Oleh Kelompok
Juliah 140384205041
Rachma Sakti .O 140384205070
Irfan 1403842050
Segala puji dan syukur Kami ucapkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan
kesempatan dan kesehatan kepada Kami sehingga dapat menyelesaikan makalah
tentangFlora dan Fauna (Asosiasi Pada Ekosistem Mangrove) yang merupakan salah satu
tugas yang diberikan kepada mahasiswa untuk melengkapi penilaian dalam mengikuti mata
kuliah Ekologi Mangrove semester ganjil 2016-2017
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Nur Eka Kusuma Hindrasti
S.Pd.,M,Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Ekologi Mangrove atas bimbingan dan
materi yang telah diberikan kepada Kami dalam kegiatan pekuliahan.
Andai kata dalam penyusunan makalah tentang Flora dan Fauna (Asosiasi Pada
Ekosistem Mangrove) terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, Penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar dapat memperbaiki penulisan dimasa yang akan
datang.
Penulis
1
Daftar Isi
Kata Pengantar............................................................................................................................i
Daftar Isi....................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.2 Tujuan...........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................14
Daftar Pustaka...........................................................................................................................iii
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Daerah hutan Mangrove dunia yang diperkirakan seluas 15.429.000 ha, 25 % nya
meliputi garis pantai kepulauan Karibia dan sampai 75 % meliputi daerah pantai lainnya
seperti di kawasan Amerika Selatan dan Asia. Di Indonesia sendiri luas hutan Mangrove
diperkirakan meliputi areal sekitar 4,25 juta ha atau sekitar 27 % luas Mangrove di dunia.
Kumpulan berbagai jenis pohon yang seolah menjadi garda depan garis pantai yang secara
kolektif disebut hutan Mangrove. Hutan Mangrove memberikan perlindungan kepada
berbagai organisme lain baik hewan darat maupun hewan air untuk bermukim dan
berkembang biak.
Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang
mengakibatkan kurangnya aerasi tanah; salinitas tanahnya yang tinggi; serta mengalami daur
penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup
di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah
melewati proses adaptasi dan evolusi.
1.2 Tujuan
a. Mengetahui asosiasi mangrove.
b. Mengetahui flora ekosistem mangrove.
c. Mengetahui fauna ekosistem mangrove.
1
d. Mengetahui manfaat ekosietem mangrove.
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah mangrove tidak selalu diperuntukkan bagi kelompok spesies dengan klasifikasi
taksonomi tertentu saja, tetapi dideskripsikan mencakup semua tanaman tropis yang bersifat
halophytic atau toleran terhadap garam. Tanaman yang mampu tumbuh di tanah basah lunak,
habitat air laut dan terkena fluktuasi pasang surut. Sebagai tambahan, tanaman tersebut
mempunyai cara reproduksi dengan mengembangkan buah vivipar yang bertunas (seed
germination) semasa masih berada pada pohon induknya. Mangrove adalah tanaman
pepohonan atau komunitas tanaman yang hidup di antara laut dan daratan yang dipengaruhi
oleh pasang surut. Habitat mangrove seringkali ditemukan di tempat pertemuan antara muara
sungai dan air laut yang kemudian menjadi pelindung daratan dari gelombang laut yang
besar. Sungai mengalirkan air tawar untuk mangrove dan pada saat pasang, pohon mangrove
dikelilingi oleh air garam atau air payau.
Ekosistem mangrove atau hutan mangrove adalah ekosistem hutan yang ditumbuhi
oleh berbagai jenis tanaman mangrove. Daerah dalam hutan mangrove akan tergenang saat
pantai sedang pasang, dan akan bebas dari genangan saat laut surut. Sebagai kesatuan
ekosistem, mangrove dihuni oleh banyak organisme. Adapun organisme yang dapat hidup
dalam hutan mangrove adalah organisme yang adaptif terhadap kadar mineral garam yang
tinggi dari air laut. Mereka saling berinteraksi satu sama lain untuk mencapai keseimbangan
ekosistem yang terus berlanjut.
