(MODA SPLIT)
1. UMUM
Jika akan dilakukan suatu studi transportasi disuatu daerah, terlebih dahulu
harus ditentukan daerah studi. Batas daerah studi tersebut disebut cordon line.
Pembatasan tersebut harus memasukkan daerah pembangkit arus lalulintas
(perumahan) dan penarik arus lalulintas (pertokoan, universitas, pabrik, kantor
dan sebagainnya) yang ada disekitar daerah tersebut. Daerah studi tersebut perlu
di bagi lagi dalam beberapa zone. Zone diperlukan guna menyatakan kawasan
asal maupun tujuan perjalanan (Munawar ,1995 dalam Nurbaity 1999).
Pembagian zone didasarkan pada kriteria sebagai berikut:
1. Sesuai dengan pembagian daerah pada data statistik. Dari Biro Pusat Statistik
akan didapatkan data yang digunakan untuk analisis transportasi seperti
jumlah pemilikan kendaraan, penduduk, perekonomian. Jika tiap bagian zona
tersebut mempunyai data statistik, maka akan lebih mudah mengadakan
analisis, oleh karena itu, pembagian zone biasanya berdasarkan pada batas
administratif, misalnya dibagi atas kecamatan atau kelurahan.
2. Dapat menggambarkan mengenai tata guna lahan dan jumlah perjalanan yang
terjadi, untuk itu sebaiknya pembagian zone didasarkan pada tata guna lahan
yang sama.
3. Suatu zone tidak terlalu besar atau jangan sampai memuat suatu jaringan jalan
yang sangat luas karena akan menyulitkan perkiraan arus lalulintas didalam
zone itu sendiri.
4. Suatu zone tidak terlalu kecil akan mempersulit hitungan.
5. Ukuran zone ditentukan oleh ukuran daerah survei dan type daerah tersebut.
Didalam zone itu sendiri, perlu ditentukan garis-garis pembatas
(screen line) lalulintas untuk menguji hasil prediksi. Screen line kira-kira akan
membelah dua daerah survei biasanya berupa sungai atau jalan rel tetapi bukan
jalan raya. Screen line dapat lebih dari satu misalnya dua buah yaitu satu
melintang dari utara ke selatan, sedangkan satu lagi dari barat ke timur
Menurut Morlok (1991), untuk maksud pengumpulan data, dan maksud
lainnya, perjalanan daerah studi dapat dikategorikan dalam beberapa jenis antara
lain:
1. Perjalanan eksternal yaitu, perjalanan yang berasal dari luar daerah survei
(cordon line) menuju ke dalam daerah survei.
2. Perjalanan internal yaitu, perjalanan yang asal dan tujuannya berada didalam
batas cordon line.
3. Perjalanan langsung yaitu, perjalanan yang asal dan tujuannya keluar daerah
survei tapi melalui daerah tersebut.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini:
Screen line
Perjalanan langsung
Perjalanan eksternal
Perjalanan langsung
Angkutan Umum 1
Angkutan Angkutan
Umum 1 Umum 2
Gambar 2.2 Proses Pemilihan Dua Moda (angkutan umum dan mobil)
Gambar kiri mengasumsikan pemakai jalan membuat pilihan antara bergerak dan
tidak bergerak. Jika diputuskan untuk membuat pergerakan, pertanyaannya adalah
dengan angkutan umum atau pribadi Jika angkutan umum yang dipilih,
pertanyaan selanjutnya apakah bus atau kereta api.
Gambar sebelah kanan mengasumsikan bahwa begitu keputusan menggunakan
kendaraan diambil, pemakai jalan memilih moda yang tersedia. Model pemilihan
moda yang berbeda tergantung pada jenis keputusan yang diambil. Gambar
sebelah kiri lebih sederhana dan mungkin lebih cocok untuk kondisi di Indonesia.
