PEMBAHASAN
2.1 Oral Biologi
2.1.1 Mekanisme nyeri pulpa
Saraf sensoris yang mempersarafi pulpa adalah saraf campuran yang mengandung
baik akson mielin maupun tidak bermielin. Akson bermielin digolongkan menurut diameter
dan kecepatan konduksinya. Termasuk dalam golongan ini adalah akson A, diameter 1-6m,
yang merupakan saraf bermielin dengan konduksi lambat dan yang jumlahnya paling banyak.
Saraf sensoris bermielin bercabang makin banyak ketika naik ke arah korona. Pada akhirnya
saraf ini akan kehilangan selubung mielinnya dan berakhir sebagai cabang-cabang tak
bermielin baik di bawah odontoblas, sekitar odontoblas, maupun sepanjang prosesus
odontoblas dalam tubulus dentin. Di sana saraf ini membentuk sinsitium saraf yang disebut
pleksus subodontoblas Raschkow. Stimulus serabut ini akan menghasilkan nyeri tajam yang
cepat yang relative mudah ditentukan lokasinya.
Akson nosiseptif tidak bermielin, atau serabut c (diameternya <1m), adalah saraf
yang paling banyak terutama ditemukan pada inti pulpa. Kecepatan konduksinya lebih lambat
daripada serabut A, dan stimulasi serabut ini menghasilkan nyeri yang lebih lambat
awitannya dan sifatnya tumpul serta menyebar.
Terdapat beberapa teori mekanisme nyeri :
Persarafan langsung dari dentin
Dentin memiliki ujung serat saraf sensorik dan akan menerima rangsang yang jatuh pada
dentin tersebut.
stimulusemaildentinpulpasensasireaksi nyeri
Teori hidrodinamik
stimulusemaildentin(cairan tubulus dentin bergerak naik turun)sel saraf pada
odontoblaspulpaSSPmemerintahkan neuron motorik untuk memunculkan gerak
refleks atau reaksi nyeri.1
Odontoblas
Odontoblas adalah sel pulpa yang paling khas. Sel ini membentuk lapisan tunggal
diperifernya dan mensintesis matriks yang kemudian termineralisasi dan menjadi dentin.
Dibagian mahkota ruang pulpa terdapat odontoblas yang jumlahnya banyak sekali dan
bentuknya seperti kubus relatif besar. Jumlahnya di daerah itu sekitar 45.000 dan
65.000/mm2. Di daerah serviks dan tengah-tengah akar jumlahnya lebih sedikitb dan
tampilannya lebih gepeng (skuamosa). Morfologi sel umumnya secara signifikan
mencerminkan aktivitas fungsionalnya, dan sel yang lebih besar memiliki kapasitas
mensintesis lebih banayak matriks. Odontoblas adalah sel akhir yakni tidak mengalami lagi
pembelahan sel. Seumur hidupnya, yang bisa sama dengan umur vitalitas pulpa, odontoblas
mengalami masa fungsional, transisi, transisional, dna fase istrahat, yang masing-masing
berbeda dalam ukuran dan ekspresi organelnya.
Odontoblas terdiri atas dua komponen structural dan fungsional utama yakni badan sel dan
prosesus sel. Badan sel terletak dissebelah matriks dentin tak termineralisasi
(predentin). Prosesus sel memanjang ke luar kea rah tubulus di dentin dan predentin. Sampai
dimana prosesu odontoblas berjalan di tubulus.
Badan sel adalah bagian dari sel yang begrfungsi sintesis dan mengandung nucleus yang
terletak dibasal serta struktur organel didalam sitoplasma yang adalah khas dari suatu sel
pensekresi. Selama dentinogenesis aktif, reticulum endoplasma dan apparatus golgi tampak
menonjol disertai banyak mitokondria dan vesikel. Badan sel dilengkapi dengan
berbagai junction ayng kompleks yang mengandung gap junction, tight junction, dan
desmosom yang lokasinya bbervariasi dan ditentukan oleh
fungsinya. Junction mengisolasi lokasi tempat terbentuknya dentin dan mengatur aliran zat
ke dalam dan keluar area. Produk ekskresi dari odontoblas ke dalam membrane sel diujung
perifer badan sel dan ujung basal dari prosesus sel. Pada mulanya produk ini mencakup
komponen matriks yang di sekresi ke luar. Odontoblas bekerja paling aktif selama
dentinogenesis primer dan selama pembentukan dentin reparatif. Aktivitas nya banyak
berkurang selama dentinogenesis sekunder sedang berjalan.