2
2.2 Flora Asosiasi Ekosistem Mangrove
Mangrove asosiasi adalah tumbuhan yang toleran terhadap salinitas, yang tidak
ditemukan secara eksklusif di hutan mangrove dan hanya merupakan vegetasi transisi ke
daratan atau lautan, namun mereka berinteraksi dengan true mangrove. Elemen asosiasi
jarang ditemukan tumbuh didalam komunitas mangrove yang sebenarnya dan terkadang
hanya terdapat pada vegetasi terestrial, contohnya Barringtonia asiatica, Sesuvium sp,
Ipomoea sp, dan Calotropis gigantea (Tomlinson, 1994; Kitamura et al., 1997).
Tumbuhan asosiasi adalah spesies yang berasosiasi dengan hutan pantai atau
komunitas pantai dan disebarkan oleh arus laut. Tumbuhan ini tahan terhadap salinitas,
seperti Terminalia, Hibiscus tiliaceus, Thespesia, Nyamplung (Calophyllum inophyllum),
Ficus, Casuarina, beberapa polong, serta semak Aslepiadaceae dan Apocynaceae. Ke arah
tepi laut tumbuh Ketepeng (Ipomoea pescaprae), Sesuvium portucalastrum dan Salicornia
arthrocnemum mengikat pasir pantai. Spesies seperti Porteresia (Oryza) coarctata toleran
terhadap berbagai tingkat salinitas. Ke arah darat terdapat kelapa (Cocos nucifera), sagu
(Metroxylon sagu), Dalbergia, Pandanus, Hibiscus tiliaceus dan lain-lain. Komposisi dan
struktur vegetasi hutan mangrove beragam, tergantung kondisi geofisik, geografi, geologi,
hidrografi, biogeografi, iklim, tanah, dan kondisi lingkungan lainnya.
3
3. Terminalia catappa (ketapang)
Sejenis pohon tepi pantai yang rindang. Lekas tumbuh dan membentuk tajuk indah
bertingkat-tingkat. akar tunggang yang berbentuk kerucut panjang, tumbuh lurus ke
bawah, bercabang-cabang banyak sehingga memberi kekuatan yang lebih lagi kepada
batang dan juga daerah perakaran menjadi sangat luas selain itu daya serap terhadap air
dan zat makanan menjadi lebih besar.
4
6. Casuarina equisetifolia (Cemara laut)
jenis tanaman khas pantai yang potensial untuk rehabilitasi lahan dan konservasi tanah
(RLKT) pantai berpasir. Jenis ini mampu menahan angin laut dan uap air laut yang
mengandung garam, sehingga mampu mendorong perbaikan lingkungan.
5
9. Calotropis gigantea (biduri)
banyak ditemukan di daerah bermusim kemarau panjang, seperti padang rumput yang
kering, lereng-lereng gunung yang rendah, dan pantai berpasir. Permukaan atas helaian
daun muda berambut rapat berwarna putih (lambat laun menghilang), sedangkan
permukaan bawah tetap berambut tebal berwarna putih.
1 Mamalia
6
Hutan mangrove merupakan habitat tempat hidup beberapa mamalia yang sudah
jarang ditemukan. Pada saat terjadinya surut banyak monyet-monyet (Macaca irus) terlihat
mencari makanan seperti shell-fish dan kepiting sedangkan kera bermuka putih (Cebus
capucinus) memakan cockles di mangrove. Jika jumlah kera menjadi sangat banyak akan
mempengaruhi pembenihan mangrove karena komunitas ini menginjak lokasi yang memiliki
benih sehingga benih mati. Kera proboscis (Nasalis larvatus) merupakan endemik di
mangrove Borneo, yang mana ia memakan daun-daunan Sonneratia caseolaris dan Nipa
fruticans (FAO,1982) juga propagul Rhizophora. Sebaliknya, kera-kera tersebut di mangsa
oleh buaya-buaya dan diburu oleh pemburu gelap. Hewan-hewan menyusui lainnya termasuk
Harimau Royal Bengal (Panthera tigris), macan tutul (Panthera pardus) dan kijing bintik
(Axis axis), babibabi liar (Sus scrofa) dan Kancil (Tragulus sp) di rawa-rawa Nipa. Di
sepanjang selatan dan tenggara Asia ; binatang-binatang karnivora kecil seperti, musang
(Vivvera sp dan Vivverricula sp), luwak (Herpestes sp). Berang-berang (Aonyx cinera dan
Lutra sp) umum terdapat di hutan mangrove namun jarang terlihat. Sedangkan Lumba-lumba
seperti lumba-lumba Gangetic (Platanista gangetica) dan lumba-lumba biasa (Delphinus
delphis) juga umum ditemukan di sungai-sungai hutan mangrove, yaitu seperti Manatees
(Trichechus senegalensis dan Trichechus manatus latirostris) dan Dugong (Dugong dugon),
meskipun spesies-spesies ini pertumbuhannya jarang dan pada beberapa tempat terancam
mengalami kepunahan.
