Dosen Pengampu :
OLEH
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karuniaNya yang telah diberikan sehingga penulisan Laporan Mata Kuliah
VULKANOLOGI.
Laporan ini disusun dengan tujuan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh
dosen untuk memenuhi tugas akademik pada mata kuliah Praktikum Geofisika
VULKANOLOGI Melalui laporan ini, penyusun menyampaikan ucapan terima kasih
kepada Ibu Intan Noviantari Manyoe, S.Si., M.T sebagai dosen pembimbing dan
semua pihak yang membantu dalam penyusunan laporan ini.
Penyusun
i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM VULKANOLOGI
NIM : 471414002
Email : destira.h.eksan@gmail.com
Mengetahui,
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................i
Lembar Pengesahan.......................................................................................................ii
Daftar Isi.......................................................................................................................iii
Daftar Gambar...............................................................................................................v
Daftar Lampiran..vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang.........................................................................................................1
1.2. Tujuan.....................................................................................................................1
1.3. Manfaat...................................................................................................................2
2.1. Geomorfologi..........................................................................................................3
2.2. Stratigrafi................................................................................................................4
iii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Geomorfologi........................................................................................................22
4.2. Stratigrafi..............................................................................................................24
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan...........................................................................................................31
5.2. Saran.....................................................................................................................31
DAFTARPUSTAKA...................................................................................................32
LAMPIRAN................................................................................................................33
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Peta Relief 3D Propinsi Gorontalo dan Pembagian Zona Fisiografinya.
(SRTM V.3, USGS, 2014)..............................................................................................3
Gambar 2.2. Kolom Stratigrafi Lokasi Praktikum (Rudyawan, dkk.
(2012))...........................................................................................................................4
Gambar 2.3. Peta tatanan Tektonik pulau Sulawesi (Darman dan Sidi,
2000)..............................................................................................................................6
Gambar 2.4. Lava Dome...............................................................................................9
Gambar 2.4. Pillow Lava............................................................................................10
Gambar 2.5. Block Lava Flows...................................................................................10
Gambar 2.6. Piroklastik Falls.....................................................................................11
Gambar 2.7. Riolit.......................................................................................................12
Gambar 2.8. Andesit....................................................................................................12
Gambar 2.9. Basal.......................................................................................................13
Gambar 2.10. Material Bawaan Piroklastik...............................................................14
Gambar 2.11. Jenis Pengendapan...............................................................................15
Gambar 2.12. Siklus Endapan Piroklastik Aliran.......................................................15
Gambar 2.13. Siklus Endapan Piroklastik Surge........................................................16
Gambar 3.1. GPS (Global Positioning System)..........................................................19
Gambar 3.2. Palu Geologi..........................................................................................19
Gambar 3.3. Kompas Geologi.....................................................................................20
Gambar 3.4. Peta topografi.........................................................................................20
Gambar 3.5. Peta geologi...........................................................................................20
v
Gambar 4.4. Dataran teras sungai..............................................................................23
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1
1.3 Manfaat
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
lereng relative landau dan berjulang kurang dari 200 m. Zona ini ditempati oleh
batuan gunungapi dan batuan sedimen berumur tersier hingga kuarter.
Zona terakhir adalah zona yang relatif terbatas didataran pantai Pohuwato.
Dataran yang terbentang dari Marisa di timur hingga Torosiaje dan perbatasan dengan
Provinsi Sulawesi Tengah di barat, merupakan aluvial pantai yang sebagain besar
tadinya merupakan daerah rawa dan zona pasang-surut.
4
Stratigrafi daerah penelitian, merujuk pada Rudyawan dkk. (2014) Formasi
batuan yang terdapat pada lokasi penelitian terdiri dari lima formasi batuan, yang jika
diurutkan dari tua kemuda yakni, Diorit Bone (Tmb), BATUAN GUNUNGAPI
BILUNGALA (Tmbv), BATUAN GUNUNGAPI PINOGU (TQpv), BATU
GAMPING QUARTER (Ql), ENDAPAN ALUVIUM (Qal).
Satuan ini terdiri dari diorit kuarsa, diorit, granodiorit, dan granit. Diorit
kuarsa banyak dijumpai di daerah Sungai Taludaa, dengan keragaman diorit,
granodiorit dan granit. Sedangkan granit banyak dijumpai di daerah Sungai Bone
(Apandi dan Bachri, 1997). Satuan ini sering ditemui berhubungan disconformity
dengan satuan Batuan Gunungapi Bilungala
Breksi, tuf dan lava bersusunan andesit, dasit dan riolit.Zeolit dan kalsit sering
dijumpai pada kepingan batuan penyusun breksi.Tuf umumnya bersifat dasitan, agak
kompak dan berlapis buruk dibeberapa tempat.Di daerah pantai selatan dekat
Bilungala, satuan ini dikuasai oleh lava dan breksi yang umumnya bersusunan dasit,
dan dicirikan oleh warna alterasi kuning sampai cokelat, mineralisasi pirit, perekahan
yang intensif, serta banyak dijumpai batuan terobosan diorite.Propilitisasi, kloritisasi,
dan epidotisasi banyak dijumpai pada lava (Apandi, dan Bachri, 1997).Tebal satuan
diperkirakan lebih dari 1000 meter. Satuan ini berhubungan disconformity dangan
satuan Diorit Bone.
