Anda di halaman 1dari 15

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS, KONSUMSI NATRIUM, DAN STRES DENGAN

KEJADIAN HIPERTENSI PADA ORANG DEWASA DI PUSKESMAS TOMPASO


KABUPATEN MINAHASA
Loura Winda Ponto* Grace D. Kandou** Nelly Mayulu*

*Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi


**Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAK
Faktor risiko penyakit hipertensi dapat dibedakan menjadi faktor yang tidak dapat diubah/dikontrol
seperti umur, jenis kelamin, riwayat keluarga dan faktor yang dapat diubah seperti konsumsi natrium,
obesitas, olahraga, merokok, konsumsi alkohol, dan stres. Hipertensi yang tidak segera ditangani
berdampak pada munculnya penyakit degeneratif, termasuk penyakit jantung Congestive Heart Failure
(CHF), gagal ginjal, dan penyakit pembuluh darah perifer. Hipertensi sering disebut silent killer
karena penderita hipertensi tidak menunjukkan gejala hipertensi (asymptomatic) selama bertahun-
tahun dan tiba-tiba mendapat serangan stroke atau jantung yang fatal. Tujuan penelitian ini adalah
menganalisis hubungan obesitas, konsumsi natrium, dan stres dengan kejadian hipertensi pada orang
dewasa di Puskesmas Tompaso Kabupaten Minahasa.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian ini merupakan penelitian
analitik observasional dengan rancangan Cross Sectional. Penelitian dilaksanakan di Puskesmas
Tompaso Kabupaten Minahasa pada bulan Januari sampai dengan Juni 2016. Dalam penelitian ini
didapatkan jumlah sampel sebanyak 107 orang. Cara pengambilan data menggunakan kuesioner.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara obesitas dengan
kejadian hipertensi (p = 0,014; OR = 3,01 dan 95% CI = 1,32 6,85). Tidak ada hubungan yang
signifikan antara stres dengan kejadian hipertensi (p = 0,800). Ada hubungan yang signifikan antara
konsumsi natrium dengan kejadian hipertensi (p = 0,000; OR = 26,07 dan 95% CI = 7,00 97,09).
Konsumsi natrium merupakan variabel yang dominan berhubungan dengan kejadian hipertensi (OR =
33,472), diikuti faktor umur (OR = 4,800) dan obesitas (OR = 2,897).

Kata Kunci: Obesitas, Natrium, Stres, Hipertensi

ABSTRACT
Hypertensive disease risk factors can be identified as a factor that can not be changed / controlled,
such as age, gender, family history and factors that can be changed such as sodium intake, obesity,
exercise, smoking, alcohol consumption, and stress. Hypertension is not treated immediately impact on
the emergence of degenerative diseases, including heart disease Congestive Heart Failure (CHF),
kidney failure, and peripheral vascular disease. Hypertension is often called the "silent killer" because
people with hypertension have no symptoms of hypertension (asymptomatic) for many years and
suddenly get a stroke or heart attack is fatal. The purpose of this study is analyzing the relationship of
obesity, sodium intake, and stress with hypertension in adults in Puskesmas Tompaso Minahasa
regency.
This research uses quantitative research. This research is an analytic observational with
cross sectional design. Research conducted at the health center Tompaso Minahasa regency in
January to June 2016. In this study, a total sample of 107 people. How to capture data using
questionnaires.
Statistical analysis showed that there was a significant association between obesity and the
incidence of hypertension (p = 0.014; OR = 3.01 and 95% CI = 1.32 to 6.85). There is no significant
relationship between stress and the incidence of hypertension (p = 0.800). There was a significant
relationship between sodium intake with the incidence of hypertension (p = 0.000; OR = 26.07 and
95% CI = 7.00 to 97.09). Sodium consumption is a dominant variables associated with the incidence
of hypertension (OR = 33.472), followed by the factors of age (OR = 4.800) and obesity (OR = 2.897).

