna ini kontras dengan
pengertian kebudayaan sehari-hari yang hanya merujuk pada bagian tertentu warisan
33

sosial, yakni tradisi sopan santun dan kesenian. Istilah kebudayaan ini berasal dari
bahasa latin Cultura dari kata dasar colere yang berarti berkembang atau tumbuh.i
Dalam ilmu-ilmu sosial, istilah kebudayaan sesungguhnya memiliki makna bervariasi
yang sebagian diantaranya bersumber dari keragaman model yang mencoba
menjelaskan hubungan antara masyarakat, kebudayaan dan individu. Perlu anda
ketahui bahwa Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi
kebutuhan kelangsungan hidupnya. Hal ini dikarenakan Manusia memiliki
kemampuan untuk menciptakan semua unsur dan memberi makna kepada
kehidupannya. Kemampuan menciptakan ini disebabkan oleh akal manusia yang
kompleks. Untuk memperluas wawasan anda, mari kita simak bagaimana fungsi akal
dan budi bagi manusia.

A. Fungsi Akal Dan Budi Bagi Manusia


Akal adalah kemampuan pikir manusia sebagai kodrat alami yang dimiliki
manusia. Berpikir adalah perbuatan operasional yang mendorong untuk aktif berbuat
demi kepentingan dan peningkatan hidup manusia. Secara sederhana dapat dikatakan
bahwa fungsi akal adalah untuk berfikir. Kemampuan berfikir manusia mempunyai
fungsi mengingat kembali apa yang telah diketahui sebagai tugas dasarnya untuk
memecahkan masalah dan akhirnya membentuk tingkah laku. Budi adalah akal yang
merupakan unsur rohani dalam kebudayaan. Budi diartikan sebagai batin manusia,
panduan akal dan perasaan yang dapat menimbang baik buruk segala sesuatu. Jadi
jelas bahwa fungsi akal dan budi manusia adalah menunjukkan martabat manusia dan
kemanusiaan sebagai pemegang amanah makhluk tertinggi di alam raya ini.
Masyarakat manusia yang terdiri dari individu-individu yang terlibat dalam
berbagai kegiatan yang mengharuskan mereka beradaptasi terhadap kondisi
lingkungan dan hal itu harus dilakukan secara terus menerus demi mempertahankan
keberadaan masyarakat dan terpenuhinya kebutuhan individu yang menjadi
anggotanya. Kegiatan-kegiatan ini dipelajari melalui peniruan dan pelajaran satu
manusia dengan manusia lainnya, sehingga semuanya menjadi bagian dari warisan
34

sosial atau kebudyaan dari suatu masyarakat. Kegiatan-kegiatan yang dipelajari dari
satu generasi ke generasi berikutnya itu tidak mengalami perubahan yang berarti
kecuali jika ada faktor eksternal yang memperngaruhi pola tindak yang harus
dilakukan demi memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial dan individual.
Kegiatan-kegiatan yang dipelajari itu merupakan salah satu bagian dari
kebudayaan masyarakat secara keseluruhan. Didalamnya juga termasuk artefak dan
berbagai kontruksi proporsi kompleks yang terekspresikan dalam sistem simbol yang
kemudian terhimpun dalam bahasa. Melalui symbol-simbol itulah tercipta keragaman
entitas yang sangat kaya yang kemudian disebut sebagai obyek konstruksi cultural
seperti uang, sistem kenegaran, pernikahan, permainan, hukum, dan sebagainya, yang
keberadaannya sangat ditentukan oleh kepatuhan terhadap sistem aturan yang
membentuknya.ii Sistem gagasan dan simbolik warisan sosial itu sangatlah penting
karena kegiatan-kegiatan adaptif manusia sedemikian kompleks dan beragam
sehingga mereka tidak bisa mempelajari semuanya sendiri sejak awal.
Dari konsep yang telah dikemukakan sebelumnya, dapt di simpulkan bahwa
Manusia Sebagai Animal Simbolicum.
- Simbol : segala sesuatu (benda, peritiwa, kelakuan, tindakan manusia, ucapan)
yang telah ditempati suatu arti tertentu menurut kebudayaannya
- Adalah komponen utama perwujudan kebudayaan karena setiap hal yang dilihat
dan dialami, diolah menjadi simbol
- Kebudayaan : pengetahuan yang mengorganisasi simbol-simbol
- Fungsi simbol :
o Faktor pengembangan kebudayaan
o Terbatas pada gugus masyarakat tertentu
Warisan sosial itu juga mengandung karakter normative. Artinya individu-individu
dari suatu komunitas terikat oleh kebersamaan dan rasa memiliki atas warisan sosial
mereka, yang terekspresikan sebagai kesamaan tata cara, atau persamaan persepsi
mengenai dunia di sekelilingnya yang diwujudkan dalam symbol-simbol tertentu,
yang didukung oleh seperangkat aturan sanksi. Artinya, bagi mereka yang
35

mematuhinya akan ada pujian, sedangkan bagi mereka yang menentangnya telah
tersedia hukuman.

B. Pengertian Budaya dan Kebudayaan


Dari penjelasan yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat disimpulkan
bahwa Komponen utama kebudayaan adalah
o Individu
o Masyarakat
o Alam
Setiap individu menjalankan kegiatan dan menganut keyakinannya sesuai dengan
warisan sosial atau kebudayaannya. Hal ini bukan semata-mata karena adanya sanksi
tersebut, atau karena mereka merasa menemukan unsur-unsur motivasional dan
emosional yang memuaskan dengan menekuni kegiatan-kegiatan dan keyakinan
cultural tersebut.
Dalam rumusan ini, istilah warisan sosial disamakan dengan istilah
kebudayaan. Lebih jauh, model tersebut menyatakan bahwa kebudayaan atau warisan
sosial lebih adaptif baik secara sosial maupun individual, mudah dipelajari, mampu
bertahan dalam waktu lama, normative dan mampu menimbulkan motivasi. Namun
tinjauan empiris terhadapnya memunculkan definisi terbaru tentang kebudayaan
seperti yang diberikan EB Tayloriii, Kebudayaan adalah keseluruhan kompleks yang
mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adapt, serta kemampuan
dan kebisaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat
Kebanyakan ilmuwan sosial membatasi definisi kebudayaan sehingga hanya
mencakup aspek tertentu dari warisan sosial. Biasanya pengertian kebudayaan
dibatasi pada warisan sosial yang bersifat mental atau non fisik. Sedangkan aspek
fisik dan artefak sengaja disisihkan. Hanya saja definisi yang terlanjur berkembang
adalah definisi sebelumnya dimana kebudayaan diartikan bukan sekedar istilah
deskriptif bagi sekumpulan gagasan, tindakan dan obyek, melainkan juga merujuk
36