7
mendiami daerah berair dan daerah muara. Dua spesies buaya (Lagarto), Caiman crocodilus
(Largarto cuajipal) dapat dijumpai umum dijumpai di hutan mangrove, dan sebagai spesies
yang berada dalam keadaan waspada karena kulitnya diperdagangkan secara internasional.
Caiman acutus mempunyai wilayah geografi yang sangat luas dan dapat ditemukan di Cuba,
Pantai lautan Pasifik di Amerika Tengah, Florida dan Venezuela. Jenis buaya Cuba, seperti
Crocodilus rhombifer terdapat di Cienaga de Lanier dan bersifat endemik. Aligator Amerika
seperti Alligator mississippiensis tercatat sebagai spesies yang membahayakan di Florida
( Hamilton dan Snedaker, 1984). Buaya yang memiliki moncong panjang (Crocodilus
cataphractus) terdapat di daerah hutan bakau Afrika dan di Asia. Berbagai cara dilakukan
untuk melindungi hewan-hewan tersebut tergantung negara masing-masing misalnya di India,
Bangladesh, Papua New Guinea dan Australia mengadakan perlindungan dengan cara
konservasi, ( FAO, 1982). Sejumlah besar kadal, Iguana iguana (iguana) dan Cetenosaura
similis (garrobo) pada umumnya terdapat di hutan mangrove di Amerika Latin, dimana
mereka menjadi santapan masyarakat setempat sebagaimana juga jenis kadal yang serumpun
dengan mereka di Afrika bagian barat (Varanus salvator).
8
pemakan lebah adalah burung-burung berwarna yang biasa muncul atau kelihatan di hutan
mangrove.
9
d Ikan pengunjung musiman. Ikan-ikan yang termasuk dalam kelompok ini menggunakan
hutan mangrove sebagai tempat asuhan atau untuk memijah serta tempat perlindungan
musiman dari predator.
10
yang bertepatan dengan datangnya musim hujan atau angin musim. P. Merquiensis setelah
post larva ditemukan pada bulan November dan Desember dan setelah 3 - 4 bulan berada di
mangrove mencapai juvenile dan pada bulan Maret sampai Juni juvenile berpindah ke air
yang dangkal. Setelah mencapai dewasa atau lebih besar, udang akan bergerak lebih jauh lagi
keluar garis pantai untuk bertelur dengan kedalaman melebihi 10 meter. Waktu untuk bertelur
dimulai bulan Juni dan berlanjut sampai akhir Januari.
Molusca yang memiliki nilai ekonomis biasanya sudah jarang ditemukan di ekosistem
mangrove karena dieksploitasi secara besar-besaran. Contohnya adalah spesies Anadara sp
saat ini jarang ditemukan di beberapa lokasi ekosistem mangrove karena dieksploitasikan
secara berlebihan. Bivalva lain yang paling penting di wilayah mangrove adalah kerang darah
(Anadara granosa) dan gastropod yang biasanya juga dijumpai terdiri dari Cerithidia obtusa,
Telescopium mauritsii dan T telescopium. Kerang-kerang ini merupakan sumber daya yang
penting dalam produksi perikanan, dan karena mangrove mampu menyediakan substrat
sebagai tempat berkembang biak yang sesuai, dan sebagai penyedia pakan maka dapat
mempengaruhi kondisi perairan sehingga menjadi lebih baik. Kerang merupakan sumberdaya
penting dalam pasokan sumber protein dan sumber penghasilan ekonomi jangka panjang.
Untuk penduduk sekitar pantai menjadikan kerang sebagai salah satu jenis yang penting
dalam penangkapan di wilayah mangrove.
11
hayati (biodiversity), ekosistem mangrove juga sebagai plasma nutfah (genetic pool) dan
menunjang keseluruhan sistem kehidupan di sekitarnya. Habitat mangrove merupakan tempat
mencari makan (feeding ground) bagi hewan-hewan tersebut dan sebagai tempat mengasuh
dan membesarkan (nursery ground), tempat bertelur dan memijah (spawning ground) dan
tempat berlindung yang aman bagi berbagai juvenile dan larva ikan serta kerang (shellfish)
dari predator (Cooper, Harrison dan Ramm. ).