Formasi ini terdiri dari produk vulkanik yaitu tuf, tuf lapilli, breksi dan lava.
Breksi gunungapi di Pegunungan Bone, Mongadalia dan Pusian bersusunan andesit
piroksin dan dasit. Tuf yang tersingkap di G. Lemibut dan G. Lolombulan umumnya
berbatuapung, kuning muda, berbutir sedang sampai kasar, diselingi oleh lava
5
bersusunan menengah sampai basa. Tuf dan tuf lapilli di sekitar Sungai Bone
bersusunan dasitan. Lava berwarna kelabu muda hingga kelabu tua, pejal, umunya
bersusunan andesit piroksin. Satuan ini secara umum termampatkan lemah sampai
sedang, umumnya diduga berumur Pliosen Plistosen (Apandi, dan Bachri, 1997).
Satuan ini berhubungan secara Paraconformity dengan formasi batuan gunungapi
bilungala.
Satuan yang berumur Holosen Resen ini terdiri dari material-metarial yang
belum terkonsolidasikan seperti; pasir, lempung, lumpur, kerikil dan kerakal (Apandi
dan Bachri, 1997). Satuan ini berhubunga secara Disconformity dengan Formasi
Batugamping Quarter.
6
2.3. Struktur Geologi
7
Pada bagian utara Pulau Sulawesi, secara morfologi akan terlihat kenampakan
empat segmen sesar (Hall, dkk, 2000). Bagian tengah dari utara Pulau Sulawesi
terbagi kedalam tiga block yang kecil. Pada bagian timur dari lengan utara Pulau
Sulawesi diberi nama Block Manado, yang bebas dari pengaruh North Sula Block.
Sehingga secara geologi jelas terlihat pemisahan yang diakibatkan adanya Sesar
Gorontalo.
Bachri, S., (1989) menerangkan bahwa sesar Gorontalo yang memanjang dari
arah barat laut ke tenggara yaitu mulai dari Laut Sulawesi melewati Gorontalo hingga
perairan Teluk Tomoni. Sesar normal yang terdapat di Gunung Boliohuto
menunjukan pola memancar, sedang sesar jurus mendatar umumnya bersifat
menganan (right lateral slip fault). Sesar tersebut memotong batuan berumur tua
(Formasi Tinombo) hingga batuan yang berumur muda (Satuan Batugamping
Klastik).
Struktur lipatan hanya terdapat setempat, terutama pada Formasi Dolokapa dan
Formasi Lokodidi, dengan sumbu lipatan secara umum berarah Barat-Timur.
Kelurusan banyak terdapat di daerah ini dengan arah yang sangat beragam.
2.4. Batuan Vulkanik
Batuann Beku vulkanik merupakan batuan beku yang terbentuk merupakan
hasil dari proses cooling down Magma atau Lava. Jadi pada batuan beku khusus
untuk vulkanik ini bukan hanya hasil pembekuan magma tetapi juga lava yang
berlangsung didalam tubuh gunung api maupun dipermukaan bumi atau disebut juga
intrusi dangkal (Shallow Intrusion).
Dikarenakan proses pembekuanya berada pada dalam tubuh api ataupun
dipermukaan bumi, sehingga proses pembekuanya berlangsung cepat dikarenakan
langsung kontak dengan udara maupun air yang ada dipermukaan bumi. Jika proses
pembekuaan magma ini berlangsung secara cepat maka belum sempat mengalami
proses kristalisasi sempurna sehingga hanya terbentuk 8ngina8 yang kecil-kecil
ataupun glassy.
8
Pada batuan beku jenis inilah kita temui jenis tekstur batuan beku yang
beragam, namun tidak untuk tekstur fanerik.
Beberapa contoh jenis testurnya :
Afanitik
Porfiritk
Glassy
2.5. Batuan Vulkanik
2.5.1. Klasifikasi Batuan Vulkanik
Riolit
Gambar 5. Riolit
Riolit berkomposisi sama dengan granit, biasanya mengandung fenokrist
feldspar, kwarsa atau mika, tetapi belum dapat disebut porfiritik. Riolit dan andesit
sukar dibedakan tanpa mikroskop, dan disatukan dalam kelompok felsite (kelompok
batuan bertekstur afanitik dan berwarna terang).
