BBLR
3.1 Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir. Rerata
berat bayi normal (usia gestasi 37 s.d 41 minggu) adalah 3200 gram. Penenutuan umur
kehamilan bisa dilakukan mulai dari antenatal sampai setelah persalinan. Pada masa
antenatal ditentukan dengan cara sederhana yaitu dengan menghitung HPHT dan
kejadian-kejadian selama hamil yang penting. Grafik pertumbuhan terhadap usia
kehamilan digunakan untuk menentukan apakah berat badan lahir bayi sesuai untuk usia
kehamilan atau tidak.1
Menurut hubungan berat lahir/umur kehamilan, berat bayi baru lahir dapat
dikelompokkan menjadi: sesuai masa kehamilan (SMK), kecil masa kehamilan (KMK)
dan besar masa kehamilan (BMK), dengan cara yang sama berdasarkan umur kehamilan
saja bayi-bayi dapat digolongkan menjadi bayi kurang bulan, cukup bulan atau lebih
bulan.1
Klasifikasi
Klasifikasi menurut berat lahir yaitu:1
1. Berat badan lahir rendah
Bayi yang lahir dengan berat lahir < 2500 gram tanpa memandang masa gestasi.
2. Berat badan lahir cukup/ normal
Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir > 2500 4000 gram
3. Berat badan lahir lebih
Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir > 4000 gram
Klasifikasi menurut masa gestasi atau kehamilan yaitu:1
1. Bayi Kurang Bulan
Bayi dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu (<259 hari)
2. Bayi Cukup Bulan
Bayi dilahirkan dengan masa gestasi antara 37 42 minggu (259 293 hari)
3. Bayi Lebih Bulan
Bayi dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu (294 hari)
Bayi kecil untuk masa kehamilan disebut jauga small for gestational age/SGA
Merupakan bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir (<10 persentil) menurut
grafik Lubchenco
Bayi besar untuk masa kehamilan disebut juga Large for gestational age/LGA
Merupakan bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir > 10 p[ersentil menurut
grafik Lubchenco.
KLASIFIKASI BBLR
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang
dalam 1 (satu) jam setelah lahir. BBLR dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Prematuritas murni
Adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan
berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai
untuk masa kehamilan.
Kelompok BBLR ini sering mendapatkan penyulit dan komplikasi akibat kurang
matangnya organ karena masa gestasi yang kurang.
b. Dismaturitas
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan
bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.
Hal ini disebabkan oleh terganggunya sirkulasi dan efisiensi plasenta, kurang baiknya
keadaan umum ibu atau gizi ibu, atau hambatan pertumbuhan dari bayinya sendiri.
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh
kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara
berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian
BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi
dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor
utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak
serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan. Angka
kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu
berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR
dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka
BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada
sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7%.
ETIOLOGI
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang
lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler,
kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR
(1) Faktor ibu
a. Penyakit : Seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain
b. Komplikasi pada kehamilan : Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti
perdarahan antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.
c. Usia Ibu dan paritas : Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang
dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia < >
d. Faktor kebiasaan ibu : Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok,
ibu pecandu alkohol dan ibu pengguna narkotika.
(2) Faktor Janin
Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.
(3) Faktor Lingkungan
Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosioekonomi dan paparan zat-zat racun.
MASALAH
Masalah lebih sering dijumpai pada Bayi Kurang Bulan dan BBLR dibandingkan dengan
bayi cukup bulan dan bayi berat badan lahir normal. Masalahnya diantaranya sebagai
berikut:
1. Ketidakstabilan suhu
BKB memiliki kesulitan untuk mempertahankan suhu tubuh akibat:
- Peningkatan hilangnya panas
- Kurangnya lemak subkutan
- Rasio luas permukaan tubuh terhadap berat badan yang besar
- Produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadai dan
ketidakmampuan untuk menggigil
2. Kesulitan pernapasan
- Defisiensi sulfaktan paru yang mengarah ke PMH (penyakit membran hialin)
- Risiko aspirasi akibat belum terkordinirnya refleks batuk, refleks hisap dan
refleks menelan
- Thoraks yang dapat menekuk dan otot pembantu respirasi yang lemah
- Pernapasan yang periodik dan apnea
3. Kelainan gastrointestinal dan nutrisi
- Refleks isap dan telan yang buruk terutama sebelum 34 minggu
3
Umur ibu
Aktivitas
Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan).