pada entitas-entitas mentalyang menjadi pijakan tindakan dan munculnya obyek


tertentu.
Konsensus yang kini dianut oleh para ilmuwan sosial masih menyisihkan
aspek emosional dan motivasional dari istilah kebudayaan dan mereka tetap terfokus
maknanya sebagai himpunan pengetahuan, pemahaman atau proposisi. Namun
mereka mengakui bahwa, sebagian proposisikultural membangkitkan emosi dan
motivasi yang kuat. Dalam kasus ini proposisi tersebut dikatakan telah
terinternalisasi.iv
Sebagian ilmuwan sosial bahkan berusaha membatasi lagi pengertian istilah
kebudayaan tersebut hingga hanya mencakup bagian-bagian warisan sosial yang
melibatkan representasi atas hal-hal yang dianggap penting, tidak termasuk norma-
norma atau pengetahuan procedural mengenai bagaimana sesuatu harus dikerjakan
(Schneider, 1968)v.
Sementara itu ada pula yang membatasi pegertian kebudayaan sebagai makna-
makna simbolik yang mengandung muatan representasi dan mengkomunikasikannya
dengan peristiwa nyata. Geertz menggunakan makna ini secara eksklusif sehingga ia
tidak saja mengesampingkan aspek-aspek afektif, motivasional, dan normative dari
warisan sosial namun juga mempermasalahkan penerapan makna kebudayaan dalam
individu. Menurutnya, kebudayaan hanya berkaitan dengan makna-makna public
yang terus berlaku meskipun berada diluar jangkauan pengetahuan individu ;
contohnya mungkin adala lajabar yang dianggap selalu benar dan berlaku, meski
sedikit saja orang yang menguasainya.vi
Perselisihan mengenai definisi kebudayaan itu mengandung argument-
argumen implicit tentang sebab-sebab atau asal mula warisan sosial. Misalnya saja
ada kontroversi mengenai koheren atau tidaknya kebudayaan itu sehingga lebih lanjut
kita dapat mempertanyakan sifat alamiahnya. Disisi lain para ilmuwan sosial
memandang keragaman dan kontradiksi di seputar pengertian atau definisi
kebudayaan itu sebagai sesuatu yang wajar. Meskipun hampir setiap elemen
kebudayaan dapat ditemukan pada hubungan-hubungan natar elemen seperti yang
37

ditunjukkan oleh Malinowski dalam Argonauts of the Western Pacifis (1922)vii. Tidak
banyak bukti yang mendukung dugaan akan adanya pola tunggal hubungan tersebut
seperti yang dikemukakan oleh Ruth Benedict dalam bukunya Pattern of Culture
(1934)viii.
Berbagai persoalan yang melingkupi upaya intergrasi definisi-definisi
kebudayaan terkait dengan masalah lain, yakni apakan kebudayaan itu merupakan
suatu entitas padu atau tidak. Jika kebudayaan dipandang sebagai suatu kumpulan
elemen yang tidak memebentuk kesatuan koheren, maka yang harus diperhitungkan
adalah fakata bahwa warisan sosial senantiasa melebur dalam suatu masyarakat.
Sebaliknya jika kita menganggap kebudayaan itu sebagai suatu kesatuan koheren,
maka kumpulan elemen-elemennya bisa dipisahkan dan dibedakan satu sama lain.ix
Kerancuan tersebut lebih jauh membangkitkan minat untuk menelaah
koherensi dan integrasi kebudayaan, mengingat dalam kenyataannya pengetahuan
anggota masyarakat tentang kebudayaan mereka tidaklah sama. Hanya saja tidak ada
metode yang telah terbukti handal untuk mengukur sejauh mana koherensi dan
integrasi sebuah kebudayaan. Bahkan muncul bukti-bukti yang menunjukkan bahwa
elemen-elemen budaya cenderung dapat digolongkan menjadi dua bagian besar.
Pertama adalah sejumlah kecil elemen yang hampir dipunyai oleh semua anggota
masyarakat sehingga diantara mereka dapat tercipta suatu consensus pengertian.
(misalnya lampu merah berarti tanda berhenti), sedangkan yang kedua adalah elemen-
elemenkultural yang hanya diketahui oleh sebagian anggota masyarakat yang
menyandang status sosial tertentu. (misalnya, pelanggaran ketentuan kontrak tidak
bisa diterima)x.
Dibalik kerancuan definisi ini terdapat masalah-masalah penting lainnya yang
juga harus dipecahkan. Keragaman definisi kebudayaan itu sendiri dapat dipahami
sebagai giatnya upaya mengungkap hubungan kausalitas antara berbagai elemen
warisan sosial. Sebagai contoh , dibalik pembatasan definisi kebudayaan pada aspek-
aspek presentasional dari warisan sosial itu terletak hipotesis yang menyatakan bahwa
norma-norma, reaksi emosional, motivasi dan sebagainya sangat ditentukan oleh
38

kesepakatan awal tentang keberadaan, hakekat dan label atas sesuatu hal. Misalnya
saja norma kebersamaan dan perasaan terikat dalam kekerabatan hanya akan tercipta
jika ada sistem kategori yang membedakan kerabat dan non kerabat. Demikian pula
definisi cultural kerabat sebagai orang-orang yang memiliki hubungan darah
mengisyaratkan adanya kesamaan identitas yang memudahkan pembedaannya. Jika
representasi cultural memang memiliki hubungan kausalitas dengan norma-norma,
sentiment dan motif, maka pendefinisian kebudayaan sebagai representasi telah
memusatkan perhatioan pada apa yang paling penting. Hanya saja keuntungan dari
focus yang tajam itu dipunahkan oleh ketergantungan definisi itu terhadap asumsi-
asumsi yang melandasinya, yang acapkali kelewat sederhana.xi
Untuk memperluas wawasan Anda, mari kita simak pendapat beberapa pakar.
Dari catatan Supartono, 1992, terdapat 170 definisi kebudayaan. Catatan terakhir
Rafael Raga Manan ada 300 buah, beberapa diantaranya :
Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua
pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia
untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan
penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya
bersifat tertib dan damai.
Robert H Lowie
Kebudayaan adalah segala sesuatu yang diperoleh individu dari masyarakat,
mencakup kepercayaan, adat istiadat, norma-norma artistic, kebiasaan makan,
keahlian yang diperoleh bukan dari kreatifitasnya sendiri melainkan merupakan
warisan masa lampau yang didapat melalui pendidikan formal atau informal
Keesing
Kebudayaan adalah totalitas pengetahuan manusia, pengalaman yang terakumulasi
dan yang ditransmisikan secara sosial
Koentjaraningrat
39

Kebudayaan berarti keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan
dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil budi pekertinya
Rafael Raga Manan
Kebudayaan adalah cara khas manusia beradaptasi dengan lingkungannya, yakni cara
manusia membangun alam guna memenuhi keinginan-keinginan serta tujuan
hidupnya, yang dilihat sebagai proses humanisasi.
Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardixii
Kebudayaan merupakan hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Karya masyarakat
menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah.
E.B Taylor
Mengartikan Kebudayaan sebagai keseluruhan yang kompleks yang mencakup 1.
Pengetahuan; 2. Kepercayaan; 3. Seni; 4. Moral; 5. Hukum; 6. Adat; dan 7.
kemampuan dan kebiasaan lain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.

C. Fungsi Kebudayaan
Setelah kita mempelajari berbagai macam pendapat para pakar tentang konsep
dan definisi kebudayaan, maka kita dapat menyimpulkan bahwa Fungsi kebudayaan
adalah sebagai berikut :
1) bahwa Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan
masyarakat;
2) Bermacam kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggota-anggotanya
seperti kekuatan alam, maupun yang bersumber dari persaingan manusia itu
sendiri untuk mempertahankan kehidupannya;
3) Manusia dan masyarakat memerlukan pula kepuasan baik dibidang materiil
maupun spiritual. Kebutuhan-kebutuhan tersebut diatas, untuk sebagian besar
dipenuhi oelh kebudayaan yang bersumber dari masyarakat itu sendiri;
4) Hasil karya masyarakat menghasikan teknologi atau kebudayaan kebendaan yang
mempunyai kegunaan utama melindungi masyarakat terhadap lingkungan. Pada
masyarakat yang taraf kebudayaannya lebih tinggi, teknologi memungkinkan
untuk pemanfaatan hasil alam bahkan mungkin untuk menguasai alam;
40

5) Di sisi lain karsa masyarakat mewujudkan norma dan nilai-nilai sosial yang
sangat perlu untuk mengadakan tata tertib dalam pergaulan masyarakatnya.
Jadi Kebudayaan berguna bagi manusia untuk melindungi diri terhadap alam,
mengatur hubungan antar manusia, dan sebagai wadah dari segenab perasaan
manusia. Kebudayaan akan mendasari, mendukung, dan mengisi masyarakat dengan
nilai-nilai hidup untuk dapat bertahan, menggerakkan serta membawa masyarakat
kepada taraf hidup tertentu yaitu hidup yang lebih baik, manusiawi, dan
berperikemanusiaan.

