Anda di halaman 1dari 22

TINJAUAN PUSTAKA

BBLR
3.1 Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir. Rerata
berat bayi normal (usia gestasi 37 s.d 41 minggu) adalah 3200 gram. Penenutuan umur
kehamilan bisa dilakukan mulai dari antenatal sampai setelah persalinan. Pada masa
antenatal ditentukan dengan cara sederhana yaitu dengan menghitung HPHT dan
kejadian-kejadian selama hamil yang penting. Grafik pertumbuhan terhadap usia
kehamilan digunakan untuk menentukan apakah berat badan lahir bayi sesuai untuk usia
kehamilan atau tidak.1
Menurut hubungan berat lahir/umur kehamilan, berat bayi baru lahir dapat
dikelompokkan menjadi: sesuai masa kehamilan (SMK), kecil masa kehamilan (KMK)
dan besar masa kehamilan (BMK), dengan cara yang sama berdasarkan umur kehamilan
saja bayi-bayi dapat digolongkan menjadi bayi kurang bulan, cukup bulan atau lebih
bulan.1
Klasifikasi
Klasifikasi menurut berat lahir yaitu:1
1. Berat badan lahir rendah
Bayi yang lahir dengan berat lahir < 2500 gram tanpa memandang masa gestasi.
2. Berat badan lahir cukup/ normal
Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir > 2500 4000 gram
3. Berat badan lahir lebih
Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir > 4000 gram
Klasifikasi menurut masa gestasi atau kehamilan yaitu:1
1. Bayi Kurang Bulan
Bayi dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu (<259 hari)
2. Bayi Cukup Bulan
Bayi dilahirkan dengan masa gestasi antara 37 42 minggu (259 293 hari)
3. Bayi Lebih Bulan
Bayi dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu (294 hari)
Bayi kecil untuk masa kehamilan disebut jauga small for gestational age/SGA
Merupakan bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir (<10 persentil) menurut
grafik Lubchenco
Bayi besar untuk masa kehamilan disebut juga Large for gestational age/LGA

Merupakan bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir > 10 p[ersentil menurut
grafik Lubchenco.
KLASIFIKASI BBLR
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang
dalam 1 (satu) jam setelah lahir. BBLR dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Prematuritas murni
Adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan
berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai
untuk masa kehamilan.
Kelompok BBLR ini sering mendapatkan penyulit dan komplikasi akibat kurang
matangnya organ karena masa gestasi yang kurang.
b. Dismaturitas
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan
bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.
Hal ini disebabkan oleh terganggunya sirkulasi dan efisiensi plasenta, kurang baiknya
keadaan umum ibu atau gizi ibu, atau hambatan pertumbuhan dari bayinya sendiri.
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh
kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara
berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian
BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi
dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor
utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak
serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan. Angka
kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu
berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR
dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka
BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada
sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7%.

ETIOLOGI
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang
lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler,
kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR
(1) Faktor ibu
a. Penyakit : Seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain
b. Komplikasi pada kehamilan : Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti
perdarahan antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.
c. Usia Ibu dan paritas : Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang
dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia < >
d. Faktor kebiasaan ibu : Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok,
ibu pecandu alkohol dan ibu pengguna narkotika.
(2) Faktor Janin
Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.
(3) Faktor Lingkungan
Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosioekonomi dan paparan zat-zat racun.
MASALAH
Masalah lebih sering dijumpai pada Bayi Kurang Bulan dan BBLR dibandingkan dengan
bayi cukup bulan dan bayi berat badan lahir normal. Masalahnya diantaranya sebagai
berikut:
1. Ketidakstabilan suhu
BKB memiliki kesulitan untuk mempertahankan suhu tubuh akibat:
- Peningkatan hilangnya panas
- Kurangnya lemak subkutan
- Rasio luas permukaan tubuh terhadap berat badan yang besar
- Produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadai dan
ketidakmampuan untuk menggigil
2. Kesulitan pernapasan
- Defisiensi sulfaktan paru yang mengarah ke PMH (penyakit membran hialin)
- Risiko aspirasi akibat belum terkordinirnya refleks batuk, refleks hisap dan
refleks menelan
- Thoraks yang dapat menekuk dan otot pembantu respirasi yang lemah
- Pernapasan yang periodik dan apnea
3. Kelainan gastrointestinal dan nutrisi
- Refleks isap dan telan yang buruk terutama sebelum 34 minggu
3