Andesit
9
Gambar 6. Andesit
Andesit terdiri dari na-plagioklas, piroksen dan amfibol. Umumnya
mengandung kwarsa sedikit atau sama sekali tidak ada. Kenampakannya mirip
dengan 10ngina10 dan bertekstur porfiritik, dengan feldspar dan mineral-mineral
ferro dan magnesium sebagai fenokrist.Andesit merupakan tipe lava yang banyak
dijumpai setelah basalt dan sering terdapat sepanjang batas benua atau di bagian
dalam benua.
Basalt
Gambar 7. Basal
Basalt adalah batuan beku luar, yang khas bertekstur afanitik, berbutir
halus sampai sangat halus.Biasanya berwarna gelap, terjadi dari pendinginan pada
bagian dalam aliran lava.Komposisi utamanya ca-plagioklas dan piroksen, sedangkan
amfibol hanya sedikit.
10
2.5. Batuan Piroklastik
Batuan piroklastik merupakan batuan yang susunannya disusun oleh material
hasil dari letusan gunung berapi akibat adanya gaya endogen. Yang kemudian
mengalami pengendapan sesuai dengan bidang pengendapan nya, lalu setelah proses
pengendapan mengalami proses kompaksi (litifikasi) yang kemudian menjadi batuan
piroklastik.
11
Gambar 8.Genesa Letusan Gunung Api
12
1. Piroklastik Jatuhan (Fall)
Endapan jatuhan piroklastik yang terjadi dari letusan gunung api yang meledak
yang kemudian terlempar pada suatu permukaan, memiliki ketebalan endapan
yang relative berukuran sama.
2. Piroklastik Aliran (Flow)
Endapan piroklastik yang umumnya mengalir kebawah dari pusat letusan gunung
api yang memiliki kecepatan tinggi pada saat adanya longsoran. Endapan aliran
ini berisikan batu yang berukuran bongkah dan abu.
13
Gambar 11.Siklus Endapan Piroklastik Surge
14
Block (untuk yang berbentuk menyudut) dan Bomb (untuk yang membentuk
membulat) berukuran lebih besar dari 32 mm.
Lapili yaitu untuk butiran dari 4 mm 32 mm diameternya.
Debu yaitu batuan yang lebih kecil dari 4 mm.
2. Bentuk Butir
Bentuk butir adalah bentuk dan keadaan batuan tersebut, ada beberapa macam
yaitu :
Membulat sempurna, sangat bulat seperti bola.
Membulat hampir seperti bola.
Menyudut, yaitu memiliki sudut-sudut pada permukaannya.
3. Kompaksi
Kompaksi adalah tingkat kekerasan pada batuan piroklastik, ada 2 macam
kompaksi yang dikenal dalam batuan piroklastik, yaitu :
Kompak, permukaannya kuat, keras dan padat.
Mudah hancur, bila dipegang meninggalkan serbuk pada tangan.
2.5.5. Struktur Batuan Piroklastik
Pada batuan piroklastik yang berbutir kasar maupun halus bisa didapatkan
struktur struktur yang sering kali terdapat pada batuan sedimen, seperti perlapisan.
Batuan piroklastik yang berbutir halus (tufa) seringkali memperlihatkan tekstur
seperti pada batuan beku lelehan.
Penamaan batuan piroklastik berdasarkan pada butirnya, dikenal 4 jenis yaitu :
1. Aglomerat, ukuran butir lebih besar 32 mm (Bomb).
Aglomerat adalah batuan piroklastik yang mirip dengan konglomerat (batuan
sedimen) di dalam tekstur. Perbedaannya terletak pada komposisi, dimana
aglomerat terdiri dari fragmen-fragmen volkanik (lava dan piroklastik di
antaranya gelas).
2. Breksi Volkanik, ukuran butir lebih besar dari 32 mm (Block).
15
Breksi Volkanik seperti halnya aglomerat, breksi volkanik juga dibentuk oleh
material gunungapi (volknik).
3. Tufa Lapili, ukuran butir antara 4 32 mm.
Tufa (Tuff), batuan piroklastik yang berukuran halus adalah tufa (tuff). Batuan ini
terdiri dari material fragmen kristal / mineral. Berdasarkan pada komponen
terbanyak fragmen kristal / mineral yang dikandung, tufa dapat dibedakan atas 3
golongan sebagai berikut :
a. Tufa Vitric : Banyak fragmen gelas
b. Tufa Kristal : Banyak fragmen kristal
c. Tufa Lithik : Banyak fragmen batuan
4. Tufa, ukuran butir sangat halus (abu / debu).
16
BAB III
METODOLOGI
3.1.1 Alat
b. Kompas
Kompas digunakan untuk mengukur strike/dip, arah singkapan, dan arah aliran.
