Teori Dasar Logging
Teori Dasar Logging
Gambar 3.1. Gambaran Skematis dari Gejala SP pada Formasi dengan Resistivity Tinggi
(Adi Harsono:Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log, Schlumberger, Edisi-8, Jakarta, 1 Mei 1997)
(3-7)
dimana:
R = tahanan formasi, ohm-m
i = intensitas arus konstan dari elektroda A, Amp
AM = jarak antara elektroda A dan M, in
= konstanta = 3.14
Jarak antara A ke M disebut spacing, dimana untuk normal log ini terdiri dari dua spacing, yaitu:
Short normal device, dengan spacing 16 inchi
Long normal device, dengan spacing 64 inchi
Pemilihan spacing ini tergantung dari jarak penyelidikan yang dikehendaki. Short normal device
digunakan untuk mengukur resistivitas pada zona terinvasi, sedang long normal device
digunakan untuk mengukur resistivitas formasi yang tidak terinvasi filtrat lumpur atau true
resistivity (Rt).
B. Lateral Log
Tujuan log ini adalah untuk mengukur Rt, yaitu resistivity formasi yang terinvasi. Skema dasar
dari lateral log device dapat dilihat pada gambar 3.4. Alat ini terdiri dari dua elektrode arus A dan
B serta dua elektrode potensial M dan N. Jarak spasi M dan N adalah 32 inch, sedang jarak A dan
O adalah 18,8 inch. Titik O merupakan titik referensi dari pengukuran terhadap kedalaman,
sedangkan elektrode B diletakkan jauh dipermukaan. Arus listrik yang konstan dialirkan melalui
elektrode A, sedangkan perbedaan potensial antara M dan N di tempatkan pada permukaan
lingkaran yang berpusat di titik A. Perbedaan potensial yang dipindahkan ke elektrode M dan N
adalah :
..................................................................... (3-8)
Persamaan (3-8) diturunkan dengan anggapan bahwa formasinya homogen dan lapisan cukup
tebal. Apabila arus yang diberikan (i) konstan maka besarnya potensial yang dicatat pada
referensi O adalah sebanding dengan besarnya resistivitas formasi (R) dengan syarat anggapan
tersebut dipenuhi dan pengaruh diameter lubang bor diabaikan.
Pada kenyataannya nilai resistivity yang dicatat oleh resistivity log adalah resistivity semu bukan
resistivity yang sebenarnya (Rt). Hal ini disebabkan pengukuran dipengaruhi oleh diameter
lubang bor (d), ketebalan formasi (e), tahanan lumpur (Rm), diameter invasi air filtrat Lumpur
(Di), tahanan zone invaded (Ri) dan uninvaded (Rt), tahanan lapisan batuan diatas dan
dibawahnya (Rs). Pembacaan yang baik didapatkan dalam lapisan tebal dengan resistivity
relative tinggi. Log ini digunakan secara optimal di dalam susunan sand dan shale yang tebal
dengan ketebalan dari 10 ft dan range resistivity optimum setara 1-500 ohm-m.
C. Induction Log
Pengukuran tahanan listrik menggunakan log resistivity memerlukan lumpur yang konduktif
sebagai penghantar arus dalam formasi. Oleh sebab itu tidak satu pun peralatan pengukuran
resistivity diatas dapat digunakan pada kondisi lubang bor kosong, terisi minyak, gas, oil base
mud dan fresh water serta udara. Untuk mengatasi ini maka dikembangkan peralatan terfokuskan
yang dapat berfungsi dalam kondisi tersebut. Rangkaian peralatan dari dasar Induction log secara
skematis dapat dilihat pada gambar 3.5.
Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut, arus bolak-balik dengan frekuensi tinggi ( 20000 cps)
yang mempunyai intensitas konstan dialirkan melalui transmitter coil yang ditempatkan pada
insulating sehingga menimbulkan arus induksi didalam formasi. Medan magnet ini akan
menimbulkan arus berputar yang akan menginduksi potensial dalam receiver coil. Coil kedua ini
ditempatkan pada mandrel yang sama dengan jarak tertentu dari coil pertama. Besarnya signal
yang dihasilkan receiver akan diukur dan dicatat di permukaan yang besarnya tergantung pada
konduktivitas formasi yang terletak diantara kedua coil tersebut. Nilai konduktifitas formasi (Cf)
berbanding terbalik dengan nilai resistivity.
