Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Telinga

Gambar 2.1. Anatomi Telinga

Struktur telinga terbagi menjadi telinga luar , telinga tengah, dan telinga
dalam. Telinga bagian luar dan tengah hanya berperan dalam proses pendengaran,
sedangkan telinga bagian dalam berperan dalam pendengaran dan keseimbangan.5
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membrana timpani.
Telinga tengah memiliki batas-batas:
- Luar : membran timpani
- Depan : tuba eustachius
- Bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)
- Belakang : aditus ad Antrum, kanalis facialis pars vertikalis
- Atas : Tegmen timpani (menigen/ otak)

- Dalam (medial) : memisahkan kavum timpani dari telinga dalam: berturut-turut


dari atas ke bawah yaitu kanalis semisirkularis horizontal, kanalis facialis, tingkap
lonjong (oval window), tingkap bundar (round window), dan promontorium.
Sedangkan telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) dan berupa dua setengah
lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis.1

2.1.1 Telinga Luar


Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani.
Aurikula atau Pinna merupakan daun telinga yang terdiri dari kartilago elastis yang
ditutupi oleh kulit berfungsi menangkap gelombang bunyi dan menjalankannya ke
meatus akustikus eksternus. Meatus akustikus eksternus dilapisi oleh rambut dan
ceruminous glands yang menghasilkan serumen, keduanya berfungsi mencegah agen
asing mencapai membran timpani.1,5
Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga
bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang.
Panjangnya kira-kira 2,5-3 cm. Pada sepertiga bagian luar kulit telinga terdapat banyak
kelenjar serumen (kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada
seluruh kulit liang telinga. Pada dua pertiga dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar
serumen.1 Membran timpani merupakan membran semi transparan tipis dan hampir
berbentuk oval. Membran timpani terdiri dari tiga lapisan, paling medial atau dalam
terdiri dari simple cuboidal epithelium, lapisan paling luarnya stratified squamous
epithelium, dan di ikat oleh jaringan ikat.5

2.1.2 Telinga Tengah


Bagian medial dari membran timpani merupakan rongga berisi udara di
telinga tengah. Terdapat dua jalan udara di telinga tengah mastoid air cells di procesus
mastoid dari os temporal dan kanalis auditori atau eusthachian yang menghubungkan
telinga tengah dengan faring dan menyeimbangkan tekanan udara di lingkungan dengan
di rongga telinga tengah.5
Pada telinga tengah terdapat tiga osikel auditori, yaitu malleus, inkus, stapes,
yang menjalarkan getaran dari membran timpani menuju fenestra ovale. Malleus
menempel pada membran timpani dan membentuk synovial joint dengan inkus pada
salah satu ujung malleus. Ujung lain dari inkus juga membentuk synovial joint dengan
stapes dan bagian foot plate dari stapes akan di ikat dengan fenestra vestibuli oleh
ligament annular. Sehingga getaran pada membran timpani akan menggetarkan malleus.
Begitu seterusnya hingga getaran masuk kedalam telinga bagian tengah.5
Gambar 2.2. Telinga Tengah
Selain itu pada telinga tengah juga terdapat otot rangka yang berikatan dengan
osikel auditori dan secara otomatis meredam getaran suara yang ribut. Musculus tensor
timpani melekat pada malleus dan di inervasi oleh nervus trigeminal (V). Musculus
stapedius yang melekat pada stapes dan mendapatkan persarafan dari nervus facialis
(VII).5

2.1.3 Telinga Dalam


Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) dan berupa dua setengah
lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau
puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan
skala vestibuli. Telinga bagian dalam berisi cairan dan terletak dalam os temporal di sisi
medial telinga tengah. Telinga dalam terdiri dari dua bagian labirin labirin vestibula dan
labirin membranosa). Labirin vestibula merupakan ruang berliku berisi perilimfe
(menyerupai cairan serebrospinal) dan di labirin membranosa yang mengandung cairan
endolimfe (menyerupai cairan intraselular). Bagian ini melubangi bagian petrosus os
temporal dan terbagi menjadi tiga bagian: vestibula, kanalis semisirkular, dan koklea
(seperti siput). Bagian dari telinga dalam yang berkaitan dengan proses pendengaran
adalah koklea.5
Gambar 2.3 Telinga Dalam

