Laporan Tutorial Blok 9 Modul 3
Laporan Tutorial Blok 9 Modul 3
TERMINOLOGI
1
III. ANALISIS MASALAH
1. Tipe tipe DM
a. DM tipe 1, bergantung terhadap kadar insulin. Terjadi pada orang
yang cenderung kurus, kegagalan sel menghasilkan insulin.
b. DM tipe 2, insulin banyak tetapi tidak bekerja. Terjadinya
resistensi insulin.
c. DM Sekunder, DM yang diakibatkan oleh penyakit lain.
d. DM Gestational, terjadi pada ibu hamil. Anak yang dilahirkan
cenderung besar.
2. Penyebab DM
a. DM tipe 1
- Kongenital
- Stres dan aktivitas fisik
- Pankreas tidak dapat menghasilkan insulin
- Respon imun tidak dapat bekerja dengan baik
b. DM tipe 2
- Perubahan sel reseptor insulin
- Overweight
- Gaya hidup
3. Gejala DM
a. 3P (polidipsi,poliuria,polipagia)
b. Infeksi berulang
c. Rasa terbakar/kesemutan
d. Penglihatan kabur karena penumpukan lemak pada retina
e. Retinopati
f. Pruritis
g. Penyembuhan luka lama keringnya
h. Berat badan menurun progresif
i. Lemas dan mudah lelah
2
6. Hubungan mukosa kering dengan DM
a. Gangguan saraf
b. Kehilangan cairan tubuh dan elektrolit berlebihan
8. Manifestasi oral DM
a. Xerostomia
b. Periodontitis
c. Candidiasis
d. Stomatitis aptosa (sariawan)
e. Karies
f. Mobility gigi,akibatnya penyakit periodontal
g. Lesi
h. Disfungsi sistem pengecapan
i. Mudah terinfeksi bakteri
j. Rasa sakit pada gigi bukan karena karies
k. Bau mulut
9. Penatalaksanaan dental DM
a. Menanyakan kontrol gula darah
b. Pemeriksaan dianjurkan dilakukan pagi hari
c. Mengurangi stres
d. Pemberian antibiotik profilaksis
e. Memberi edukasi tentang kesehatan gigi dan mulut
f. Meminimalisir luka
g. Kontrol teratur
3
b. Tiroiditis (gondok)
c. Nodul tiroid
d. Hipertiroksin
e. Disfungsi kelenjar tiroid
f. Efek samping obat
14. Penyebab keringat pada malam hari dan jatung berdebar pada
penderita hipertiroid
hipertiroid mempercepat kerja jantung sehingga juga
mempercepat metabolisme sel akibatnya tubuh juga jadi mudah
berkeringat dan hormon tiroid juga mengatur penggunaan lemak
, suhu tubuh, kecepatan jantung.
4
IV. SKEMA
Hipertiroid
liver
Gigi goyahlidah terasairama nafas
terbakar tidak teratur berkeringat pada jantung
kuku
malam hari berdebar rapuh
5
manifestasi oral DM gejala hipertiroid
V. LO
1. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan Jenis, Penyebab,
Gejala Penyakit Metabolik Endokrin.
2. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Oral
Penyakit Metabolik Endokrin.
3. Mahasiwa Mampu Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan
Dental Penyakit Metabolik Endokrin.
1. Penyakit DM
Jenis Diabetes Melitus:
6
Limfosit T bereaksi terhadap antigen seI-B dan menyebabkan kerusakan sel. SeI-seI T
ini meliputi: SeI-seI T CD4+ dari subkelompok TH1 yang menyebabkan jejas
jaringan dengan mengaktifkan sel-sel makrofag, sementara sel-sel makrofag
menyebabkan kerusakan dalam bentuk respons hipersensitivitas tipe-Iambat yang
khas. Limfosit T sitotoksik CD8+ yang membunuh langsung sel B dan juga
menyekresi sitokin yang mengaktifkan makrofag.
Sitokin yang diproduksi secara lokal merusak sel-sel B. Di antara sitokin yang terlibat
dalam jejas sel adalah IFN-y, dihasilkan oleh sel T dan TNF serta IL- 1 yang
diproduksi oleh sel-sel makrofag yang diaktifkan selama reaksi imun.
Autoantibodl terhadap sel-sel pulau dan insulin juga terdeteksi dalam darah pada 70%
hingga 80% pasien. Autoantibodi tersebut bersifat reaktif dengan sejumlah antigen sel
Beta, yang meLiputi enzim glutamic acid decarboxylase (GAD). Pada anak-anak
yang rentan tapi belum menderita diabetes (misalnya, keluarga pasien), keberadaan
antibodi terhadap sel pulau merupakan tanda prediktif untuk meramalkan terjadinya
DM tipe 1.
Destruksi otoimun dari sel-sel pulau Langerhans kelenjar pankreas langsung
mengakibatkan defesiensi sekresi insulin. Defesiensi insulin inilah yang
menyebabkan gangguan metabolisme yang menyertai DM Tipe 1. Selain defesiensi
insulin, fungsi sel-sel kelenjar pankreas pada penderita DM tipe 1 juga menjadi
tidak normal. Pada penderita DM tipe 1 ditemukan sekresi glukagon yang berlebihan
oleh sel-sel pulau Langerhans. Secara normal, hiperglikemia akan menurunkan
sekresi glukagon, sekresi glukagon akan tetap tinggi walaupun dalam keadaan
hiperglikemia, hal ini memperparah kondisi hiperglikemia. Salah satu manifestasi dari
keadaan ini adalah cepatnya penderita DM tipe 1 mengalami ketoasidosis diabetik
apabila tidak mendapatkan terapi insulin.
7
diperbaiki melalui manuve-manuver teurapetik yang mengurangi hiperglikemia
tersebut.
Dua defek metabolik utama yang menandai diabetes tipe 2 adalah resistensi
insulin dan disfungsi sel B.
Resistensi lnsulin. Resistensi insulin merupakan keadaan berkurangnya kemampuan
jaringan perifer untuk berespons terhadap hormon insulin. Sejumlah penelitian
fungsional pada orang-orang dengan resistensi insulin memperlihatkan sejumlah
kelainan kuantitatif dan kualitatif pada lintasan penyampaian sinyal insulin yang
meiiputi penurunan jumlah reseptor insulin, penurunan fosforilasi reseptor insulin
serta aktivitas tirosin kinase, dan berkurangnya kadar zat-zat antara yang aktif dalam
lintasan penyampaian sinyal insulin. Resistensi insulin diakui sebagai sebuah
fenomena yang kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor genetik serta
lingkungan. Sebagian besar faktor genetik yang berkaitan dengan resistensi insulin
masih menjadi misteri karena mutasi pada reseptor insulin itu sendiri sangat sedikit
menyebabkan seseornag mengidap diabetes tipe 2 (akan dibahas kemudian).
Di antara faktor-faktor lingkungan, obesitas memiliki korelasi yang paling kuat.