Keywords: Obesity, Sodium, Stress, Hypertension

115
PENDAHULUAN hipertensi (Gupta, et al., 2003) dan
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk (Anggraini, et al., 2009). Prevalensi
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan hipertensi menurut kriteria WHO yaitu
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, sebesar 18,3% pada laki-laki dan sebesar
agar terwujud derajat kesehatan 20% pada perempuan (Gupta, et al.,
masyarakat yang setinggi-tingginya, 2004).
sebagai investasi bagi pembangunan Hasil Riset Kesehatan Dasar
sumber daya manusia yang produktif (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan
secara sosial dan ekonomi (Anonim, sebesar 76% kasus hipertensi di
2011). masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini
Data World Health Organization terlihat dari hasil pengukuran tekanan
(WHO), lebih dari satu dari tiga orang darah pada usia > 18 tahun ditemukan
dewasa di seluruh dunia mengalami prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar
peningkatan tekanan darah, suatu kondisi 31,7%, dimana hanya sebesar 7,2%
yang menyebabkan sekitar separuh dari penduduk yang sudah mengetahui
semua kematian akibat stroke dan memiliki hipertensi dan hanya sebesar
penyakit jantung. Hal ini dianggap 0,4% kasus yang minum obat hipertensi
langsung bertanggung jawab atas (Anonim, 2008).
sebanyak 7,5 juta kematian pada tahun Faktor risiko penyakit hipertensi dapat
2004, hampir sebesar 13% dari semua dibedakan menjadi faktor yang tidak dapat
kematian global. Di wilayah Afrika, lebih diubah/dikontrol seperti umur, jenis
dari sebesar 40% sampai sebesar 50% kelamin, riwayat keluarga dan faktor yang
orang dewasa di banyak negara dapat diubah seperti konsumsi natrium,
diperkirakan memiliki tekanan darah obesitas, olahraga, merokok, konsumsi
tinggi dan proporsi ini terus meningkat alkohol, dan stres. Hipertensi yang tidak
(Anonim, 2013). Global Burden of segera ditangani berdampak pada
Diseases (GBD) melaporkan bahwa pada munculnya penyakit degeneratif, termasuk
tahun 2025, penyakit jantung akan penyakit jantung Congestive Heart
menjadi penyebab utama kematian di Failure (CHF), gagal ginjal, dan penyakit
seluruh dunia termasuk negara-negara pembuluh darah perifer. Hipertensi sering
berkembang, dan sebesar 50% dari disebut silent killer karena penderita
penyakit kardiovaskuler disebabkan oleh hipertensi tidak menunjukkan gejala

116
hipertensi (asymptomatic) selama Prevalensi hipertensi pada responden
bertahun-tahun dan tiba-tiba mendapat obes sebesar 48,6%, prevalensi hipertensi
serangan stroke atau jantung yang fatal pada laki-laki obes sebesar 50,1% sedang
(Rahmawati, 2008). prevalensi hipertensi pada perempuan
Survei faktor risiko Penyakit obes sebesar 47,9%. Laki-laki obes
Kardiovaskular (PKV) oleh WHO di mempunyai risiko sebesar 1,18 kali lebih
Jakarta, menunjukkan angka prevalensi besar dibandingkan perempuan yang obes.
hipertensi dengan tekanan darah 160/90 Risiko hipertensi meningkat sejalan
masing-masing pada pria sebesar 12,1% dengan bertambahnya umur responden
pada tahun 2000, dan pada wanita angka (Sihombing, 2010).
prevalensi mencapai sebesar 12,2% pada Pola makan dengan mengkonsumsi
tahun 2000. Secara umum, prevalensi makanan yang mengandung jumlah kalori
hipertensi pada usia > 50 tahun berkisar yang berlebih, tinggi lemak, garam, dan
antara sebesar 15 - 20 % (Anonim, 2007). gula serta kebiasaan mengkonsumsi
Risiko Relatif (RR) untuk menderita alkohol maupun kopi dapat meningkatkan
hipertensi pada orang gemuk 5 kali lebih risiko terjadinya penyakit jantung koroner
tinggi dibandingkan dengan orang yang (Patel, 1994). Konsumsi garam
berat badannya normal (Mamoto, et. al., masyarakat Indonesia masih terbilang
2013). Obesitas terutama tipe tinggi, yaitu 3 (tiga) kali lebih besar dari
sentral/abdominal sering dihubungkan angka anjuran maksimal 6 (enam) gram
dengan beberapa keadaan seperti diabetes per hari. Itu merupakan salah satu
melitus, hiperlipidemia, penyakit jantung, penyebab angka hipertensi di Indonesia
hipertensi, peningkatan risiko mortalitas meningkat setiap tahunnya (Khasanah,
dan morbiditas, dan penyakit hepatobiliar. 2012). Menurut Muchtady, et al., dalam
Laporan dari Swedish Obese Study Wahyuni (2014), konsumsi garam yang
diketahui bahwa angka kejadian hipertensi tinggi dapat menyebabkan terganggunya
pada penderita obes sebesar 13,6%. keseimbangan ion-ion dalam cairan tubuh.
Begitu pula hasil survey MONICA III Hasil Penelitian Mulyati, et al., (2011),
(2000) dalam Sihombing (2010) diketahui menunjukkan bahwa mengkonsumsi
bahwa prevalensi hipertensi meningkat natrium dalam jumlah yang tinggi 5,6 kali
pada orang yang memiliki berat badan lebih besar terkena hipertensi
lebih dibandingkan dengan yang memiliki dibandingkan dengan yang mengkonsumsi
berat badan normal. natrium dalam jumlah yang rendah.