a. Koklea
Koklea merupakan suatu tuba yang melingkar-lingkar, pada potongan
melintang tampak tiga tuba melingkar yang saling bersisian : skala vestibuli, skala
media dan skala timpani. Skala vestibuli dan media di pisahkan satu sama lain oleh
membran reissner atau membran vestibular. Sedangkan skala timpani dan media di
pisahkan satu sama lain oleh membran basilaris. Pada permukaan membran
basilaris terletak organ Corti yang mengandung serangkaian sel yang sensitif secara
elektromagnetik dan membangkitkan impuls saraf sebagai respon terhadap getaran
suara, yaitu sel-sel rambut atau stereosilia. Sel-sel rambut ini akan mengeluarkan
potensial reseptor sewaktu tertekuk akibat gerakan cairan di koklea. Sel rambut ini
tidak memiliki akson, namun pada bagian basis dari tiap sel rambut terdapat
terminal sinaps dari neuron sensori yang nantinya akan berkumpul menjadi
ganglion spiral dan nantinya akan menjadi nervus vestibulocochlearis (VIII). Di
atas organ corti terdapat membran stasioner, membran tektorial tempat stereosilia
terbenam. Membran tektorial ini akan menekuk stereosilia apabila terjadi getaran
pada membran basilaris. Getaran yang datang dari telinga tengah akan masuk ke
dalam skala vestibuli melalui membran tipis, fenestra ovale (jendela oval) dan
getaran tersebut akan keluar dari koklea melalui fenestra rotundum (jendela bulat).5
Gambar 2.4. Koklea, Organ korti

b. Organ Korti
Organ korti, struktur yang mengandung sel-sel rambut yang merupakan
reseptor pendengaran, terletak di membran basilaris. Organ ini berjalan dari apex
ke dasar koklea dan dengan demikian bentuknya seperti spiral. Tonjolan-tonjolan
sel rambut menembus retina reticularis yang kuat dan berbentuk seperti membrane.
Lamina ini ditunjang oleh pilar korti. Sel-sel rambut tersusun dalam 4 baris: 3 baris
sel rambut luar yang terletak lateral terhadap terowongan yang terbentuk oleh pilar-
pilar korti dan satu baris sel rambut dalam yang terletak sebelah medial terhadap
terowongan. Di setiap koklea manusia terdapat 20.000 sel rambut luar dan 3.500
sel rambut dalam. Terdapat membrane tektorium yang tipis, liat, tetapi elastic yang
menutupi barisan sel-sel rambut. Ujung-ujung sel rambut luar terbenam di
dalamnya, tetapi ujuhng sel rambut dalam tidak. Badan-badan sel neuron aferen
yang menyebar di sekitar dasar sel rambut terletak di ganglion spinalis di dalam
mediulus, bagian tengah yang bertulang tempat koklea melingkar. 90-95% dari
neuron aferen ini mempersarafi sel rambut dalam; hanya 5-10% yang
mempersarafi sel rambut luar yang jumlahnya lebih banyak, dan setiap neuron
mempersarafi sel luar ini. Sebagai bandingan, sebagian besar serat eferen di neuron
auditorius berakhir di sel rambut luar bukan di sel rambut dalam. Akson neuron
aferen yang mempersarafi sel rambut membentuk bagian auditorius (koklear)
neuron akustik vestibulokoklear dan berakhir di nucleus koklear ventralis dan
dorsalis di medulla oblongata. Jumlah total serat aferen dan eferen di tiap-tiap
nucleus auditorius sekitar 28.000.5
Di koklea, terdapat tight junction antara sel rambut dan sel phalanges di
dekatnya, tight junction ini mencegah endolimfe mencapai dasar sel. Namun
membrane basilaris relative permeable terhadap perilimfe di skala timpani, dan
dengan demikian, terowongan organ korti dan dasar sel rambut dibasahi oleh
perilimfe. Oleh karena adanya tight junction serupa, keadaan sel rambut dibagian
lain telinga dalam serupa; yaitu tonjolan-tonjolan sel rambut dibasahi oleh
endolimfe, sementara dasarnya dibasahi oleh perilimfe.5