Korelasi obesitas dengan diabetes tipe 2 telah dikenali selama beberapa dekade dan
resistensi insulin menjadi kelainan yang mendasarinya. Risiko terjadinya diabetes
meningkat seiring indeks massa tubuh (ukuran untuk menentukan kandungan lemak
tubuh) meningkat, dan keadaan ini menunjukkan korelasi dosis-respons antara lemak
tubuh dan resistensi insulin. Faktor-faktor yang mungkin memengaruhi resistensi
insulin pada obesitas meliputi kadar asam lemak bebas yang tinggi di dalam darah
yang beredar dan intrasel. Kadar asam lemak bebas yang tinggi di daiam darah dan
se1 ini dapat memengaruhi fungsi insulin ("lipotoksisitas") dan sejumlah sitokin yang
dilepaskan oleh jaringan adiposa ("adipokin '); sitokin ini meliputi leptin, adiponektin,
dan resistin PPAR-y (peroxisome proliferator-activated receptor gamma), yaitu suatu
reseptor nukleus adiposit yang diaktifkan oleh kelas preparat antidiabetik baru yang
dinamakan thiazolidinedion dapat memodulasi ekspresi gen dalam adiposit dan hal ini
akhirnya akan mengurangi resistensi insulin.
Disfungsi sel-B. Disfungsi sel-B bermanifestasi sebagai sekresi insulin yang tidak
adekuat dalam menghadapi resistensi insulin dan hiperglikemia. Disfungsi sel-B
bersifat kualitatif (Hilangnya pola sekresi insulin normal yang berayun [osilasi] dan
pulsatil serta pelemaan fase pertama sekresi insulin cepat yang dipicu oleh
peningkatan glukosa plasma) maupun kuantitatif (berkurangnya massa sel-8,
degenerasi pulau Langerhans, dan pengendapan amiloid dalam pulau Langerhans).
Komplikasi Diabetes Melitus
Komplikasi diabetes melitus Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik akan
menimbulkan komplikasi akut dan kronis. Menurut PERKENI komplikasi DM dapat
dibagi menjadi dua kategori, yaitu :
1. Komplikasi akut
- Hipoglikemia, adalah kadar glukosa darah seseorang di bawahnilai normal (< 50 mg/dl).
Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita DM tipe 1 yang dapat dialami 1-2 kali
8
per minggu, Kadar gula darah yang terlalu rendah menyebabkan sel-sel otak tidak
mendapat pasokan energi sehingga tidak berfungsi bahkan dapat mengalami kerusakan.
- Hiperglikemia, hiperglikemia adalah apabila kadar gula darah meningkat secara tiba-
tiba, dapat berkembang menjadi keadaan metabolisme yang berbahaya, antara lain
ketoasidosis diabetik, Koma Hiperosmoler Non Ketotik (KHNK) dan kemolakto asidosis.
2. Komplikasi Kronis
- Komplikasi makrovaskuler, komplikasi makrovaskuler yangumum berkembang pada
penderita DM adalah trombosit otak (pembekuan darah pada sebagian otak), mengalami
penyakit jantung koroner (PJK), gagal jantung kongetif, dan stroke.
- Komplikasi mikrovaskuler, komplikasi mikrovaskuler terutama terjadi pada penderita DM tipe
1 seperti nefropati, diabetik retinopati (kebutaan), neuropati, dan amputasi
Selain itu, komplikasi pada diabetes juga terbagi menjadi komplikasi metabolik dan komplikasi
jangka panjang.
Komplikasi Metabolik
Insulin merupakan hormon anabolik utama; terganggunya fungsi insulin akan
memengaruhi metabolisme glukosa, lemak dan protein. Hormon-hormon kontraregulator
(misalnya, GH, epinefrin) disekresi tanpa lawan; jaringan perifer tidak dapat menumpuk glukosa.
Giikosuria berlebihan akan menginduksi diuresis osmotik dan poliuria dengan kehilangan air dan
elektrolit berat. Rasa haus yang sangat (polidipsio) dengan peningkatan selera makan (polifagia)
melengkapi trias diabetes yang klasik.
Ketoasidosis diabetik, hampir selalu terjadi pada diabetes tipe 1 akibat defisiensi
insulin berat dan peningkatan absolut atau relatif kadar glukagon, yaitu: pelepasan
asam-asam lemak bebas yang berlebihan dari jaringan adiposa dan oksidasi
hepatik akan menghasilkan badan keton (asam butirat dan asam asetoasetat).
Ketonemia dan ketonuria dengan dehidrasi dapat menimbulkan ketoasidosis
metabolik sistemik yang bisa membawa kematian.
Koma hiperosmoler nonketotik biasanya terjadi pada diabetes tipe 2 dalam
keadaan dehidrasi berat (karena diuresis hiperglikemik yang terus-menerus) dan
ketidakmampuan untuk minum air.
9
mengakibatkan retinopati, nefropati dan neuropati diabetik. Sedikitnya ada tiga lintasan
metabolik berbeda yang terlibat dalam patogenesis komplikasi diabetes jangka panjang:
10
dapat mengenai struktur nonvaskuler seperti tubulus ginjal, kapsula Bowman, saraf perifer dan
plasenta. Perlu diperhatikan sekalipun terjadi peningkatan ketebalan membran basalis, pembuluh
kapiler pada pasien diabetes lebih permeabel (lebih mudah bocor) terhadap protein plasma
ketimbang pembuluh kapiler orang normal. Mikroangiopati mendasari terjadinya nefropati
diabetik dan beberapa bentuk neuropati.
Nefropati Diabetik. Ginjal merupakan organ yang mengalami kerusakan paling berat pada
pasien- pasien diabetes dan salah satu penyebab kematian diabetes yang utama adalah gagal
ginjai.
Gambaran Klinis
Diabetes tipe 1 secara tradisional dianggap terjadi primer pada usia di bawah 18 tahun;
tetapi, kini diketahui bahwa diabetes tipe 1 dapat terjadi pada segala usia. Pada t hingga 2
tahun pertama sesudah manifestasi diabetes tipe 1 yang nyata, kebutuhan akan insulin
eksogen mungkin minimal atau belum dibutuhkan karena sekresi insulin endogen masih
terjadi (keadaan ini disebut "periode bulan madu"); tetapi sesudah itu, setiap cadangan sel-B
akan kelelahan dan kebutuhan insulin meningkat secara dramatis. Diabetes tipe 1 didominasi
oleh tanda-tanda berubahnya metabolisme, yaitu: poliuria, polidipsia dan polifagia. Meskipun
selera makan meningkat, efek katabolik terus terjadi sehingga timbul penurunan berat badan
dan kelemahan otot. Tanda-tanda himiawinya meliputi ketoasidosis, insulin plasma yang
rendah atau tidak ada, dan kenaikan kadar glukosa piasma. Gangguan metabolisme dan
kebutuhan akan insulin berhubungan langsung dengan stres fisiologik yang meliputi
penyimpangan dari pola asupan makanan yang normal, peningkatan aktivitas fisik, infeksi
dan pembedahan.
11
Diabetes Melitus Tipe 2
Pasien-pasien diabetes mellitus tipe 2 biasanya berusia lebih dari 40 tahun dengan keluhan
polidipsia serta poliuria dan kadang-kadang obesitas. Kelainan metabolisme biasanya ringan dan
diagnosis diabetes tipe ini pada orang-orang yang asimptomatik paling sering ditegakkan
sesudah pemeriksaan darah atau urin rutin. Koma hiperosmolar nonketotik dapat terjadi pada
manula yang mengaiami dehidrasi sekunder karena diuresis osmotik dan kekurangan asupan air
yang memadai.