Tujuan utama dari induction log adalah menghasilkan suatu daerah investigasi yang jauh didalam
lapisan-lapisan tipis untuk menentukan harga Rt. Induction log dapat diturunkan didalam semua
jenis lumpur dengan syarat sumur belum dicasing. Hasil terbaik dari induction log adalah dalam
suatu kondisi sebagai berikut, didalam susunan shale dengan Rt lebih kecil dari 100 ohm-m dan
ketebalan lapisan lebih besar dari 20 m, Rxo lebih besar dari Rt dan jika Rxo lebih kecil dari Rt
maka induction log akan kurang memberikan hasil yang memuaskan. Induction log tidak sensitif
terhadap perubahan Rt bila resistivitynya tinggi. Perbedaan resistivity sekitar 400-500 ohm-m
tidak dapat dideteksi. Kondisi yang baik untuk operasi induction log ini adalah menggunakan
lumpur yang tidak banyak mengandung garam (Rmf > Rw) serta pada formasi dengan Rt kurang
dari 100 ohm-m tapi akan lebih baik lagi jika kurang dari 50 ohm-m.
Induction log ini mempunyai beberapa kelebihan dari log-log sebelumnya, antara lain :
1. Batas lapisan dapat dideliniasikan dengan baik dan resistivity yang diukur tidak dipengaruhi
oleh batas tersebut.
2. Dalam fresh mud, pengukuran Rt hanya memerlukan koreksi yang sederhana atau tidak
memerlukan sama sekali.
3. Dapat dikombinasikan dengan SP log dan Kurva Normal sehingga dapat melengkapi informasi
yang diperoleh.
D. Laterolog (Guard Log)
Pengukuran dengan laterolog adalah untuk memperkecil pengaruh lubang bor, lapisan yang
berbatasan dan pengukuran lapisan yang tipis serta kondisi lumpur yang konduktif atau salt mud.
Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut (lihat gambar 3.6.), suatu arus Io yang konstan dialirkan
melalui elektrode Ao lewat elektrode A1 dan A2 dimana arus tersebut diatur secara otomatis oleh
kontak pengontrol sehingga dua pasang elektrode penerima M1M2 dan M1M2 mempunyai
potensial yang sama. Selisih potensial diukur diantara salah satu elektrode penerima dengan
electrode dipermukaan. Jika perbedaan antara potensial pasangan M1M2 dan M1M2 dibuat
nol, maka tidak ada arus yang mengalir dari Ao. Disini arus listrik dari Ao dipaksa mengalir
horizontal kearah formasi.
Ada beberapa jenis laterolog, yaitu jenis Laterolog 7, Laterolog 3, dan Laterolog 8. Perbedaan
dari ketiga jenis laterolog tersebut hanya terdapat pada jumlah elektrodenya, dan ketebalan
lapisan yang dideteksi berbeda. Alat ini mengukur harga Rt terutama pada kondisi pengukuran Rt
dengan Induction Log mengalami kesulitan (banyak kesalahan). Laterolog ini hanya dapat
digunakan dalam jenis lumpur water base mud. Dianjurkan pada kondisi Rt/Rm dan Rt/Rs besar
(salt mud, resistivity tinggi yaitu lebih besar dari 100 ohm-m) dan tidak berfungsi di dalam oil
base mud, inverted mud, lubang berisi gas, atau sumur sudah dicasing.
E. Microresistivity Log
Log ini dirancang untuk mengukur resistivity formasi pada flush zone (Rxo) dan sebagai
indikator lapisan porous permeable yang ditandai oleh adanya mud cake. Hasil pembacaan Rxo
dipengaruhi oleh tahanan mud cake(Rmc) dan ketebalan mud cake (hmc). Ketebalan dari mud
cake dapat dideteksi dari besar kecilnya diameter lubang bor yang direkam oleh caliper log. Alat
microresistivity log yang sering digunakan, yaitu: Microlog (ML), Microlaterolog (MLL),
Proximity Log (PL), MicroSpherical Focused Log (MSFL).