Tidak dijumpai tanda prematuritas.
Kulit keriput.
Kuku lebih panjang
Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah.
Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur
kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan
terjadi sindrom gawat nafas.
USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan kurang lebih
Penatalaksanaan/ terapi
1 Medikamentosa
Pemberian vitamin K1 :
5
Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10
hari, dan umur 4-6 minggu)
2 Diatetik
Bagi bayi kurang bulan, ASI adalah makanan terbaik. Kompisisi ASI yang
dihasilkan oleh ibu yang melahirkan bayi prematur (ASI prematur) berbeda dengan
kompisisi ASI ibu yang melahirkan cukup bulan(ASI matur). Sayangnya komposisi
ASI prematur ini hanya berlangsung beberapa minggu dan akan berubah menjadi
seperti ASI matur. Untuk bayi dengan masa gestasi >34 minggu dapat disusukan
langsung kepada ibunya karena refleks menghisap dan menelannya sudah cukup baik.
Komposisi ASI yang prematur akan berubah menjadi ASI matur dalam waktu 3-4
minggu, namun saat itu masa gestasi bayi juga sudah cukup bulan sehingga komposisi
ASI sesuai dengan kebutuhannya.1
Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks
menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan
pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan
memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap
sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil
yang menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama :
-
Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan
cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi
menghisap paling kurang sehari sekali.
Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari
selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan
keadaan bayi adalah sebagai berikut :
a. Berat lahir 1750 2499 gram
Bayi dengan berat lahir > 2250 gram umumnya cukup kuat untuk mulai
minum sesudah dilahirkan. Jaga bayi tetap hangat dan kontrol infeksi, tidak ada
perwatan khusus.2
Sebagian bayi dengan berat badan lahir 1750-2250 gram mungkin perlu
perawatan ekstra, tetapi dapat secara normal bersama ibunya untuk diberi minum
dan kehangatan, terutama jika kontakkulit ke kulit dapat dijaga.2
6
(mendekati 1 kg) .2
Jika terdapat salah satu TANDA BAHAYA atau tanda lain infeksi bakteri
berat mulailah pemberian antibioti.2
Apnu.2
-
Amati bayi secara ketat terhadap periode apnu dan bila perlu rangsang
pernapasan bayi dengan mengusap dada atau punggung. Jika gagal, lakukan
Kafein lebih dipilih jika tersedia. Dosis awal sitrat kafein adalah 20 mg/ kg
oral atau IV (berikan secara lambat selama 30 menit). Dosis rumatan sesuai
atau IV selama 15-30 menit (halaman 76). Dosis rumatan sesuai anjuran.
Jika monitor apnu tersedia, maka alat ini harus digunakan.
Suportif
Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal (3):
Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi,
seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator atau
ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk.
Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
Ukur suhu tubuh dengan berkala
Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah :
Jaga dan pantau patensi jalan nafas
Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang,
gangguan nafas, hiperbilirubinemia)
9
b. Tumbuh kembang
Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10%
untuk bayi dengan berat lahir 1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat
lahir <1500
Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat
lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari :
Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180
ml/kg/hari
Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi agar
jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari
Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian
ASI hingga 200 ml/kg/hari
Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap
minggu.
2).
Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan.
Prognosis BBLR
Kematian perinatal pada bayi BBLR 8 kali lebih besar dari bayi normal. Prognosis
akan lebih buruk bila BB makin rendah, angka kematian sering disebabkan karena
komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi, pneumonia, perdarahan intrakranial,
hipoglikemia. Bila hidup akan dijumpai kerusakan saraf, gangguan bicara, IQ rendah.