c. Kanalis Semisirkularis
Di kedua sisi kepala, terdapat kanalis-kanalis semisirkularis yang tegak
lurus satu sama lain, sehingga berorientasi dalam 3 bidang dalam ruang. Di dalam
kanalis tulang, terbentang kanalis membranosa yang terendam dalam perilimfe.
Terdapat struktur reseptor, Krista ampularis, di ujung tiap-tiap kanalis membranosa
yang melebar (ampula). Krista terdiri dari sel rambut dan sel sustenkularis yang
dilapisi oleh pemisah glatinosa (kupula) yang menutup ampula. Tonjolan sel-sel
rambut terbenam dalam kupula, dan dasar sel rambut berkontak erat dengan serat
aferen neuron vestibulokoklearis bagian vestibularis.6

2.2 Otitis Media Supuratif Kronik


2.2.1 Definisi
Otitis media supuratif kronik ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan
perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus
atau hilang timbul Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.1
2.2.2 Epidemiologi
Prevalensi OMSK pada beberapa negara antara lain dipengaruhi, kondisi sosial,
ekonomi, suku, tempat tinggal yang padat, hygiene dan nutrisi yang jelek.
Kebanyakkan studi mengukur nilai prevalensi bukannya menilai angka insidensi.
Prevalensi OMSK setiap negara dikategorikan oleh WHO regional classification ketika
workshop WHO/CIBA pada tahun 1996. Nilai prevalensi 1-2% dianggap rendah dan
nilai 3-6% dianggap tinggi.7
Tabel 2.1 Prevalensi OMSK Setiap Negara oleh WHO Regional Classification8

Insiden OMSK ini bervarisi pada setiap negara, namun secara umum insiden
OMSK dipegaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi, misalnya OMSK lebih sering
dijumpai pada orang Eskimo dan Indian Amerika, anak-anak aborigin Australia dan
orang kulit hitam di Afrika Selatan. Walaupun demikian, lebih dari 90% penderita
OMSK ini berada di negara-negara di Asia Tenggara, daerah Pasifik Barat, Afrika, dan
beberapa derah minoritas di Asia Pasifik.3 Menurut World Health Organization (WHO)
pada tahun 2004, sekitar 65-330 juta orang di dunia menderita OMSK disertai dengan
otorea, 60% diantaranya (39-200 juta) menderita kurang pendengaran yang signifikan.
Prevalensi Otitis Media Supuratif Kronik tipe Benigna di negara berkembang berkisar
antara 5-10%. Sedangkan di negara maju diperkirakan sekitar 0,5-2%. Diperkirakan
sekitar 10 juta penduduk Indonesia mengalami Otitis Media Supuratif Kronik tipe
Benigna.4
Dari survei pada 7 propinsi di Indonesia pada tahun 1996 ditemukan insiden otitis
media supuratif kronis sebesar 3% dari penduduk Indonesia. Dengan kata lain dari 220
juta penduduk Indonesia diperkirakan terdapat 6,6 juta penderita OMSK. Jumlah
penderita ini kecil kemungkinan untuk berkurang bahkan mungkin bertambah setiap
tahunnya mengingat kondisi ekonomi masih buruk, kesadaran masyarakat akan
kesehatan yang masih rendah dan sering tidak tuntasnya pengobatan yang dilakukan.7
2.2.3 Etiologi
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak,
jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring
(adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba
eustachius. Fungsi tuba eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi yang
dijumpai pada anak dengan cleft palate dan Down Sindrome. Adanya tuba patulous,
menyebabkan refluk isi nasofaring yang merupakan faktor insiden OMSK yang tinggi
di Amerika Serikat.2
Faktor Host yang berkaitan dengan insiden OMSK yang relatif tinggi adalah
defisiensi imun sistemik. Kelainan humoral (seperti hipogammaglobulinemia) dan cell-
mediated (seperti infeksi HIV, sindrom kemalasan leukosit) dapat bermanifestasi
sebagai sekresi telinga kronis.2