Preodontoblas
Odontoblas baru dapat tumbuh setelah odontoblas yang lama hilang akibat cedera. Namun
tumbuhnya odontoblas baru hanya baru terjadi jika pada zona kaya akan sel telah ada
preodontoblas. Preodontoblas adalah sel yang telah terdiferensiasi sebagian sepanjang garis
odontoblas. Preodontoblas ini akan bermigrsi ke tempat terjadinya cedera dan melanjutkan
differensiasinya pada tenpat tersebut.
Fibroblast
Preodontoblas adalah tipe sle yang paling umum terlihat dalam jumlah yang paling besar di
pulpa mahkota. Sel ini menghasilkan dan mempertahankan kolagen serta zat dasar pulpa juka
ada penyakit. Seperti odontoblas , penonjolan organel sitoplasmanya berubah-ubah sesuai
dengan aktivitasnya. Makin aktif selnya, makin menonjol organel dan komponen lainnya
yang diperlukan untuk sintesis dan sekresi. Akan tetapi, tidak seperti odontoblas, sel-sel ini
mengalami kematian apoptosis dan diganti jika perlu oleh maturasi dari sel-sel yang kurang
terdiferensiasi.
Sel Cadangan (Sel Tak Berdiferensiasi)
Sel ini merupakan sumber bagi sel jaringan ikat pulpa. Sel precursor ini ditemukan di zona
kaya akan sel dan inti pulpa serta dekat sekali dengan pembuluh darah. Tampaknya, sel-sel
ini merupakan sel yang pertama kali membelah ketika terjadi cedera. Sel ini akan berkurang
jumlahnya sejalan dengan meningkatnya kalsifikasi pulpa dan berkurangnya aliran darah
akan menurunkan kemampuan regeneratifnya.
Sel-Sel Sistem Imun
Makrofag, limfosit T, dan sel dendritik merupakan penghuni seluler yang normal dari pulpa.
Sel dendritik dan ptosesusnya ditemukan diseluruh lapisan odontblas dan memiliki hubungan
dekat dengan elemen veskular dan elemen saraf. Sel-sel ini merupakan bagian Dario system
respon imun awal dan pemantau (surveillance) dari pulpa. Sel ini akan menangkap dan
memaparkan antigen terhadap sel T residen dan makrofag. Secara kolektif, kelompok sel ini
merupakan sekitar 8% populasi sel dalam pulpa.
Pulpa gigi terdiri dari jaringan penghubung vascular yang terdapat didalam dinding dentin
yang kerasa. Meskipun sama dengan jaringan penghubung lainnya didalam badan manusia,
jaringan ini khusus dan lingkungannya.4
b. Sel imunokompeten
Sel imunokompeten adalah sel yang mampu membedakan sel tubuh dengan zat asing
dan menyelenggarakan inaktivasi atau perusakan benda-benda asing. Sel imunokompeten
yang berperan dalam respon imunologik pada inflamasi pulpa adalah limfosit T, limfosit B
(lebih sedikit), makrofag, dan sel dendritik yang mengekspresikan molekul kelas II yang
secara morfologik serupa dengan makrofag dalam jumlah yang cukup banyak.
Sel dendritik merupakan salah satu antigen-presenting cell (APC) yang berbentuk
seperti dendrit pada saraf namun berfungsi untuk menstimulasi molekul pada pengaktivan sel
T bukan berfungsi sebagai sel saraf. Sel ini pada pulpa terletak di perifer jaringan, dimana
biasanya antigen masuk. Fungsi utama sel dendritik ini adalah memperingatkan sistem imun
untuk mengeleminasi secara efektif.5
b. Histologi pulpa
Pada pulpa secara histology terdapat 4 zona, yaitu:
Odontoblastik layer
Lapisan ini terdiri dari badan sel odontoblas dan prosesus odontoblas. Badan sel membentuk
daerah odontoblastik dan prosesus odontoblas berlokasi di dalam matriks predentin dan tubuli
dentin meluas ke dalam dentin. Pada daerah odontoblastik ini terdapat kapiler dan saraf
sensoris yang tidak bermielin di sekeliling badan sel.