Akan tetapi, khusus untuk Indonesia pendekatan yang lebih cocok adalah seperti
yang diperlihatkan pada gambar 2.3
Total pergerakan
Umum Pribadi
Bus Paratransit
MS
D
D D D-MS
MS
A A A A
Model jenis II
Model jenis II sering digunakan oleh banyak kajian belakangan ini untuk
perencanaan angkutan jalan raya, bukan angkutan umum. Oleh karena itu, hal
yang terbaik yang harus dilakukan adalah mengabaikan pergerakan angkutan
umum dalam pemodelan sehingga proses sebaran pergerakan langsung
terkonsentrasi dalam pergerakan angkutan pribadi. Komentar ini dapat juga
ditujukan untuk model jenis I. Teknik utama yang digunakan dalam model jenis
II adalah penggunaan dengan kurva diversi.
Model jenis IV sering digunakan (walaupun model jenis III lebih populer
di negara barat). Model tersebut menggunakan kurva diversi, persamaan regresi
atau variasi model III. Model ini selalu menggunakan nisbah atau selisih antara
hambatan antara dua moda yang bersaing.
6. MODEL SINTETIS DALAM PEMILIHAN MODA
LogW Tij =
k
Maksimumkan (Tijk log Tijk Tijk ) (2.1)
ijk
dengan batasan T
jk
k
ij oi 0 (2.2)
Tijk Dj 0
(2.3)
jk
jk
Tijk - C = 0 (2.4)
(2.5)
1
Tij1 exp( Cij1 )
P = =
exp( Cij1 ) exp( Cij1 )
ij
Tij
(2.6)
Dimana:
1
P ij = Proporsi pergerakan dari zona asal i ke zona tujuan j dengan
menggunakan
Moda 1
k
T ij =Jumlah pergerakan dari zona i ke zona j dengan menggunakan moda k
k
C ij =Biaya pergerakan antara zona i ke zona j dengan menggunakan moda k
=Konstanta
Bentuk fungsi persamaan 2.6 dikenal dengn bentuk logit, beberapa prilaku
model tersebut adalah:
1. Menghasilkan kurva berbentuk S, mirip dengan kurva diversi empiris
2. Jika C 1 = C 2 , maka P 1 = P 2 = 0,5
3. Dapat dikembangkan untuk berbagai moda dengan :
1
exp( Cijk )
P =
exp( Cijk )
ij
k
(2.7)
Dimana :
= koefisien yang diperoleh dari hasil regresi
oi = Jumlah pergerakan yang berasal dari zona i ke zona zona yang lain
A i = Potensi yang ada di i
B j = Potensi yang ada dari
D j = Jumlah dari pergerakan yang menuju ke zona tujuan
Selanjutnya, Hyman (1969) menyimpulkan bahwa nilai bisa di cari
dengan cara empiris dengan persamaan berikut :
k
(2.8)
Cid
dengan k = 2 ~3
Cid = Rata- rata C id
C id = Biaya pergerakan dari zona i ke zona d
1
P1 = (2 .9)
1 exp 1 C2 C1
exp 1 C2 C1
P2 = 1- P1 = (2.10)
1 exp C2 C1
P1 1
1 P1 exp C2 C1 =exp C2 C1
=
(2.11)
P1
Log = C2 C1
P1
(2.12)
Keterangan P1 = Proporsi menggunakan moda 1
1 & 2 = Jenis moda yang dibandingkan
C = Parameter yang dipakai sebagaidasar perbandingan
= Koefisien yang diperoleh dari hasil regresi
= Intersept
Nilai dan dapat dikalibrasi dengan analisis regresi linier dengan sisi
kiri persamaan (2.12) berperan sebagai variabel terikat dan ( C1 dan C2 ) sebagai
variabel bebas sehingga adalah kemiringan garis regresi dan adalah
intersep. Dengan menggunakan persamaan tersebut maka akan diprediksikan
beberapa proporsi moda angkutan umum (moda 1) apabila diketahui selisih travel
costnya terhadap moda angkutan pribadi, (cost 2 -cost 1).