Pencegahan
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah
yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan :
- Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun
kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko,
terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan,
dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu
- Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim,
tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar
mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik
- Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat
(20-34 tahun)
- Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan
pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses
terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.
Tanda kecukupan pemberian ASI:
-
Cek saat menyusui, apabila satu payudara dihisap ASI akan menetes dari
payudara yg lain.
11
saat perawatan di rumah sakit. Pengelolaan awal bayi baru lahir dengan tanda ini adalah
stabilisasi dan mencegah keadaan yang lebih buruk. Tanda ini mencakup:
-
tidak mendapat akses IV, berikan ASI atau glukosa melalui pipa lambung.
Beri fenobarbital jika terjadi kejang
Atasi kejang dengan fenobarbital 20 mg/kgBB IV dalam waktu 5 menit.
Jika kejang tidak berhenti tambahkan fenobarbital 10 mg/kgBB sampai maksimal
40 mg/kgBB.
Bila kejang berlanjut, berikan fenitoin 20 mg/kgBB IV dalam larutan garam
fisiologis dengan kecepatan 1 mg/kgBB/menit.
Pengobatan rumatan:
Fenobarbital 5 mg/kgBB/hari, dosis tunggal atau terbagi tiap 12 jam secara IV
atau per oral.
Fenitoin 4-8 mg/kgBB/hari, dosis terbagi dua atau tiga secara IV atau per oral.
12
Petunjuk penggunaan
Untuk semua bayi
Untuk
Pemancar
merawat bayinya.
Untuk bayi sakit atau bayi dengan berat 1.500 g atau lebih.
panas
Inkubator
Ruangan
hangat
Umur (hari)
3
60
80
80
100
100
120
5+
120
140
150
150
1
10
2
15
3
18
Umur (hari)
4
5
22
26
6
28
7
30
jam (ml/kali)
Kebutuhan cairan elektrolit bayi (ml/kg)
Berat
badan (g)
Hari I
<1000
1000 - <1500
1500 2500
>2500
120 cc D5%
100 cc D7,5%
80 cc D10%
80 cc D10%
13
Hari II
140 cc D5%
120 cc D7,5%
100 cc D10%
90 cc D10%
Hari III
170 cc D5%
130 cc D7,5%
110 cc D10%
100 cc D10%
Hari >IV
200 cc
140-150 cc
130-150 cc
120-150 cc
Pembuatan cairan D7,5% = 93 cc (D5%) + 7 cc (D40%) = 100 cc D7,5%.
3.2
Asfiksia Neonatorum
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini disertai dengan hipoksia,
hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis. Manurut AAP dan ACOG (2004), asfiksia
perinatal pada seorang bayi menunjukan karakteristik berikut:3
1. Asidemia metabolic atau campuran (metabolic dan respiratorik) yang jelas, yaitu
pH<7, pada sampel darah yang diambil dari arteri umbilical
2. Nilai Apgar 0-3 pada menit ke-5
3. Manifestasi neurologi pada periode BBL segera, termasuk kejang, hipotonia,
koma, atau ensefalopai hipoksik iskemik
4. Terjadi disfungsi sistem multiorgan segera pada periode BBL
PATOFISIOLOGI
BBL mempunyai karakteristik yang unik. Transisi kehidupan janin intrauterine
ke kehidupan bayi ektrauterin, menunjukkan perubahan sebagai berikut: alveoli paru
janin dalam uterus berisi cairan paru. Pada saat lahir dan bayi engambil napas
pertama, udara memasuki alveoli paru dan cairan paru diabsorpsi oleh jaringan paru.
