PANEL-PANEL KAYU
Disusun Oleh :
ARIANTO
NIM. 1406111299\
1. OKTA FAISAL
2. WAHYU BINTORO
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS RIAU
2017
KATA PENGANTAR
Pertama-tama marilah kita ucapkan puji syukur atas rahmat yang di berikan
oleh Allah SWT dengan ilmu pengetahuan yang berlimpah serta wawasan yang dapat
ini.
Untuk itu penulis membutuhkan kritik dan saran yang membangun bagi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
DAFTAR TABEL............................................................................................iii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................iv
BAB 1. PENDAHULUAN..............................................................................1
1.1...............................................................................................................Latar
Belakang...............................................................................................1
1.2...............................................................................................................Rumusa
n Masalah..............................................................................................2
1.3...............................................................................................................Tujuan
..............................................................................................................3
1.4...............................................................................................................Manfaat
..............................................................................................................3
2.1...............................................................................................................Plywood
..............................................................................................................4
2.2...............................................................................................................Penggun
aan Plywood..........................................................................................5
2.3...............................................................................................................Kualitas
Plywood................................................................................................6
2.4...............................................................................................................Kriteria
Mutu Kayu Lapis Berdasarkan SNI 01-5008:2-1999...........................8
2.5...............................................................................................................Kadar
Air Kayu Lapis.....................................................................................11
2.6...............................................................................................................Pengemb
angan Tebal...........................................................................................13
BAB 3. METODOLOGI.................................................................................16
5.1. Kesimpulan..........................................................................................29
5.2. Saran................................................................................................ 29
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................30
LAMPIRAN`...................................................................................................31
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Perkembangan industry kayu lapis dimulai pada tahun 1930-an yang ditandai
dengan penggunaan kempa panas dari Eropa dan perekat resin sintetis sebagai
industry kayu lapis. Pada tahun 1972 di Amerika Serikat ada sekitar 600 perusahaan
pembuat kayu lapis dan vinir yang telah mampu mengekspor kayu lapis sebesar US$
industry kayu lapis terjadi sekitar tahun 1980-an semenjak diberlakukannya larangan
ekspor kayu bulat oleh pemerintah. Pada tahun tersebut kondisi hutan di Indonesia
berdiameter besar dan silindris yang berasal dari hutan alam sebagai syarat utama
Pada praktikum ini akan dilihat bagaimanakah sifat fisik dan mekanik
(pengembangan tebal, kadar air, dan kerapatan) dari masing-masing merk kayu lapis
yang beredar di Pekanbaru dan menentukan kualitas atau mutu dari masing-masing
1. Bagaimana sifat fisis dari 4 merk dagang kayu lapis yang ada di Pekanbaru ?
2. Bagaimana kualitas kayu lapis berdasarkan SNI 01-5008:2-1999
I.3. Tujuan
1. Mengetahui sifat fisis dari 4 merk dagang kayu lapis yang ada di Pekanbaru
2. Mengetahui kualitas kayu lapis berdasarkan SNI 01-5008:2-1999
I.4. Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diambil dari kegiatan praktikum tersebut adalah :
1. Praktikan dapat mengetahui sifat fisis dari 4 merk dagang kayu lapis yang ada
di Pekanbaru, dan
2. Praktikan dapat mengetahui kualitas kayu lapis berdasarkan SNI 01-5008:2-
1999.
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Plywood
Sudi (1990), papan partikel adalah istilah umum untuk panel yang dibuat
dicampur dengan perekat sintetis atau perekat lain yang sesuai dan direkat bersama-
sama di bawah tekanan dan pres di dalam suatu alat kempa panas melalui suatu
proses dimana terjadi ikatan antara partikel dan perekat yang di tambahkan
produk panel atau vinir-vinir kayu yang diikat secara bersama sehingga arah serat
sejumlah vinirnya tegak lurus dan yang lainnya sejajar dengan sumbu panjang panil.
Pada kebanyakan tipe kayu lapis, serat setiap dua lapisan sekali diletakkan dengan.