Persamaan regresi linier variabel ganda denga empat buah variabel bebas
ini dapat dihitung sebagai berikut:
Y = a1 X1 + a2 X2 + a3 X3 + a4 X4 + b ( 2.13)
dimana : Y = Jumlah perjalanan keluarga dalam satu hari
X1 = Jumlah anggota keluarga
X2 = Jumlah pendapatan keluarga
X3 = Jumlah kendaraan dalam keluarga
X4 = Jumlah anggota keluarga yang sudah bekerja dan atau sekolah
a1,a2,a3,a4 = Koefisien regresi dari variabel ganda
Selanjutnya dilakukan pengujian korelasi antar semua pasangan variabel
yang ditinjau dengan menggunakan persamaan regresi linier sederhana sebagai
berikut:
Y ab X (2.14)
dimana : Y = Variabel yang diramalkan
X = Variabel bebas
a = Konstanta
b = Koefisien regresi
Konstanta a dan koefisien regresi b dapat dihitung dari persamaan normal
yang sederhana , (Supranto, 1989).
Y = n a b X ( 2.15)
XY a. X b X 2
(2.16)
Dimana n Banyaknya sampel
Selanjutnya dapat disederhanakan sehingga dapat diperoleh nilai a dan
b sebagai berikut, (Dajan, 1993):
n XY X Y
b (2.17)
n X 2 X 2
a
Y b X
( 2.18)
n
(2.20)
Nilai koefesien berkisar antara 0< R 2 < 1 koefesien determinan (KD)
dinyatakan dalam prosentase KD = R 2 x 100 %
Regression Statistics
Multiple R 0.85041326
R Square 0.72320271
Adjusted R 0.44640542
Square
Standard Error 1.17642953
Observations 5
ANOVA
df SS MS F Significance F
Regression 2 7.232027 3.616014 2.6127521 0.276797
Residual 2 2.767973 1.383986
Total 4 10
ANOVA
df SS MS F Significance F
Regression 2 1.968262 0.984131 0.2450605 0.803174
Residual 2 8.031738 4.015869
Total 4 10
1
1 exp( 0.0165(0.262)
1
1 exp(0.004323)
1
1 1.00433
0.4989 0.499
49,9%
P2 1 P1
1 0.499
0.501
50.1%
exp(1 (C2 C1 ))
P2
1 exp( (C2 C1 ))
1.00433
1 0.991936
0.504 50.4%
P1 0.499
0.996
(1 P1 ) 1 0.499
P1
Log Log 0.996 0.00174
(1 P1 )
Dari perhitungan diatas menunjukkan bahwa jika kita membandingkan
moda cidomo dan sepeda maka proporsi pemilihan moda tersebut berdasarkan
model logitbiner adalah cidomo 49.9% dan sepeda 50.1%. Artinya jika seseorang
pengguna moda dihadapkan pada dua pilihan moda secara bersamaan pada saat ia
akan melakukan perjalanan, maka kedua moda tersebut memiliki peluang yang
sama untuk terpilih. Hal ini disebabkan karena tingkat utilitas dari kedua moda
hampir sama yaitu dimana nilai Cs dan Cc hampir sebanding. Dengan kata lain
jika seseorang dihadapkan pada moda cidomo dan sepeda maka, jika moda
terpilih telah ditetapkan misalnya moda sepeda maka moda cidomo tidak terpilih
atau kemungkinan seseorang menggunakan moda cidomo dan sepeda dalam
perjalananya relatif kecil.
1
P1
1 exp(1 (C2 C1 ))
1
1 exp( 0.0115(0.802 1 0.610)
1
1 exp(0.0115(1.192)
1
1 exp( 0.01371)
1
1 0.9864
0.5034 0.503
50.3%
P2 1 P1
1 0.503
0.497
49.7%
exp(1 (C2 C1 ))
P2
1 exp( (C2 C1 ))
0.9864
1 1.0301
0.4859 0.486 48.6%
P1 0.503
1.01207
(1 P1 ) 1 0.503
P1
Log Log1.01207 0.00521
(1 P1 )
Dari perhitungan diatas menunjukkan bahwa nilai C dari kedua moda yang
diperbandingkan hampir sama dan menghasilkan proporsi pemilihan moda
berdasarkan model logit-biner adalah sepeda motor 50.3% dan angkot 49.7%. Ini
berarti bahwa jika pengguna moda dihadapkan pada dua pilihan moda, pada saat
ia akan melakukan perjalanan maka kedua moda tersebut yaitu sepeda motor dan
angkot memiliki peluang yang sama untuk terpilih.