Pada napas kedua dan berikutnya, udara yang masuk alveoli bertambah banyak dan
cairan paru diabsorpsi sehingga kemudian seluruh alveoli berisi udara yang
mengandung oksigen. Aliran darah paru meningkat secara dramatis. Hal ini
disebabkan ekspansi paru yang membutuhkan tekanan puncak inspirasi dan tekanan
15
akhir ekspirasi yang lebih tinggi. Ekspansi paru dan peningkatan tekanan oksegen
alveoli keduanya, menyebabkan penurunan resistensi vascular paru dan peningkatan
aliran darah paru setelah lahir. Aliran intrakardial dan ekstrakardial mulai beralih arah
yang kemudian diikuti penutupan duktus arteriosus. Kegagalan penurunan resistensi
vascular paru menyebabkan hioertensi pulmonal persisten pada bayi baru lahir
(Persisten Pulmonary Hypertension of the Neonate), dengan aliran darah paru yang
inadekuat dan hipoksemia relative. Ekspansi paru yang inadekuat menyebabkan gagal
napas. 3
PRINSIP DASAR
Bayi dapat mengalami apnea dan menunjukan upaya pernafasan yang tidak
cukup untuk kebutuhan ventilasi paru-paru. Kondisi ini menyebabkan kurangnya
pengambilan oksigen dan pengeluaran CO2. Penyebab depresi bayi pada saat lahir ini
mencakup:4
1. Asfiksia intra uterin.
2. Bayi kurang bulan.
3. Obat-obat yang diberikan/ diminum oleh ibu.
4. Penyakit neuromuskular bawaan.
5. Cacat bawaan.
6. Hipoksia intra partum.
Asfiksia berarti hopoksia yang progresif, penimbunan CO 2 dan asidosis. Bila
proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak/ kematian.
Asfiksia juga mempengaruhi organ vital lainnya. Pada bayi yang mengalami
kekurangan oksigen akan terjadi pernafasan yang cepat dalam periode yang singkat.
Apabila asfiksia berlanjut gerakan pernafasan akan berhenti, denyut jantung juga
mulai menurun, sedangkan tonus neuromuskular berkurang secara berangsur-angsur
dan bayi memasuki periode apnea yang dikenal dengan nama apnea primer. Perlu
diketahui bahwa pernafasan yang megap-megap dan tonus otot yang juga turun terjadi
akibat obat-obat yang diberikan pada ibunya. Biasanya pemberian rangsangan dan
oksigen selama periode apnea primer dapat merangsang terjadinya pernafasan
spontan.
Apabila asfiksia berlanjut bayi akan menunjukan megap-megap yang dalam,
denyut jantung terus menurun, dan bayi akan terlihat lemas (flaccid). Pernafasan
makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apnea yang disebut apnea
sekunder, selama apnea sekunder ini denyut jantung, tekanan darah, dan kadar
oksigen dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap
16
rangsangan dan tidak akan menunjukan upaya pernapasan secara spontan. Kematian
akan terjadi kecuali apabila resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian
oksigen dimulai dengan segera. 4
Frekuensi
0
< 60x/menit
skor
1
60-80/menit
napas
Retraksi
Sianosis
Retraksi ringan
Retraksi berat
Sianosis
hilang Sianosis
menetap
Air entery
Udara masuk
dengan O2
Penurunan
Merintih
Tidak merintih
udara masuk
masuk
Dapat
didengar Dapat didengar tanpa
Pemeriksaan
2
>80/menit
walaupun diberi O2
ringan Tidak ada udara
dengan stetoskop
alat bantu
Total
1-3 : sesak napas ringan
4-5 : sesak napas sedang
6 : sesak napas berat
dalam periode yang singkat apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan
berhenti, denyut jantung juga menurun, sedangkan tonus neuromuskular berkurang
secara barangsur-angsur dan memasuki periode apnea primer. 4
Gejala dan tanda asfiksia neonatorum yang khas antara lain meliputi
pernafasan cepat, pernafasan cuping hidung, sianosis, nadi cepat.5
17
0
Tidak ada
Tidak ada
Lumpuh
< 100
Lambat
Ekstremitas fleksi
100
Menangis kuat
Gerakan aktif
Tidak bereaksi
Seluruh tubuh
sedikit
Gerakan sedikit
Tubuh kemerahan,
Refleks melawan
Seluruh tubuh
biru/pucat
ekstremitas biru
kemerahan
lengkap.