Pada potongan histologik, odontoblas kelihatan berderet dalam suatu susunan memagari pada
perifer pulpa. Lapisan predentin berkalsifikasi akan mengahasilkan tubulus dentin dan dentin
diantara tubuli ini disebut dentin intertubular. Selain itu terdapat prosesus odontoblastik,
dentin sekunder dan dentin reparatif
Free-cell zone
Daerah ini disebut juga daerah Weil adalah daerah pulpa yang relatif aselular terletak sebelah
sentral dari daerah odontoblas. Daerah ini berisi fibroblas, sel mesenkim, dan makrofag
Rich-cell zone
Zona ini berisi subsatansi dasar (substansi gelatinus yang disusun oleh proteoglikan,
glikoprotein, dan air), fibroblast, kolagen sel mesenkim yang tidak berkembang dan sel
sistem imun.
Pulp core
Daerah ini berisi pembuluh darah dan saraf yang tertanam di dalam matriks pulpa bersama-
sama dengan fibroblast.7
c. Biologi periradikular
Periodontium, jaringan yang mengelilingi dan merupakan tempat tertanamnya akar gigi
terdiri atas sementum, ligamen periodontium dan tulang alveolus. Jaringan ini berasal dari
folikel dentalis yang mengelilingi organ email; pembentukannya dimulai ketika
perkembangan akarnya mulai berlangsung.
1. Sementum
Sementum adalah jaringan yang menyerupai tulang yang menutupi akar dan menyediakan
perlekatan bagi serabut periodontium utama. Terdapat tipe sementum.
1) Sementum serabut intrinsik aseluler primer. Ini adalah sementun yang pertama kali
terbentuk dan telah ada sebelum serabut periodontium utama terbentuk sempurna. Jaringan
ini meluas dari tepi servikal ke sepertiga akar gigi pada beberapa gigi dan
mengelilingiseluruh akar pada jumlah gigi lainnya.
2) Sementum serabut ekstrinsik aseluler primer. Ini adalah sementum yang terus-menerus
terbentuk sekitar serabut periodontium primer setelah keduanya telah digabungkan ke dalam
sementum serabut intrinsik aseluler primer.
3) Sementum serabut intrinsik seluler sekunder. Sementum ini memiliki penampilan
seperti tulang dan hanya memainkan peran yang kecil dalam perlekatan serabut.
4) Sementum serabut campuran seluler sekunder. Sementum ini adalah suatu tipe adaptif
dari sementum seluler yang melibatkan serabut periodontium sambil terus berkembang.
5) Sementum afibriler aseluler. Ini adalah sementum yang terdapat pada email yang tidak
berperan dalam perlekatan serabut.
Walaupun kadang-kadang mengandung sel, sementum tidak memiliki vaskularisasi dan
tampaknya lebih tahan terhadap resorpsi dibanding tulang.
2. Ligamen periodontium
Merupakan jaringan khusus, fungsinya sebagian berikatan dengan keberadaan bundel serabut
kolagen yang tersusun secara khusus yang mendukung gigi dalam soketnya dan menyerap
gaya oklusi sehingga tidak ditransmisikan ulang ke sekitarnya. Rongga ligamen periodontium
tidak luas, antara 0,21 mm pada gigi muda sampai 0,15 mm pada gigi tua.
Rongga periodontium dipagari oleh ostoeblas dan osteoklas. Diantara serabut-serabut
periodontium utama terjalin jaringan ikat longgar yang mengandung fibroblas, sel cadangan,
makrofag, osteoklas, pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe.
3. Tulang Alveolus
Tulang rahang disebut sebagai prosesus alveolaris. Tulang yang memagari soket dan tempat
melekatnya serabut periodontium utama disebut tulang alveolus proprium.Tulang alveolus
meiliki libang kecil bagi masuknya pembuluh, saraf, jaringan ikat, yang lewat dari prosesus
alveolaris ke rongga periodontium. Walaupun memiliki lubang-lubang kecil, tulang alveolus
propium tetap lebih padat dari tulang kanselus yang mengelilinginya dan meiliki tampilan
opak yang jelas pada radiograf.8
Patogenesis
Jaringan pulpa akan mengadakan respons terhadap iritan dengan (1) reaksi inflamasi
nonspesifik dan (2) reaksi imunologi spesifik. Inflamasi pulpa akibat karies dimulai sebagai
respons seluler kronik yang ditandai oleh adanya limfosit, sel-sel plasma, dan makrofag.
Respons terhadap karies oleh kompleks dentin-pulpa meliputi pembentukan dentin
peritubuler, menurunnya permeabilitas tubulus dentin, dan sering, dengan pembentukan
dentin tersier. Dentin tersier tidak teratur ini memiliki tubulus lebih sedikit dan mungkin
berfungsi sebagai barier terhadap karies yang sedang menyerbu. Umumnya, pulpa tidak akan
mengalami inflamasi yang parah (tidak ireversibel), jika kariesnya tidak berpenetrasi ke
dalam pulpa.