117
Natrium memiliki hubungan yang mengalami peningkatan yang drastis yakni
sebanding dengan timbulnya hipertensi. mencapai sebanyak 30.174 kasus
Semakin banyak jumlah natrium di dalam (14,58%), baik kasus lama maupun kasus
tubuh, maka akan terjadi peningkatan baru (Anonim, 2012). Data angka
volume plasma, curah jantung dan tekanan kesakitan Dinas Kesehatan Kabupaten
darah. Meskipun demikian, reaksi Minahasa menunjukkan bahwa pada tahun
seseorang terhadap jumlah natrium di 2012, kasus penderita hipertensi paling
dalam tubuh berbeda-beda. banyak ditemukan di Puskesmas Tompaso
Stres merupakan suatu tekanan fisik dengan jumlah kasus mencapai sebanyak
maupun psikis yang tidak menyenangkan, 1673 kasus.
dan salah satu penyebab peningkatan Tompaso merupakan salah satu
tekanan darah pada pasien hipertensi. Kecamatan di Kabupaten Minahasa.
Stres dapat merangsang kelenjar anak Beberapa desa diantaranya memiliki
ginjal untuk melepaskan hormon adrenalin sarana dan prasarana kesehatan yang baik,
dan memacu jantung berdenyut lebih bahkan untuk tenaga kesehatan sendiri
cepat dan kuat, sehingga tekanan darah cukup tersedia. Status sosial ekonomi,
meningkat (Prasetyorini, et. al., 2012) . pendidikan, kesehatan, pemerintahan,
Hasil data dari Dinas Kesehatan pekerjaan, akses transportasi, dan
Provinsi Sulawesi Utara tahun 2008, informasi juga cukup baik. Namun seiring
penderita hipertensi mencapai sebesar berkembangnya jaman, masyarakat juga
31,2% dan ditemukan di dua wilayah mengalami perubahan dan perkembangan
dengan prevalensi > 40% yakni mulai dari kebiasaan makan, gaya hidup,
Kabupaten Minahasa dan Kota Tomohon. aktivitas fisik sampai stres. Obesitas,
Pada tahun 2012, penderita hipertensi di konsumsi natrium, dan stres merupakan
Provinsi Sulawesi Utara khusus untuk perubahan gaya hidup yang mungkin
kasus baru mencapai 33.968 kasus dapat memicu peningkatan kasus
(Anonim, 2013). Pada tahun 2010 sampai penderita hipertensi dari tahun ke tahun.
2012, hipertensi menempati peringkat Hasil laporan data tersebut bahwa
kedua sebagai penyakit yang paling peneliti menganggap perlu untuk
banyak ditemukan di puskesmas- mengetahui dan melakukan penelitian
puskesmas di seluruh Kabupaten tentang hubungan obesitas, konsumsi
Minahasa. Pada tahun 2012 penderita natrium, dan stres dengan kejadian
hipertensi di Kabupaten Minahasa juga hipertensi pada orang dewasa di

118
Puskesmas Tompaso Kabupaten Obesitas terjadi akibat ketidak-
Minahasa. Hasil laporan di atas seimbangan jumlah kalori yang masuk
diharapkan bermanfaat untuk penelitian lewat makanan dan minuman lebih besar
ini ke depan. dari pada jumlah kalori yang dikeluarkan
untuk tumbuh kembang, metabolisme
METODE PENELITIAN maupun beraktifitas, ketidakseimbangan
Penelitian ini menggunakan jenis itu dipengaruhi oleh berbagai faktor antara
penelitian kuantitatif. Penelitian ini lain faktor perilaku.
merupakan penelitian analitik Obesitas berkaitan dengan kegemaran
observasional dengan rancangan Cross mengkonsumsi makanan tinggi lemak
Sectional. Penelitian ini dilaksanakan serta meningkatkan risiko terjadinya
di Puskesmas Tompaso Kabupaten hipertensi akibat faktor lain. Makin besar
Minahasa pada bulan Januari sampai massa tubuh, makin meningkat volume
dengan Maret 2014. Populasi yang diteliti darah yang dibutuhkan untuk memasok
ialah seluruh pasien dewasa yang oksigen dan makanan ke jaringan tubuh.
berkunjung di Puskesmas Tompaso Lalu dinding arteri mendapatkan tekanan
Kabupaten Minahasa pada bulan Januari yang lebih besar. Sehingga jantung juga
sampai dengan Maret 2014. Sampel yang akan bekerja ekstra keras. Kemudian
diambil ialah pria maupun wanita dewasa tekanan darah terjadi peningkatan.
( 40 tahun) yang berkunjung di Obesitas atau kegemukan terjadi jika
Puskesmas Tompaso Kabupaten berat badan mencapai Indeks Massa
Minahasa. Tubuh > 30 dan juga merupakan salah
satu faktor risiko terhadap timbulnya
HASIL DAN PEMBAHASAN hipertensi. Obesitas merupakan ciri dari
Hubungan antara obesitas dengan populasi penderita hipertensi. Curah
hipertensi. jantung dan sirkulasi volume darah yang
Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan obesitas lebih tinggi dari penderita
menggunakan uji Chi-square didapat hipertensi yang tidak obesitas. Pada
bahwa nilai p = 0,014. Nilai p < 0,05 obesitas tahanan perifer berkurang atau
menunjukkan bahwa terdapat hubungan normal sedangkan aktivitas saraf simpatis
yang signifikan antara obesitas dengan meninggi dengan aktivitas renin plasma
hipertensi. yang rendah. Kenaikan berat badan juga
sangat berpengaruh terhadap mekanisme