Microlog (ML)
Microlog dirancang untuk mengukur secara tepat lapisan tipis dan permeabel, karena dengan
pengukuran ini dapat ditentukan secara tepat net pay dalam suatu interval total. Pada prinsipnya
microlog menggunakan tiga electrode dengan ukuran kecil yang dipasang didalam lempeng
(pad) karet, dengan tujuan agar tetap dapat mengikuti variasi bentuk lubang bor. Alat ini
mempunyai tiga electrode yang mempunyai jarak 1 inch. Elektrode-elektrode tersebut yaitu A0,
M1, dan M2 yang dipasang pada salah satu baris pada rubber (lihat gambar 3.7.)
Pada elektrode A0 diberikan arus listrik tertentu kemudian potensialnya diukur pada elektrode
M1 dan M2 yang dicatat dipermukaan oleh Galvanometer. Pada saat pengukuran, ketiga
elektrode tersebut ditempatkan pada dinding lubang bor dengan menggunakan pegas yang dapat
dikembangkan antara 6 inch sampai 16 inch.
Ada dua sistem pengukuran yang umum dilakukan :
1. Sistem A0M1M2 yang merupakan short lateral/inverse (R1x1) dengan spacing A0O = 1
inch, dimana O adalah titik tengah antara M1 dan M2. Pada sistem ini arus listrik yang diberikan
dari Ao kemudian diukur perbedaan potensialnya pada titik antara elektrode M1 dan M2. Sistem
inverse pada intinya mengukur resistivity mud cake pada lapisan permeable.
2. Sistem A0M2 merupakan micronormal dengan spacing AM2 = 2 inch. Sistem ini mempumyai
investigasi pengukuran lebih kurang dua kali lebih jauh dari sistem A0M1M2 dan pada sistem ini
arus listrik yang diberikan dari A0 diukur perbedaan potensialnya pada M2. Micronormal
digunakan untuk mengukur resistivity dari flush zone (Rxo). Adanya mud cake inilah yang
menyebabkan terjadinya pemisahan dari kedua kurva microlog tersebut. Lapisan porous
permeable ini ditandai dengan adanya mud cake pada permukaan dinding lubang bor yang
dinyatakan oleh munculnya separasi dari dua kurva microlog.
Microlog tidak akan memberikan keterangan yang berarti jika arus yang dipancarkan hanya
berada di sekitar mud cake (short circuit). Hal ini dapat terjadi jika resistivity formasi sangat
tinggi dan tidak berfungsi pada keadaan oil base mud. Separasi dua kurva positif jika R2 >
R1x1 dan fluida hidrokarbon yang terkandung dalam batuan porous tersebut merupakan
hidrokarbon air tawar. Separasi negatif dapat terjadi jika R2 < R1x1 dan fluida yang
terkandung biasanya air asin. Bila SP log tidak menghasilkan kurva yang baik, microlog dapat
digunakan untuk menentukan letak lapisan-lapisan yang porous dan permeabel. Kriteria yang
harus dipertimbangkan agar pengukuran microlog optimum yang pertama sebagai indikator
lapisan porous permeabel didalam susunan sand-shale dengan range tahanan batuan formasi 1
200 ohm-m, porositas batuan lebih besar dari 15 %, Rxo/Rmc lebih kecil dari 15, ketebalan mud
cake kurang dari inch dan kedalaman invasi lumpur lebih besar atau sama dengan 4 inch.
Microlog juga bermanfaat dalam memperkirakan porositas, menghitung faktor formasi (F),
melokasikan lapisan permeable dan memperkirakan water-oil contact dibawah kondisi tertentu.
Dan juga mencarikan batasan yang akurat dari batas lapisan dan deliniasi dari zone produktif dan
zone non produktif. Microlaterolog (MLL) Alat ini digunakan untuk menentukan Rxo pada
batuan yang keras, dimana lumpur yang digunakan mempunyai kadar garam yang tinggi.