2.2.4 Patogenesis
Banyak penelitian pada hewan percobaan dan preparat tulang temporal
menemukan bahwa adanya disfungsi tuba Eustachius, yaitu suatu saluran yang
menghubungkan rongga di belakang hidung (nasofaring) dengan telinga tengah (kavum
timpani), merupakan penyebab utama terjadinya otitis media.3
Pada keadaan normal, muara tuba Eustachius berada dalam keadaan tertutup dan
akan membuka bila kita menelan. Tuba Eustachius ini berfungsi untuk
menyeimbangkan tekanan udara telinga tengah dengan tekanan udara luar (tekanan
udara atmosfer) serta untuk drainase sekret dan mencegah masuknya sekret dari
nasofaring ke telinga tegah. Fungsi tuba yang belum sempurna, tuba yang pendek,
penampang realtif besar pada anak dan posisi tuba yang datar menjelaskan mengapa
suatu infeksi saluran nafas atas pada anak akan lebih mudah menjalar ke telinga tengah
sehingga sering menimbulkan otitis media daripada dewasa.1,3
Pada keadaan adanya infeksi saluran nafas atas, bakteri menyebar dari nasofaring
melalui tuba Eustachius ke telinga tengah yang menyebabkan terjadinya infeksi ke
telinga tengah. Pada saat ini terjadi respon imun di telinga tengah, mediator peradangan
pada telinga tengah yang dihasilkan oeh sel-sel imun infiltrat, seperti neutrofil, monosit,
dan leukosit serta sel lokal seperti keratinosit dan sel mastosit akibat proses infeksi
tersebut akan menambah permeabilitas pembuluh darah dan menambah pengeluaran
sekret di telinga tengah.3
Selain itu, adanya peningkatan beberapa kadar sitokin kemotaktik yang dihasilkan
mukosa telinga tengah karena stimulasi bakteri menyebabkan terjadinya akumulasi sel-
sel peradangan pada telinga tengah.3
Mukosa telinga tengah mengalami hiperplasia, mukosa berubah bentuk dari satu
lapisan, epitel skuamosa sederhana, menjadi pseudostratified respiratory epithelium
dengan banyak lapisan sel di antara sel tambahan tersebut. Epitel respirasi ini
mempunyai sel goblet dan sel yang bersilia, mempunyai stroma yang banyak serta
pembuluh darah. Penyembuhan otitis media ditandai dengan hilangnya sel-sel
tambahan tersebut. Terjadinya OMSK disebabkan oleh keadaan mukosa telinga tengah
yang tidak normal atau tidak kembali normal setelah proses peradangan akut telinga
tengah, keadaan tuba Eustachius yang tertutup dan adanya penyakit telinga waktu bayi.3
Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah terapi yang
terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan
tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau higiene buruk.1

2.2.5 Klasifikasi
Letak perforasi di membran timpani penting untuk menentukan tipe / jenis
OMSK. Perforasi membran timpani dapat ditemukan di daerah sentral, marginal atau
atik. Oleh karena itu disebut perforasi sentral, marginal, atau atik.1
Pada perforasi sentral, perforasi terdapat dipars tensa dan di seluruh tepi
perforasi masih ada sisa membran timpani. 1 Perforasi sentral jarang berhubungan
dengan kolesteatoma sehingga sering dikatakan sebagai OMSK tipe aman, meskipun
demikian komplikasi yang serius seperti abses intrakranial pernah ditemukan pada
beberapa kasus.9

Gambar 2.5. Perforasi membran timpani


Pada perforasi marginal sebagian tepi perforasi langsung berhubungan dengan
anulus atau sulkus timpanikum, sedangkan perforasi atik ialah perforasi yang terletak di
pars flaksida.1
OMSK dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu :1
a. OMSK tipe aman (tipe mukosa = tipe benigna)
b. OMSK tipe bahaya (tipe tulang = tipe maligna)
Berdasarkan aktivitas sekret yang keluar dikenal juga OMSK aktif dan OMSK
tenang. OMSK aktif ialah OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara
aktif, sedangkan OMSK tenang ialah yang keadaan kavum timpaninya terlihat basah
atau kering.1
Proses peradangan pada OMSK tipe aman eterbatas pada mukosa saja, dan
biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe
aman jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe aman tidak
trapat kolesteatoma. Yang dimaksud dengan OMSK tipe maligna ialah OMSK yang
disertai dengan kolesteatoma. OMSK ini dikenal juga dengan OMSK tipe bahaya atau
OMSK tipe tulang. Perforasi pada OMSK tipe bahaya letaknya di marginal atau atik,
kadang-kadang terdapat juga kolesteatoma pada OMSK dengan perfirasi subtotal.
Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatal timbul pada OMSK tipe bahaya.1

