TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Polip hidung ialah massa lunak yang mengandung banyak cairan didalam
rongga hidung, berwarna putih keabu-abuan, yang terjadi akibat inflamasi mukosa1.
Epidemiologi
Polip dapat timbul pada penderita laki-laki maupun perempuan, dari usia
anak-anak sampai usia lanjut. Bila ada polip pada anak dibawah usia 2 tahun, harus
disingkirkan kemungkinan meningokel atau meningoensefalokel1.
Etiologi
Etiologi polip hidup masih belum diketahui dengan pasti 1. Etiologi hidung
polip sangat kompleks dan tidak dipahami dengan baik. Mereka mungkin timbul
dalam kondisi inflamasi mukosa hidung (rhinosinusitis), gangguan motilitas silia atau
komposisi abnormal hidung lendir (cystic fibrosis). Berbagai penyakit yang
berhubungan dengan pembentukan polip hidung adalah:2
Patogenesis
Bila proses terus berlanjut, mukosa yang sembab makin membesar menjadi
polip dan kemudian akan turun ke rongga hidung dengan membentuk tangkai.1
Manifestasi Klinis
Keluhan yang sering terjadi pada polip adalah hidung tersumbat dan rinore 3.
Hidung yang tersumbat dari yang ringan sampai yang berat, rinore mulai yang jernih
dan purulent, disertai bersin-bersin, rasa nyeri pada hidung disertai sakit kepala di
bagian frontal1
Gejala sekunder yang dapat timbul adalah bernafas melalui mulut, suara
sengau, halitosis, gangguan tidur, dan penurunan kualitas hidup.1
1. Beberapa polip dapat terjadi pada semua usia, tetapi sebagian besar terlihat
pada orang dewasa.
2. Hidung tersumbat
3. Kehilangan sebagian atau total dari indera penciuman.
4. Sakit kepala karena sinusitis terkait.
5. Bersin dan nasal discharge karena terkait alergi.
6. Massa menonjol dari lubang hidung.
Pemeriksaan Fisik
Polip nasi yang massif dapat menyebabkan deformitas hidung luar sehingga
hidung tampak mekar karena pelebaran batang hidung1. Pada pemeriksaan rinoskopi
anterior terlihat polip halus, berkilau, massa seperti anggur berwaarna pucat ,
bertangkai, tidak mudah berdarah. Seringkali terdapat beberapa dan bilateral. Polip
dapat menonjol dari lubang hidung dan muncul merah muda dan pembuluh darah
simulasi neoplasma (Gambar 32,1). rongga hidung dapat menunjukkan discharge
purulen karena terkait radang dlm selaput lender
Pembagian stadium polip menurut Mackay dan Lund (1997)
Pemeriksaan Penunjang
Foto polos sinus paranasal (posisi Waters, AP, Caldwell dan lateral) dapat
memperlihatkan penebalan mukosa dan adanya batas udara cairan di dalam sinus,
tetapi kurang bermanfaat pada kasus polip1. Pemeriksaan tomograpi komputer (TK,
CTscan) sangat bermanfaat untuk melihat dengan jelas keadaan di hidung dan sinus
paranasal1,2. TK terutama diindikasikan pada kasus polip yang gagal diobati dengan
terapi medikamentosa, jika ada komplikasi sinusitis dan pada perencanaan tindakan
bedah terutama endoskopi.
Naso-endoskopi
Adanya fasilitas endoskopi akan sangat membantu diagnosis kasus polip yang
baru. Polip stadium 1 dan 2 kadang-kadang tidak terlihat pada pemeriksaan rinoskopi
anterior tetapi tampak dengan pemeriksaan nasoendoskopi1.
Penatalaksanaan
Tujuan utama pengobatan pada kasus polip nasi ialah menghilangkan keluhan
keluhan, mencegah komplikasi dan mencegah rekurensi polip.1
Operasi :
Polypectomy.
Satu atau dua polip yang bertangkai dapat dihilangkan dengan snare.
Beberapa dan sessile polip membutuhkan tang khusus
Intranasal ethmoidectomy.
Ketika beberapa polip dan sessile, mereka memerlukan uncapping dari sel-sel
udara ethmoidal oleh rute intranasal, prosedur yang disebut intranasal
ethmoidectomy.
Extranasal ethmoidectomy.
Hal ini ditunjukkan ketika polip kambuh setelah prosedur intranasal dan tanda
bedah yang tidak jelas karena operasi sebelumnya. Pendekatan adalah melalui
dinding medial orbit dengan sayatan eksternal, medial ke medial canthus.
Transantral ethmoidectomy.
Hal ini ditunjukkan ketika infeksi dan perubahan polypoidal juga terlihat
dalam antrum maksilaris. Dalam hal ini, antrum dibuka dengan pendekatan
Caldwell-Luc dan sel udara ethmoid didekati melalui dinding medial antrum.
Prosedur ini juga diganti dengan operasi sinus endoskopik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardi, Efiaty Arsyad dkk, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher edisi 5, FK UI, 2006
2. Dhingra, Pr. Pharinx. In : diseases of ear, nose, and throat. Philadelpia. 6th ed.
Saunders Elsevier;2014.
3. Adams, George L. Boies: buku ajar penyakit THT (Boeis fundamentals of
otolaryngology). Edisi ke-6. Jakarta: EGC 2012
4. Soetjipto, Damayanti dkk Perhimpunan dokter spesialis THT-KL Indonesia.
(PERHATI-KL). PT Bristol Myers Squibb. 2007