Setelah pulpa terbuka karena karies, berbagai spesies bakteri yang oportunis dari flora oral
akan berkoloni pada pulpa yang terbuka tersebut. Leukosit polimorfonuklear, yang
merupakan tanda dari inflamasi akut, secara kemotaktik akan tertarik ke daerah terinflamasi.
Akumulasi leukosit polimorfonuklear akan menyebabkan terbentuknya abses. Jaringan pulpa
bisa tetap terinflamasi dalam waktu yang lama, atau bisa juga dengan cepat menjadi nekrosis.
Karena jaringan pulpa terkurung oleh jaringan keras, jaringan pulpa yang terinflamasi
dikatakan berlokasi dalam lingkungan yang low compliance. Keadaan low compliance ini
akan meningkatkan tekanan intrapulpa ketika sel-sel dan cairan inflamasi ekstravaskuler
terakumulasi. Meningkatnya tekanan ini selanjutnya akan mengganggu sirkulasi pulpa yang
normal dan fungsi sel, sehingga sel-sel akan lebih rentan terhadap cedera atau akan mati.
Patosis jaringan periradikuler dapat terjadi akibat pulpa yang nekrosis, yaitu dari bakteri atau
produk sampingnya dan iritan-iritan lain dari pulpa yang nekrosis yang berdifusi dari saluran
akar ke arah periapeks sehingga timbul lesi inflamasi yang parah. Jaringan periradikuler
memiliki sumber sel tak terdiferensiasi yang jumlahnya hampir tak terbatas dan berpartisipasi
baik dalam inflamasi maupun perbaikan. Interaksi antara iritan yang berasal dari ruang pulpa
dengan pertahanan pejamu akan mengaktifkan serangkaian reaksi untuk melindungi pejamu.
Reaksi yang muncul sangat kompleks dan biasanya diperantarai oleh mediator inflamasi
nonspesifik dan reaksi imun spesifik.
Mediator Nonspesifik Lesi Periradikuler
Mediator nonspesifik reaksi inflamasi adalah neuropeptid, peptid fibrinolitik, kinin, fragmen
komplemen, amin vasoaktif, enzim lisosom, metabolit asam arakhidonat dan sitokin.
Berkontaknya faktor Hageman dengan kolagen dari enzim membrane basalis seperti kalikrein
atau plasmin, atau endotoksin yang berasal dari saluran akar yang teinflamasi, akan
mengaktifkan kaskade pembekuan darah dan system fibrinolitik. Fibrinopeptid yang
dilepaskan oleh molekul fibrinogen dan produk degradasi fibrin yang dilepaskan selama
proses proteolisis dari fibrin oleh plasmin turut berperan dalam timbulnya inflamasi. Trauma
pada jaringan periapeks selama perawatan saluran akar dapat juga mengaktifkan system kinin
dan, pada gilirannya, system komplemen.
Cedera fisik atau kimia dapat menyebabkan lepasnya amin vasoaktif seperti histamine, yang
dapat menarik (kemitaktik) leukosit dan makrofag. Selain itu, enzim lisosom dapat
menyebabkan lepasnya C5 dan membentuk C5a, suatu komponen kemotaktik yang poten,
serta pembebasan bradikinin aktif dari kininogen plasma. Bermacam-macam sitokin seperti
interleukin, faktor nekrosis tumor, dan faktor pertumbuhan terlibat dalam perkembangan dan
kelanjutan lesi periradikuler.
Mediator Spesifik Lesi Periradikuler
Selain mediator nonspesifik dalam reaksi inflamasi, reaksi imunologi juga berpartisipasi
dalam pembentukan dan kelanjutan patosis periradikuler. Banyak sekali antigen potensial
yang berakumulasi dalam pulpa nekrosis, yang terdiri atas sejumlah spesies mikroorganisme
beserta toksinnya, dan jaringan pulpa yang telah berubah. Adanya antigen potensial dalam
saluran akar dan immunoglobulin IgE serta sel mast dalam pulpa yang mengalami kelainan
patologis serta lesi periradikuler, mengindikasikan terjadinya reaksi imunologi tipe I.
Pada lesi ini terdapat berbagai kelas immunoglobulin, termasuk antibody spesifik terhadap
sejumlah spesies bakteri dalam saluran akar yang terinfeksi. Dalam lesi periradikuler manusia
juga terdapat berbagai tipe sel imunokompeten seperti sel penyaji antigen (Iaantigen-
expressing nonlymphoid cells), makrofag, leukosit polimorfonuklear, dan sel B serta sel T.