b.2.7 Gejala Klinis


a. Telinga berair (otorrhoe)
Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah. Sekret yang mukus
dihasilkan oleh aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada
OMSK tipe jinak, cairan yang keluar bersifat mukopus yang tidak berbau busuk
sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran
timpani dan infeksi. Keluarnya secret biasanya hilang timbul. Jika berbau busuk,
abses atau fistel retroaurikuler (belakang telinga), polip atau jaringan granulasi
diliang telinga, terlihat koletetoma pada telinga tengah tanda ini biasanya
merupakan tanda dini dari OMSK tipe bahaya. Meningkatnya jumlah sekret dapat
disebabkan infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga luar
setelah mandi atau berenang.2
b. Gangguan pendengaran
Kekurangan pendengaran sering menyertai OMSK. Kekurangan yang terjadi
biasanya bersifat tuli konduksi (conductive hearing loss) derajat ringan hingga
menengah (sekitar 30-60 dB). Kekurangan pendengaran ini merupakan akibat dari
perforasi membran timpani dan putusnya rantai tulang pendengaran pada telinga
tengah karena proses osteomielitis sehingga suara yang masuk ke telinga tengah
langsung menuju tingkap oval (foramen ovale). Kekurangan pendengaran derajat
yang lebih tinggi lagi dapat terjadi bila proses infeksi melibatkan koklea atau saraf
pendengaran.2

Gambar 2.6 Tuli konduksi


Penelitian di beberapa Negara oleh WHO 2004 menunjukkan kekurangan
pendengaran terjadi pada 50% penderita OMSK dan secara keseluruhan tidak
kurang dari 164 juta kasus dengan kekurangan pendengaran merupakan akibat dari
OMSK dan sekitar 90% kejadian ini terjadi pada Negara yang sedang
berkembang.2

c. Nyeri telinga (Otalgia)


Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan suatu
tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase
pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran
sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman
pembentukan abses otak. Nyeri telinga mungkin ada tetapi mungkin oleh adanya
otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK
seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis.2
d. Vertigo
Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya. Keluhan
vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi
dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan
tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo
dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan
menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu.
Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo.
Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum. Fistula merupakan temuan
yang serius, karena infeksi kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah dan
mastoid ke telinga dalam sehingga timbul labirinitis dan dari sana mungkin
berlanjut menjadi meningitis.10

b.2.8 Penegakan diagnosis


Diagnosis OMSK ditegakkan dengan cara :
1. Anamnesis (history-taking)
Penyakit telinga kronis ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita seringkali
datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap. Gejala yang paling
sering dijumpai adalah telinga berair, adanya sekret diliang telinga yang pada
OMSK tipe aman sekretnya lebih banyak dan berbenang (mukuous), tiak berbau
busuk dan intermiten, sedangakn pada OMSK tipe tulang, sekretnya lebih sedikit,
berbau busuk, kadangkala disertai pembentukan jaringan granulasi atau polip,
maka sekret yang keluar dapat bercampur darah. Ada kalanya penderita datan
dengan keluhan kurang pendengaran atau telinga keluar darah.3
2. Pemeriksaan otoskopi
Pemeriksaan otoskopi akan menunjukkan adanya letak perforasi. Dari perforasi
dapat dinilai kondisi mukosa telinga tengah.3
3. Pemeriksaan audiologi
Evaluasi audiometri, pembuatan audiogram nada murni untuk menilai hantaran
tulang dan udara, penting untuk mengevaluasi tingkat penurunan pendengaran dan
untuk menentukan gap udara dan tulang. Audiometri tutur berguna untuk menilai
speech reception threshol pada kasus dengan tujuan untuk memperbaiki
pendengaran.3
4. Pemeriksaan radiologi
Radiologi konvensional, foto polos radiologi, posisi Schuller berguna untuk
menilai kasus kolesteatoma, sedangkan pemeriksaan CT scan dapat lebih efektif
untuk menunjukkan anatomi tulang temporal dan kolesteatoma.3
5. Bakteriologi
Walapun perkembangan dari OMSK merupakan lanjutan dari mulainya infeksi
akut, bakteriologi yang ditemukan pada sekret yang kronis berbeda dengan yang
ditemukan pada otitis media supuratif akut. Bakteri yang sering dijumpai pada
OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa, Stafilokokus aureus dan Proteus.3