119
timbulnya kejadian hipertensi orang yang lebih besar untuk terserang hipertensi
obes akan tetapi mekanisme terjadinya hal dibandingkan orang-orang dengan berat
tersebut belum dipahami secara jelas badan yang normal (Puspitorini, 2008).
namun diduga pada orang yang obes Khasanah (2012) menyebutkan
terjadi peningkatan volume plasma dan berbagai penelitian telah membuktikan
curah jantung yang akan meningkatkan bahwa kegemukan dan obesitas
tekanan darah. merupakan faktor pencetus berbagai
Penelitian yang dilakukan oleh penyakit, yaitu: 1) hipertensi, 2) penyakit
Pradono, et. al., (2013) mendapatkan jantung koroner, dan 3) diabetes mellitus.
bahwa perilaku yang mempunyai Kejadian hipertensi berkaitan erat
hubungan dengan terjadinya hipertensi dengan kelebihan berat badan atau
adalah obesitas di Kabupaten Bogor. obesitas. Hal ini terjadi karena jumlah
Penelitian yang dilakukan oleh Handayani jaringan lemak pada orang yang obesitas
dan Sartika mendapatkan bahwa Indeks mengalami peningkatan. Peningkatan
Massa Tubuh memiliki hubungan yang berat badan juga menyebabkan frekuensi
signifikan dengan Hipertensi pada pekerja denyut jantung meningkat dan
perusahaan Migas X di Kalimantan mengurangi kapasitas pembuluh darah
Timur. Penelitian yang dilakukan oleh untuk mengangkut darah sehingga dapat
Lumoindong, et. al. (2013) mendapatkan meningkatkan tekanan darah (Suiraoka,
ada hubungan antara obesitas dengan 2012). Curah jantung dan sirkulasi
profil tekanan darah pada anak usia 10 - volume darah penderita hipertensi yang
12 tahun di kota Manado. obesitas lebih tinggi dari penderita
Kelebihan berat badan dan hipertensi hipertensi yang tidak mengalami obesitas.
sangat berkaitan, karena tambahan Daya pompa jantung dan sirkulasi volume
beberapa kilogram membuat jantung darah penderita obesitas dengan hipertensi
bekerja lebih keras. Obesitas dinyatakan lebih tinggi dibanding penderita hipertensi
bila berat badan lebih dari sebesar 20% dengan berat badan normal (Suiraoka,
berat badan ideal. Orang dengan 2012).
kelebihan lemak di atas pinggul disebut Hasil penelitian Korneliani, et. al.,
bentuk apel, lebih berisiko hipertensi, (2012) sejalan dengan penelitian
kolesterol tinggi, dan diabetes (Casey, et. Sugiharto (2007), terbukti bahwa obesitas
al., 2012). Penderita obesitas berisiko merupakan faktor risiko kejadian
sebanyak 2 (dua) sampai 6 (enam) kali hipertensi dengan nilai p = 0,047, nilai OR

120
= 4,02 dan 95% CI = 1,72 9,37. Hal hipertensi walaupun pada daerah-daerah
tersebut berarti bahwa obesitas berisiko dimana konsumsi garam tinggi tidak
terkena hipertensi sebesar OR = 4,02 kali selalu mempunyai prevalensi yang tinggi.
dibandingkan orang yang tidak obes. Natrium, jika dikonsumsi lebih banyak
Hampir semua orang yang kelebihan berat akan meretensi lebih banyak air untuk
badan sebesar 20% pada akhirnya akan mempertahankan pengenceran elektrolit,
menderita tekanan darah tinggi. sehingga cairan intestin bisa terakumulasi
Penyelidikan epidemiologi membuktikan dan volume plasma meningkat.
bahwa obesitas merupakan cirri khas pada Peningkatan volume plasma dapat
populasi pasien hipertensi (Tjokronegoro, menyebabkan peningkatan tekanan darah,
2001). terutama bila fleksibilitas pembuluh darah
menurun oleh aterosklerosis.
Hubungan antara konsumsi natrium Natrium diabsorbsi, terutama di dalam
dengan hipertensi. usus halus. Natrium diabsorbsi secara
Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan aktif (membutuhkan energi). Natrium
menggunakan uji Chi-square didapat yang diabsorbsi dibawa oleh aliran darah
bahwa nilai p = 0,000. Nilai p < 0,05 ke ginjal. Di ginjal, natrium disaring dan
menunjukkan bahwa terdapat hubungan dikembalikan ke aliran darah dalam
yang signifikan antara konsumsi natrium jumlah yang cukup untuk
dengan hipertensi. mempertahankan taraf natrium dalam
Prevalensi hipertensi di Indonesia darah. Kelebihan natrium yang jumlahnya
telah banyak diteliti di beberapa rumah mencapai sebesar 90 - 99 % dari yang
sakit dan di masyarakat. Hasil penelitian dikonsumsi, dikeluarkan melalui urin.
menunjukkan bahwa saat ini hipertensi Pengeluaran natrium ini diatur oleh
merupakan masalah kesehatan masyarakat hormon aldosteron, yang dikeluarkan
dan memerlukan penanganan secara kelenjar adrenalin bila kadar natrium
optimal, untuk mengurangi morbiditas dan darah menurun. Aldosteron merangsang
mortalitas akibat komplikasi langsung ginjal untuk mengabsorbsi kembali
maupun tidak langsung. natrium. Dalam keadaan normal, natrium
Salah satu faktor yang mempengaruhi yang dikeluarkan melalui urin sejajar
terjadinya hipertensi adalah konsumsi dengan jumlah natrium yang dikonsumsi.
natrium. Konsumsi natrium pada Jumlah natrium dalam urin tinggi bila
umumnya berhubungan dengan kejadian