Hormon tiroid memiliki efek selular yang beragam, termasuk meningkatkan katabolisme
karbohidrat serta lipid dan menstimulasi sintesis protein pada berbagai macam sel tubuh.
Hasil netto proses ini adalah peningkatan basal metabollc rote (BMR). Penyakit tiroid sangat
penting karena relatif sering ditemukan dalam masyarakat luas dan sebagian besar dapat
disembuhkan dengan pengobatan atau tindakan bedah. Penyakit tiroid meliputi berbagai
keadaan yang berkaitan dengan produksi hormon tiroid yang berlebih atau kurang dan lesi
massa yang bersifat fokal atau difus dalam kelenjar tiroid.
a. Hipertiroid
Tirotoksisosis merupakan keadaan hipermetabolik yang disebabkan oleh kenaikan
kadar T3 dan T4 bebas. Karena paling sering disebabkan oleh hiperfungsi kelenjar tiroid,
keadaan ini kerap kali disebut hipertiroidisme.. Beberapa penyebab hipertiroidisme
primer yang lebih sering ditemukan adalah:
12
Hiperplasia difus kelenjar tiroid yang berkaitan dengan penyakit Graves (sekitar
85% kasus) .
Penyakit goiter (gondok) multinodular yang hiperfungsional .
Adenoma tiroid yang hiperfungsional.
Hiperparatiroidisme
Hiperparatiroidisme adalah berlebihnya produksi hormon paratiroid oleh kelenjar
paratiroid ditandai dengan dekalsifikasi tulang dan terbentuknya batu ginjal yang
mengandung kalsium. Hiperparatiroidisme dibagi menjadi 2, yaitu hiperparatiroidisme
primer dan sekunder. Hiperparatiroidisme primer terjadi dua atau tiga kali lebih sering
pada wanita daripada laki-laki dan pada pasien-pasien yang berusia 60-70 tahun.
Sedangkan hiperparatiroidisme sekunder disertai manifestasi yang sama dengan pasien
13
gagal ginjal kronis. Rakitisi ginjal akibat retensi fosfor akan meningkatkan stimulasi
pada kelenjar paratiroid dan meningkatkan sekresi hormon paratiroid.
Etiologi
Kira-kira 85% dari kasus hiperparatiroid primer disebabkan oleh adenoma tunggal.
Sedangkan 15% lainnya melibatkan berbagai kelenjar (contoh berbagai adenoma
atau hyperplasia). Biasanya herediter dan frekuensinya berhubungan dengan
kelainan endokrin lainny
Sedikit kasus hiperparatiroidisme utama disebabkan oleh paratiroid karsinoma.
Etiologi dari adenoma dan hyperplasia pada kebanyakan kasus tidak diketahui. Kasus
keluarga dapat terjadi baik sebagai bagian dari berbagai sindrom endrokin neoplasia,
syndrome hiperparatiroid tumor atau hiperparatiroidisme turunan.
Beberapa ahli bedah dan ahli patologis melaporkan bahwa pembesaran dari kelenjar
yang multiple umumnya jenis adenoma yang ganda. Pada 15 % pasien semua
kelenjar hiperfungsi; chief cell parathyroid hyperplasia.
Patofisiologi
Hiperparatiroidisme dapat bersifat primer (yaitu yang disebabkan oleh hiperplasia atau
neoplasma paratiroid) atau sekunder, dimana kasus biasanya berhubungan dengan gagal
ginjal kronis.
Pada 80% kasus, hiperparatiroidisme primer disebabkan oleh adenoma paratiroid jinak;
18% kasus diakibatkan oleh hiperplasia kelenjar paratiroid: dan 2% kasus disebabkan
oleh karsinoma paratiroid (damjanov,1996). Normalnya terdapat empat kelenjar
paratiroid. Adenoma atau karsinoma paratiroid ditandai oleh pembesaran satu kelenjar,
dengan kelenjar lainnya tetap normal. Pada hiperplasia paratiroid, keempat kelenjar
membesar. Karena diagnosa adenoma atau hiperplasia tidak dapat ditegakan preoperatif,
jadi penting bagi ahli bedah untuk meneliti keempat kelenjar tersebut. Jika
teridentifikasi salah satu kelenjar tersebut mengalami pembesaran adenomatosa,
biasanya kelenjar tersebut diangkat dan laninnya dibiarkan utuh. Jika ternyata keempat
kelenjar tersebut mengalami pembesaran ahli bedah akan mengangkat ketiga kelelanjar
dan meninggalkan satu kelenjar saja yang seharusnya mencukupi untuk
mempertahankan homeostasis kalsium-fosfat.
Hiperplasia paratiroid sekunder dapat dibedakan dengan hiperplasia primer, karena
keempat kelenjar membesar secara simetris. Pembesaran kelanjar paratiroid dan
hiperfungsinya adalah mekanisme kompensasi yang dicetuskan oleh retensi format dan
hiperkalsemia yang berkaitan dengan penyakit ginjal kronis. Osteomalasia yang
disebabkan oleh hipovitaminosis D, seperti pada riketsia, dapat mengakibatkan dampak
yang sama.
Hiperparatiroidisme ditandai oleh kelebihan PTH dalam sirkulasi. PTH terutama bekerja
pada tulang dan ginjal. Dalam tulang, PTH meningkatkan resorpsi kalsium dari limen
tubulus ginjal. Dengan demikian mengurangi eksresi kalsium dalam urine. PTH juga
meningkatkan bentuk vitamin D3 aktif dalam ginjal, yang selanjutnya memudahkan
ambilan kalsium dari makanan dalam usus. Sehingga hiperkalsemia dan hipofosatmia
14
kompensatori adalah abnormlitas biokimia yang dideteksi melalui analisis darah.
Konsentrasi PTH serum juga meningkat.
Produksi hormon paratiroid yang berlebih disertai dengan gagal ginjal dapat
menyebabkan berbagai macam penyakit tulang, penyakit tulng yang sering terjadi
adalah osteitis fibrosa cystica, suatu penyakit meningkatnya resorpsi tulang karena
peningkatan kadar hormon paratiroid. Penyakit tulang lainnya juga sering terjadi pada
pasien, tapi tidak muncul secara langsung.
Hipoparatirodisme
Hipoparatiroid adalah gabungan gejala dari produksi hormon paratiroid yang tidak
adekuat. Keadaan ini jarang sekali ditemukan dan umumnya sering sering disebabkan
oleh kerusakan atau pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi paratiroid atau
tiroid, dan yang lebih jarang lagi ialah tidak adanya kelenjar paratiroid (secara
kongenital). Kadang-kadang penyebab spesifik tidak dapat diketahui.
Etiologi
Jarang sekali terjadi hipoparatiroidisme primer, dan jika ada biasanya terdapat pada
anak-anak dibawah umur 16 tahun. Ada tiga kategori dari hipoparatiroidisme:
Defisiensi sekresi hormon paratiroid
Post operasi pengangkatan kelenjar partiroid dan total tiroidektomi.