- Motalitas usus yang menurun


- Pengosongan lambung tertunda
- Pencernaan dan absorbsi vitamin yang larut dalam lemak kurang
- Defisiensi enzim laktase pada brush burder usus
- Menurunnya cadangan kalsium, fosfor, protein dan zat besi dalam tubuh
- Meningkatnya risiko EKN (Enterokolitis nekritikans)
4. Imaturitas hati
- Konjugasi dan ekskresi bilirubin terganggu
- Defisiensi faktor pembekuan yang bergantung pada vitamin K
5. Imaturitas ginjal
- Ketidakmampuan untuk mengekskresi solute load besar
- Akumulasi asam anorganik dengan asidosis metabolik
- Ketidakstabilan elektrolit, misalnya hiponatremia atau hipernatremia,
hiperkalemia atau glikosuria ginjal
6. Imaturitas imunologis
Risiko infeksi tinggi akibat:
- Tidak banyak transfer IgG maternal melalui plasenta selama trimester ke-3
- Fagositosis terganggu
- Penurunan faktor komplemen
7. Kelainan kardiovaskular
- Patent ductus arteriosus (PDA) merupakan hal yang umum ditemui pada bayi
BKB
- Hipotensi atau hipertensi
8. Kelainan hematologis
- Anemia (onset dini atau lanjut)
- Hiperbilirubinemia disseminated intravaskular coagulation (DIC)
- Hemorrhagic disease of the newborn (HDN)
9. Metabolisme
- Hipokalsemia
- Hipoglikemia atau hiperglikemia
Diagnosis
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam jangka
waktu kurang lebih dapat diketahui dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
1). Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan
mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR :
-

Umur ibu

Riwayat hari pertama haid terakir

Riwayat persalinan sebelumnya

Paritas, jarak kelahiran sebelumnya


4

Kenaikan berat badan selama hamil

Aktivitas

Penyakit yang diderita selama hamil

Obat-obatan yang diminum selama hamil

2). Pemeriksaan Fisik


Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain :
-

Berat badan <2500 gr

Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)


Tulang rawan telinga belum terbentuk.
Masih terdapat lanugo.
Refleks masih lemah.

Alat kelamin luar; perempuan: labium mayus belum menutup labium


minus; laki-laki: belum terjadi penurunan testis & kulit testis rata.

Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan).
Tidak dijumpai tanda prematuritas.
Kulit keriput.
Kuku lebih panjang

3). Pemeriksaan penunjang


-

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain

Pemeriksaan skor ballard

Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan

Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah.

Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur
kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan
terjadi sindrom gawat nafas.

USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan kurang lebih

Penatalaksanaan/ terapi
1 Medikamentosa
Pemberian vitamin K1 :
5

Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau

Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10
hari, dan umur 4-6 minggu)

2 Diatetik
Bagi bayi kurang bulan, ASI adalah makanan terbaik. Kompisisi ASI yang
dihasilkan oleh ibu yang melahirkan bayi prematur (ASI prematur) berbeda dengan
kompisisi ASI ibu yang melahirkan cukup bulan(ASI matur). Sayangnya komposisi
ASI prematur ini hanya berlangsung beberapa minggu dan akan berubah menjadi
seperti ASI matur. Untuk bayi dengan masa gestasi >34 minggu dapat disusukan
langsung kepada ibunya karena refleks menghisap dan menelannya sudah cukup baik.
Komposisi ASI yang prematur akan berubah menjadi ASI matur dalam waktu 3-4
minggu, namun saat itu masa gestasi bayi juga sudah cukup bulan sehingga komposisi
ASI sesuai dengan kebutuhannya.1
Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks
menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan
pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan
memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap
sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil
yang menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama :
-

Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan
cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi
menghisap paling kurang sehari sekali.

Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari
selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.

Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan
keadaan bayi adalah sebagai berikut :
a. Berat lahir 1750 2499 gram
Bayi dengan berat lahir > 2250 gram umumnya cukup kuat untuk mulai
minum sesudah dilahirkan. Jaga bayi tetap hangat dan kontrol infeksi, tidak ada
perwatan khusus.2
Sebagian bayi dengan berat badan lahir 1750-2250 gram mungkin perlu
perawatan ekstra, tetapi dapat secara normal bersama ibunya untuk diberi minum
dan kehangatan, terutama jika kontakkulit ke kulit dapat dijaga.2
6

Mulailah pemberian ASI dalam 1 jam sesudah kelahiran. Kebanyakan bayi


mampu menghisap. Bayi yang dapat menghisap harus diberi ASI. Bayi yang tidak
bisa menyusu harus diberi ASI perah dengan cangkir atau sendok. Ketika bayi
menghisap dari puting dengan baik dan berat badan bertambah, kurangi
pemberian ASI melalui sendok.2
Periksa bayi serkurangnya dua kali sehari untuk menilai kemampuan minum,
asupan cairan, adanya suatu tanda bahaya, atau tanda-tanda adanya infeksi bakteri
berat. Jika terdapat salah satu tanda ini, lakukan pemantauan ketat di tempat
perawatan bayi baru lahir seperti dilakukan pada berat bayi sangat rendah
(BBLSR).2
Risiko merawat