1
1 exp(0.012636)
1
1 1.01272
0.4968 0.497
49.7%
P2 1 P1
1 0.497
0.503
50.3%
exp(1 (C2 C1 ))
P2
1 exp( (C2 C1 ))
exp(0.0130(0.582 1 0.610))
1 exp(0.0889(0.582 1 0.610))
1.01272
1 0.91722
0.5282 0.528 52.8%
P1 0.497
0.988072
(1 P1 ) 1 0.497
P1
Log Log 0.988072 0.0052116
(1 P1 )
Dari perhitungan diatas menunjukkan bahwa jika kita membandingkan
moda sepeda motor dan taxi berdasarkan analisa logit biner dan dimana kedua
moda tersebut mempunyai nilai C yang hampir sama, kita akan mendapatkan
proporsi pemilihan moda sepeda motor 49.7% dan taxi 50.3%. Hasil ini
menunjukkan bahwa antara moda sepeda motor dan taxi mempunyai peluang
yang hampir sama untuk menjadi moda yang dirpilih oleh pelaku perjalanan
dalam hal ini adalah responden.
8.2.4 Model logit biner moda sepeda motor dan mobil
1
1 exp(0.004(0.890)
1
1 exp(0.00356)
1
1 1.00356
0.4991 0.499 49.9%
P2 1 P1
1 0.499
0.501
50.1%
exp(1 (C2 C1 ))
P2
1 exp( (C2 C1 ))
exp(0.004(0.5 1 0.610))
1 exp(0.0012(0.5 1 0.610))
1.00356
1 1.00106
0.50151 0.502 50.2%
P1 0.499
0.996
(1 P1 ) 1 0.499
P1
Log Log 0.996 0.001737
(1 P1 )
Dari perhitungan diatas menunjukkan bahwa jika kita membandingkan
moda sepeda motor dan mobil yang mempunyai kapasitas berbeda dan nilai
utilitas yang hampir sama yaitu untuk sepeda motor 0.500 dan mobil 0.610, kita
mendapatkan proporsi pemilihan moda berdasarkan analisa logit biner adalah
sepeda motor 49.9% dan mobil 50.1%. Ini menunjukkan bahwa moda sepeda
motor dan moda mobil mempunyai jumlah peminat yang sama sebagai moda
terpilih dari pelaku perjalanan, dalam arti pada saat ini pelaku perjalanan dapat
memilih moda sepeda motor dan pada waktu yang lain dapat memilih moda
mobil, jadi pelaku perjalanan tidak memilih kedua moda tersebut secara
bersamaan.
1
1 exp(0.0328(0.78)
1
1 exp(0.02584)
1
1 1.02591
0.4936 0.494
49.4%
P2 1 P1
1 0.494
0.506
50.6%
exp(1 (C2 C1 ))
P2
1 exp( (C2 C1 ))
exp(0.0328(0.582 1 0.802))
1 exp(0.1755(0.582 1 0.802))
1.02591
1 0.872066
0.548009 0.548 54.8%
P1 0.494
0.9763
(1 P1 ) 1 0.494
P1
Log Log 0.9763 0.010423
(1 P1 )
Dari perhitungan diatas menunjukkan bahwa jika kita membandingkan
moda angkot dan taxi yang sama-sama angkutan umum dan memiliki tingkat
utilitas yang hampir sama, maka proporsi pemilihan kedua moda tersebut
berdasarkan analisa model logit biner adalah angkot 49.4 % dan taxi 50.6 %. Ini
menunjukkan proporsi yang hampir sebanding dan berarti kedua moda tersebut
mempunyai peluang yang sama untuk menjadi moda terpilih, dalam arti jika
pelaku perjalanan sudah memilih moda angkot maka moda taxi tidak terpilih atau
sebaliknya jika pelaku perjalanan memilih moda taxi maka moda angkot tidak
terpilih, jadi kemungkinan menggunakan kedua moda dalam perjalananya relatif
kecil.