Idiopatik, penyakit ini jarang dan dapat kongenital atau didapat (acquired).
Hipomagnesemia.
Sekresi hormon paratiroid yang tidak aktif.
Resistensi terhadap hormon paratiroid (pseudohipoparatiroidisme)
Patofisiologi
Pada hipoparatiroidisme terdapat gangguan dari metabolisme kalsium dan fosfat, yakni
kalsium serum menurun (bisa sampai 5 mgr%) dan fosfat serum meninggi (bisa sampai
9,5-12,5 mgr%).
Pada yang post operasi disebabkan tidak adekuat produksi hormon paratiroid karena
pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi. Operasi yang pertama adalah untuk
mengatasi keadaan hiperparatiroid dengan mengangkat kelenjar paratiroid. Tujuannya
adalah untuk mengatasi sekresi hormon paratiroid yang berlebihan, tetapi biasanya
terlalu banyak jaringan yang diangkat. Operasi kedua berhubungan dengan operasi total
tiroidektomi. Hal ini disebabkan karena letak anatomi kelenjar tiroid dan paratiroid yang
dekat (diperdarahi oleh pembuluh darah yang sama) sehingga kelenjar paratiroid dapat
terkena sayatan atau terangkat. Hal ini sangat jarang dan biasanya kurang dari 1 % pada
operasi tiroid. Pada banyak pasien tidak adekuatnya produksi sekresi hormon paratiroid
bersifat sementara sesudah operasi kelenjar tiroid atau kelenjar paratiroid, jadi diagnosis
tidak dapat dibuat segera sesudah operasi.
15
Pada pseudohipoparatiroidisme timbul gejala dan tanda hipoparatiroidisme tetapi kadar
PTH dalam darah normal atau meningkat. Karena jaringan tidak berespons terhadap
hormon, maka penyakit ini adalah penyakit reseptor.
3. kelenjar adrenal
Terdapat dua kelenjar adrenal, masing-masing terbenam di atas ginjal dalam suatu kapsul
lemak. Setiap kelenjar adrenal memiliki korteks yang menghasilkan steroid dan medulla
yang menghasilkan katekolamin. Terdapat tiga zona di korteks adrenal, yaitu zona
glomerulosa (paling luar), fasikulata (paling tebal), dan retikularis (paling dalam)
1. GANGGUAN PADA KELENJAR ADRENAL
Cushing Sindrome
Definisi
Sindrom Cushing adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh efek metabolik
gabungan dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap (Price,
2005).Sindrom cushing adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek metabolik
gabungan dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. Kadar
yang tinggi ini dapat terjadi secara spontan atau karena pemberian dosis
farmakologik senyawa-senyawa glukokortikoid (Sylvia A. Price; Patofisiolgi, hal.
1088).
Etiologi
1. Sindromcushing disebabkan oleh sekresi kortisol atau kortikosteron yang
berlebihan, kelebihan stimulasi ACTH mengakibatkan hiperplasia korteks anal
ginjal berupa adenoma maupun carsinoma yang tidak tergantung ACTH juga
mengakibatkan sindrom cushing. Demikian juga hiperaktivitas hipofisis, atau
tumor lain yang mengeluarkan ACTH. Syindrom cuhsing yang disebabkan tumor
hipofisis disebut penyakit cusing.
2. Sindrom cusing dapat diakibatkan oleh pemberian glukortikoid jangka panjang
dalam dosis farmakologik (latrogen) atau oleh sekresi kortisol yang berlebihan
pada gangguan aksis hipotalamus-hipofise-adrenal (spontan) pada sindrom
cusing spontan, hiperfungsi korteks adrenal terjadi akibat ransangan belebihan
oleh ACTH atau sebab patologi adrenal yang mengakibatkan produksi kortisol
abnormal.
Manifestasi Klinis
1. Gejala hipersekresi kortisol (hiperkortisisme) yaitu :
- Obesitas yang sentrifetal dan moon face.
- Kulit tipis sehingga muka tampak merah, timbul strie dan ekimosi
- Otot-otot mengecil karena efek katabolisme protein.
- Osteoporosis yang dapat menimbulkan fraktur kompresi dan kifosis.
- Aterosklerosis yang menimbulkan hipertensi.
- Diabetes melitus.
- Alkalosis, hipokalemia dan hipokloremia
2. Gejala hipersekresi ketosteroid :
- Hirsutisme ( wanita menyerupai laki-laki )
- Suara dalam.
16
- Timbul akne.
- Amenore atau impotensi
- Pembesaran klitoris.
- Otot-otot bertambah (maskuli nisasi)
3. Gejala hipersekresi aldosteron.
- Hipertensi
- Hipokalemia
- Hipernatremia
- Diabetes insipidus nefrogenik
- Edema (jarang)
Addisons Disease
Definisi
Penyakit Addison disebabkan karena kegagalan korteks adrenal memproduksi
hormon adrenokortikal. Sering kali disebabkan oleh atrofi primer. Atrofi primer
sering terjadi karena autoimunitas, TBC, dan karsinoma.
Etiologi
Sebagian besar idiopatik(autoimun) yang lainnya akibat kerusakan adrenal
(neoplasma , TB,amilodosis , nekrosis peradangan ) ,iatrogenik(penghentian steroid ,
ketokonazol, dan obat-obat lain ) .Penyakit addison primer disebabkan akibat
kerusakan adrenal .Penyakit addison sekunder disebabakan oleh kerusakan
hipofisis.Pasien dengan penyakit addison hipofisis lebih toleran terhadap stress
metabolik karena mineralokortikoidnya normal.
Gejala klinis:
- defisiensi mineralokortikoid
hal ini akan menurunkan reabsorpsi natrium sehingga tubuh akan mengalami
hiponatremia, hiperkalemia, dan asidosis ringan. Prognosis buruk apabila setelah
empat hari sampai dua minggu setelah mineralokortikoid tidak diproduksi pasien
tidak segera ditangani karena pasien dapat meninggal.
- defisiensi glukokortikoid
terjadi keabnormalan pada kadar gula antara waktu makan. Prognosis buruk
karena infeksi pernapasan ringan saja dapat menyebabkan kematian apabila
setelah glukokortikoid tidak dihasilkan lagi pasien tidak segera ditangani.
-
kelemahan , kelelahan , hipotensi ortostatik
-
hiperpigmentasi , berbintik-bintik
- mual , penurunan berat badan, dehidrasi , hipotensi
- penurunan toleransi terhadap dingin , hipometabolisme
Diagnosis
- Kadar Na serum < 130 mEq/L, K> 5mEq/L, BUN dan kreatinin meningkat
- Dapat ditemukan hipoglikemik.Keadaan elektrolit mingkin hanya ditemukan pada
penyakit addison yang disebabkan oleh kerusakan adrenal karena harus terjadi
17
kehilangan aldosteron yang disebabkan oleh kerusakan adrenal,karena harus
terjadi kehilangan aldosteron untuk menghasilkan kelainan elektrolit
- Kadar kortisol di pagi hari rendah
- Uji perangsangan kortintropin.Berikan kosintropin 0,25 mg IV sebelum pukul
09.00 pagi.Kortisol harus meningkat dari nilai dasarnya yaitu 5 menjadi 25
pikogram/dl dan menjadi dua kali lipat dalam 60-90 menit .Kadar >20
pikogram/dl dianggap merupakan respon normal.Jika tetap mencurigai
hipoadrenalisme , lakukan ujia metirapron.