Sehingga dengan mengetahui Rxo maka harga F bisa ditentukan berdasarkan F = Rxo/Rmf
sehingga selanjutnya besarnya porositas efektif dapat ditentukan. MLL hanya merekam satu
kurva yaitu tahanan flush zone (Rxo). Alat ini mempunyai 4 elektrode yaitu sebuah elektrode
pusat (Ao) dan 3 elektrode cincin M1, M2, dan A1 yang letaknya konsentris terhadap Ao, seperti
yang ditunjukkan dalam gambar 3.8. Gambar 3.8. Distribusi Arus dan Posisi Elektrode MLL
didalam Lubang Bor (Adi Harsono:Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log, Schlumberger, Edisi-8,
Jakarta, 1 Mei 1997) Cara kerja MLL pada prinsipnya sama dengan laterolog, yaitu sejumlah
arus konstan Io yang diketahui intensitasnya dialirkan melalui elektrode pusat Ao dan lainnya
dialirkan melalui elektrode paling luar A1. Kemudian arus listrik secara otomatis dan kontinyu
diatur sedemikian rupa sehingga perbedaan potensial antara elektrode M1 dan M2 praktis sama
dengan nol sehingga tidak ada arus yang mengalir dari Ao tapi dari M1 dan M2. Jadi arus dari
Ao dipaksa mengalir horizontal kearah formasi. Resistivity yang diukur adalah sebanding dengan
potensial yang dicatat. MLL hanya dapat digunakan dalam kondisi water base mud khususnya
salt mud, dan tidak berfungsi didalam oil base mud, inverted emulsion mud serta keadaan lubang
bor yang terisi gas atau sudah dicasing. Jika invasi lumpur dangkal (kurang dari 4 inch) MLL
mungkin mengukur tahanan batuan zone uninvaded (Rt) karena MLL digunakan untuk daerah
penyelidikan sampai 4 inch. Ketebalan mud cake juga mempengaruhi pembacaan harga Rxo.
Proximity Log (PL) Proximity Log pada prinsipnya adalah sama dengan ML ataupun MLL, akan
tetapi PL dirancang untuk mengukur daerah yang lebih dalam lagi yaitu pada penyelidikan 16
inch dan tidak tergantung pada ketebalan mud cake yang terbentuk. Proximity Log mempunyai
beberapa karakteristik, yaitu: dapat mengukur Rxo tanpa dipengaruhi oleh mud cake sampai
ketebalan mud cake - 1 inch, mempunyai radius investigasi yang lebih besar dari ML maupun
MLL, kurang sensistif terhadap ketidakhomogenan lubang bor, biasanya alat ini diturunkan
bersama-sama dengan ML untuk mendeteksi adanya mud cake. Dalam pembacaan PL banyak
dipengaruhi oleh besarnya harga tahanan batuan zone uninvaded (Rt). Oleh karena itu harus
diadakan koreksi. Hasil pembacaan proximity log (RPL) dinyatakan dalam persamaan sebagai
berikut : RPL .... (3-9) dimana J adalah faktor
pseudogeometric dari zone invaded. Harga J merupakan fungsi dari diameter invasi (Di). Sebagai
harga pendekatan, jika Di > 40 inch harga J mendekati 1 (satu). Jika Di < 40 inch maka harga
RPL berada diantara Rxo dan Rt, biasanya lebih mendekati harga Rxo. PL akan mengukur Rt
jika invasi filtrat lumpur sangat dangkal, sehingga secara praktis harga RPL = Rt. Operasi
pengukuran dengan alat ini akan memperoleh hasil yang optimum pada kondisi batuan invaded
karbonat atau sand, range tahanan batuannya 0.5 100 ohm-m, invasi lumpur dalam, dan
ketebalan mud cake lebih kecil dari inch.
MicroSpherical Focused Log (MSFL)
MSFL biasanya di-run bersama dengan alat log induksi atau laterolog. Serupa dengan alat
microlog, pengukuran terhadap MSFL dibuat dengan sebuah bantalan elektroda khusus yang
ditekan ke dinding lubang bor dengan batuan sebuah kaliper. Pada bantalan tersebut dipasang
suatu rangkaian bingkai logam yang konsentrik (lihat gambar 3.9.) disebut elektroda yag
mempunyai fungsi memancarkan, mengfokuskan, dan menerima kembali arus istrik yang
hamper sama dengan cara kerja elektroda laterolog. Bantalan pada MSFL ini kecil dan
elektrodenya berdekatan sehingga hanya beberapa inchi dari formasi dekat lubang bor yang
diselidiki yang mengakibatkan kita mempunyai suatu pengukuran dari resistivity didaerah
rembesan. Pengukuran terhadap diameter lubang bor secara bersamaan oleh caliper yang
merupakan bagian tak terpisahkan dari alat MSFL.