2. Jenis Dan Ragam Kebudayaan Di Masyarakat


Setelah Anda menyimak uraian mengenai hakekat dan fungsi kebudayaan, bahwa
Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan kelangsungan
hidupnya. Hal ini disebabkan karena Manusia memiliki kemampuan untuk
menciptakan semua unsur dan memberi makna kepada kehidupannya. Kemampuan
menciptakan ini disebabkan oleh akal manusia yang kompleks. Semua pengetahuan
dan kemampuan yang diciptakan dan dikembangkan oleh manusia untuk
keberlangsungan hidupnya inilah yang dikatakan sebagai kebudayaan. Maka melalui
kegiatan belajar ini akan dijelaskan mengenai Jenis dan Ragam Kebudayaan di
Masyarakat.
Seperti yang Anda ketahui, bahwa dalam kehidupannya, manusia
mengembangkan sistem-sistem yang dapat membantu dan dapat menyambung
keterbatasan kemampuan fisik dengan kemampuan otaknya. Sistem-sistem ini
kemudian menjadi salah satu unsur pembentuk dari kebudayaan. Oleh karena itu,
ketika kita bicara jenis dan ragam kebudayaan di masyarakat, maka akan nampak
jelas sekali perbedaan-perbedaan antara kebudayaan masyarakat satu dengan dengan
lainnya. Hal ini dapat terjadi karena unsur-unsur pembentuk lahirnya sebuah
kebudayaan yang berbeda-beda.
Ketika kita berbicara Indonesia, Tahukah Anda bahwa menurut Mohammad
Yusuf Melatoa dalam Ensiklopedia Suku Bangsa Di Indonesia, menyatakan Indonesia
41

terdiri dari 500 etnis suku bangsa yang tinggal di lebih dari 17.000 pulau besar dan
kecil. Mereka masing-masing memiliki kebudayaan yang berbeda dengan yang
lainnya. Perbedaan itu dapat kita lihat dari unsur-unsur pembentuk kebudayaan.
Unsur-Unsur kebudayaan menurut C Kluckhohn dalam bukunya Universal
Categories of Culture meliputi Cultural universals yaitu xiii:
(1) Peralatan dan perlengkapan hidup ( pakaian, perumahan, alat-alat produksi,
transportasi)
(2) Mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi (pertanian, peternakan, sistem
produksi, distribusi )
(3) Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum,
perkawinan)
(4) Bahasa (lisan maupun tertulis)
(5) Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak dll)
(6) Sistem pengetahuan
(7) Religi (sistem kepercayaan)
Cultural universals tersebut dapat dijabarkan lagi kedalam unsur-unsur yang
lebih kecil. Ralph Linton menyebutnya kegiatan-kegiatan kebudayaan atau cultural
activity.xiv Sebagai contoh : cultural universals pencaharian hidup dan ekonomi antara
lain mencakup kegiatan-kegiatan seperti pertanian, peternakan, sistem produksi, dll.
Kesenian misalnya meliputi kegiatan seni tari, seni rupa dll. Selanjutnya Ralph Linton
merinci kegiatan-kegiatan kebudayaan tersebut menjadi unsur-unsur yang lebih kecil
lagi yang disebutnya trait-complex. Misalnya kegiatan pertanian menetap meliputi
unsur-unsur irigasi, sistem pengolahan tanah dengan bajak, sistem hak milik atas
tanah, dan sebagainya. Selanjutnya trait complex mengolah tanah dengan bajak akan
dapat dipecah ke dalam unsur yang lebih kecil umpamanya hewan-hewan yang
menarik bajak, teknik pengendalian bajak, dan sebagainya. Akhirnya sebagai unsur
kebudayaan yang terkecil membentuk trait adalah items. Bila diambil contoh alat
bajak terdiri dari gabungan alat-alat yang lebih kecil yang dapat dilepaskan, tetapi
42

pada hakekatnya merupakan satu kesatuan. Apabila salah satu bagian bajak tersebut
dihilangkan, maka tak dapat menjalankan fungsinya sebagai bajak.
Unsur-unsur pembentuk kebudayaan itu sendiri tidak dapat lepas dari tiga hal dari
kebudayaan, yaitu ciri, wujud dan sifat kebudayaan.
A. Ciri Kebudayaan :
Bersifat menyeluruh
Berkembang dalam ruang / bidang geografis tertentu
Berpusat pada perwujudan nilai-nilai tertentu
B. Wujud kebudayaan
Ide : tingkah laku dalam tata hidup
Produk : sebagai ekspresi pribadi
Sarana hidup
Nilai dalam bentuk lahir
C. Sifat kebudayaan
Beraneka ragam
Diteruskan dan diajarkan
Dapat dijabarkan :
Biologi
Psikologi
Sosiologi : manusia sebagai pembentuk kebudayaan
Berstruktur terbagi atas item-item
Mempunyai nilai
Statis dan dinamis
Terbagi pada bidang dan aspek
Dari uraian tersebut sebelumnya, maka Anda dapat memahami bahwa
kebudayaan antara masyarakat satu dengan lainnya dipastikan berbeda. Perbedaan
yang ada dapat terjadi dan sangat bergantung pada unsur-unsur yang menjadi
pembentuk sebuah kebudayaan. Pernyataan ini memberikan pandangan yang sangat
jelas pada kita, bahwa ketika kita berbicara dan berdiskusi mengenai kebudayaan,
maka perbedaan dalam berkebudayaan adalah sebuah kewajaran yang harus dapat
kita pahami, kita hargai dan kita hormati bersama-sama. Karena kita itu berbeda dan
Tuhan menciptakan kita berbeda. Artinya berbeda itu indah karena Perbedaan itu
sebuah anugerah dari Tuhan yang harus kita syukuri, kita jaga dan kita lestarikan
bersama-sama.
43

3. Manusia Sebagai Pencipta Dan Pengguna Kebudayaan


Lahirnya Kebudayaan tidak dapat lepas dari yang namanya MANUSIA.
Semua pengetahuan dan kemampuan yang diciptakan dan dikembangkan oleh
manusia untuk keberlangsungan hidupnya melahirkan sebuah kebudayaan. Oleh
karena itu, manusia dikatakan sebagai Makhluk Budaya, karena manusia berfungsi
sebagai :
1) Pembentuk kebudayaan
2) Pengembang Kebudayaan
3) Pengubah Kebudayaan
Manusia sebagai makhluk budaya adalah pencipta kebudayaan. Kebudayaan
adalah ekspresi eksistensi manusia di dunia. Sebagai pencipta kebudayaan, Manusia
memiliki kemampuan daya sebagai berikut :
Akal, intelegensia dan intuisi
Dengan kadar intelegensia yang dimiliki manusia mampu belajar sehingga
menjadi cerdas, memiliki pengetahuan dan mampu menciptakan teknologi. Intuisi
menurut Supartono sering setengah disadari, tanpa diikuti proses berfikir cermat,
namun bisa menuntun pada suatu keyakinan.
Perasaan dan emosi
Perasaan adalah kemampuan psikis yang dimiliki seseorang, baik yang berasal
dari rangsangan di dalam atau diluar dirinya. Emosi adalah rasa hati, sering
berbentuk perasaan yang kuat, yang dapat menguasai seseorang, tetapi tidak
berlangsung lama
Kemauan
Kemauan adalah keinginan, kehendak untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
Kemauan dalam arti positif adalah dorongan kehendak yang terarah pada tujuan
hidup yang dikendalikan oleh akal budi.
Fantasi
Fantasi adalah paduan unsur pemikiran dan perasaan yang ada pada manusia
untuk menciptakan kreasi baru yang dapat dinikmati.
44