- Uji metirapron .Tentukan nilai dasar kortisol serum dasar.Berikan 3 g metirapon
secara oral pada tengah malam.Ukur kortisol dan deoksikortisol pada pukul 8 pagi
hari berikutnya. Jika sumbu hipofisi-adrenal normal , kadar kortisol plasma harus
kurang dari 5 pikrogram /dl dan kadar 11-deoksikortisol lebih dari 10 mg/dl.Ukur
kadar ACTH serum .ACTH serum akan meningkat pada kegagalan adrenal primer
dan normal atau rendah pada kegagalan hipofisis primer.
Precocius Puberty
Definisi
Precocious puberty adalah istilah dimana seorang anak telah mulai
memperlihatkan tanda-tanda pubertas sebelum usia 7 atau 8 tahun pada anak
perempuan dan 9 tahun pada anak laki-laki. Mungkin secara emosional hal ini
akan sulit di terima bagi mental anak dan bisa jadi kadang itu dikarenakan adanya
problem kesehatan pada diri anak tersebut.
Etiologi
- Pubertas biasanya dipicu oleh hypothalamus (yaitu suatu area dalam otak yang
membantu mengontrol fungsi kelenjar pituitary) hypothalamus ini memberikan
sinyal pada kelenjar pituitary (yaitu kelenjar yang berukuran kecil yang terletak
pada dasar otak) untuk melepaskan hormone dan memberikan stimulasi pada
indung telur, ovari (pada anak perempuan) atau testis (pada anak laki-laki) untuk
menghasilkan hormon sex.
- Kadang, puber dini juga bisa dipicu oleh masalah struktural pada otak (seperti
tumor), luka pada otak karena pernah terjadi trauma (benturan dan lainnya yang
mengakibatkan luka di otak), infeksi (seperti meningitis) atau masalah dalam
indung telur (ovarium) atau kelenjar tiroid yang memicu pada mulainya tanda-
tanda pubertas lebih awal dibanding yang umumnya terjadi.
- Yang umumnya terjadi pada anak perempuan, bahwa puber dini tidak dipicu oleh
gangguan medis, mereka hanya memperlihatkan tanda-tanda pubertas tanpa
diketahui sebabnya. Akan tetapi hal ini tidak sering terjadi pada anak laki-laki,
dimana kasus puber dini pada anak laki-laki biasanya disertai karena adanya
masalah kesehatan.
- Sekitar 5% anak laki-laki, masalah puber dini adalah karena faktor keturunan.
Bisa jadi anak mengalami puber dini karena keturunan dari ayahnya atau dari
keturunan pihak ibu dari kakeknya (yang mana sang ibu tidak mengalami
kelainan puber dini). Akan tetapi pada anak perempuan kasus puber dini yang di
sebabkan karena keturunan hanya 1% dibandingkan dengan anak laki-laki.
18
Gejala
Tanda-tanda pubertas pada anak perempuan adalah antara lain yang tersebut
dibawah ini pada usia anak sebelum 7 atau 8 tahun:
Perkembangan payudara
Pertumbuhan rambut dibawah lengan
Pertumbuhan tinggi badan yang pesat diatas rata-rata usia anak sebayanya
Menstruasi
Jerawat
Aroma bau badan seperti orang dewasa
Pada anak laki-laki, tanda-tanda pubertas dini antara lain:
Mulai membesarnya ukuran testis atau penis
Tumbuhnya rambut dibawah lengan dan pada wajah
Pesatnya pertumbuhan tinggi badan
Perubahan suara
Jerawat
Perubahan aroma bau badan seperti layaknya orang dewasa
Phaeochromocytoma
Definisi
Secara etimologi Phaeochromositoma berasal dari bahasa Yunani. Phios berarti
kehitaman, chroma berarti warna dan cytoma berarti tumor. Hal ini mengacu pada
warna sel tumor ketika diwarnai dengan garam kromium. Pheochromocytoma
adalah tumor kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin dan
norepinefrin. Hormon ini memiliki banyak fungsi, beberapa diantaranya seperti
mengatur tekanan darah dan detak jantung. Pheochromocytoma banyak ditemukan
pada orang dewasa dengan umur 30-60 tahun.
Phaeochromocytomas adalah tumor fungsional berasal dari sel-sel chromaffin dari
medula adrenal dan paraganglions. Sel Chromaffin adalah sel-sel yang mensekresi
katekolamin yang mempunyai karakteristik pewarnaan coklat dengan dikromat
karena kehadiran butiran sitoplasma katekolamin. Presentasi klinis klasik adalah
dengan serangan paroksismal hipertensi disertai sakit kepala, berkeringat,
kecemasan palpitasi dan tremor.
Etiologi
Banyak faktor yang dapat menyebabkan pheochromocytoma. Pada kebanyakan
kasus, yang paling berperan adalah faktor genetik dan lingkungan. 25% dari
pheochromocytomas karena faktor keluarga . Mutasi gen VHL , RET, NF1, SDHB
dan SDHD semua diketahui menyebabkan pheochromocytoma keluarga /-adrenal
paraganglioma ekstra. Pheochromocytoma adalah tumor dari neoplasia endokrin
multipel sindrom, tipe IIA dan IIB (juga dikenal sebagai MEN IIA dan IIB MEN ,
masing-masing). Komponen lainnya neoplasma sindrom yang mencakup paratiroid
adenoma, dan kanker tiroid meduler . Mutasi di autosomal RET proto-onkogen drive
19
keganasan ini. mutasi umun onkogen RET juga dapat mencakup ginjal spons
meduler.
20
- Muntah
- Sakit perut
Hiperaldosteronisme
Definisi
Keadaan terjadi produksi hormone aldosterone berlebihan.
Etiologi
- hipersekresi tumor adrenal
(hiperaldosteronisme primer/sindrom conn)
- peningkatan berlebihan aktivitas system renin
angiotensin aldosterone (hiperaldosteronisme sekunder)
- penyakit akibat aktivitas berlebihan system
renin angiotensin aldosterone, missal aterosklerosis
Manifestasi klinis
- hypokalemia
- hypernatremia
- hipertensi
- Rasa lemas,
- kesemutan,
- kram otot,
- periode lumpuh sementara,
- sangat haus
- sering berkemih.
a Sirosis
21
Sirosis termasuk 10 besar penyebab kematian di dunia Barat. Meskipun terutama
disebabkan oleh penyalahgunaan alkohol, kontributor utama lainnya adalah hepatitis
kronis, penyakit saluran empedu, dan kelebihan zat besi. Tahap akhir penyakit hati
kronis ini didefinisikan berdasarkan tiga karakteristik:
1. Bridging fibrous septa dalam bentuk pita halus atau jaringan parut lebar yang
menggantikan lobulus
Cedera parenkim dan fibrosis yang terjadi bersifat difus, meluas ke seluruh hati;
cedera fokal disertai pembentukan jaringan parut bukan merupakan sirosis. Selain
iLu, fibrosis, jika terbentuk, umumnya ireversibel, walaupun pada beberapa kasus
ditemukan regresi.