anak di rumah sakit (misalnya mendapat infeksi

nosokomial), harus seimbang dengan manfaat yang diperoleh dari perawatan


yang lebih baik.
b. Berat lahir kurang dari 1750 gram
Bayi-bayi ini berisiko untuk hipotermia, apnu, hipoksemia, sepsis, intoleransi
minum dan enterokolitis nekrotikan. Semakin kecil bayi semakin tinggi risiko.
Semua Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) harus dikirim ke Perawatan
Khusus atau Unit Neonatal. 2
Tatalaksana
Beri oksigen melalui pipa nasal atau nasal prongs jika terdapat salah satu
tanda hipoksemia.2
Suhu
Lakukanlah perawatan kulit-ke-kulit di antara kedua payudara ibu atau beri
pakaian di ruangan yang hangat atau dalam humidicrib jika staf telah
berpengalaman dalam menggunakannya. Jika tidak ada penghangat bertenaga
listrik, botol air panas yang dibungkus dengan handuk bermanfaat untuk menjaga
bayi tetap hangat. Pertahankan suhu inti tubuh sekitar 36.5 37.50 C dengan kaki
tetap hangat dan berwarna kemerahan.2
Cairan dan pemberian minum
Jika mungkin berikan cairan IV 60 mL/kg/hari selama hari pertama
kehidupan. Sebaiknya gunakan paediatric (100 mL) intravenous burette:
dengan 60 tetes = 1 mL sehingga, 1 tetes per menit = 1 mL per jam. Jika bayi
sehat dan aktif, beri 2-4 mL ASI perah setiap 2 jam melalui pipa lambung,
-

tergantung berat badan bayi.2


Bayi sangat kecil yang ditempatkan di bawah pemancar panas atau terapi
sinar memerlukan lebih banyak cairan dibandingkan dengan volume biasa
7

(lihat halaman 62). Lakukan perawatan hati-hati agar pemberian cairan IV


-

dapat akurat karena kelebihan cairan dapat berakibat fatal.2


Jika mungkin, periksa glukosa darah setiap 6 jam hingga pemberian minum
enteral dimulai, terutama jika bayi mengalami apnu, letargi atau kejang. Bayi

mungkin memerlukan larutan glukosa 10%.2


Mulai berikan minum jika kondisi bayi stabil (biasanya pada hari ke-2, pada
bayi yang lebih matur mungkin pada hari ke-1). Pemberian minum dimulai
jika perut tidak distensi dan lembut, terdapat bising usus, telah keluar

mekonium dan tidak terdapat apnu.2


Gunakan tabel minum.2
Hitung jumlah minum dan waktu pemberiannya.2
Jika toleransi minum baik, tingkatkan kebutuhan perhari.2
Pemberian susu dimulai dengan 2-4 mL setiap 1-2 jam melalui pipa lambung.
Beberapa BBLSR yang aktif dapat minum dengan cangkir dan sendok atau
pipet steril. Gunakan hanya ASI jika mungkin. Jika volume 2-4 mL dapat
diterima tanpa muntah, distensi perut atau retensi lambung lebih dari
setengah yang diminum, volume dapat ditingkatkan sebanyak 1-2 mL per
minum setiap hari. Kurangi atau hentikan minum jika terdapat tanda-tanda
toleransi yang buruk. Jika target pemberian minum dapat dicapai dalam 5-7

hari pertama, tetesan IV dapat ilepas untuk menghindari infeksi.2


Minum dapat ditingkatkan selama 2 minggu pertama kehidupan hingga 150180 mL/kg/hari (minum 19-23 mL setiap 3 jam untuk bayi 1 kg dan 28-34
mL untuk bayi 1.5 kg). Setelah bayi tumbuh, hitung kembali volume minum

berdasarkan berat badan terakhir.2


Antibiotika dan Sepsis
Faktor-faktor risiko sepsis adalah: bayi yang dilahirkan di luar rumah sakit
atau dilahirkan dari ibu yang tidak sehat, pecah ketuban >18 jam, bayi kecil
-

(mendekati 1 kg) .2
Jika terdapat salah satu TANDA BAHAYA atau tanda lain infeksi bakteri
berat mulailah pemberian antibioti.2

Apnu.2
-

Amati bayi secara ketat terhadap periode apnu dan bila perlu rangsang
pernapasan bayi dengan mengusap dada atau punggung. Jika gagal, lakukan

resusitasi dengan balon dan sungkup.


Jika bayi mengalami episode apnu lebih dari sekali dan atau sampai
membutuhkan resusitasi berikan sitrat kafein atau aminofilin.

Kafein lebih dipilih jika tersedia. Dosis awal sitrat kafein adalah 20 mg/ kg
oral atau IV (berikan secara lambat selama 30 menit). Dosis rumatan sesuai

anjuran (lihat halaman 79).