Perilaku
Perilaku adalah tabiat atau kelakuan, merupakan jati diri seseorang yang berasal
dari lahir sebagai factor keturunan yang kemudian diwarnai oleh factor
lingkungannya.
Selain itu, ada hubungan dialektika antara manusia dan kebudayaan.
Kebudayaan adalah produk manusia, namun manusia sendiri adalah produk
kebudayaan. Peter L Berger menyebutnya sebagai dialektika fundamental yang
terdiri dari tiga tahap yaitu :
Tahap eksternalisasi, yaitu proses pencurahan diri manusia secara terus menerus
kedalam dunia melalui aktifitas fisik dan mental
Tahap obyektifitas, yaitu tahap aktifitas manusia menghasilkan realita obyektif,
yang berada diluar diri manusia
Tahap internalisasi, yaitu tahap dimana realitas obyektif hasil ciptaan manusia
diserap oleh manusia kembali.
Manusia sebagai makhluk budaya adalah pencipta kebudayaan yang tidak
lepas dari pemahaman terhadap konsep budaya dasar. Beberapa konsep
memanusiakan manusia melalui pemahaman terhadap konsep budaya dasar adalah
sebagai berikut.

1. Keadilan
Keadilan adalah salah satu moral dasar bagi kehidupan manusia. Keadilan
mengacu pada suatu tindakan baik yang mesti dilakukan oleh setiap manusia.
2. Penderitaan
Penderitaan adalah teman paling setia kemanusiaan. Ini melengkapi ciri
paradoksal yang menandai eksistensi manusia didunia.
3. Cintakasih
45

Cintakasih adalah perasaan suka kepada seseorang yang disertai belas


kasihan. Cinta merupakan sikap dasar ideal yang memungkinkan dimensi
sosial manusia menemukan bentuknya yang khas, manusiawi
4. Tanggungjawab
Tanggungjawab adalah kewajiban melakukan tugas tertentu yang dasarnya
adalah hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk yang mau menjadi baik
dan memperoleh kebahagiaan.
5. Pengabdian
Pengabdian diartikan sebagai perihal memperhamba diri kepada tugas-tugas
yang dianggap mulia
6. Pandangan hidup
Pandangan hidup berkenaan dengan eksistensi manusia didunia dalam
hubungannya dengan Tuhan, dengan sesama dan dengan alam tempat kita
berdiam.
7. Keindahan
Eksistensi manusia didunia diliputi dan digairahkan oleh keindahan. Manusia
tidak hanya penerima pasif tetapi juga pencipta keindahan bagi kehidupan.
8. Kegelisahan
Kegelisahan merupakan gambaran keadaan seseorang yang tidak tenteram
hati maupun perbuatannya, merasa khawatir tidak tenang dalam tingkah laku,
dan merupakan salah satu ekspresi kecemasan.
Jadi Anda dapat memahami bahwa Kebudayaan lahir dari proses kehidupan
yang dialami manusia, sehingga kebudayaan tidak dapat lepas dari konsep kehidupan
manusia. Kebudayaan yang diciptakan manusia tidak akan lepas dari nilai-nilai yang
mendasari kehidupan manusia, seperti keadilan, penderitaan, cinta kasih,
tanggungjawab, pengabdian, pandangan hidup, keindahan dan kegelisahan. Nilai-nilai
hidup ini selalu dialami manusia dalam hidupnya. Manusia sebagai pencipta dan
pengguna kebudayaan artinya Kebudayaan sangat bergantung pada manusia. Namun
Manusia tidak hanya befungsi sebagai pencipta atau pembentuk kebudayaan tetapi
46

juga sekaligus berfungsi sebagai pengembang dan pengubah kebudayaan. Artinya


keberadaan dan kelestarian Budaya itu sangat ditentukan oleh manusia sebagai
makhluk budaya.

4. Proses Dan Perubahan Kebudayaan


Kebudayaan dibentuk, dikembangkan, dan digunakan oleh manusia serta
diwariskan ke generasi berikutnya. Budaya bersifat tidak statis, tetapi dinamis.
Maksudnya, budaya dapat berubah seiring perkembangan zaman yang ada, namun
tidak semua unsur-unsur yang ada di dalam budaya tersebut juga berubah. Tempo
dulu, Indonesia terkenal dengan budaya bercocok tanam, tetapi sekarang budaya
tersebut melemah. Sebagai gambaran, jumlah penduduk Indonesia yang semakin
meningkat dapat mempengaruhi perubahan budaya bercocok tanam. Contohnya,
sebagian sektor pertanian Indonesia mengalami pergeseran ke arah sektor
pemukiman. Semakin banyaknya jumlah penduduk berarti semakin meningkatnya
kebutuhan akan tempat tinggal (papan), sehingga sebagian lahan pertanian bergeser
menjadi pemukiman. Semakin berkurangnya lahan pertanian juga menggeser
sebagian mata pencaharian petani ke bidang lain, misalnya menjadi tukang bangunan.
Berdasarkan contoh fenomena perubahan budaya di atas, tentunya terlebih
dahulu kita harus mengetahui bagaimana proses pembudayaan pada diri manusia.
Kemudian bagaimana proses perubahan tersebut berlangsung serta faktor-faktor apa
saja yang melatarbelakangi perubahan sosial kebudayaan dan yang mempengaruhi
jalannya perubahan sosial. Setelah itu, diharapkan dapat memaknai proses
pembudayaan maupun perubahan kebudayaan.
Proses pembudayaan adalah tindakan yang menimbulkan dan menjadikan
sesuatu lebih bermakna untuk kemanusiaan. Proses tersebut diantaranya :
a. Internalisasi
Merupakan proses penyerapan realitas obyektif dalam kehidupan manusia.
b. Sosialisasi
47

Proses interaksi terus-menerus yang memungkinkan manusia memperoleh


identitas diri serta ketrampilan-ketrampilan sosial. Dalam keseharian,
sosialisasi bisa dikatakan sebagai proses menjelaskan sesuatu kepada anggota
masyarakat agar mengetahui adanya suatu konsep, kebijakan, suatu peraturan
yang menyangkut hak dan kewajiban mereka.
c. Enkulturasi
Enkulturasi adalah pencemplungan seseorang ke dalam suatu lingkungan
kebudayaan, dimana desain khusus untuk kehidupan kelihatan sebagai sesuatu
yang alamiah belaka.
d. Difusi
Meleburnya suatu kebudayaan dengan kebudayaan lain sehingga menjadi satu
kebudayaan.
e. Akulturasi
Akulturasi adalah percampuran dua atau lebih kebudayaan yang dalam
percampuran itu masing-masing unsurnya masih kelihatan.
f. Asimilasi
Asimilasi adalah proses peleburan dari kebudayaan satu ke kebudayaan lain.
Perubahan sosial dan kebudayaan merupakan segala perubahan pada
lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi
sistem sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola-pola perilaku
diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Setiap masyarakat, selama hidupnya pasti mengalami perubahan. Perubahan
bagi masyarakat yang bersangkutan maupun bagi orang luar yang menelaahnya,
dapat berupa perubahan-perubahan yang tidak menarik dalam arti kurang mencolok.
Ada pula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun luas, serta ada
pula, perubahan-perubahan yang lambat sekali, akan tetapi ada juga yang cepat.
Perubahan-perubahan dalam masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial,
pola-pola perilaku, organisasi, susunan, lembaga-lembaga kemasyarakatan, lapisan-
lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial, dan seterusnya.
48