Yang pertama. Hal ini untuk menjaga keseimbangan dari satu sisi panil kesisi lainnya.
Jumlah vinir yang digunakan biasanya ganjil, namun ada sebagian kayu lapis yang
diproduksi dengan jumlah vinir genap misalnya kayu lapis dari soofwood yang
terbuat dari empat atau enam dalam hal ini dua lembar bagian vinir tengah diletakkan
sejajar.
dimensinya lebih stabil, tidak pecah/ retak pada pinggirnya jika dipaku, keteguhan
tarik tegak lurus serat lebih besar, ringan dibandingkan luas permukaannya, bidang
yang luas dapat ditutup dalam waktu yang singkat, kuat pegang sekrupnya
relative tinggi serta warna, tektsur dan serat dapat diseragamkan sehingga corak atau
Pemilihan bahan baku kayu atau sering disebut log dan jenis lem yang
digunakan menjadi salah satu penentu dalam menentukan Grade suatu plywood. Jenis
log yang biasa digunakan untuk pembuatan bahan baku plywood yaitu
dipilih karena memiliki sifat yang ringan namun kuat (Pandit, I. N. dan Ramdan, H.
2002).
Plywood terbagi dalam beberapa Grade yaitu LOKAL dan EKSPORT. Grade
1. Grade lokal
Grade ini biasanya memiliki kualitas yang kurang baik. Pada umumnya
buyer/konsumen. Proses perekatan pada Plywood jenis ini menggunakan lem atau
Glue type T2MR atau dibawahnya yang khusus dibuat untuk Plywood kualitas
rendah. Tebal dari Plywood jenis lokal ini relatif tipis yaitu sekitar 2,5 mm - 5,0 mm
Haygreen dan Bowyer (1996) mendefinisikan kadar air sebagai berat air yang
dinyatakan sebagai persen tehadap berat kayu bebas air atau berat kering tanur
(BKT)-nya. Didalam kayu, kadar air berkisar antara 40 sampai 200 %. Keragaman
nilai kadar air dapat terjadi antar spesies, bahkan antara bagian dari pohon yang sama
Air didalam kayu terdiri atas air bebas dan air terikat dimana keduanya secara
bersama-sama menentukan kadar air kayu. Dalam satu jenis pohon, kadar air kayu
kondisi segar bervariasi tergantung pada tempat tumbuh dan umur pohon (Haygreen
and Bowyer, 1996). Apabila kayu tidak lagi melepaskan atau menyerap air, maka
kayu berada dalam kondisi setimbang dengan kingkungan. Kadar air pada kondisi
tersebut dinamakan kadar air keseimbangan (KAK), yang seringkali dianggap sama
dengan kadar air kondisi kering udara (KA-KU). Besarnya nilai KAK lebih rendah
kayu itu digunakan, terutama suhu dan kelembaban relative. Besarnya KA-Ku juga
tergantung keadaan iklim setempat. Di Indonesia berkisar antara 12 hingga 20% dan
Kadar air kayu menunjukkan banyaknya air yang terdapat pada kayu,
dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanurnya. Kayu perlu dikeringkan
sebelum dikerjakan sampai mencapai kadar air yang sesuai dengan tempat dimana
kayu akan digunakan. Kadar air kayu adalah banyaknya air yang terkandung dalam
kayu yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering ovennya. Kadar air kering
udara adalah kondisi kayu dalam keadaan kering udara, yang mana pada kondisi ini
kayu tidak menyerap atau melepaskan air. Dengan demikian bila digunakan untuk
maupun penyusutan, kalaupun terjadi sangat kecil, sehingga tidak merusak elemen
bangunan secara keseluruhan. Oleh karena itu kayu bangunan sebelum digunakan
harus diketahui terlebih dahulu kadar airnya. Kadar air kayu yang aman untuk
penggunaan pada bangunan adalah kadar air kering udara, untuk Indonesia sekitar
Pengeringan kayu adalah proses untuk melepaskan sebagian air yang terkandung
didalam kayu sehingga mencapai kadari air kayu tertentu atau yang diinginkan.