b.2.9 Diagnosa Banding


Beberapa diagnosa banding dari Otitis Media Supuratif Kronik adalah, Otitis
eksterna, Infeksi Spesifik (penyakit dengan etiologi mycobacteria), Wegener
granulomatosis, dan tumor pada telinga tengah.9

b.2.10 Penatalaksanaan
Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus berulang-ulang.
Sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain
disebabkan oleh satu atau beberapa keadaan yaitu adanya perforasi membran timpani
yang permanen, sehingga telinga tengah berhubungan dengan dunia luar, terdapat
sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung dan sinus paranasal, suah terbentuk
jaringan patologik yang irreversibel dalam rongga mastoid, dan gizi dan higienis yang
kurang1
Prinsip terapi OMSK tipe aman ialah konservatif atau dengan medikamentosa.
Bila sekret yang keluar terus menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, berupa
larutan H2O2 3% selama 3-5 hari. Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan
dengan memberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotika dan kortikosteroid.
Banyak ahli berpendapat bahwa semua obat tetes yang dijual dipasaran saat ini bersifat
ototoksik sehingga disarankan obat tetes telinga tidak diberikan secara terus menerus
lebih dari 1 atau 2 minggu atau pada OMSK yang sudah tenang. Secara oral diberika
antibiotika dari golongan ampisilin, atau eritromisin bila pasien alergi terhadap
penisilin, sebelum hasil tes resistensi diterima. Pada infeksi yang dicurigai karena
penyebabnya telah resisten terhadap ampisilin dapat diberikan ampisin asam
klavulanat.1
Belum lama ini, antibiotik dari golongan fluoroquinolon seperti ciprofloksasin
dan ofloxacin menjadi populer dalam pengobatan OMSK, karena selain memiliki
spektrum terhadap pseudomonas, golongan obat ini juga memiliki tingkat resistensi
bakteri yang lebih minimal dan tidak terlalu bersifat ototoksik, namun obat ini
dikontraindikasikan pemberiannya pada anak-anak, ibu hamil dan menyusui.11
Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama
2 bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini
bertujuan untuk menghentikan infeki secara permanen, memperbaiki timpani yang
perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih
berat, serta memperbaiki pendengaran. Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan
sekret tetap ada, atau terjadinya infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati
terlebih dahulu, mungkin juga perlu melakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi
dan tonsilektomi.1
Prinsip terapi OMSK tipe bahaya ialah pembedahan, yaitu mastoidektomi.
Jadi, bila terdapat OMSK tipe bahaya, maka terapi yang tepat ialah dengan melakukan
mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif dengan
medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan.
Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikuer, maka insisi abses sebaiknya dilakukan
terseniri sebelum mastoidektomi.1
Pasien dengan perforasi membran timpani harus diberikan instruksi untuk
menjaga agar liang telinga dan telinga tengahnya tetap kering, hal ini dapat dilakukan
dengan menggunakan penutup telinga sewaktu mandi.9

b.2.11 Komplikasi
1. Komplikasi di telinga tengah yaitu perforasi persisten, erosi tulang pendengaran dan
paralisis nervus fasial.
2. Komplikasi telinga dalam yaitu fistel labirin, labirinitis supuratif dan tuli saraf
(sensorineural).
3. Komplikasi ekstradural yaitu abses ekstradural, trombosis sinus lateralis dan
petrositis. Komplikasi ke susunan saraf pusat yaitu meningitis, abses otak dan
hidrosefalus otitis.1

b.2.12 Prognosis
Pasien dengan otitis media supuratif kronis memiliki prognosis yang baik dengan
pemberian terapi yang dapat mengontrol infeksi. Tuli konduksi sering dapat berhasil
dikoreksi melalui pembedahan. Tingkat mortalitas otitis media kronik meningkat jika
disertai dengan komplikasi intrakranial.12

Anda mungkin juga menyukai