Dengan diakuinya dinamika sebagai inti jiwa masyarakat, maka banyak Sarjana
Sosiologi modern yang mencurahkan perhatiannya pada masalah-masalah perubahan
sosial dan kebudayaan dalam masyarakat. Masalah tersebut menjadi lebih penting
dalam hubungannya dengan pembangunan ekonomi yang diusahakan oleh banyak
masyarakat dari Negara yang kemerdekaan politiknya setelah perang dunia kedua.
Faktor-faktor penyebab perubahan sosial dan kebudayaan :
a. faktor intern
Bertambah atau berkurangnya penduduk
Penemuan-penemuan baru (inovation discoveri [gagasan] invention
[diterapkan dalam masyarakat]
Pertentangan-pertentangan dalam masyarakat (konflik)
Pemberontakan/ revolusi
b. faktor ekstern
Perubahan lingkungan fisik manusia (bencana alam)
Pengaruh kebudayaan masyarakat lain
Peperangan
Faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan sosial :
Faktor-faktor yang mendorong :
Kontak dengan kebudayaan lain
Sistem pendidikan yang maju
Sikap menghargai hasil karya orang lain dan keinginan untuk maju
Toleransi terhadap perbuatan menyimpang
Sistem lapisan masyarakat yang terbuka
Penduduk yang heterogen
Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu
Orientasi ke depan
Nilai meningkatkan taraf hidup
Faktor-faktor yang menghambat :
49

Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain


Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat
Sikap masyarakat yang tradisional
Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat
(vested interest)
Rasa takut terjadinya kegoyahan dalam integrasi kebudayaan
Prasangka terhadap hal baru
Hambatan ideologis
Kebiasaan
Sikap pasrah

5. Problematika Sosial Kebudayaan


Perkembangan zaman yang semakin maju mendorong terjadinya perubahan di
segala bidang, termasuk dalam hal kebudayaan. Secara cepat atau lambat, pergeseran
atau perubahan kebudayaan akan menimbulkan problematika kebudayaan, yaitu
kesenjangan, pertentangan atau konflik diantara kelompok yang menghendaki
perubahan dengan kelompok yang tidak menghendaki perubahan. Sebagai contoh,
fenomena perubahan terkait semakin memudarnya eksistensi kesenian tradisional.
Tentunya hal tersebut bukan sekedar wacana, tetapi secara riil tengah dihadapi oleh
bangsa Indonesia. Akibat perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat, kita
disuguhkan pada banyak penawaran terkait hiburan di televisi, mulai dari sinetron
hingga acara musik, dimana bentuk penayangannya saling bersaing pada orientasi
pasar (industrial). Kesenian tradisional yang seharusnya dilestarikan secara bijak oleh
generasi penerus bangsa, justru tidak berjalan sesuai dengan yang dicita-citakan
generasi tua. Tidak sedikit generasi muda lebih memilih bentuk hiburan lain,
dibanding mempelajari, menonton, bahkan terlibat dalam kesenian tradisional.
Problematika sosial kebudayaan yang tengah dihadapi, tentunya tidak hanya
kesenian saja, tetapi juga mencangkup ke-tujuh unsur kebudayaan. Untuk dapat
50

menganalisa dan memaknai problematika sosial kebudayaan, ada baiknya kita


mengetahui terlebih dahulu hakekat manusia dan budaya unggul, komodifikasi
kebudayaan, dan tantangan kebudayaan yang tengah kita hadapi. Setelah itu,
diharapkan dapat menelaah, menyikapi, dan menformulasikan solusi secara bijak
terkait problematika sosial kebudayaan.

A. Manusia dan Budaya Unggulxv

Buku Stephen R. Covey berjudul The 8th Habit: From Effectiveness to


Greatness setidaknya menjadi pemicu diskusi tentang budaya unggul akhir-akhir ini.
Para cerdik cendekia pun ribut mencari apa yang sebenarnya unggul dalam diri kita
dan apa memang ada keunggulan itu. Tidak main-main, bahkan Bapak Presiden
merasa perlu menyampaikan kepada rakyatnya untuk melahirkan budaya unggul
dalam bangsa ini.

Dalam maksud yang sederhana, budaya unggul akan bisa memulihkan harga
diri dan martabat bangsa ini menjadi bangsa yang tidak mudah dilecehkan dan
diharapkan mampu mengatasi krisis berkepanjangan dan seterusnya. Jika budaya
unggul bisa didiskusikan bersama seiring dengan manusia unggul, setidaknya apa
yang dinyatakan oleh Covey sebagai manusia dengan predikat greatness membawa
ingatan kita pada apa yang oleh filosof Jerman, Friedrich Wilhelm Nietzsche (1844-
1900), dinyatakan sebagai uebermensch yang dalam bahasa Inggris sering
diterjemahkan sebagai superman. Kebudayaan merupakan identitas dari manusia.

Untuk melahirkan budaya unggul, terlebih dahulu manusia harus bisa


menjawab tantangan yang ada dalam dirinya sendiri. Manusia unggul tidak lahir dari
situasi statis, melainkan dari proses dinamis. Tidak saja dalam pengertian bagaimana
upaya menemukan talenta terbaik dalam diri seseorang, melainkan upaya untuk terus-
menerus menjadi manusia yang lebih (over).
51

Beberapa orang menafsirkan ajaran uebermensch Nietzsche sebagai anjuran


untuk memproduksi jenis manusia yang unggul dalam mengatasi kemampuan
manusia lain. Namun, dalam konteks ini saya kira lebih tepat membaca uebermensch
Nietzsche sebagai anjuran untuk melahirkan manusia unggul dengan cara melahirkan
dirinya untuk terus-menerus menjadi manusiawi. Kata ueber, dalam bahasa Jerman
mempunyai dua pengertian yang dalam bahasa Inggris bisa diasosiasikan menjadi
kata super atau over.

Dalam pengertian ini, Ignas Kleden (2004) menyatakan bahwa manusia


hanya akan berhasil menjadi manusia melalui proses ueberwindung atau overcoming
(dalam bahasa Inggris). Anjuran untuk berproses menjadi manusia unggul sudah
dinyatakan dengan amat jelas dalam Also Sprach Zarathustra. Jelas sekali ketika
Nietzsche menulis bahwa pertanyaan pertama dan satu-satunya yang dianjurkan oleh
Zarathustra adalah Wie Wird der Mensch ueberwubden (bagaimana caranya manusia
mengatasi manusia).

Pengertiannya, untuk lahir sebagai superman, manusia harus terus-menerus


mengatasi dirinya sebagai manusia. Untuk menjadi manusia unggul, manusia harus
bisa meningkatkan dirinya dari sekadar manusiawi (humanus) menjadi lebih
manusiawi (humanior). Manusia unggul keluar dari proses dinamis dan penuh
tantangan, manusia yang bisa menggunakan kehendak dan kuasanya untuk mengatasi
rasa lemahnya. Nietzsche adalah filsuf yang begitu yakin bahwa manusia harus
berdiri di atas sifat-sifat konkretnya.

Manusia bukanlah suatu konsep abstrak sebagaimana dipahami oleh kaum


idealis atau juga kaum materialis. Keduanya sering melahirkan pandangan-pandangan
dunia yang bersifat statis. Padahal, hidup dan kehidupan itu sendiri merupakan
sesuatu yang dinamis dan bergerak terus-menerus. Bukankah Nietzsche sendiri
menyatakan, man is something that is to be surpassed (Manusia adalah sesuatu yang
harus dilampaui). Atau dengan yakin ia menyatakan, what is great in man is that he is
52

a bridge and not a goal; what is lovable in man is that he is an over- going and
down-going (Apa yang agung dalam diri manusia adalah bahwa dia adalah jembatan
dan bukan tujuan; apa yang patut dicinta dalam diri manusia adalah bahwa dia adalah
perjalanan naik dan turun).