Gambar 3.9. Penampang Bantalan MSFL
(Resistivity Measurement Tools, Schlumberger, October 1984)
Prinsip kerja dari neutron log adalah sebagai berikut, energi tinggi dari neutron dipancarkan
secara kontinyu dari sebuah sumber radioaktif yang ditempatkan didalam sonde logging yang
diletakkan pada jarak spacing pendek sekitar 10-18 inch dari detektor gamma ray. Pada operasi
logging, neutron meninggalkan sumbernya dengan energi tinggi, tetapi dengan cepat akan
berkurang karena bertumbukan dengan inti-inti elemen didalam formasi. Semua inti-inti elemen
turut serta dalam pengurangan energi ini, tetapi yang paling dominan adalah atom dengan massa
atom yang sama dengan neutron yaitu hidrogen. Setelah energi neutron banyak berkurang
kemudian neutron tersebut akan menyebar didalam formasi tanpa kehilangan energi lagi sampai
tertangkap dan terintegrasi dengan inti-inti elemen batuan formasi, seperti klorine dan silikon.
Inti-inti ini akan terangsang untuk memancarkan sinar gamma. Kemudian detektor sinar gamma
akan merekam radiasi sinar gamma tersebut.
Bila kerapatan dialam formasi cukup tinggi, yaitu mengandung air, minyak dan gas atau didalam
lapisan shale maka energi neutron akan diperlambat pada jarak yang sangat dekat dengan sumber
dan akibatnya hanya sedikit radiasi sinar gamma yang direkam oleh detektor. Hal ini yang
menjadi dasar hubungan antara jumlah sinar gamma per detik dengan porositas. Hubungan ini
menunjukkan apabila jumlah sinar gamma per detik cukup tinggi maka porositasnya rendah.
Proses pelemahan partikel neutron dapat dilihat pada gambar 3.11. Porositas dari neutron log ( )
dalam satuan limestone dapat dihitung dengan menggunakan persamaan dibawah ini:
...... (3-14)
dimana:
= porositas terbaca pada kurva neutron log
Terdapat beberapa jenis neutron log yang dapat digunakan, yaitu:
Thermal neutron log, digunakan secara optimal untuk formasi non shaly yang mengandung
liquid dengan porositas antara 1 % 10 %.
Sidewall neutron porosity log (SNP), yang mempunyai kondisi optimum pada formasi non
shaly yang mengandung liquid dengan porositas kurang dari 30%.
Compensated neutron log (CNL), merupakan pengembangan dari kedua alat sebelumnya.
3.1.2.3. Density Log
Tujuan utama dari density log adalah menentukan porositas dengan mengukur density bulk
batuan, disamping itu dapat juga digunakan untuk mendeteksi adanya hidrokarbon atau air,
digunakan besama-sama dengan neutron log, juga menentukan densitas hidrokarbon (h) dan
membantu didalam evaluasi lapisan shaly.
Prinsip kerja density log adalah dengan jalan memancarkan sinar gamma dari sumber radiasi
sinar gamma yang diletakkan pada dinding lubang bor. Pada saat sinar gamma menembus
batuan, sinar tersebut akan bertumbukkan dengan elektron pada batuan tersebut, yang
mengakibatkan sinar gamma akan kehilangan sebagian dari energinya dan yang sebagian lagi
akan dipantulkan kembali, yang kemudian akan ditangkap oleh detektor yang diletakkan diatas
sumber radiasi. Intensitas sinar gamma yang dipantulkan tergantung dari densitas batuan formasi.