Jika kafein tidak tersedia, berikan dosis awal aminofilin 10 mg/kg secara oral

atau IV selama 15-30 menit (halaman 76). Dosis rumatan sesuai anjuran.
Jika monitor apnu tersedia, maka alat ini harus digunakan.

Pemulangan dan pemantauan BBLR


BBLR dapat dipulangkan apabila : 2
-

Tidak terdapat TANDA BAHAYA atau tanda infeksi berat.


Berat badan bertambah hanya dengan ASI.
Suhu tubuh bertahan pada kisaran normal (36-370C) dengan pakaian terbuka.
Ibu yakin dan mampu merawatnya. BBLR harus diberi semua vaksin yang
dijadwalkan pada saat lahir dan jika ada dosis kedua pada saat akan
dipulangkan.

Konseling pada saat BBLR pulang


Lakukan konseling pada orang tua sebelum bayi pulang mengenai : 2
-

pemberian ASI eksklusif


menjaga bayi tetap hangat
tanda bahaya untuk mencari pertolongan Timbang berat badan, nilai minum
dan kesehatan secara umum setiap minggu hingga berat badan bayi mencapai
2.5 kg.

Suportif
Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal (3):
Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi,
seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator atau
ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk.
Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
Ukur suhu tubuh dengan berkala
Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah :
Jaga dan pantau patensi jalan nafas
Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang,
gangguan nafas, hiperbilirubinemia)
9

Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya


Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu
berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.
Pemantauan (Monitoring)
1). Pemantauan saat dirawat
a. Terapi

Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan

Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu

b. Tumbuh kembang

Pantau berat badan bayi secara periodik

Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10%
untuk bayi dengan berat lahir 1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat
lahir <1500

Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat
lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari :
Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180
ml/kg/hari
Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi agar
jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari
Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian
ASI hingga 200 ml/kg/hari
Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap
minggu.

2).

Pemantauan setelah pulang


Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan
mencegah/ mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang
sebagai berikut :

Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan.

Hitung umur koreksi.

Pertumbuhan; berat badan, panjang badan dan lingkar kepala.

Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST).

Awasi adanya kelainan bawaan.


10

Prognosis BBLR
Kematian perinatal pada bayi BBLR 8 kali lebih besar dari bayi normal. Prognosis
akan lebih buruk bila BB makin rendah, angka kematian sering disebabkan karena
komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi, pneumonia, perdarahan intrakranial,
hipoglikemia. Bila hidup akan dijumpai kerusakan saraf, gangguan bicara, IQ rendah.
Pencegahan
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah
yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan :
- Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun
kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko,
terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan,
dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu
- Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim,
tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar
mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik
- Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat
(20-34 tahun)
- Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan
pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses
terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.
Tanda kecukupan pemberian ASI:
-

BAK minimal 6 kali/ 24 jam.

Bayi tidur lelap setelah pemberian ASI.

BB naik pd 7 hari pertama sbyk 20 gram/ hari.

Cek saat menyusui, apabila satu payudara dihisap ASI akan menetes dari
payudara yg lain.

Tanda Bahaya pada bayi baru lahir dan bayi muda


Tanda dan gejala sakit berat pada bayi baru lahir dan bayi muda sering tidak spesifik.
Tanda ini dapat terlihat pada saat atau sesudah bayi lahir, saat bayi baru lahir datang atau

11

saat perawatan di rumah sakit. Pengelolaan awal bayi baru lahir dengan tanda ini adalah
stabilisasi dan mencegah keadaan yang lebih buruk. Tanda ini mencakup:
-

Tidak bisa menyusu


Kejang
Mengantuk atau tidak sadar
Frekuensi napas < 20 kali/menit atau apnu (pernapasan berhenti selama
>15 detik)
Frekuensi napas > 60 kali/menit
Merintih
Tarikan dada bawah ke dalam yang kuat
Sianosis sentral.

TATALAKSANA KEDARURATAN tanda bahaya:


- Beri oksigen melalui nasal prongs atau kateter nasal jika bayi muda mengalami
sianosis atau distres pernapasan berat.
- Beri VTP dengan balon dan sungkup, dengan oksigen 100% (atau udara ruangan jika
oksigen tidak tersedia) jika frekuensi napas terlalu lambat (< 20 kali/menit).
- Jika terus mengantuk, tidak sadar atau kejang, periksa glukosa darah.
- Jika glukosa < 45 mg/dL koreksi segera dengan bolus 200 mg/kg BB dekstrosa 10%
(2 ml/kg BB) IV selama 5 menit, diulangi sesuai keperluan dan infus tidak terputus
(continual) dekstrosa 10% dengan kecepatan 6-8 mg/kg BB/menit harus dimulai. Jika
-