Melahirkan manusia unggul jangan disalahpahami hanya dengan pengertian


meloloskan siswa-siswa berprestasi yang mampu merengkuh juara olimpiade fisika,
matematika, atau kimia. Menjadi manusia unggul biasa dialami oleh siapa saja yang
mampu mengatasi kediriannya menuju kedirian yang lebih. Sifat serakah dan senang
korupsi adalah manusiawi dan bahkan menjadi bagian tak terpisah dari manusia.
Untuk lahir menjadi manusia unggul, seseorang harus bergerak untuk memperbarui
kemanusiawiannya menjadi lebih manusiawi dengan menjelma menjadi manusia
yang tidak serakah dan senang korupsi.

Seorang pejabat akan bernilai lebih jika setiap saat dia berhasil mengawasi
dan menekan nafsu korupsinya. Dalam mengarungi bahtera kehidupan yang nyata
itulah manusia diberi kuasa untuk memikul tanggung jawab atas dirinya sendiri. Dia
harus menciptakan nilai-nilai untuk dirinya sendiri pada saat perjalanan kehidupan
tersebut.

Di sini dapat dipahami mengapa Nietzsche amat membenci pada mereka


yang mudah menyerahkan diri pada skema nilai-nilai yang diciptakan di luar dirinya
sendiri. Nietzsche menyebut mereka sebagai "manusia bermoral gerombolan" atau
"bermoral budak". Mereka adalah para pengecut yang hanya bisa berlindung di balik
nilai-nilai yang menjerat kedigdayaannya.

"The ignorant, to be sure, the people-they are like a river on which a boat
floateth along; and in the boat sit the estimates of value, solemn and disguised".
Mereka seperti sebuah sungai yang di atasnya mengambang sebuah perahu; dan di
dalam perahu itu duduk nilai yang dihargai, penuh kemeriahan dan samaran.
53

Manusia unggul, jika mau merujuk pada Nietzsche, bisa lahir dan dilahirkan
dari manusia yang tak lagi menggantungkan diri segala tekanan dari luar. Dengan
tidak memperpanjang segala kontroversi pendapat Nietzsche, budaya unggul dalam
perspektif ini bisa dijadikan rujukan untuk mengembalikan jati diri dan martabat
kebangsaan yang hancur di tengah keserakahan modal, penguasa, utang luar negeri,
bahkan terorisme.

B. Komodifikasi kebudayaan

Ada kesan bahwa kebudayaan semakin menjadi komoditas. Kebudayaan


seakan-akan diapropriasi oleh elite politik, elite intelektual, elite birokrat, elite sistem
pendidikan atau elite budaya sendiri. Apropriasi itu berlangsung atas dua jalur.
Pertama, terungkap dalam pembicaraan tentang kebudayaan masyarakat yang
dikatakan tidak cocok untuk pembangunan. Menurut jalur ini, budaya masyarakat
perlu direkayasa supaya sesuai dengan pembangunan. Yang merekayasa adalah elite
yang berbeda dari masyarakat yang menganggap dirinya sudah mempunyai budaya
yang sesuai dengan pembangunan. Jalur itu juga melegitimasi penundaan proses
demokratisasi : selama masyarakat masih memiliki mentalitas yang tidak cocok
dengan pembangunan, ia belum dapat ikut dalam proses penentuan arah perjalanan
bangsa Indonesia.

Kedua, berkebalikan dengan yang pertama, yaitu jalur keprihatinan terhadap


budaya bangsa. Dia mendapat ekspresi dalam dua sub lagu yang bersama
menghasilkan paduan suara atau duet harmoniselite yang prihatin. Sub lagu yang
pertama disebut lagu museum ; unsur-unsur positif warisan budaya bangsa perlu
dilestarikan. Disini termasuk pakaian nasional, tari-tarian, sopan santun ketimuran,
kekeluargaan, gotong royong dan lain-lain. Dengan menetapkan apa yang termasuk
54

budaya bangsa, elite menetapkan kelakuan masyarakat yang mana sesuai dan yang
mana tidak sesuai.

Sub-lagu yang kedua mau melindungi budaya nasional terhadap pengeruh


buruk dari luar. Elite yang menganggap diri berwenang untuk menetapkan sikap-
sikap mana yang tidak sesuai dengan budaya bangsa. Disini kita mendengarkan
bahwa bangsa Indonesia tidak mengenal oposisi, bahwa masyarakat kita
bermusyawarah daripada memperjuangkan hak-haknya, tidak bersikap konfrontatif,
bahwa bertindak berdasarkan keyakinan sendiri adalah individualisme, dan oleh
karena itu asing.xvi

Jadi, hal-hal diatas secara tegas menyatakan bahwa demi budaya bangsa
elitelah yang sebaiknya menentukan arah pembangunan.

C. Tantangan Kebudayaan

Masyarakat kita yang berbudaya akan beruntung apabila mengenal dan


akrab dengan beberapa kebudayaan barat. Sama dengan orang barat yang mengenal
dan mencintai kebudayaan-kebudayaan Timur. Pertemuan dengan kebudayaan lain
selalu memperkaya kita sendiri. Mengagumi karya karya seni Italia, atau menelusuri
filsafat Perancis bagi orang timur pasti sangat rewarding. Yang pasti menarik,
pelancongan ke dalam kebudayaan lain tidak cenderung memiskinkan persepsi
tentang kebudayaan sendiri, melainkan memperkaya.

Kebudayaan yang sungguh-sungguh mengancam kita adalah kebudayaan


modern tiruan. Dia mengancam karena tidak sejati, tidak substansial, semu, dan
ersatz. Kebudayaan itu membuat kita menjadi manusia plastic, manusia tanpa
kepribadian, manusia terasing, manusia kosong, manusia latah.xvii
55

Kebudayaan tiruan itu mempunyai daya tarik luar biasa sehingga mampu
menyedot pandangan kita tentang nilai, dasar harga diri, dan status. Ia menawarkan
kemewahan, kepenuhan hidup, kemantapan diri, asal kita mau berpikir sendiri, dan
berhenti membuat penilaian sendiri. Kebudayaan yang dikatakan modern itu
membuat kita lepas dari kebudayaan tradisional kita sendiri, dan sekaligus tidak
menyentuh kebudayaan teknologis modern yang sesungguhnya. Akhirnya kita hanya
seolah-olah menjadi manusia modern.

LATIHAN

1. Jelaskan dengan kalimat Anda sendiri, Fungsi akal dan budi bagi manusia!
2. Sebut dan Jelaskan Unsur-Unsur kebudayaan menurut C Kluckhohn!
3. Manusia sebagai makhluk budaya adalah pencipta kebudayaan yang tidak lepas
dari pemahaman terhadap konsep budaya dasar. Jelaskan Beberapa konsep
memanusiakan manusia melalui pemahaman terhadap konsep budaya dasar!
4. Jelaskan apa yang dimaksud perubahan sosial kebudayaan!
5. Sebutkan dan jelaskan satu tantangan kebudayaan yang tengah dihadapi bangsa
Indonesia!
56

PETUNJUK JAWABAN LATIHAN

1. Bila Anda belum dapat menjawab pertanyaan ini, pelajari kembali fungsi akal
dan budi bagi manusia.
2. Bila Anda belum dapat menjawab pertanyaan ini, pelajari kembali Unsur-Unsur
kebudayaan menurut C Kluckhohn!
3. Jika anda belum paham dengan konsep budaya dasar, pelajari kembali Beberapa
konsep memanusiakan manusia melalui pemahaman terhadap konsep budaya
dasar!
4. Diskusikan dengan teman Anda tentang perubahan sosial dan kebudayaan.
5. Diskusikan dengan teman Anda tentang tantangan kebudayaan.
57