Jaringan sistem akar mangrove memberikan banyak nutrien bagi larva dan juvenil
ikan tersebut. Sistem perakaran mangrove juga menghidupkan komunitas invertebrata laut
dan algae. Memberikan gambaran tentang tingginya produktivitas habitat pantai bermangrove
ini, dikatakan bahwa satu sendok teh lumpur dari daerah mangrove di pantai utara
Queensland (Australia) mengandung lebih dari 10 milyar bakteri, suatu densitas lumpur
tertinggi di dunia.
Beberapa hewan tinggal di atas pohon sebagian lain di antara akar dan lumpur sekitarnya.
Walaupun banyak hewan yang tinggal sepanjang tahun, habitat mangrove penting pula untuk
pengunjung yang hanya sementara waktu saja, seperti burung yang menggunakan dahan
mangrove untuk bertengger atau membuat sarangnya tetapi mencari makan di bagian daratan
yang lebih ke dalam, jauh dari daerah habitat mangrove. Kelompok hewan arboreal yang
hidup di atas daratan seperti serangga, ular pohon, primata dan burung yang tidak sepanjang
hidupnya berada di habitat mangrove, tidak perlu beradaptasi dengan kondisi pasang surut.
(Nybakken, 1993).
Organisme mikro juga banyak sekali ditemukan pada ekosistem mangrove. Mangrove
memiliki fungsi ekologi sangat penting. Sesendok teh lumpur mangrove mengandung lebih
dari 10 juta bakteri, lebih kaya dari lumpur manapun. Bakteri ini membantu peruraian serasah
daun dan bahan organik lain, sehingga hutan mangrove menjadi sumber nutrisi penting bagi
tumbuhan dan hewan, serta ikut pula menjaga daur nutrisi pada habitat perairan pantai.
12
Perairan payau di muara sungai yang dibatasi mangrove merupakan standing stock
fitoplankton, sangat rapat didominasi oleh diatom, khususnya genus Coscinodiscus,
Pleurosigma, dan Biddulphia. Adapun zooplankton diwakili oleh hampir semua hewan
akuatik mulai dari protozoa, telur ikan, dan larva semua hewan Echinodermata. Bakteri
patogen seperti Shigella, Aeromonas, dan Vibrio dapat bertahan pada air mangrove yang
kaya nutrien, kadang-kadang tercermari bahan kimia berbahaya, pestisida, pupuk kimia,
limbah rumah tangga dan industri. Beberapa bakteri lignolitik, sellulolitik, proteolitik dan
mikroorganisme lain dapat menguraikan molekul organik yang besar seperti tanin dan
selulosa menjadi fragmen-gragmen lebih kecil yang bermanfaat. Alga tingkat tinggi biasa
ditemukan menempel pada tumbuhan mangrove, khususnya di akar penyangga dan akar
napas (pneumatofora) lainnya. Mikrobia, bakteri, fungi, dan alga hijau-biru (Cyanobacteria)
merupakan elemen tanah mangrove yang penting (Setiawan et al, 2002).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mangrove asosiasi adalah tumbuhan yang toleran terhadap salinitas, yang tidak
ditemukan secara eksklusif di hutan mangrove dan hanya merupakan vegetasi transisi ke
daratan atau lautan, namun mereka berinteraksi dengan true mangrove. Elemen asosiasi
jarang ditemukan tumbuh didalam komunitas mangrove yang sebenarnya dan terkadang
13
hanya terdapat pada vegetasi terestrial, contohnya Barringtonia asiatica, Sesuvium sp,
Ipomoea sp, dan Calotropis gigantea (Tomlinson, 1994; Kitamura et al., 1997).
14
Daftar Pustaka
Irwanto. https://irwanto.info/files/fauna_mangrove.pdf
http://www.ebiologi.com/2015/06/ekosistem-hutan-mangrove-ciri-fungsi.html
http://www.pengertianmenurutparaahli.com/pengertian-asosiasi/
http://pgsp.big.go.id/mangrove-sejati-perisai-melawan-abrasi-dan-interusi/
http://www.gardenmatrial.com/2013/01/barringtonia-asiatica-tanaman-keben.html