Bunyi jantung bayi menghilang post partum.
18
19
20
PENCEGAHAN
Pencegahan Secara Umum
Pencegahan terhadap asfiksia neonatorum adalah dengan menghilangkan atau
meminimalkan faktor risiko penyebab asfiksia. Derajat kesehatan wanita, khususnya
ibu hamil harus baik. Komplikasi saat kehamilan, persalinan dan melahirkan harus
dihindari. Upaya peningkatan derajat kesehatan ini tidak mungkin dilakukan dengan
satu intervensi saja karena penyebab rendahnya derajat kesehatan wanita adalah
akibat banyak faktor seperti kemiskinan, pendidikan yang rendah, kepercayaan, adat
istiadat dan lain sebagainya. Untuk itu dibutuhkan kerjasama banyak pihak dan lintas
sektoral yang saling terkait adanya kebutuhan dan tantangan untuk meningkatkan
kerjasama antar tenaga obstetri di kamar bersalin. Perlu diadakan pelatihan untuk
penanganan situasi yang tak diduga dan tidak biasa yang dapat terjadi pada
persalinan. Setiap anggota tim persalinan harus dapat mengidentifikasi situasi
persalinan
yang
dapat
menyebabkan
kesalahpahaman
atau
menyebabkan
keterlambatan pada situasi gawat. Pada bayi dengan prematuritas, perlu diberikan
kortikosteroid untuk meningkatkan maturitas paru janin.
Antisipasi Dini Perlunya Dilakukan Resusitasi pada Bayi yang Dicurigai
Mengalami Depresi Pernapasan untuk Mencegah Morbiditas dan Mortilitas
Lebih Lanjut
Pada setiap kelahiran, tenaga medis harus siap untuk melakukan resusitasi
pada bayi baru lahir karena kebutuhan akan resusitasi dapat timbul secara tiba-tiba.
Karena alasan inilah, setiap kelahiran harus dihadiri oleh paling tidak seorang tenaga
terlatih dalam resusitasi neonatus, sebagai penanggung jawab pada perawatan bayi
baru lahir. Tenaga tambahan akan diperlukan pada kasus-kasus yang memerlukan
resusitasi yang lebih kompleks.
Dengan pertimbangan yang baik terhadap faktor risiko, lebih dari separuh bayi
baru lahir yang memerlukan resusitasi dapat diidentifikasi sebelum lahir, tenaga medis
dapat mengantisipasi dengan memanggil tenaga terlatih tambahan, dan menyiapkan
peralatan resusitasi yang diperlukan.
21
DAFTAR PUSTAKA
IDAI.Klasifikasi Bayi Menurut Berat Lahir dan Masa Gestasi. Dalam: Buku Ajar
Neonatologi. Jakarta:Badan Penerbit IDAI; 2008.h.11-30
WHO. Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit. 2009. WHO: Jakarta
IDAI.Asfiksia dan Resusitasi Bayi Bayi Lahir. Dalam: Buku Ajar Neonatologi.
Jakarta:Badan Penerbit IDAI; 2008.h.103-125.
World Health Organization. Basic Newborn Resuscitation: A Practical GuideRevision.
Geneva:
World
Health
Organization;
1999.
Diunduh
dari:
www.who.int/reproductive-health/publications/newborn_resus_citation/index.html.
IDAI. Asfiksia Neonatorum. Dalam: Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2004.h. 272-276. (level of evidence IV).
American Academy of Pediatrics dan American Heart Association. Buku panduan
resusitasi neonatus. Edisi ke-5. Jakarta: Perinasia; 2006.
Parer JT. Fetal Brain Metabolism Under Stress Oxygenation, Acid-Base and Glucose.
2008. Diunduh dari: http://www.nichd.nih.gov/publications/pubs/acute/acute.cfm.
22