tidak mendapat akses IV, berikan ASI atau glukosa melalui pipa lambung.
Beri fenobarbital jika terjadi kejang
Atasi kejang dengan fenobarbital 20 mg/kgBB IV dalam waktu 5 menit.
Jika kejang tidak berhenti tambahkan fenobarbital 10 mg/kgBB sampai maksimal
40 mg/kgBB.
Bila kejang berlanjut, berikan fenitoin 20 mg/kgBB IV dalam larutan garam
fisiologis dengan kecepatan 1 mg/kgBB/menit.
Pengobatan rumatan:
Fenobarbital 5 mg/kgBB/hari, dosis tunggal atau terbagi tiap 12 jam secara IV
atau per oral.
Fenitoin 4-8 mg/kgBB/hari, dosis terbagi dua atau tiga secara IV atau per oral.

12

Cara menghangatkan bayi


Cara
Kontak kulit

Petunjuk penggunaan
Untuk semua bayi
Untuk

menghangatkan bayi dalam waktu singkat atau

menghangatkan bayi hipotermi (32-36,4 oC) apabila cara lain


KMC

tidak mungkin dilakukan.


Untuk menstabilkan bayi dgn berat badan <2.500 g, terutama
direkomendasikan untuk perawatan berkelanjutan bayi dengan
berat badan <1.800 g.
Tidak untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas berat)
Tidak untuk ibu yang menderita penyakit berat yang tidak dapat

Pemancar

merawat bayinya.
Untuk bayi sakit atau bayi dengan berat 1.500 g atau lebih.

panas

Untuk pemeriksaan awal bayi, selama dilakukan tindakan, atau


menghangatkan kembali bayi hipotermi.
Penghangatan berkelanjutan bayi dengan berat <1.500 g yang

Inkubator
Ruangan

tidak dapat dilakukan KMC.


Untuk merawat bayi dengan berat <2.500 g yang tidak

hangat

memerlukan tindakan diagnostik atau prosedur pengobatan.


Tidak untuk bayi sakit berat.

Jumlah cairan yang dibutuhkan bayi (ml/Kg)


Berat
(g)
>1500
<1500

Umur (hari)
3

60
80

80
100

100
120

5+

120
140

150
150

Jumlah ASI untuk bayi sehat berat 1250-1499


Pemberian
Jumlah ASI tiap 3

1
10

2
15

3
18

Umur (hari)
4
5
22
26

6
28

7
30

jam (ml/kali)
Kebutuhan cairan elektrolit bayi (ml/kg)
Berat
badan (g)
Hari I

<1000

1000 - <1500

1500 2500

>2500

120 cc D5%

100 cc D7,5%

80 cc D10%

80 cc D10%
13

Hari II
140 cc D5%
120 cc D7,5%
100 cc D10%
90 cc D10%
Hari III
170 cc D5%
130 cc D7,5%
110 cc D10%
100 cc D10%
Hari >IV
200 cc
140-150 cc
130-150 cc
120-150 cc
Pembuatan cairan D7,5% = 93 cc (D5%) + 7 cc (D40%) = 100 cc D7,5%.
3.2

Asfiksia Neonatorum
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini disertai dengan hipoksia,
hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis. Manurut AAP dan ACOG (2004), asfiksia
perinatal pada seorang bayi menunjukan karakteristik berikut:3
1. Asidemia metabolic atau campuran (metabolic dan respiratorik) yang jelas, yaitu
pH<7, pada sampel darah yang diambil dari arteri umbilical
2. Nilai Apgar 0-3 pada menit ke-5
3. Manifestasi neurologi pada periode BBL segera, termasuk kejang, hipotonia,
koma, atau ensefalopai hipoksik iskemik
4. Terjadi disfungsi sistem multiorgan segera pada periode BBL

FAKTOR RESIKO ASFIKSIA NEONATORUM


Pengembangan paru bayi baru lahir terjadi pada menit-menit pertama
kelahiran dan kemudian disusul dengan pernafasan teratur. Bila terdapat gangguan
pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke janin, akan terjadi asfiksia janin
atau neonatus. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan atau
segera setelah lahir. Hampir sebagian besar asfiksia bayi baru lahir ini merupakan
kelanjutan asfiksia janin, karena itu penilaian janin selama masa kehamilan dan
persalinan memegang peranan yang sangat penting untuk keselamatan bayi.
Gangguan yang timbul pada akhir kehamilan atau persalinan hampir selalu disertai
anoksia/ hipoksia janin dan berakhir dengan asfiksia neonatus. 3
Faktor resiko antepartum
- Diabetes pada ibu
- Hipertensi dalam kehamilan
- Hipertensi kronik
- Anemia janin atau isoimunisasi
- Riwayat kematian janin atau neonates
- Perdarahan pada trimester dua atau tiga
- Infeksi ibu
- Ibu dengan penyakit jantung, ginjal, paru, tiroid, atau kelainan neurologi
- Polihidramnion
- Ketuban pecah dini
- Hidrops fetalis
14