Tipe sirosis lainnya yang jarang adalah (1) sirosis yang timbul pada bayi dan anak
dengan galaktosemia atau tirosinosis; (2) sirosis akibat obat, misalnya -metildopa;
dan (3) sifilis. Sklerosis berat dapat terjadi pada penyakit jantung (kadang-kadang
disebut sirosis kardiak, dibahas kemudian). Setelah semua kategori sirosis yang
etiologinya diketahui disingkirkan, masih tersisa sejumlah kasus, yang disebut
sebagai sirosis kriptogenik. Besarnya golongan "keranjang-sampah" ini menunjukkan
bahwa diagnosis etiologi sulit ditegakkan jika sirosis sudah terbentuk.
22
Sumber utama kelebihan kolagen pada sirosis tampaknya adalah sel stelata
perisinusoid penyimpan lemak, yang terletak di ruang Disse. Walaupun secara normal
berfungsi sebagai penyimpan vitamin A dan Iemak, sel ini mengalami pengaktifan
selama terjadinya sirosis, kehilangan simpanan retinil ester, dan berubah menjadi sel
mirip miofibroblas. Rangsangan untuk sintesis dan pengendapan kolagen dapat
berasal dari beberapa sumber:
Gambaran Klinis. Semua bentuk sirosis mungkin tidak tampak secara klinis.
Jika timbul, gejala sirosis bersifat nonspesifik: anoreksia, penurunan berat, tubuh
lemah, dan, pada penyakit tahap lanjut, debilitas yang nyata. Dapat timbul gagal
hati yang baru mulai atau telah nyata, biasanya dipicu oleh timbulnya beban
metabolik pada hati, misalnya akibat infeksi sistemik atau perdarahan saluran
cerna. Mekanisme akhir yang menyebabkan kematian pada sebagian besar pasien
dengan sirosis adalah (1) gagal hati progresrf, (2) komplikasi yang terkait dengan
hipertensi porta, atau (3) timbulnya karsinoma hepatoselular.
b Hepatitis A
Hepatitis A (oleh virus hepatitis A (HVA)) adalah penyakit jinak yang dapat sembuh
sendiri dengan masa inkubasi 2 hingga 6 minggu. HAV tidak nenyebabkan hepatitis
kronis atau keadaan pembawa dan hanya sekali sekali menyebabkan hepatitis
fulminan. Angka kematian akibat HAV sangat rendah, sekitar 0,1% dan tampaknya
lebih sering terjadi pada pasien yang sudah mengidap penyakit hati akibat penyebab
lain, misalnya virus hepatitis B atau alkohol. HAV ditemukan di seluruh dunia dan
endemik di negara yang higiene dan sanitasinya buruk, sehinga sebagian besar
penduduk asli di negara tersebut memiliki anti-HAV pada usia 10 tahun. Gejala klinis
cenderung ringan atau asimtomatik dan jarang setelah masa kanak-kanak. Di negara
maju, prevalensi seropositivitas meningkat secara bertahap seiring dengan usia, di
Amerika Serikat mencapai 50% pada usia 50 tahun. Sayangnya, infeksi HAV pada
orang dewasa dapat menyebabkan morbiditas yang cukup besar dibandingkan dengan
infeksi pada anak. HAV menyebar melalui ingesti makanan dan minuman yang
tercemar dan dikeluarkan melalui tinja selama 2 hingga 3 minggu sebelum dan 1
23
minggu setelah onset ikterus. HAV tidak dikeluarkan dalam jumlah signifikan dalam
air liur, urine, atau semen.
Kontak pribadi yang erat dengan orang yang terinfeksi selama periode fecal
shedding, disertai kontaminasi feses-oral, merupakan penyebab utama penularan dan
dapat menjelaskan terjadinya ledakan kasus di lingku- ngan institusi, misalnya
sekoiah dan asrama. Epidemi yang ditularkan melalui air juga dapat terjadi di negara
yang sedang berkembang, yang penduduknya tinggal dalam lingkungan yang padat
dengan sanitasi buruk; insidensi partikel infeksi pada pasokan air dapat me- lebihi
35%, walaupun indikator rutin polusi feses lain- nya berada di bawah batas yang
diizinkan. Di negara maju, infeksi sporadis dapat terjadi akibat mengonsum- si kerang
mentah atau dikukus (tiram, remis, kijing), yang memekatkan virus dari air laut yang
tercemar oleh tinja manusia. Karena viremia HAV transien, penularan HAV melalui
darah jarang terjadi, sehingga darah donor tidak secara spesifik ditapis untuk virus ini.
HAV adalah pikornavirus RNA untai-tunggal (single-stranded, ssRNA) yang kecil
dan tidak berselubung. Virus itu sendiri tampaknya tidak bersifat sitotoksik terhadap
hepatosit sehingga cedera hati mungkin terjadi akibat kerusakan imunologis hepatosit
yang terinfeksi. Antibodi spesifik terhadap HAV tipe IgM muncul di darah saat onset
gejala, dan merupakan penanda handal untuk mengetahui infeksi akut. Pengeluaran
virus melalui feses berakhir seiring dengan meningkatnya titer IgM. Respons IgM
menurun dalam beberapa bulan, disertai munculnya IgG anti-HAV. Yang terakhir ini
menetap seumur hidup, menimbulkan imunitas terhadap reinfeksi oleh semua strain
HAV (karena bermanfaat untuk vaksinasi).
c Hepatitis B
Virus juga dapat menyebar melalui kontak dengan sekret tubuh, seperti semen, air
liur, keringat, air mata, air susu, dan efusi patologis. Di daerah yang endemisitasnya
tinggi, penularan vertikal dari ibu ke anak saat persalinan merupakan cara utama
penularan. Di daerah yang endemisitasnya rendah, penularan horizontal melalui
transfusi, produk darah, dialisis, kecelakaan tertusuk jarum pada pekerja kesehatan,
pengguna obat terlarang introvena, dan penularan seksual (homo- atau heteroseksual)
merupakan cara utama infeksi HBV.
24
d Hepatitis C
Hepatitis C disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV) yakni virus golong RNA dan
termasuk goong flaviridae. HCV juga merupakan penyebab utama penyakit hati.