Skema rangkaian dasar density log dapat dilihat pada gambar 3.12. Berkurangnya energi sinar
gamma tersebut sesuai dengan persamaan:
.............. (3-15)
dimana:
No = intensitas sumber energi
Nt = intensitas sinar gamma yang ditangkap detektor
= densitas batuam formasi
k = konstanta
S = jarak yang ditembus sinar gamma
Sinar gamma yang menyebar dan mencapai detektor dihitung dan akan menunjukkan besarnya
densitas batuan formasi. Formasi dengan densitas tinggi akan menghasilkan jumlah elektron
yang rendah pada detektor. Densitas elektron merupakan hal yang penting disini, hal ini
disebabkan yang diukur adalah densitas elektron, yaitu jumlah elektron per cm3. Densitas
elektron akan berhubungan dengan densitas batuan sebenarnya, b yang besarnya tergantung
pada densitas matrik, porositas dan densitas fluida yang mengisi pori-porinya. Kondisi
penggunaan untuk density log adalah pada formasi dengan densitas rendah dimana tidak ada
pembatasan penggunaan lumpur bor tetapi tidak dapat digunakan pada lubang bor yang sudah di
casing. Kurva density log hanya terpengaruh sedikit oleh salinitas maupun ukuran lubang bor.
Kondisi optimum dari density log adalah pada formasi unconsolidated sand dengan porositas 20
% - 40 %. Kondisi optimum ini akan diperoleh dengan baik apabila operasi penurunan peralatan
kedalam lubang bor dilakukan secara perlahan agar alat tetap menempel pada dinding bor,
sehingga pada rangkaian tersebut biasanya dilengkapi dengan spring.
Hubungan antara densitas batuan sebebnarnya dengan porositas dan lithologi batuan dapat
dinyatakan dalam persamaan berikut:
......... (3-16)
dimana:
b = densitas batuan (dari hasil pembacaan log), gr/cc
f = densitas fluida rata-rata, gr/cc
= 1 untuk fresh water, 1.1 untuk salt water
ma = densitas matrik batuan (dapat dilihat pada tabel III-1), gr/cc
= porositas dari density log , fraksi
Adanya pengotoran clay dalam formasi akan mempengaruhi ketelitian, oleh karena itu dalam
pembacaan b perlu dikoreksi. Sehingga persamaan dapat ditulis sebagai berikut:
.. (3-17)
dimana:
clay = densitas clay, gr/cc
Vclay = volume clay, %
3.1.3. Sonic Log
Log ini merupakan jenis log yang digunakan untuk mengukur porositas, selain density log dan
neutron log dengan cara mengukur interval transite time (t), yaitu waktu yang dibutuhkan oleh
gelombang suara untuk merambat didalam batuan formasi sejauh 1 ft. Peralatan sonic log
menggunakan sebuah transmitter (pemancar gelombang suara) dan dua buah receiver
(penerima). Jarak antar keduanya adalah 1 ft.
Bila pada transmitter dipancarkan gelombang suara, maka gelombang tersebut akan merambat
kedalam batuan formasi dengan kecepatan tertentu yang akan tergantung pada sifat elastisitas
batuan, kandungan fluida, porositas dan tekanan formasi. Kemudian gelombang ini akan
terpantul kembali menuju lubang bor dan akan diterima oleh kedua receiver. Selisih waktu
penerimaan ini direkam oleh log dengan satuan microsecond per feet (sec/ft) yang dapat
dikonversikan dari kecepatan rambat gelombang suara dalan ft/sec.
Interval transite time (t) suatu batuan formasi tergantung dari lithologi dan porositasnya.
Sehingga bila lithologinya diketahui maka tinggal tergantung pada porositasnya. Pada tabel III-2.
dapat dilihat beberapa harga transite time matrik (tma) dengan berbagai lithologi.
A. Neutron Log
Pembacaan neutron log baik SNP maupun CNL tidak hanya tergantung pada porositas tetapi juga
lithologi dan kandungan fluidanya. Oleh karena itu penentuan porositas harus mengetahui
lithologinya. Harga dari porositas neutron (N) dapat diketahui dengan menggunakan
persamaan dibawah ini (dalam limestone unit):
............................................................ (3-35)
dimana:
Nlog = porositas yang terbaca pada kurva neutron log
0.0425 = koreksi terhadap limestone formation
Lalu besarnya porositas neutron yang telah dikoreksi terhadap shale (Nc) dapat diketahui dari
persamaan dibawah ini:
................................................................... (3-36)
dimana:
Vsh = volume shale (dari GR log)
Nsh = porositas yang terbaca pada kurva neutron pada lapisan shale
B. Density Log
Dalam menentukan porositas batuan dipengaruhi juga oleh lithologi kandungan fluida batuan.