Pengukuran kadar air kayu dapat dilakukan baik dilapangan maupun di laboratorium.
moisturemeter. Pada alat tersebut akan terbaca secara langsung besaran kadar air kayu
1. Contoh uji kayu yang akan diukur kadar airnya ditimbang untuk mengetahui
merupakan salah satu sifat fisis yang akan menentukan suatu papan komposit yang
digunakan untuk keperluan interior dan eksterior. Apabila pengembangan tebal suatu
papan komposit tinggi berarti stabilitas dimensi produk tersebut rendah, sehingga
produk tersebut tidak dapat digunakan untuk keperluan eksterior dan sifat
berbanding lurus. Semakin tinggi kerapatan maka sifat pengembangan tebal papan
partikel cenderung semakin meningkat. Penyebab hal ini adalah pemulihan kembali
dari serbuk-serbuk ke dimensi semula karena adanya pemampatan selama proses
pengempaan panas. Pada bahan yang berlignoselulosa akan terjadi perubahan dimensi
yaitu pengembangan dimensi bila terjadi penyerapan air oleh bahan tersebut. Semakin
tinggi kerapatan berarti tinggi tinggi pula pemampatan dimensinya, sehingga sifat
1999).
pengembangan dinding sel serat atau perubahan ukuran rongga serat akibat menyerap
air. Penyerapan uap air akan menyebabkan mengembangnya dinding sel serat.
Sedangkan rongga serat yang mengecil pada saat pengempaan, mudah kembali ke
ukuran semula karena perekat tidak dapat memasuki rongga serat dan mengikatnya
dengan baik. Pengembangan tebal dari produk yang terbuat dari bahan
dengan steam injection (uap mengenai biomass dan perekat), dan perlakuan uap
terhadap panel setelah pengempaan panas. Perekat yang digunakan pada perlakuan
uap sebelum pembentukan mat adalah urea formaldehyde (UF) atau melamine urea
injection pressing dan perlakuan uap setelah pengempaan panas adalah isocyanate
dan phenol formaldehyde (PF). Menurut Sekino et al. (1999), alasan dari
bentuk awal ketika partikel menyerap air atau uap air. Namun mekanisme
pengembangan tebal panel lebih kompleks, karena dalam panel, sebetulnya partikel
potensi thickness recovery dari partikel yang didensifikasi, dan kerusakan dari
jaringan ikatan perekat (kekuatan ikatan antara partikel atau tekanan pada ikatan
perekat).
III. METODOLOGI
III.1. Waktu dan Tempat
III.1.1. Praktikum I (Pengujian Sifat Fisik 4 Merk Kayu Lapis yang ada di
Pekanbaru)
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 26 April yang dimulai pada pukul
Universitas Riau.
III.1.2. Praktikum II (Pengujian Kualitas Kayu Lapis berdasarkan SNI 01-
5008:2-1999)
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 3 Mei 2017 yang mulai pada
Universitas Riau.
Pekanbaru)
a. Alat
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
Kalifer
Timbangan analitik
Penggaris
Alat tulis
Oven
Bak rendaman
Kamera
b. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah kayu lapis dengan 4
merk dagang (OFR, Fortune, Arwana dan Tunas) yang berukuran 50 mmx50 mm dan
5008:2-1999)
a. Alat
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
Lup/kaca pembesar
Pisau cutter
Alat tulis
Kamera
b. Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah 3 merk dagang kayu lapis yang ada di
Pekanbaru)
a. Kerapatan
Kerapatan dihitung berdasarakan berat volume kering udara contoh uji dengan
menggunakan rumus :
P= B/V
Keterangan :
P= kerapatan (g/cm3)
Langkah kerja :
sebanyak 3 contoh uji pada setiap lembaran plywood, dilakukan sebanyak 3 kali
ulangan (3 lembaran plywood masing-masing merk dagang). Hasil kadar air plywood
setiap lembarannya adalah rata-rata dari 3 contoh uji. Berdasarkan SNI 01-5008:2-
kering konstan.