Angka pembawa virus ini di seluruh dunia diperkirakan 775 juta orang (angka
prevalensi 3%), dan 2 hingga 3 juta orang di Amerika Serikat mengidap infeksi kronis
persisten. Jumlah infeksi HCV baru per tahun turun dari 180.000 pada pertengahan
tahun 1980-an menjadi sekitar 28.000 pada pertengahan tahun 1990-an. Perubahan
yang diharapkan ini terjadi karena penurunan tajam hepatitis C terkait transfusi
(akibat prosedur penyaringan) dan penurunan infeksi pada para pengguna obat suntik
terlarang (berkaitan dengan tindakan yang didorong oleh ketakutan akan infeksi virus
imunodefisiensi manusia [HIV]). Namun, angka kematian akibat HCV akan terus
meningkat karena selang waktu antara infeksi akut dan gagal hati adaiah puluhan
tahun. Cara penularan utama adalah inokulasi dan transfusi darah, dengan para
pemakai obat terlarang intrnvena menyebabkan lebih dari 40% kasus di Amerika
Serikat. Untungnya, penularan melalui produk darah saat ini jarang terjadi, mem-
bentuk hanya sekitar 4% kasus dari semua infeksi HIV akut. Terpajannya para
petugas kesehatan di tempat kerja membentuk sekitar 4% kasus. Angka penularan
seksual dan transmisi vertikal rendah. Hepatitis sporadis yang sumbernya tidak
diketahui terdapat sekitar 40% kasus. HCV memiliki tingkat perkembanganayang
tinggi untuk menjadi penyakit kronis dan akhirnya sirosis, diperkirakan sebesar 20%
(Gbr. 76-7). Oleh karena itu, HCV sebenarnya merupakan penyebab terutama
penyakit hati kronis di negara Barat.
Konsumsi alkohol berlebihan adalah penyebab utama penyakit hati di sebagian besar
negara Barat.
Konsumsi alkohol kronis menimbulkan tiga bentuk penyakit hati yang tersendiri,
walaupun juga bertumpang- tindih: (1) steatosis hati (perlemakanhati), (2) hepatitis
alkoholik, dan (3) sirosis, yang secara bersama-sama disebut sebagai penyakit hati
alkoholik. Paling sedikit 80% dari para peminum berat mengalami perlemakan hati
(steatosis), 10% hingga 35% mengalami hepatitis alkoholik, dan sekitar 10%
terjangkit sirosis. Karena dua keadaan pertama dapat terbentuk secara independen,
keduanya tidak mencerminkan suatu kontinum kelainan.
Patogenesis. Ingesti jangka-pendek hingga 80 g etanol per hari (delapan botol bir
atau 7 tons minuman keras berkadar alkohol 80%) umumnya menyebabkan kelainan
hati yang ringan dan reversibel, seperti per- lemakan hati. Ingesti 160 g atau lebih
etanol setiap hari selama 10 hingga 20 tahun dilaporkan secara konsis- ten
menimbulkan cedera yang lebih parah; asupan kronis 80 hingga 1,60 g/haridianggap
25
sebagai ambang risiko (borderline risk) terladinya kerusakan yang parah. OIeh sebab-
sebab yang mungkin berkaitan dengan penurunan metabolisme etanol di lambung dan
perbedaan dalam komposisi tubuh, perempuan tampaknya lebih rentan mengalami
cedera hati di- bandingkan dengan laki-laki. Namun, hanya 10% hingga 15% pecandu
alkohol yang mengalami sirosis. Semestinya terdapat kerentanan individual, mungkin
genetik, tetapi penanda genetik kerentanan tersebut belum diketahui. Selain itu,
t'erdapat hubungan in- konstan antara steatosis hati dan hepatitis alkoholik sebagai
prekursor sirosis. Selain itu, sirosis dapat timbul tanpa didahului oleh tanda-tanda
steatosis atau hepa- titis alkoholik. Tanpa adanya pemahaman yang jelas mengenai
faktor patogenetik yang memengaruhi kerusakan hati, belum ada batas atas yang
"arrrarr" untuk konsumsi alkohol yang dapat diajukan (walaupun anggur merah saat
ini populer sebagai obat untuk mengatasi penyakit vaskular koroner).
26
Alkohol memicu suatu serangan imunologis terhadap hepatosit yang
mengalami perubahan antigen akibat alkohol atau oleh perubahan pro- tein
hati yang dipicu oleh asetaldehida.
Karena pembentukan asetaldehida dan radikal bebas maksimal pada regio
sentrilobular parenkim, daerah ini lah yang paling rentan terhadap cedera
toksik.
Terjadinya hepatitis virus, terutama hepatitis C, merupakan faktor utama yang
mempercepat penyakit hati pada pecandu alkohol. Prevalensi hepatitis C pada
pasien dengan penyakit alkoholik adalah sekitar 30%.
Selain itu, alkohol dapat menjadi sumber kalori utama dalam makanan,
menggeser nutrien lain serta menimbulkan malnutrisi dan defisiensi vitamin
(misal, tiamin dan vitamin B,r) pada para pecandu alkohol. Hal ini diperparah
oleh gangguan fungsi pencernaan, yang terutama berkaitan dengan gastritis kronis
dan kerusakan mukosa usus, serta pankreatitis. Stimulasi fibrosis yang dipicu oleh
alkohol bersifat multifaktor dan masih belum dipahami sepenuhnya; kemungkin-
an mekanisme yang berperan dalam fibrosis hati telah dibahas sebelumnya dalam
bab ini.
27
hepatitis menetap walaupun alkohol sudah dihentikan dan berkembang menjadi
sirosis.
Manifestasi sirosis alkoholik serupa dengan bentuk lain sirosis yang telah
dikemukakan. Umumnya, tanda pertama sirosis berkaitan dengan penyulit
hipertensi porta. Stigmata sirosis (misal, peregangan abdomen akibat asites,
mengecilnya ekstremitas, kaput medusa) mungkin menjadi kelainan awal. Selain
itu, pasien juga dapat datang pertama kali dengan perdarahan varises yang
membahayakan nyawa, sekarat akibat eksangui- nasi atau ensefalopati hepatika
yang dipicu oleh meta- bolisme darah dalam jumlah besar di saluran cerna. Pada
kasus yang lain secara perlahan timbul malaise, tubuh lemah, penurunan berat,
dan hilangnya nafsu makan yang mendahului munculnya ikterus, asites, dan
edema perifer. Temuan laboratorium mencermin- kan terjadinya gangguan hati,
dengan peningkatan kadar aminotransferase serum, hiperbilirubinemia,
peningkatan bervariasi fosfatase alkali, hipoproteine- mia (globulin, albumin, dan
faktor pembekuan), dan anemia. Yang terakhir, sirosis mungkin tidak me-
nimbulkan gejala klinis, ditemukanhanya saat autopsi atau jika timbul stres seperti
infeksi atau trauma yang menggoyahkan keseimbangan ke arah insufisiensi hati.
1. Manifestasi Oral DM
Gingivitis dan periodontitis
Gingivitis merupakan inflamasi pada gusi yang mudah untuk disembuhkan, dimana pada
jaringan ginggiva terlihat kemerah-merahan disertai pembengkakan dan bila disikat dengan
sikat gigi akan berdarah. Gingivitis akan menimbulkan terbentuknya periodontal pocket
disertai adanya resorpsi tulang, sehingga gigi goyang dan akhirnya tanggal.
28
Pada penderita Diabetes Melitus, kadar glukosa di dalam saliva dan cairan crevicular
meningkat. Glukosa tersebut selain mejadi sumber energi bakteri, juga menghambat sel-sel
PMN untuk melakukan fagositosis dan kemotaksis sehingga bakteri mudah menumpuk di
bagian sub gingiva dan dapat berinvasi ke jaringan yang lebih dalam.