RANGKUMAN

Manusia memiliki kemampuan untuk menciptakan semua unsur dan memberi


makna kepada kehidupannya. Kemampuan menciptakan ini disebabkan oleh akal
manusia yang kompleks. Semua pengetahuan dan kemampuan yang diciptakan dan
dikembangkan oleh manusia untuk keberlangsungan hidupnya inilah yang dikatakan
sebagai kebudayaan.
Fungsi kebudayaan bagi manusia adalah untuk melindungi diri terhadap alam,
mengatur hubungan antar manusia, dan sebagai wadah dari segenab perasaan
manusia. Kebudayaan akan mendasari, mendukung, dan mengisi masyarakat dengan
nilai-nilai hidup untuk dapat bertahan, menggerakkan serta membawa masyarakat
kepada taraf hidup tertentu yaitu hidup yang lebih baik, manusiawi, dan
berperikemanusiaan.
Unsur-Unsur kebudayaan menurut C Kluckhohn dalam bukunya Universal
Categories of Culture meliputi Cultural universals yaitu :
1) Peralatan dan perlengkapan hidup ( pakaian, perumahan, alat-alat produksi,
transportasi)
2) Mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi (pertanian, peternakan, sistem
produksi, distribusi )
3) Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum,
perkawinan)
58

4) Bahasa (lisan maupun tertulis)


5) Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak dll)
6) Sistem pengetahuan
7) Religi (sistem kepercayaan)
Manusia sebagai makhluk budaya adalah pencipta kebudayaan yang tidak
lepas dari pemahaman terhadap konsep budaya dasar. Beberapa konsep
memanusiakan manusia melalui pemahaman terhadap konsep budaya dasar adalah
sebagai berikut.
1. Keadilan
2. Penderitaan
3. Cintakasih
4. Tanggungjawab
5. Pengabdian
6. Pandangan hidup
7. Keindahan
8. Kegelisahan
Manusia pasti mengalami proses pembudayaan yang diwariskan secara turun-
temurun. Selama proses pembudayaan tersebut, manusia melalui tahapan
internalisasi, sosialisasi, enkulturasi, difusi, akulturasi, dan asimiliasi. Dengan begitu,
proses pembudayaan tadi juga dapat berkembang maupun berubah.
Perubahan kebudayaan dapat bersifat lambat atau cepat, baik maupun buruk,
sederhana hingga kompleks. Perubahan tersebut dapat berupa nilai-nilai sosial, pola-
pola perilaku, organisasi, susunan, lembaga-lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan
sosial, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial, dsb. Hal ini tergantung dari
pengaruh lingkungan sekitar, pemerintah, dan masing-masing individu sebagai
penentu perubahan.
Indonesia, tidak terlepas dari adanya perubahan sosial dan kebudayaan yang besifat
kompleks. Perubahan tersebut dilatarbelakangi oleh adanya faktor-faktor secara
internal maupun eksternal. Disamping itu, terdapat pula faktor-faktor yang
mempengaruhi jalannya proses perubahan sosial, baik yang bersifat mendorong
maupun menghambat perubahan.
59

Problematika sosial kebudayaan yang tengah dihadapi oleh Bangsa Indonesia


sangat kompleks dan sejatinya perlu mendapatkan perhatian khusus dari berbagai
kalangan. Kebudayaan merupakan identitas bangsa, cerminan jati diri kita. Bila
kebudayaan hilang, maka hancur pulalah bangsa Indonesia. Oleh karena itu, sebagai
bangsa yang baik adalah yang mampu mempertahankan identitas dirinya.

DAFTAR PUSTAKA

Benedict. R, 1934, Pattern of Culture, Boston, MA.


DAndrade, R, Culture dalam Jessica Kuper, & Adam Kuper, 2000, Ensiklopedi
Ilmu-ilmu Sosial
DAndrade, R., 1984, Culture Meaning System, dalam R.A. Shweder dan R.A LeVine
(eds) Culture Theory : Essays of Mind, Self, and Emotion, Cambridge, UK
Franz Magnis Suseno, 1992, Filsafat Kebudayaan Politik, butir-butir Pemikiran
Kritis, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Geertz, C., 1973, The Interpretation of Culture, New York.
Kluckhohn C, dalam Soerjono Soekanto, 1990, Sosiologi suatu pengantar, edisi ke-4,
Rajawali Pers, Jakarta.
Kroeber A.L. dan Kluckhon, C, 1963, Culture : A Critical Review of Concepts and
Definitions, New York.
Linton, R, 1936, A Study of Man, an Introduction, Appleton Century-Croft. Inc., New
York.
Malinowski, B, 1922, Argonouts of The western Pasific, London.
Schneider, D., 1968, American Kinship : A Cultural Account, Englewood Cliffs, NJ.
Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, 1964, Setangkai Bunga Sosiologi, edisi
pertama, yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Spiro, M.E, 1987, Culture and Human Nature, Chicago
Swartz, M., 1991, The Way The World is : Cultural Processes and Social Relations
among the Mombassa Swahili, Berkeley, CA.
Taylor, E.B, 1958, Primitive Culture : Researches in the Development of Mythologi,
Religion, Art and Custom, Gloucester, MA.
60

TES FORMATIF 2

Setelah Anda mempelajari Modul 2 tersebut di atas, kerjakan


soal-soal berikut ini dengan cara memberi tanda silang pada salah
satu alternatif jawaban yang tersedia yang Anda anggap paling
benar.

1. Komponen kebudayaan adalah meliputi.


a) Individu
b) Masyarakat
c) Alam
d) Individu, masyarakat dan alam

2. Kebudayaan adalah keseluruhan kompleks yang mencakup pengetahuan,


kepercayaan, seni, moral, hukum, adapt, serta kemampuan dan kebisaan lainnya
yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat, merupakan definisi
kebudayaan menurut.
a) Ki Hajar Dewantara
b) E.B Taylor
c) Rafael Raga Manan
d) Keesing

3. Koentjaraningrat mendefinisikan kebudayaan sebagai ..


a) Hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan
teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah
b) Totalitas pengetahuan manusia, pengalaman yang terakumulasi dan yang
ditransmisikan secara social
c) Keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan
belajar beserta keseluruhan dari hasil budi pekertinya
d) Segala sesuatu yang diperoleh individu dari masyarakat, mencakup
kepercayaan, adat istiadat, norma-norma artistic, kebiasaan makan, keahlian
yang diperoleh bukan dari kreatifitasnya sendiri melainkan merupakan
warisan masa lampau yang didapat melalui pendidikan formal atau informal
61

4. Setiap individu menjalankan kegiatan dan menganut keyakinannya sesuai dengan


warisan sosial atau kebudayaannya. Hal ini bukan semata-mata karena adanya
sanksi tersebut tetapi juga karena faktor lain, yaitu..
a) Paksaan
b) Hinaan
c) Emotional dan Motivasional
d) Kesombongan

5. Fungsi kebudayaan bagi manusia antara lain adalah ..


a) Untuk melindungi diri terhadap alam, mengatur hubungan antar manusia,
dan sebagai wadah dari segenab perasaan manusia
b) Sebagai wahana untuk menjajah bangsa lain
c) Untuk menghasikan teknologi atau kebudayaan kebendaan yang mempunyai
kegunaan utama menguasai dan mengeksploitasi manusia lain, alam dan
lingkungan
d) Untuk mencari kepuasan dibidang materiil dengan menghalalkan segala cara

6. Berikut ini merupakan Unsur-Unsur kebudayaan menurut C Kluckhohn dalam


bukunya Universal Categories of Culture kecuali.
a) Peralatan dan perlengkapan hidup
b) bahasa
c) sistem pengetahuan
d) Individu, masyarakat dan alam

7. Yang termasuk sistem Mata Pencaharian Hidup dan Sistem Ekonomi dalam
Unsur-Unsur kebudayaan menurut C Kluckhohn adalah .
a) pertanian, peternakan, sistem produksi, distribusi
b) sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum, perkawinan
c) seni rupa, seni suara, seni gerak
d) pakaian, perumahan, alat-alat produksi, transportasi

8. Ciri-ciri kebudayaan adalah .


a) Berpusat pada perwujudan nilai-nilai tertentu
b) Beraneka ragam
c) Tidak mempunyai Nilai
d) Statis dan Dinamis