4. Hitung kadar air kayu lapis dengan rumus
Keterangan :
untuk mendapatkan hasil pengujian kedua dan diukur lagi dimensi contoh uji.
5. Ukur pengembangan tebal dengan rumus :
Keterangan :
5008:2-1999)
Adapun cara kerja dari praktikum ini adalah dengan mengamati secara visual kayu
lapis yang menjadi contoh pengujian kualitas kayu lapis berdasarkan SNI 01-5008:2-
1999, kemudian bandingkan dengan tabel mutu kayu lapis menurut SNI 01-5008:2-
1999.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Pengujian Sifat Fisik dan Mekanis 3 Merk Dagang Kayu Lapis
IV.1.2. Pembahasan
proporsi volume rongga kosong. Sekeping kayu segar dari cemara dengan kerapatan
23,4 pon bahan kayu kering/kaki kubik berisi kira-kira 25 % bahan dinding sel dan
75% rongga (terutama rongga sel) menurut volumenya. Sebaliknya, white oak dengan
kerapatan 46,8 pon kering/kaki kubik mempunyai volume rongga kira-kira 50%.
yang ada hubungannya dengan itu. Orang dapat memahami mengapa suatu balok
yang berisi 50% volume rongga akan bertahan terhadap pemampatan jauh lebih besar
daripada suatu balok dari spesies yang berbeda dengan 75% rongga (Haygreen dan
Bowyer, 1996).
Kerapatan suatu benda yang homogen adalah massa atau berat persatuan
volume, sehingga kerapatan selalu dinyatakan dengan satuan gram/cm3 atau kg/m3.
Massa atau berat dan volume pada perhitungan kerapatan kayu dapat menggunakan
berbagai macam kondisi kayu (kondisi segar/basah, kering udara, kadar air tertentu
dan kering tanur) . Berat jenis tidak bersatuan (unitless) karena merupakan
perbandingan berat benda terhadap berat dari volume air yang sama dengan volume
benda yang diukur atau dapat juga didefinisikan sebagai perbandingan antara
kerapatan kayu (atas dasar berat kering tanur dan volume pada berbagai kondisi kayu)
kayu lapis adalah sebagai berikut : 1. OFR (0.64 g/cm3) yang memiliki kerapatan
sedang ; 2. Tunas (0.40 g/cm3) yang memiliki kerapatan sedang ; 3.Arwana (0.20
g/cm3) yang memiliki kerapatan rendah ; 4. Fortune (0.43 g/cm3) yang memiliki
kerapatan sedang.
proporsi volume rongga kosong (Haygreen dan Bowyer, 1996). Jadi semakin tinggi
kerapatan suatu kayu, maka pori-pori kayu akan semakin kecil. Dengan kecilnya pori-
pori, maka kayu tidak akan mudah menyerap air sehingga kemungkinan untuk
terserang jamur ataupun hama semakin kecil dan nilai jual dari kayu akan semakin
tinggi.
merupakan salah satu sifat fisis yang akan menentukan suatu papan komposit yang
digunakan untuk keperluan interior dan eksterior. Apabila pengembangan tebal suatu
papan komposit tinggi berarti stabilitas dimensi produk tersebut rendah, sehingga
produk tersebut tidak dapat digunakan untuk keperluan eksterior dan sifat
lurus. Semakin tinggi kerapatan maka sifat pengembangan tebal papan partikel
cenderung semakin meningkat. Penyebab hal ini adalah pemulihan kembali dari
pengempaan panas. Pada bahan yang berlignoselulosa akan terjadi perubahan dimensi
yaitu pengembangan dimensi bila terjadi penyerapan air oleh bahan tersebut. Semakin
tinggi kerapatan berarti tinggi tinggi pula pemampatan dimensinya, sehingga sifat
pengembangan dinding sel serat atau perubahan ukuran rongga serat akibat menyerap
air. Penyerapan uap air akan menyebabkan mengembangnya dinding sel serat.