1
1 exp(0.0349(0.698)
1
1 exp(0.02436)
1
1 1.024659
0.4939 0.494
49.4%
P2 1 P1
1 0.494
0.506
50.6%
exp(1 (C2 C1 ))
P2
1 exp( (C2 C1 ))
exp(0.0349(0.5 1 0.802))
1 exp(0.0751(0.5 1 0.802))
1.024659
1 0.9489
0.52576 0.526 52.6%
P1 0.494
0.9763
(1 P1 ) 1 0.494
P1
Log Log 0.9763 0.010423
(1 P1 )
Dari perhitungan diatas menunjukkan bahwa jika kita membandingkan
moda angkot dan mobil dimana moda angkot adalah angkutan umum dan moda
mobil adalah angkutan pribadi dan keduanya mempunyai nilai C yang hampir
sama mempunyai proporsi pemilihan moda berdasrkan analisa model logit-biner
adalah 49.4 % dan mobil 50.6 %.Ini berarti bahwa kedua moda tersebut
mempunyai peluang yang sama untuk terpilih pada saat pelaku perjalanan akan
memilih moda yang akan digunakan, diantara dua moda yang ditawarkan secara
bersamaan.
1
1 exp(0.3265(0.916)
1
1 exp(0.299727)
1
1 0.74102
0.5744 0.574
57.4%
P2 1 P1
1 0.574
0.426
42.6%
exp(1 (C2 C1 ))
P2
1 exp( (C2 C1 ))
exp(0.3265(0.5 1 0.582))
1 exp(0.1457(0.5 1 0.582))
0.74102
1 1.1431
0.34576 0.346 34.6%
P1 0.574
1.3474
(1 P1 ) 1 0.574
P1
Log Log1.3474 0.1294965
(1 P1 )
Dari perhitungan diatas menunjukkan bahwa jika kita membandingkan
moda taxi dan mobil yang mempunyai utilitas, kenyamanan dan kapasitas yang
hampir sama, maka proporsi pemilihan kedua moda tersebut berdasarkan model
logitbiner adalah taxi 57.4% dan mobil 42.6 %. Ini berarti bahwa moda taxi dan
mobil mempunyai peluang yang sama untuk menjadi moda terpilih yang
digunakan oleh oleh pengguna moda pada saat ia akan melakukan perjalanan,
dengan kata lain jika pengguna moda sudah memilih taxi maka moda mobil tidak
terpilih atau pengguna moda akan menggunakan moda taxi dan mobil secara
bersamaan dalam perjalananya relatif kecil.
Lebih jelasnya hasil analisa logit-biner dari semua pasangan moda yang
diperbandingkan dapat dilihat pada tabel 5.12 sebagai berikut :
Tabel 5.12 . Hasil Analisa logit-biner pasangan moda
P1
NO PROPORSI C1 C2
Log
1 P1
P1 (%) p2 (%)
1 49.9 50.1 1.777 1.039 -0.00174
2 50.3 49.7 0.61 0.802 0.00521
3 49.7 50.3 0.61 0.582 -0.00521
4 49.9 50.1 0.61 0.5 -0.001737
5 49.4 50.6 0.802 0.582 -0.010421
6 49.4 50.6 0.802 0.5 -0.01042
7 57.4 42.6 0.582 0.5 0.12949
Sumber :Hasil Analisa Data Primer
pilihan moda menunjukkan proporsi yang hampir seragam, artinya jika seseorang
dihadapkan pada dua pilihan moda secara bersamaan pada saat akan melakukan
perjalanan maka kedua moda tersebut memiliki peluang yang sama untuk terpilih
atau digunakan. Pelaku perjalanan memandang atau menilai kedua moda yang
yang sama. Hal ini sangat tidak sesuai terutama untuk kombinasi pilihan moda
sepeda motor dengan mobil, angkot dengan mobil, angkot dengan taxi, taxi
dengan mobil dan sepeda motor dengan taxi, dengan kata lain karakteristik
angkutan umum belum memberikan pola atau ciri pelayanan yang baik sehingga
pemilih memandang angkutan umum sama baik atau sama jeleknya dengan
angkutan pribadi. Ini berarti pemerintah perlu penanganan yang lebih serius