9. Sifat Kebudayaan antara lain ..


a) Bersifat menyeluruh
b) Berkembang dalam ruang / bidang geografis tertentu
c) Berpusat pada perwujudan nilai-nilai tertentu
d) Terbagi pada bidang dan aspek

10. Wujud kebudayaan adalah


62

a) Paksaan
b) Hinaan
c) Ide : tingkah laku dalam tata hidup
d) Kesombongan

11. Berikut ini fungsi manusia sebagai makhluk budaya, kecuali


a) Pencipta kebudayaan
b) Pengembang kebudayaan
c) Pengubah kebudayaan
d) Pencampur kebudayaan

12. Beberapa komponen kemampuan daya yang dimiliki manusia sebagai pencipta
kebudayaan adalah
a) Akal, emosi dan perilaku
b) Keadilan, kegelisahan dan penderitaan
c) Cinta kasih, tanggungjawab dan keindahan
d) Pengabdian dan pandangan hidup

13. Menurut Peter L. Berger, dialektika fundamental terdiri dari tiga tahap, kecuali
.
a) Eksternalisasi
b) Obyektifitas
c) Internalisasi
d) Subjektifitas

14. Apa yang dimaksud dengan konsep Keadilan dalam konsep budaya dasar
a) Berat sebelah
b) gambaran keadaan seseorang yang tidak tenteram hati maupun
perbuatannya, merasa khawatir tidak tenang dalam tingkah laku, dan
merupakan salah satu ekspresi kecemasan.
c) memperhamba diri kepada tugas-tugas yang dianggap mulia
d) Tindakan yang tidak berat sebelah, sesuai dengan porsinya

15. Apa yang dimaksud dengan konsep tanggung jawab dalam konsep budaya
dasar.
a) perasaan suka kepada seseorang yang disertai belas kasihan
b) gambaran keadaan seseorang yang tidak tenteram hati maupun perbuatannya
c) kewajiban melakukan tugas tertentu yang dasarnya adalah hakikat
keberadaan manusia sebagai makhluk yang mau menjadi baik dan
memperoleh kebahagiaan.
d) memperhamba diri kepada tugas-tugas yang dianggap mulia

16. Proses penyerapan realitas obyektif dalam kehidupan manusia, disebut ...
a) Sosialisasi
63

b) Enkulturasi
c) Internalisasi
d) Asimilasi

17. Proses pembudayaan terdiri dari, kecuali ...


a) Asimilasi
b) Doktrinasi
c) Akulturasi
d) Difusi

18. Perubahan sosial dan kebudayaan dalam masyarakat dapat berupa, kecuali ...
a) Wewenang
b) Nilai-nilai sosial
c) Orang tua kandung
d) Lembaga sosial

19. Yang merupakan faktor penyebab perubahan sosial dan kebudayaan, kecuali ...
a) Mortalitas dan Natalitas
b) Konflik
c) Bencana Alam
d) Berita

20. Faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan sosial adalah,


kecuali ...
a) Kebiasaan
b) Tulisan
c) Orientasi ke depan
d) Kontak dengan kebudayaan lain

21. Manusia unggul adalah, kecuali ...


a) Lebih individualis
b) Lebih manusiawi
c) Menuju pada kedirian yang lebih
d) Lebih humanis

22. Manusia unggul tidak lahir dari situasi yang ...


a) Dinamis
b) Berubah-ubah
c) Statis
d) Penuh dinamika

23. Manusia unggul melahirkan ...


a) Koruptor
b) Materialis
64

c) Individualis
d) Budaya unggul

24. Komodifikasi kebudayaan adalah ...


a) Mempertahankan kebudayaan lokal
b) Merekayasa kebudayaan lokal
c) Melestarikan kebudayaan lokal
d) Menjunjung tinggi kebudayaan lokal

25. Tantangan Kebudayaan di Indonesia, salah satunya adalah ...


a) Manusia unggul
b) Budaya unggul
c) Budaya tiruan
d) Manusia bijaksana

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian,
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi
Kegiatan Belajar Modul 1.

Jumlah Jawaban Benar


Tingkat penguasaan = ---------------------------------------
x 100 %
Jumlah Soal
Arti tingkat penguasaan:

90 100% = baik sekali


80 89% = baik
70 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan Kegiatan Belajar Modul 3. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar Modul 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.
65

KUNCI JAWABAN

1. D - Individu, Masyarakat Dan Alam


2. B - E.B. Taylor
3. C - Keseluruhan Gagasan Dan Karya Manusia Yang Harus Dibiasakan
Dengan Belajar Beserta Keseluruhan Dari Hasil Budi Pekertinya
4. C - Emotional Dan Motivasional
5. A - Untuk Melindungi Diri Terhadap Alam, Mengatur Hubungan Antar
Manusia Dan Sebagai Wadah Dari Segenab Perasaan Manusia
6. D - Individu, Masyarakat Dan Alam
7. A - Pertanian, Peternakan, Sistim Produksi, Distribusi
8. A - Berpusat Pada Perwujudan Nilai-Nilai Tertentu
9. D - Terbagi Pada Bidang Dan Aspek
10. C - Ide : Tingkah Laku Dalam Tata Hidup
11. D - Pencampur Kebudayaan
12. A - Akal, Emosi Dan Perilaku
13. D - Subjektifitas
14. D - Tindakan Yang Tidak Berat Sebelah, Sesuai Dengan Porsinya
15. C - Kewajiban Melakukan Tugas Tertentu Yang Dasarnya Adalah
Hakikat Keberadaan Manusia Sebagai Makhluk Yang Mau Menjadi
Baik Dan Memperoleh Kebahagiaan
16. C - Internalisasi
17. B - Doktrinasi
18. C - Orang Tua Kandung
19. D - Berita
20. B - Tulisan
21. A - Lebih Individualis
22. C - Statis
23. D - Budaya Unggul
24. B - Merekayasa Kebudayaan Lokal
25. C - Budaya Tiruan
i Kroeber A.L. dan Kluckhon, C (1963), Culture : A Critical Review of Concepts and
Definitions, New York.

ii DAndrade, R. (1984) Culture Meaning System, dalam R.A. Shweder dan R.A LeVine
(eds) Culture Theory : Essays of Mind, Self, and Emotion, Cambridge, UK

iii Taylor, E.B (1958/1871) Primitive Culture : Researches in the Development of


Mythologi, Religion, art and Custom, Gloucester, MA.

iv Spiro, M.E (1987) Culture and Human Nature, Chocago

v Schneider, D. (1968) American Kinship : A Cultural Account, Englewood Cliffs, NJ.

vi Geertz, C. (1973) The Interpretation of Culture, New York.

vii Malinowski, B (1922) Argonouts of The western Pasific, London.

viii Benedict. R (1934) Pattern of Culture, Boston, MA.

ix DAndrade, R, Culture dalam Jessica Kuper, & Adam Kuper,, Ensiklopedi Ilmu-ilmu
Sosial, 2000

x Swartz, M. (1991) The Way The World is : Cultural Processes and Social Relations among
the Mombassa Swahili, Berkeley, CA.

xi DAndrade, R, Ibid

xii Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, Setagkai Bunga Sosiologi, edisi pertama,
yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 1964, hal 155

xiii Kluckhohn C, dalam Soerjono Soekanto, Sosiologi suatu pengantar, edisi ke-4,
Rajawali Pers, 1990

xiv Linton, R, A Study of Man, an introduction, Appleton Century-Croft. Inc., New York,
1936, hal 397

xv Saiful Arif, Kompas, Jumat 17 Februari 2006, HTML

xvi Franz Magnis Suseno, Filsafat Kebudayaan Politik, butir-butir Pemikiran Kritis, PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 1992, hal 29-30
xvii Ibid, Hal 51

Anda mungkin juga menyukai