121
dikonsumsi tinggi, dan rendah bila bahwa ada hubungan yang signifikan
dikonsumsi rendah. antara asupan natrium berlebih dengan
Reabsorbsi natrium oleh tubulus ginjal kejadian hipertensi pada pasien rawat
akan meningkat pada penderita hipertensi jalan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
primer yang disebabkan oleh stimulasi Makassar. Penelitian yang dilakukan oleh
beberapa pengangkut natrium yang Anggara, et al., (2013) mendapatkan
terletak di membran luminal seperti bahwa asupan natrium berhubungan
halnya pompa natrium yang terletak di secara statistik dengan tekanan darah di
membran basolateral dan menyediakan Puskesmas Telaga Murni Cikarang Barat.
energi untuk transport tersebut. Selain itu Hasil penelitian yang berbeda yang
juga suatu zat endogen yang identik didapat oleh Mustamin (2010) dimana
dengan ouabain atau merupakan mendapatkan bahwa tidak ada hubungan
stereoisomer dari ouabain, dilepaskan oleh antara asupan natrium dengan tekanan
kelenjar adrenal sebagai respon terhadap darah pada usia lanjut di Puskesmas Bojo
konsumsi natrium yang tinggi. Pada Baru Kabupaten Barru. Penelitian yang
penderita hipertensi primer ditemukan dilakukan oleh Jannah, et. al., (2013)
kadar digitalis-like factor yang tinggi di mendapatkan bahwa ada hubungan yang
dalam plasma dan berhubungan langsung bermakna antara asupan natrium dengan
dengan tekanan darah digitalis-like factor kejadian hipertensi pada masyarakat Etnik
mengakibatkan retensi natrium dengan Minangkabau di Kota Padang.
cara meningkatkan aktivitas pompa Sumber natrium yang perlu
natrium ginjal. diwaspadai adalah garam dapur dan
Hasil penelitian ini juga menunjukkan penyedap masakan atau monosodium
bahwa ada risiko kejadian hipertensi pada glutamat (MSG). Pada saat ini budaya
subjek yang mengkonsumsi natrium penggunaan MSG sudah sampai pada taraf
berlebih. Natrium memiliki hubungan sangat mengkhawatirkan, di mana
yang sebanding dengan timbulnya semakin mempertinggi risiko terjadinya
hipertensi. Semakin banyak jumlah hipertensi (Kartikasari, 2012).
natrium di dalam tubuh maka akan terjadi
peningkatan volume plasma, curah Hubungan antara stres dengan
jantung dan tekanan darah. hipertensi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan
Mulyati, et. al., (2011) mendapatkan menggunakan uji Chi-square didapat

122
bahwa nilai p = 0,800. Nilai p > 0,05 khususnya pada organ target hipertensi.
menunjukkan bahwa tidak terdapat Organ target hipertensi tersebut adalah
hubungan yang signifikan antara stres mata, otak, jantung, pembuluh darah dan
dengan hipertensi. ginjal.
Adanya suatu stres dalam diri Stres yang merupakan kondisi yang
seseorang akan sangat mempengaruhi disebabkan oleh transaksi antara individu
kondisi tubuh orang tersebut, baik kondisi dengan lingkungan yang menimbulkan
psikis maupun fisik. Stres akan persepsi jarak antara tuntutan yang berasal
berdampak pada sistem organ tubuh orang dari situasi dengan sumber-sumber daya
tersebut, salah satunya adalah peningkatan sistem biologis, psikologis dan sosial dari
tekanan darah. Namun bagaimana stres seseorang. Stres adalah yang kita rasakan
itu nantinya akan berdampak dalam saat tuntutan emosi, fisik atau lingkungan
kehidupan seseorang tentu saja sangat tak mudah diatasi atau melebihi daya dan
dipengaruhi oleh bagaimana mekanisme kemampuan kita untuk mengatasinya
koping orang tersebut dalam menghadapi dengan efektif. Namun harus dipahami
stres. bahwa stres bukanlah pengaruh-pengaruh
Orang dengan hipertensi yang yang datang dari luar. Stres adalah respon
mendapatkan penatalaksanaan hipertensi kita terhadap pengaruh-pengaruh dari luar
ataupun tidak cenderung memiliki tekanan itu. Sudah lama diketahui bahwa stres
darah yang tinggi meski ada kalanya atau ketegangan jiwa dapat merangsang
tekanan darah mereka berada dalam batas kelenjar anak ginjal melepaskan hormon
normal. Kondisi ini akan diperburuk adrenalin dan memacu jantung berdenyut
dengan adanya peningkatan tekanan darah lebih cepat serta lebih kuat sehingga
akibat stres, maka tekanan darah akan tekanan darah akan meningkat. Jika stres
menjadi semakin tinggi. Apabila kondisi berlangsung cukup lama, tubuh akan
ini berlangsung terus menerus dalam berusaha mengadakan penyesuaian
kurun waktu yang lama tanpa ada sehingga timbul kelainan organis atau
penanganan yang tepat maka tekanan perubahan patologis. Gejala yang muncul
darah yang tinggi tersebut akan sulit berupa hipertensi dan maag.
dikontrol. Tekanan darah pada penderita Stres dapat meningkatkan tekanan
hipertensi yang tidak terkontrol inilah, darah untuk sementara waktu dan bila
yang menjadi penyebab utama munculnya stres sudah hilang maka tekanan darah
berbagai komplikasi hipertensi pada tubuh bisa normal kembali. Peristiwa yang