Kehamilan lewat waktu


Kehamilan ganda
Berat janin tidak sesuai masa kehamilan
Terapi obat seperti magnesium karbonat dan beta bloker
Ibu pengguna obat bius
Malformasi atau anomaly janin
Berkurangnya gerakan janin
Tanpa pemeriksaan antenatal
Usia <16 tahun atau >35 tahun

Faktor resiko intrapartum


-

Seksio sesaria darurat


Kelahiran dengan ekstraksi forsep atau vakum
Letak sungsang atau presentasi abnormal
Kelahiran kurang bulan
Partus presipitatus
Korioamnionitis
Ketuban pecah lama (>18 jam sebelum persalinan)
Partus lama (>24 jam)
Kala dua lama (>2 jam)
Makrosomia
Bradikardia janin persisten
Frekuensi janin yang tidak beraturan
Penggunaan anastesi umum
Hiperstimulus uterus
Penggunaan obat narkotika pada ibu dalam 4 jam sebelum persalinan
Air ketuban bercampur mekonium
Prolaps tali pusat
Solusio plasenta
Lasenta previa
Perdarahan intrapartum

PATOFISIOLOGI
BBL mempunyai karakteristik yang unik. Transisi kehidupan janin intrauterine
ke kehidupan bayi ektrauterin, menunjukkan perubahan sebagai berikut: alveoli paru
janin dalam uterus berisi cairan paru. Pada saat lahir dan bayi engambil napas
pertama, udara memasuki alveoli paru dan cairan paru diabsorpsi oleh jaringan paru.
Pada napas kedua dan berikutnya, udara yang masuk alveoli bertambah banyak dan
cairan paru diabsorpsi sehingga kemudian seluruh alveoli berisi udara yang
mengandung oksigen. Aliran darah paru meningkat secara dramatis. Hal ini
disebabkan ekspansi paru yang membutuhkan tekanan puncak inspirasi dan tekanan
15

akhir ekspirasi yang lebih tinggi. Ekspansi paru dan peningkatan tekanan oksegen
alveoli keduanya, menyebabkan penurunan resistensi vascular paru dan peningkatan
aliran darah paru setelah lahir. Aliran intrakardial dan ekstrakardial mulai beralih arah
yang kemudian diikuti penutupan duktus arteriosus. Kegagalan penurunan resistensi
vascular paru menyebabkan hioertensi pulmonal persisten pada bayi baru lahir
(Persisten Pulmonary Hypertension of the Neonate), dengan aliran darah paru yang
inadekuat dan hipoksemia relative. Ekspansi paru yang inadekuat menyebabkan gagal
napas. 3
PRINSIP DASAR
Bayi dapat mengalami apnea dan menunjukan upaya pernafasan yang tidak
cukup untuk kebutuhan ventilasi paru-paru. Kondisi ini menyebabkan kurangnya
pengambilan oksigen dan pengeluaran CO2. Penyebab depresi bayi pada saat lahir ini
mencakup:4
1. Asfiksia intra uterin.
2. Bayi kurang bulan.
3. Obat-obat yang diberikan/ diminum oleh ibu.
4. Penyakit neuromuskular bawaan.
5. Cacat bawaan.
6. Hipoksia intra partum.
Asfiksia berarti hopoksia yang progresif, penimbunan CO 2 dan asidosis. Bila
proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak/ kematian.
Asfiksia juga mempengaruhi organ vital lainnya. Pada bayi yang mengalami
kekurangan oksigen akan terjadi pernafasan yang cepat dalam periode yang singkat.
Apabila asfiksia berlanjut gerakan pernafasan akan berhenti, denyut jantung juga
mulai menurun, sedangkan tonus neuromuskular berkurang secara berangsur-angsur
dan bayi memasuki periode apnea yang dikenal dengan nama apnea primer. Perlu
diketahui bahwa pernafasan yang megap-megap dan tonus otot yang juga turun terjadi
akibat obat-obat yang diberikan pada ibunya. Biasanya pemberian rangsangan dan
oksigen selama periode apnea primer dapat merangsang terjadinya pernafasan
spontan.
Apabila asfiksia berlanjut bayi akan menunjukan megap-megap yang dalam,
denyut jantung terus menurun, dan bayi akan terlihat lemas (flaccid). Pernafasan
makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apnea yang disebut apnea
sekunder, selama apnea sekunder ini denyut jantung, tekanan darah, dan kadar
oksigen dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap
16

rangsangan dan tidak akan menunjukan upaya pernapasan secara spontan. Kematian
akan terjadi kecuali apabila resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian
oksigen dimulai dengan segera. 4