17
Gambar 13. Kompas
c. Alat Tulis
Alat tulis menulisberfungsi untuk mencatat semua data yang didapat dilapangan .
d. Palu geologi
18
Gambar 15. Palu geologi
e. Kamera
Kamera berfungsi untuk mengambil foto dilapangan, foto ini menjadi salah satu
bukti pendukung data dilapangan.
f. Kantung sampel
19
g. Lup
3.1.2 Bahan
a. HCL
b.Peta Geologi
Peta geologi Peta geologi digunakan untuk melihat struktur, statigrafi, serta hal
kegeologian lainnya secara tidak langsung. Dalam praktikum ini digunakan peta
geologi Lembar Kotamubagu.
20
Gambar 20. Peta Geologi
c. Peta Topografi
Peta Topografi berfungsi sebagai panduan untuk melihat medan secara tidak
langsung, dan sebagai tempat untuk menginterpretasigeomorfologi.
Pada tahap ini mempesiapkan alat dan bahan, studi literatur, dan pembekalan
bersama asisten
21
3.3.2. Tahapan Pengambilan Data Lapangan
Pada tahap ini melakukan observasi geologi berupa stratigrafi ,struktur , litologi
serta sejarah geologi pada daerah praktikum.
Pada tahap ini data yang didapat diinterpetasi dan dibuat menjadi satu laporan
22
BAB IV
23
Gambar 23. Pegunungan aliran piroklastik
24
Gambar 26. Dataran Pantai
Pola aliran sungai pada lokasi praktikum setelah dilihat dari peta umumnya
tergolong pola aliran paralel.
4.2. Stratigrafi
25
Gambar 28. Grano Diorit
26
Gambar 29. Andesit porphiry
27
4.2.3. Dasit Porphiry (Tmbv)
Pada daerah ini dijumpai Dasit Porphiry yang tersingkap pada pinggiran
sungai yang telah mengalami pengikisan dengan aliran sungai. Satuan ini memiliki
beberapa mineral yaitu : Anhedral Amphibole, Feldspar, Quartz. Setelah merujuk
pada Rudyawan, dkk. (2012) satuan ini termasik dalam satuan Batuan Gunungapi
Bilungala (Tmbv).
Satuan ini banyak dijumpai pada saat melakukakn praktikum. Salah satu
penyebabnya karena lokasi pengamatan yang didominasi oleh batuan piroklastik dan
merupakan bagian dari formasi Batuan Gunungapi Pinogu. Satuan ini sering
ditemukan berselingan dengan tuff lapili yang juga merupakan bagian dari Formasi
Batuan Gungung Api Pinogu. Fragmen dari satuan ini didominasi oleh fragmen
Andesitik, tapi pada stasiun 3 ditemukan satuan breksi piroklastik dengan fragmen
Micro Gabbro, dengan mineral penciri seperti (Olivin, Piroxin, Ca-Plagioklas).
Matriks dari satuan ini didominasi oleh Tuff.
28
Gambar 33. Perselingan antara Breksi Piroklastik dan Tuff Lapili
29
Gambar 35. Satuan Breksi piroklastik
Satuan ini hampir sama dengan Breksi Piroklastik, tersebar luas pada lokasi
pengamatan, dengan bukti ditemukan pada stasiun 1, dan 2 (Gambar 33)
Satuan Batugamping terumbu ini ditemukan pada Stasiun 2. Pada lokasi ini
pengamatan tidak dapat dilakukan secara maksimal karena keadaan lokasi
pengamatan tidak memungkinkan, karena berada di tebing yang curam
30
4.2.7. Konglomerat (Qal)
BAB V
31
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari data praktikum yang didapati pada daerah praktikum dapat menyimpulkan
sejarah geologinya, dilihat pada skala waktu Tersier (miosen awal) terbentuk Satuan
Diorit Bone, kemudian terbentuk Satuan Batuan Gunungapi Bilungala (Tmbv), lalu
diendapkan batuan-batuan piroklastik dari Satuan Batuan Gunungapi Pinogu (TQpv)
pada skala Pliosen sampai awal Plistosen. Pada zaman Holosen terbentuk satuan
Batugamping terumbu (Ql), dan diendapkan satuan Endapan Pantai (Qal).
5.2. Saran
Laporan ini masih banyak terdapat kekurangan, kiranya untuk pengamatan
selanjutnya dapat melengkapi data-data yang masih kurang dan lebih memperhatikan
keadaan disekitarnya.
32
DAFTAR PUSTAKA
http://lu-nu.blogspot.co.id/2014/09/macam-macam-pola-aliran-sungai.html (diakses
pada tanggal 25 Mei 2015)
33
LAMPIRAN
34
Peta Geomorfologi
35
Peta Geologi
36
Kolom Stratigrafi
37
Foto foto saat Praktikum
38