123
mendadak yang menyebabkan stres dapat Bulus Pesantren. Penelitian yang
meningkatkan tekanan darah namun dilakukan oleh Andria (2013)
akibat stres berkelanjutan yang dapat mendapatkan bahwa ada hubungan antara
menimbulkan hipertensi belum dapat stres dengan tingkat hipertensi pada lansia
dipastikan. di Posyandu Lansia Kelurahan Gebang
Berdasarkan hasil penelitian yang Putih. Penelitian yang dilakukan oleh
mendapatkan tidak ada hubungan antara Suoth, et. al., (2014) mendapatkan bahwa
stres dengan hipertensi mungkin ada hubungan yang bermakna antara stres
disebabkan karena saat pengumpulan data, dengan kejadian hipertensi di Puskesmas
responden tidak mengalami masalah Kolongan Kecamatan Kalawat.
tertentu yang bisa menyebabkan stres Stres jelas memainkan peranan dalam
yang berkepanjangan. Dimaksudkan pula hipertensi. Bila level stres menurun,
bahwa kemungkinan stres yang dialami tekanan darah juga menurun (Casey et. al.,
oleh responden dapat segera diatasi 2012). Stres cenderung menyebabkan
sehingga tidak menimbulkan efek yang kenaikan tekanan darah untuk sementara
berkepanjangan. waktu, jika stres telah berlalu, maka
Stres memang dapat meningkatkan tekanan darah biasanya akan kembali
tekanan darah untuk sementara waktu atau normal.
mendadak dan bila stres sudah hilang Stres juga diyakini berhubungan
maka tekanan akan menjadi normal. dengan hipertensi, yang diduga melalui
Setiap manusia memiliki kemampuan aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja
untuk mengendalikan respon relaksasinya saat kita beraktivitas). Peningkatan
dengan memikirkan hal-hal yang aktivitas saraf simpatis dapat
menyenangkan dan bernapas secara teratur meningkatkan tekanan darah secara tidak
sehingga stres dapat cepat teratasi. menentu. Stres dapat mengakibatkan
Penelitian yang dilakukan oleh tekanan darah naik untuk sementara
Prasetyorini, et. al., (2012) mendapatkan waktu. Jika stres berlalu, maka tekanan
bahwa ada hubungan yang signifikan darah biasanya akan kembali normal
antara stres dan kejadian komplikasi (Puspitorini, 2008).
hipertensi. Penelitian yang dilakukan oleh Stres dapat meningkatkan tekanan
Sigarlaki (2006) menunjukkan bahwa ada darah untuk sementara. Jika ketakutan,
hubungan antara faktor stres terhadap tegang atau dikejar masalah maka tekanan
jenis hipertensi di Desa Bocor, Kecamatan darah kita dapat meningkat. Tetapi pada