Xerostomia dan disfungsi kelenjar saliva
Hiperglikemia mengakibatkan meningginya jumlah urin sehingga cairan dalam tubuh
berkurang dan sekresi saliva juga berkurang. Dengan berkurangnya saliva, dapat
mengakibatkan terjadinya xerostomia. Selain itu, penyebab terjadinya xerostomia adalah
adanya gangguan pada saraf otonom yaitu simpatik dan parasimpatik yang disebabkan
komplikasi neuropathy akibat diabetes tidak terkontrol. Saraf ini adalah pusat pengaturan
sekresi saliva.
Saraf Dalam rongga mulut yang sehat, saliva mengandung enzim-enzim antimikroba,
misalnya : Lactoferin, perioxidase, lysozyme dan histidine yang berinteraksi dengan mukosa
oral dan dapat mencegah pertumbuhan kandida yang berlebihan. Pada keadaan dimana
terjadinya perubahan pada rongga mulut yang disebabkan berkurangnya aliran saliva,
sehingga enzim-enzim antimikroba dalam saliva tidak berfungsi dengan baik, maka rongga
mulut menjadi rentan terhadap keadaan mukosa yang buruk dan menimbulkan lesilesi yang
menimbulkan rasa sakit. Pasien diabetes mellitus yang mengalami disfungsi kelenjar saliva
juga dapat mengalami kesulitan dalam mengunyah dan menelan sehingga mengakibatkan
nafsu makan berkurang dan terjadinya malnutrisi
Infeksi kandidiasis
Kandidiasis oral merupakan infeksi bakteri oportunistik yang terjadi dalam keadaan
hiperglikemia karena keadaan tersebut dapat menyebabkan terjadinya disfungsi aliran saliva
karena adanya kehilangan cairan dari tubuh dalam jumlah yang banyak, sehingga aliran saliva
juga berkurang. Selain itu, juga menyebabkan komplikasi berupa microangiopathy yang
paling sering muncul pada penderita diabetes mellitus terkontrol atau tidak terkontrol. Oleh
itu, Kandidiasis dapat ditemukan pada penderita diabetes mellitus bila didukung berbagai
faktor yang ada pada penderita diabetes mellitus, seperti terjadinya defisiensi imun,
berkurangnya aliran saliva, keadaan malnutrisi dan pemakaian gigi tiruan dengan oral hygiene
yang buruk
29
Diabetes Mellitus bisa merupakan faktor predisposisi bagi kenaikan terjadinya dan
jumlah dari karies. Keadaan tersebut diperkirakan karena pada diabetes aliran cairan
darah mengandung banyak glukosa yang berperan sebagai substrat kariogenik. Karies
gigi dapat terjadi karena interaksi dari 4 faktor yaitu gigi, substrat , kuman dan waktu.
Pada penderita Diabetes Melitus telah diketahui bahwa jumlah air liur berkurang
sehingga makanan melekat pada permukaan gigi, dan bila yang melekat adalah makanan
dari golongan karbohidrat bercampur dengan kuman yang ada pada permukaan gigi dan
tidak langsung dibersihkan dapat mengakibatkan keasaman didalam mulut menurun,
sehingga dapat mengakibatkan terjadinya lubang atau caries gigi.
Gangguan pada oral mukosa
Lichen Planus, stomatitis apthous berulang, infeksi jamur oral, berhubungan dengan perubahan
sistim imun karena hiperglikemia.
a Sirosis Hati
Petekie
Hematoma
Jaundiced mucosal tissue
Hemorrhagic changes
Gingiva bleeding
30
Icteric mucoa changes
Sialadenosis
Disfungsi kelenjar saliva
Pigmentasi pada mukosa oral
31
a. Hal-hal tentang keadaan kesehatan pasien DM harus didiskusikan dengan dokter yang
merawatnya.
b. Semua infeksi rongga mulut harus dirawat dengan segera dengan antibiotik yang tepat.
c. Kesehatan rongga mulut yang baik harus dipertahankan, sehingga iritasi lokal akan
hilang secara teratur, pembentukan kalkulus berkurang dan sangat diharapkan gingivitis
dan penyakit periodontal dapat dicegah.
Pasien dijadwalkan untuk perawatan di pagi hari dan diinstruksikan untuk mengkonsumsi makan
paginya seperti biasa. Apabila perawatan melewati waktu makan maka pasien harus diberi waktu
mengkonsumsi makanan/ minuman ringan. Apabila kesulitan mengunyah setelah perawatan,
dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan lunak. Pada setiap prosedur perawatan gigi
diinstruksikan untuk tetap mengkonsumsi obat hipoglikemik sesuai dosis yang diperuntukkan
baginya. Pada pasien dengan terapi insulin dapat dilakukan modifikasi dengan makan paginya.
Pasien diinstruksikan mengkonsumsi makan paginya disertai insulin separuh dosis pagi dan
separuh lagi sesuadah perawatan. Minimalkan stres selama perawatan gigi apabila
memungkinkan proses perawatan dibagi menjadi beberapa kunjungan yang tidak terlalu lama.
32
Kalsifikasi metastatik
b. Hipoparatiroid
Densitas maxila dan mandibula yang abnormal
Autoimun hipoparatiroid
Enamel hypoplasia
Madibular exostosis
Gigi impaksi
Akar gigi yang pendek
a Sirosis hati
Pasien dengan cirhosis mungkin memiliki kelainan hemostatis yang signifikan,
baik karena ketidakmampuan untuk mensintesis faktor pembekuan atau karena
trombositopenia sekunder. Oleh karena itu, evaluasi laboratorium sebelum
prosedur pembedahan atau prosedur periodontal harus mengarah pada parameter
perdarahan, khususnya complete blood count, prothrombin time atau INR, partial
thromboplastin time, dan platelet count harus diperoleh.
Kemampuan untuk detoksifikasi zat juga terganggu pada pasien dengan
insufisiensi hati, dan obat-obatan dan toksin dapat menumpuk. Pasien mungkin
menjadi encephalopatic disebabkan oleh penumpukan amonia dari detoksifikasi
yang kurang lengkap dari limbah nitrogen. Pasien dengan encephaloathy
cenderung menggunakan neomycin atau laktulosa. Penggunaan obat penenang
dan obat penenang harus dihindari pada pasien dengan riwayat penggunaan
narkotika encephalopathy.
pasien transplantasi hati yang berada di terapi imunosupresif harus dipantau
untuk infeksi sistemik orofaringeal, infeksi virus oral, dan ulkus oral
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Michael glick. Burkets Oral Medicine 12th ed
34
4. Asdie, Ahmad H. Hiperglikemia dan Komplikasi Kronik Diabetes Mellitus
5. Syafiar L, Rusfian, Sumadhi S, Yudhit A, Harahap KI, Adiana ID. Bahan Ajar Ilmu
Material dan Teknologi Kedokteran gigi. 1st ed, Medan. USU Press, 2011.
7. http://www.ada.org/en/about-the-ada/
8. http://en.wikipedia.org/wiki/FDI_World_Dental_Federation
9. http://www.iso.org/iso/home/about.htm
10. http://www.scribd.com/doc/151707319/Bab-i-Pendahuluan
35