Sedangkan rongga serat yang mengecil pada saat pengempaan, mudah kembali ke
ukuran semula karena perekat tidak dapat memasuki rongga serat dan mengikatnya
dengan baik. Pengembangan tebal dari produk yang terbuat dari bahan
berlignoselulosa dapat diatasi dengan perlakuan uap. Nilai kerapatan kayu lapis
menurut standar Jepang adalah kurang dari 12% (Japanese Standard Association.
2003) dan untuk standar Indonesia sendiri tidak boleh dari 15%( Sekino, N.; M.
Fortune (5.71 %) ; 4. Arwana (11.29%). Hasil ini menunjukkan bahwa merk yang
memenuhi syarat Standar Jepang adalah merk Fortune yang memiliki nilai kerapatan
5.71%, dan untuk jenis yang memenuhi standar Indonesia adalah jenis Fortune, OFR
Kadar air kayu menunjukkan banyaknya air yang terdapat pada kayu yang
dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanurnya. Kayu perlu dikeringkan
sebelum dikerjakan sampai mencapai kadar air yang sesuai dengan tempat dimana
kayu akan digunakan. Kadar air kayu adalah banyaknya air yang terkandung dalam
kayu yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering ovennya. Kadar air kering
udara adalah kondisi kayu dalam keadaan kering udara yang mana pada kondisi ini
kayu tidak menyerap air dan melepaskan air. Dengan demikian bila digunakan untuk
maupun penyusutan. Untuk standar Indonesia tersendiri kadar air kayu tidak boleh
Berdasarkan hasil perhitungan kadar air pada masing-masing merk dagang kayu lapis
(33.3%) ; 4.Fortune (14.28%). Jadi dari hasil tersebut jenis yang memenuhi standar
Indonesia adalah jenis OFR yang memiliki kadar air sebesar 9.52%.
2. Tunas - - -
IV.2.2. Pembahasan
Kayu lapis atau sering disebut tripleks adalah sejenis papan pabrikan yang
terdiri dari lapisan kayu (veneer kayu) yang direkatkan bersama-sama. Kayu lapis
merupakan salah satu produk kayu yang paling sering digunakan. Kayu lapis bersifat
fleksibel, murah, dapat dibentuk, dapat didaur ulang, dan tidak memiliki teknik
pembuatan yang rumit. Kayu lapis biasanya digunakan untuk menggunakan kayu
solid karena lebih tahan retak, susut, atau bengkok kayu lapis (yang biasa
disebut veneer) direkatkan bersama dengan sudut urat (grain) yang disesuaikan untuk
menciptakan hasil yang lebih kuat. Biasanya lapisan ini ditumpuk dalam jumlah
yang seimbang. Lapisan dalam jumlah genap akan menghasilkan papan yang tidak
stabil dan mudah terdistorsi. Saat ini kayu lapis tersedia dalam berbagai ketebalan,
Kayu lapis adalah papan yang dibuat dengan cara merekatkan beberapa lembar
papan veneer. Veneer yang direkatkan jumlahnya ganjil, susunan merekatnya saling
1982).
Sedangkan menurut SKI, kayu lapis adalah suatu produk panil-panil kayu yang
lapis dan membandingkannya dengan SNI 01-5008:2-1999 maka merk yang masuk
dalam kategori baik adalah jenis Tunas, yang pada lapisan depan (faceI), dalam
(core), dan belakang (back) banyak tergolong pada mutu A dan B, sedangkan untuk
bagian belakang sendiri semua cacat yang terdapat pada bagian ini masuk dalam
standar SNI.
yang masuk kedalam standar Jepang adalah merk Fortune (5.71%), dan yang
masuk dalam standar jenis yang memenuhi standar Indonesia adalah jenis
Fortune, OFR dan Arwana yang memiliki kerapatan 5.71%, 12.5% dan
11.29%.
3. Pengukuran kadar air sendiri yang masuk dalam kategori standar SNI adalah
Semoga praktikum ini semakin baik lagi untuk kedepannya dan diharapkan
partikel maupun kayu lapis sehingga praktikan lebih memahami tentang panel-panel
kayu