124
umumnya, begitu kita sudah kembali Hipertensi primer tidak disebabkan
rileks maka tekanan darah akan turun oleh faktor tunggal dan khusus, tetapi
kembali. Stres berkepanjangan dapat disebabkan berbagai faktor yang saling
mengakibatkan tekanan darah menjadi berkaitan. Faktor-faktor yang tidak dapat
tinggi. Menjauhkan diri dari hal-hal yang dimodifikasi antara lain faktor genetik,
menyebabkan stres akan mengurangi umur, jenis kelamin, dan etnis, sedangkan
risiko terkena hipertensi (Suiraoka, 2012). faktor yang dapat dimodifikasi meliputi
Hasil penelitian Basha (2004) stres, obesitas, dan konsumsi natrium.
menunjukkan bahwa hasil uji chi square Hubungan konsumsi garam (natrium)
dengan derajat kemaknaan sebesar 5% dengan timbulnya hipertensi terjadi
menunjukkan ada hubungan bermakna melalui peningkatan volume plasma,
antara stres dengan kejadian hipertensi, curah jantung, dan tekanan darah.
nilai p = 0,0001. Proporsi stres pada Konsumsi natrium yang berlebih
responden sebesar 68,29% dan proporsi menyebabkan konsentrasi natrium di
hipertensi pada responden sebesar dalam cairan ekstraseluer meningkat.
68,29%. Stres pada pekerjaan cenderung Untuk menormalkannya, cairan
menyebabkan hipertensi berat. Sumber instraseluler ditarik keluar, sehingga
stres dalam pekerjaan meliputi beban volume cairan ekstraseluler meningkat.
kerja, fasilitas kerja yang tidak memadai, Meningkatnya volume cairan ekstraseluler
peran dalam pekerjaan yang tidak jelas, tersebut menyebabkan meningkatnya
tanggung jawab yang tidak jelas, masalah volume darah. Di samping itu, konsumsi
dalam hubungan dengan orang lain, garam dalam jumlah yang tinggi dapat
tuntunan kerja, dan tuntunan keluarga. mengecilkan diameter arteri, sehingga
jantung harus memompa lebih keras untuk
Variabel yang Paling Dominan mendorong volume darah yang meningkat
Berhubungan dengan Kejadian melalui ruang yang semakin sempit dan
Hipertensi akibatnya adalah hipertensi.
Dari model akhir regresi diperoleh
hasil yaitu konsumsi natrium yang KESIMPULAN
berlebih berisiko sebanyak 30 kali terkena Setelah melaksanakan penelitian dan
hipertensi dibandingkan dengan responden menganalisis data yang diperoleh, maka
dengan konsumsi natrium yang cukup. dapat ditarik kesimpulan yaitu:

125
1. Ada hubungan yang signifikan antara - Penderita obesitas diharapkan bisa
obesitas dengan kejadian hipertensi mengurangi berat badan untuk
(p = 0,014; OR = 3,01 dan 95% CI = menghindari kejadian hipertensi.
1,32 6,85). - Melakukan pemeriksaan tekanan
2. Tidak ada hubungan yang signifikan darah secara rutin.
antara stres dengan kejadian 3. Untuk Peneliti Selanjutnya
hipertensi (p = 0,800). - Menjadi bahan rujukan bagi
3. Ada hubungan yang signifikan antara penelitian faktor risiko terhadap
konsumsi natrium dengan kejadian kejadian hipertensi.
hipertensi (p = 0,000; OR = 26,07 - Melakukan penelitian tentang
dan 95% CI = 7,00 97,09). kejadian hipertensi dengan
4. Konsumsi natrium merupakan menggunakan variabel lain
variabel yang dominan berhubungan misalnya riwayat penderita,
dengan kejadian hipertensi (OR = aktivitas fisik, merokok, dan
33,472), diikuti faktor umur (OR = variabel lain yang dianggap
4,800) dan obesitas (OR = 2,897). berisiko terhadap kejadian
hipertensi.
SARAN
Berdasarkan hasil yang didapat, maka DAFTAR PUSTAKA
saran yang bisa diberikan adalah: Andria, K. M. 2013. Hubungan antara
1. Untuk Puskesmas dan Dinas Perilaku Olahraga, Stres dan
Kesehatan Minahasa Pola Makan dengan Tingkat
- Melaksanakan penyuluhan Hipertensi pada Lanjut Usia di
kesehatan untuk tidak Posyandu Lansia Kelurahan
mengkonsumsi makanan yang Gebang Putih Kecamatan
mengandung natrium tinggi. Sukolilo Kota Surabaya. Jurnal
- Melaksanakan program Promkes. Vol. 1, No. 2. Hal:
pencegahan Penyakit Tidak 111-117.
Menular (hipertensi). Anggara, F. H. D., and N. Prayitno. 2013.
2. Untuk Masyarakat Faktor-faktor yang
- Mengurangi konsumsi makanan Berhubungan dengan Tekanan
mengandung natrium tinggi. Darah di Puskesmas Telaga
Murni, Cikarang Barat tahun

126
2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan, urban Indian population.
Vol. 5, No. 1. Hal: 20-25. Journal of Human Hypertension
Anggraini, A. D., A. Waren., E. 17, 535540. DOI:
Situmorang., H. Asputra., and 10.1038/sj.jhh.1001588.
S. S. Siahaan. 2009. Faktor- Jannah, M., D. Sulastri., and Y. Lestari.
faktor yang Berhubungan 2013. Perbedaan Asupan
dengan Kejadian Hipertensi Natrium dan Kalium pada
pada Pasien yang Berobat di Penderita Hipertensi dan
Poliklinik Dewasa Puskesmas Normotensi Masyarakat Etnik
Bangkinang Periode Januari Minangkabau di Kota Padang.
Sampai Juni 2008. University of Jurnal Kesehatan Andalas. Vol.
Riau. 2, No. 3. Hal:132-136.
Basha, A. 2004. Hipertensi Faktor Resiko, Kartikasari, A. N. 2012. Karya Tulis
dan Penatalaksanaan. Ilmiah: Faktor Risiko
Casey, A., and H. Benson., 2012. Hipertensi pada Masyarakat di
Panduan Harvard Medical Desa Kabongan Kidul,
School: Menurunkan Tekanan Kabupaten Rembang.
Darah. Jakarta: PT Bhuana Semarang: Universitas
Ilmu Populer. Diponegoro.
Gupta, P. C., R. Gupta., and M. S. Khasanah, N. 2012. Waspadai Beragam
Pednekar. 2004. Hypertension Penyakit Degeneratif Akibat
prevalence and blood pressure Pola Makan. Jogjakarta:
trends in 88.653 subjects in Laksana.
Mumbai, India. Journal of Korneliani, K., and D. Meida. 2012.
Human Hypertension 18, 907 Hubungan Obesitas dan Stres
910. DOI: dengan Kejadian Hipertensi
10.1038/sj.jhh.1001763. Guru SD Wanita. Jurnal
Gupta, R., A. K. Sharma., V. P. Gupta., S. Kesehatan Masyarakat
Bhatnagar., S. Rastogi., and P. 7(2):111-115. Diakses dari:
C. Deedwania. 2003. Increased http://journal.unnes.ac.id/index.
variance in blood pressure php/kemas, pada tanggal 13 Mei
distribution and changing 2013.
hypertension prevalence in an