Evaluasi gawat napas dengan skor Downes

Frekuensi

0
< 60x/menit

skor
1
60-80/menit

napas
Retraksi
Sianosis

Tidak ada retraksi


Tidak ada sianosis

Retraksi ringan
Retraksi berat
Sianosis
hilang Sianosis
menetap

Air entery

Udara masuk

dengan O2
Penurunan

Merintih

Tidak merintih

udara masuk
masuk
Dapat
didengar Dapat didengar tanpa

Pemeriksaan

2
>80/menit

walaupun diberi O2
ringan Tidak ada udara

dengan stetoskop

alat bantu

Total
1-3 : sesak napas ringan
4-5 : sesak napas sedang
6 : sesak napas berat

TANDA DAN GEJALA KLINIS


Pada asfiksia tingkat lanjut akan terjadi perubahan yang disebabkan oleh
beberapa keadaan diantaranya:
1. Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung.
2. Terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan
3.

termasuk otot jantung sehingga menimbulkan kelemahan jantung.


Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan tetap tingginya
resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah mengalami gangguan.
Bayi yang mengalami kekurangan O2 akan terjadi pernafasan yang cepat

dalam periode yang singkat apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan
berhenti, denyut jantung juga menurun, sedangkan tonus neuromuskular berkurang
secara barangsur-angsur dan memasuki periode apnea primer. 4
Gejala dan tanda asfiksia neonatorum yang khas antara lain meliputi
pernafasan cepat, pernafasan cuping hidung, sianosis, nadi cepat.5
17

Gejala lanjut pada asfiksia:


1. Pernafasan megap-magap dalam.
2. Denyut jantung terus menurun.
3. Tekanan darah mulai menurun.
4. Bayi terlihat lemas (flaccid).
5. Menurunnya tekanan O2 darah (PaO2).
6. Meningginya tekanan CO2 darah (PaO2).
7. Menurunnya PH (akibat asidosis respiratorik dan metabolik).
8. Dipakainya sumber glikogen tubuh anak untuk metabolisme anaerob.
9. Terjadinya perubahan sistem kardiovaskular.

KLASIFIKASI ASFIKSIA NEONATORUM


Tanda
Laju jantung
Usaha bernapas
Tonus otot
Refleks
Warna kulit

0
Tidak ada
Tidak ada
Lumpuh

< 100
Lambat
Ekstremitas fleksi

100
Menangis kuat
Gerakan aktif

Tidak bereaksi
Seluruh tubuh

sedikit
Gerakan sedikit
Tubuh kemerahan,

Refleks melawan
Seluruh tubuh

biru/pucat

ekstremitas biru

kemerahan

Kondisi bayi baru lahir dapat dibagi menjadi: 5


1. Vigorus baby. Skor Apgar 7-10. Dalam hal ini bayi dianggap sehat tidak
memerlukan tindakan istimewa.
2. Mild-moderate asphyxia (asfiksia sedang). Skor APGAR 4-6 pada pemeriksaan
fisik akan terlihat frekuensi jantung > 100x/ menit, tonus otot kurang baik,
sianosis, refleks iritabilitas tidak ada.
3. Severe asphyxia (asfiksia berat) berat skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100 x/ menit, tonus otot buruk, sianosis
berat, dan kadang-kadang pucat, refleks iritabilitas tidak ada.
Asfiksia berat dengan henti jantung, dimaksudkan dengan henti jantung adalah
keadaan :
Bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir

lengkap.
Bunyi jantung bayi menghilang post partum.

18

PENATALAKSANAAN ASFIKSIA NEONATORUM


Pada kasus asfiksia ringan bayi dapat terkejut atau sangat waspada dengan
peningkatan tonus otot, makan dengan buruk, dan frekuensi pernafasan normal atau
cepat. Temuan ini biasanya berlangsung selama 24-48 jam sebelum sembuh secara
spontan. Pada kasus asfiksia sedang bayi dapat letargi dan mengalami kesulitan
pemberian makan. Bayi dapat mengalami episode apnia kadang-kadang dan atau
konvulsi selama beberapa hari. Masalah ini biasanya sembuh dalam satu minggu,
tetapi masalah perkembangan saraf mungkin ada. Pada kasus asfiksia berat bayi dapat
terkulai atau tidak sadar dan tidak makan. Konvulsi dapat terjadi selama beberapa hari
dan episode apnia yang berat dan sering umumnya terjadi. Bayi dapat membaik
selama beberapa minggu atau tidak dapat membaik sama sekali. Jika bayi ini dapat
bertahan hidup mereka biasanya menderita kerusakan otak permanen.6