Keberadaan kompleks-imun dan sel imunokompeten seperti sel T mengindikasikan bahwa
reaksi imunologi (tipe II sampai IV) dapat memulai, memperkuat, atau memperparah lesi
inflamasi ini.10
Kimia
Irigan antibakteri yang dipakai selama pembersihan dan pembentukan saluran akar, obat
intrakanal, dan beberapa senyawa pembersih dentin, zat yang dalam tumpatan sementara
adalah iritan yang potensial mengiritasi dapat menyebabkan inflamasi pada pulpa jaringan
dibawahnya.15
2.2 Konservasi
2.2.1 Pemeriksaan klinis
Pemeriksaan klinis untuk lesi periradikular adalah dengan melakukan tes klinis, yaitu:
a. Perkusi
Perkusi dapat menetukan ada tidaknya penyakit periradikuler. Respon positif yang jelas
menandakan adanya imflamasi periodontium. Cara melakukan perkusi adalah dengan
mengetuk ujung kaca mulut yang dipegang parallel atau tegak lurus terhadap mahkota pada
permukaan insisal atau oklusal mahkota. Tes perkusi lainnya adalah dengan meminta pasien
menggigit objek keras misalnya gulungan kapas, pada gigi yang dicurigai.
b. Palpasi
Palpasi menentukan seberapa jauh proses inflamasi telah meluas ke arah periapeks. Respon
positif pada palpasi menandakan adanya inflamasi periadikuler. Palpasi dilakukan dengan
menekan mukosa diatas apeks dengan kuat. Penekanan dilakukan dengan ujung jari.
c. Tes kevitalan pulpa
Stimulasi lansung pada dentin, dingin, panas, dan tes elektrik akan menentukan respon
terhadap stimulus dan kadang-kadang dapat mengidentifikasikan gigi yang dicurigai karena
timbulnya respon yang abnormal.16
Kista radikular
Diagnosis
Pulpa gigi dengan kista radikular tidak bereaksi terhadap stimuli listrik atau termal dan hasil
tes klinis lainnya adalah negative, kecuali radiograf. Pasien mungkin mendapatkan suatu
riwayat sakit lainnya. Biasanya pada pemeriksaan radiograf, terlihat tidak adanya kontinuitas
lamina dura, dengan suatu daerah rarefraksi. Daerah radiolusen biasanya terlihat bulat dalam
garis berikutnya. Daerah radiolusen lebih besar daripada suatu granuloma dan dapat meliputi
lebih dari satu gigi.
Diagnosis banding
Suatu kista biasanya lebih besar daripada granuloma dan dapat menyebabkan akar yang
berdekatan merenggang karena tekana yang terus menerus dari akumulasi cairan kista. Suatu
kavitas normal kelihatan terpisah dari apeks akar yang memperhatikan sudut pengambilan
radiograf, sedangkan suatu kista tetap terikat pada apeks akar tanpa memperhatikan sudut
pengambilan gambar.
Diagnosis banding
Resorpsi eksternal perlu dibedakan dengan resorpsi internal. Pada resorpsi eksternal,
radiograf menunjukkan suatu penumpulan apeks, daerah tidak rata, suatu daerah yang
tergali pada sisi akar atau apabila daerahnya terletak di atas saluran akar, saluran akar
dengan jelas melintasi daerah resorpsi. Pada resorpsi internal, akan terlihat sebuah saluran
akar dengan daerahseperti balon yang membesar dan dibatasi dengan baik. Bila tulang di
dekat daerah resorpsi terpengaruh dan daerah yang teresorpsi cekung ke arah luar dan bila
saluran akar utuh, sebagai yang terlihat pada radiogrfa, maka terdapat resorpsi eksternal.17
Granuloma
Prognosis bagi retensi jangka panjang gigi adalah baik sekali.
Kista Radikular
Prognosis tergantung pada gigi khususnya, perluasan tulang yang rusak dan mudah
dicapainya perawatan.
Granuloma
Terapi saluran akar cukup untuk merawat granuloma. Pengambilan sebab inflamasi biasanya
diikuti oleh resorpsi jaringan granulomatus dan perbaikan dengan tulang bertrabekular.
Kista Radikular
Pengambilan secara bedah seluruh kista radikular sehingga bersih tidak perlu dilakukan pada
semua kasus. Perawatan endodontik juga dapat menyembuhkan kista radikular.