127
Lumoindong, A., A. Umboh., and N. London: Darling Kindersley
Masloman. 2013. Hubungan Publishers Limited.
Obesitas dengan Profil Tekanan Pradono, J., L. Indrawati., and T.
Darah pada Anak Usia 10-12 Murnawan. 2013. Permasalahan
Tahun di Kota Manado. dan Faktor Resiko yang
Mamoto, F., G. D. Kandou., and V. D. Berhubungan dengan
Pijoh. 2013. Jurnal: Hubungan Terjadinya Hipertensi di
antara Asupan Natrium dan Kabupaten Bogor Provinsi Jawa
Obesitas dengan Kejadian Barat. Buletin Penelitian
Hipertensi pada Pasien Kesehatan. Vol.41, No. 2. Hal:
Poliklinik Umum di Puskesmas 61-71.
Tumaratas Kecamatan Prasetyorini, H. S., and D. Prawesti. 2012.
Langowan Barat Kabupaten Stres pada Penyakit terhadap
Minahasa. Manado: Universitas Kejadian Komplikasi Hipertensi
Sam Ratulangi. pada Pasein Hipertensi. Jurnal
Mulyati, H., A. Syam., and S. Sirajuddin. STIKES. Vol. 5, No. 1. Hal: 61-
2011. Hubungan Pola Konsumsi 70.
Natrium dan Kalium serta Puspitorini, M. 2008. Hipertensi: Cara
Aktivitas Fisik dengan Kejadian Mudah Mengatasi Tekanan
Hipertensi pada Pasien Rawat Darah Tinggi. Jogjakarta:
Jalan di RSUP Dr. Wahidin Image Press.
Sudirohusodo Makassar. Media Sigarlaki, H. J. O. 2006. Karakteristik dan
Gizi Masyarakat Indonesia. Faktor Hubungan dengan
Vol.1, No. 1. Hal: 46-51. Hipertensi di Desa Bocor,
Mustamin. 2012. Asupan Natrium, Status Kecamatan Bulus Pesantren,
Gizi dan Tekanan Darah Usia Kabupeten Kebumen, Jawa
Lanjut di Puskesmas Bojo Baru Tengah tahun 2006. Makara
Kabupaten Barru. Media Gizi Kesehatan. Vol. 10, No. 2. Hal:
Pangan. Vol IX, Edisi 1. Hal: 78-88.
20-16. Sihombing, M. 2010. Hubungan Perilaku
Patel, C. 1994. Fighting Heart Disease a Merokok, Konsumsi Makanan/
Practical Self Help Guide to Minuman, dan Aktivitas Fisik
Preventional Treatment. dengan Penyakit Hipertensi

128
pada Responden Obes Usia Puskesmas Kolongan
Dewasa di Indonesia. Jakarta: Kecamatan Kalawat Kabupaten
Pusat Penelitian dan Minahasa Utara. eJournal
Pengembangan Biomedis dan Keperawatan. Vol. 2, No. 1.
Farmasi, Badan Penelitian dan Hal: 1-10.
Pengembangan Kesehatan. Tjokronegoro, A. 2001. Buku Ajar Ilmu
Sugiharto, A. 2007. Disertasi: Faktor- Penyakit Dalam, Jilid Kedua.
faktor Risiko Hipertensi Grade Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
II pada Masyarakat. Semarang: Penerbit FKUI.
Universitas Diponegoro. Wahyuni, E. R., A. Siregar., and Z. Lubis.
Suiraoka. 2012. Penyakit Degeneratif. 2014. Jurnal: Hubungan
Yogyakarta: Nuhamedika. Asupan Natrium dengan
Suoth, M., H. Bidjuni., and R. Malara. Kejadian Hipertensi di UPT
2014. Hubungan Gaya Hidup Pelayanan Sosial Lanjut Usia
dengan Kejadian Hipertensi di Binjai. Medan: USU

129

Anda mungkin juga menyukai