Porositas dari density log biasanya dinotasikan dengan D yang mempunyai harga sesuai
dengan persamaan dibawah ini:
................................................................................ (3-37)
Lalu besarnya porositas density yang dikoreksi terhadap shale (Dc) dapat diketahui dari
persamaan dibawah ini:
................................................................... (3-38)
dimana:
Vsh = volume shale (dari GR log)
Dsh = porositas dari kurva density pada lapisan shale
ma = densitas matrik batuan, gr/cc
b = densitas bulk yang dibaca pada kurva density untuk setiap kedalaman yang dianalisa, gr/cc
f = densitas fluida (air), gr/cc
C. Sonic Log
Dalam menentukan porositas, sonic log sama seperti pada neutron log atau density log. Harga
S dapat diketahui juga dengan menggunakan persamaan dibawah ini:
......................................................................... (3-39)
dimana:
tlog = transite time yang diperoleh dari pembacaan defleksi kurva sonik untuk setiap
kedalaman, sec/ft
tma = transite time matrik batuan, sec/ft
tf = transite time fluida (air), sec/ft
3.2.2.5. Penentuan Saturasi Air Formasi (Sw)
Ada beberapa metode yang digunakan untuk menentukan harga saturasi air formasi (Sw),
diantaranya adalah persamaan linier Archie, persamaan Indonesia, persamaan Dual Water,
persamaan Waxman-Smith, dan persamaan Simandoux. Dalam penulisan tugas akhir ini,
persamaan yang digunakan dalam menentukan saturasi air formasi adalah persamaan Indonesia,
persamaan Dual Water, dan persamaan Simandoux.
A. Persamaan Indonesia
Menentukan volume shale (Vsh)
......................................................................... (3-40)
Menentukan porositas dari neutron log
............................................................ (3-41)
................................................................... (3-42)
Menentukan porositas dari density log
................................................................................. (3-43)
................................................................... (3-44)
Menentukan porositas dari kombinasi density dan neutron log
........................................................................ (3-45)
Menentukan harga saturasi air pada flush zone (Sxo)
.............................................. (3-46)
Menentukan porositas total dan fraksi air ikat pada lapisan sand
... (3-56)
.. (3-57)
Menentukan resistivity air bebas didekat lapisan clean sand
.. (3-58)
Menentukan resistivity air ikat didekat lapisan shale
. (3-59)
Menentukan Rwa didaerah shaly sand
... (3-60)
Menentukan saturasi air total yang dikoreksi terhadap shale
. (3-61)
. (3-62)
Menentukan saturasi air formasi (Sw)
.................................................................................. (3-63)
C. Persamaan Simandoux
Menentukan Indeks Gamma Ray (IGR)
........................................................................ (3-64)
Menentukan volume shale (Vsh)
- Older rocks (consolidated):
......................................................................... (3-65)
- Tertiary rocks (unconsolidated):
..................................................................... (3-66)
Menentukan porositas terkoreksi terhadap shale:
- Porositas dari sonic log
............................. (3-67)
dimana :
tlog = interval transit time formasi, sec/ft
tma = interval transit time matriks batuan, sec/ft
tf = interval transit time fluida, sec/ft (189 sec/ft untuk fresh mud, 185 sec/ft untuk salt
mud)
tsh = interval transit time shale, sec/ft
Vsh = volume shale
- Porositas dari density log
............................................... (3-68)
dimana:
Vsh = volume shale
ma = densitas matriks batuan, gr/cc
b = densitas bulk, gr/cc
f = densitas fluida, gr/cc
sh = densitas bulk pada lapisan shale, gr/cc
- Porositas dari kombinasi neutron-density log
................................................... (3-69)
................................................. (3-70)
............................................................... (3-71)