Jika asfiksia ringan


Jika bayi tidak mendapat oksigen maka bayi mulai menyusui. Jika bayi
mendapat oksigen atau sebaliknya, tidak dapat menyusui berikan perasan ASI

dengan metode pemberian makan alternatif. 6


Jika asfiksia sedang atau berat
Pasang selang IV dan berikan hanya cairan IV selama 12 jam pertama. Batasi
volume cairan sampai 60 ml/ Kg BB selama hari pertama dan pantau urin. Jika
bayi berkemih kurang dari 6 kali/ hari atau tidak menghasilkan urin jangan
meningkatkan volume cairan pada hari berikutnya, ketika jumlah urin mulai
meningkat tingkatkan volume cairan IV harian sesuai dengan kemajuan volume
cairan. Tanpa memperhatikan usia bayi yaitu untuk bayi yang berusia 4 hari,
lanjutkan dari 60 ml/ Kg sampai 80 ml/ Kg sampai 100 ml/ Kg jangan langsung
120 ml/ Kg pada hari pertama. Ketika konvulsi terkendali dan bayi menunjukan
tanda-tanda peningkatan respon. Ijinkan bayi mulai menyusui. Jika bayi tidak
dapat menyusui berikan perasan ASI dengan menggunakan metode pemberian
makan alternatif. Berikan perawatan berkelanjutan. 6

19

20

PENCEGAHAN
Pencegahan Secara Umum
Pencegahan terhadap asfiksia neonatorum adalah dengan menghilangkan atau
meminimalkan faktor risiko penyebab asfiksia. Derajat kesehatan wanita, khususnya
ibu hamil harus baik. Komplikasi saat kehamilan, persalinan dan melahirkan harus
dihindari. Upaya peningkatan derajat kesehatan ini tidak mungkin dilakukan dengan
satu intervensi saja karena penyebab rendahnya derajat kesehatan wanita adalah
akibat banyak faktor seperti kemiskinan, pendidikan yang rendah, kepercayaan, adat
istiadat dan lain sebagainya. Untuk itu dibutuhkan kerjasama banyak pihak dan lintas
sektoral yang saling terkait adanya kebutuhan dan tantangan untuk meningkatkan
kerjasama antar tenaga obstetri di kamar bersalin. Perlu diadakan pelatihan untuk
penanganan situasi yang tak diduga dan tidak biasa yang dapat terjadi pada
persalinan. Setiap anggota tim persalinan harus dapat mengidentifikasi situasi
persalinan

yang

dapat

menyebabkan

kesalahpahaman

atau

menyebabkan

keterlambatan pada situasi gawat. Pada bayi dengan prematuritas, perlu diberikan
kortikosteroid untuk meningkatkan maturitas paru janin.
Antisipasi Dini Perlunya Dilakukan Resusitasi pada Bayi yang Dicurigai
Mengalami Depresi Pernapasan untuk Mencegah Morbiditas dan Mortilitas
Lebih Lanjut
Pada setiap kelahiran, tenaga medis harus siap untuk melakukan resusitasi
pada bayi baru lahir karena kebutuhan akan resusitasi dapat timbul secara tiba-tiba.
Karena alasan inilah, setiap kelahiran harus dihadiri oleh paling tidak seorang tenaga
terlatih dalam resusitasi neonatus, sebagai penanggung jawab pada perawatan bayi
baru lahir. Tenaga tambahan akan diperlukan pada kasus-kasus yang memerlukan
resusitasi yang lebih kompleks.
Dengan pertimbangan yang baik terhadap faktor risiko, lebih dari separuh bayi
baru lahir yang memerlukan resusitasi dapat diidentifikasi sebelum lahir, tenaga medis
dapat mengantisipasi dengan memanggil tenaga terlatih tambahan, dan menyiapkan
peralatan resusitasi yang diperlukan.

21

DAFTAR PUSTAKA
IDAI.Klasifikasi Bayi Menurut Berat Lahir dan Masa Gestasi. Dalam: Buku Ajar
Neonatologi. Jakarta:Badan Penerbit IDAI; 2008.h.11-30
WHO. Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit. 2009. WHO: Jakarta
IDAI.Asfiksia dan Resusitasi Bayi Bayi Lahir. Dalam: Buku Ajar Neonatologi.
Jakarta:Badan Penerbit IDAI; 2008.h.103-125.
World Health Organization. Basic Newborn Resuscitation: A Practical GuideRevision.

Geneva:

World

Health

Organization;

1999.

Diunduh

dari:

www.who.int/reproductive-health/publications/newborn_resus_citation/index.html.
IDAI. Asfiksia Neonatorum. Dalam: Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2004.h. 272-276. (level of evidence IV).
American Academy of Pediatrics dan American Heart Association. Buku panduan
resusitasi neonatus. Edisi ke-5. Jakarta: Perinasia; 2006.
Parer JT. Fetal Brain Metabolism Under Stress Oxygenation, Acid-Base and Glucose.
2008. Diunduh dari: http://www.nichd.nih.gov/publications/pubs/acute/acute.cfm.

22

Anda mungkin juga menyukai