Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Polip hidung ialah massa lunak yang mengandung banyak cairan didalam
rongga hidung, berwarna putih keabu-abuan, yang terjadi akibat inflamasi mukosa1.

Epidemiologi

Polip dapat timbul pada penderita laki-laki maupun perempuan, dari usia
anak-anak sampai usia lanjut. Bila ada polip pada anak dibawah usia 2 tahun, harus
disingkirkan kemungkinan meningokel atau meningoensefalokel1.

Etiologi

Etiologi polip hidup masih belum diketahui dengan pasti 1. Etiologi hidung
polip sangat kompleks dan tidak dipahami dengan baik. Mereka mungkin timbul
dalam kondisi inflamasi mukosa hidung (rhinosinusitis), gangguan motilitas silia atau
komposisi abnormal hidung lendir (cystic fibrosis). Berbagai penyakit yang
berhubungan dengan pembentukan polip hidung adalah:2

1. Rinosinusitis kronis. Polip terlihat di rinosinusitis kronis alergi dan


nonallergic. Rhinitis nonallergic dengan sindrom eosinofilia (NARES) adalah
bentuk rhinitis kronis yang berhubungan dengan polip.
2. Asma. Tujuh persen dari pasien dengan asma atopik atau nonatopi
menunjuian polip hidung.
3. Intoleransi aspirin. Tiga puluh enam persen dari pasien dengan intoleransi
aspirin dapat menunjukkan polip.
4. Cystic fibrosis. Dua puluh persen dari pasien dengan cystic fibrosis bentuk
polip. Hal ini karena lendir yang abnormal.
5. Sinusitis alergi jamur. Hampir semua kasus sinusitis jamur membentuk polip
hidung
6. Sindrom kartagener. Ini terdiri dari bronkiektasis sinusitis, situs inversus dan
silia dyskinesia.
7. Young sindrom . Ini terdiri dari penyakit sinopulmonary dan azoospermia.
8. Sindrom Churg-Strauss. Terdiri dari asma, demam, eosinofilia, vaskulitis dan
granuloma.
9. Mastositosis hidung. Ini adalah bentuk rhinitis kronis di yang mukosa hidung
yang diinfiltrasi dengan sel mast tapi beberapa eosinofil. tes kulit untuk alergi
dan kadar IgE yang normal.

Patogenesis

Pembentukan polip sering diasosiasikan dengan inflamasi kronik, disfungsi


saraf otonom serta predisposisi genetic. Menurut teori Bernstein, terjadi perubahan
mukosa hidung akibat peradangan atau aliran udara yang bertubulensi, terutama di
daerah sempit di kompleks ostiomeatal. Terjadi prolapse submukosa yang diikuti oleh
reepitelisasi dan pembentukan kelenjar baru. Juga terjadi peningkatan penyerapan
natrium oleh permukaan sel epitel yang berakibat retensi air sehingga terbentuk
polip1.

Teori lain mengatakan karena ketidakseimbangan saraf vasomotor terjadi


peningkatan permeabilitas kapiler dan gangguan regulasi vascular yang
mengakibatkan dilepasnya sitokin-sitokin dari sel mast, yang akan menyebabkan
edema lama kelamaan menjadi polip.1

Bila proses terus berlanjut, mukosa yang sembab makin membesar menjadi
polip dan kemudian akan turun ke rongga hidung dengan membentuk tangkai.1

Mukosa hidung, terutama di wilayah meatus tengah dan turbinate, menjadi


edema karena koleksi cairan ekstraseluler menyebabkan perubahan polypoidal. polip
yang yang sessile di awal menjadi bertangkai karena gravitasi dan bersin berlebihan.2

Manifestasi Klinis
Keluhan yang sering terjadi pada polip adalah hidung tersumbat dan rinore 3.
Hidung yang tersumbat dari yang ringan sampai yang berat, rinore mulai yang jernih
dan purulent, disertai bersin-bersin, rasa nyeri pada hidung disertai sakit kepala di
bagian frontal1

Gejala sekunder yang dapat timbul adalah bernafas melalui mulut, suara
sengau, halitosis, gangguan tidur, dan penurunan kualitas hidup.1

1. Beberapa polip dapat terjadi pada semua usia, tetapi sebagian besar terlihat
pada orang dewasa.
2. Hidung tersumbat
3. Kehilangan sebagian atau total dari indera penciuman.
4. Sakit kepala karena sinusitis terkait.
5. Bersin dan nasal discharge karena terkait alergi.
6. Massa menonjol dari lubang hidung.

Pemeriksaan Fisik

Polip nasi yang massif dapat menyebabkan deformitas hidung luar sehingga
hidung tampak mekar karena pelebaran batang hidung1. Pada pemeriksaan rinoskopi
anterior terlihat polip halus, berkilau, massa seperti anggur berwaarna pucat ,
bertangkai, tidak mudah berdarah. Seringkali terdapat beberapa dan bilateral. Polip
dapat menonjol dari lubang hidung dan muncul merah muda dan pembuluh darah
simulasi neoplasma (Gambar 32,1). rongga hidung dapat menunjukkan discharge
purulen karena terkait radang dlm selaput lender
Pembagian stadium polip menurut Mackay dan Lund (1997)

Stadium 1 : polip masih terbatas di meatus medius


Stadium 2 : polip sudah keluar dari meatus medius tampak di rongga
hidung tapi belum memenuhi rongga hidung
Stadium 3 : Polip yang massif

Pemeriksaan Penunjang

Foto polos sinus paranasal (posisi Waters, AP, Caldwell dan lateral) dapat
memperlihatkan penebalan mukosa dan adanya batas udara cairan di dalam sinus,
tetapi kurang bermanfaat pada kasus polip1. Pemeriksaan tomograpi komputer (TK,
CTscan) sangat bermanfaat untuk melihat dengan jelas keadaan di hidung dan sinus
paranasal1,2. TK terutama diindikasikan pada kasus polip yang gagal diobati dengan
terapi medikamentosa, jika ada komplikasi sinusitis dan pada perencanaan tindakan
bedah terutama endoskopi.

Naso-endoskopi
Adanya fasilitas endoskopi akan sangat membantu diagnosis kasus polip yang
baru. Polip stadium 1 dan 2 kadang-kadang tidak terlihat pada pemeriksaan rinoskopi
anterior tetapi tampak dengan pemeriksaan nasoendoskopi1.

Penatalaksanaan

Tujuan utama pengobatan pada kasus polip nasi ialah menghilangkan keluhan
keluhan, mencegah komplikasi dan mencegah rekurensi polip.1

Operasi :

Polypectomy.
Satu atau dua polip yang bertangkai dapat dihilangkan dengan snare.
Beberapa dan sessile polip membutuhkan tang khusus
Intranasal ethmoidectomy.
Ketika beberapa polip dan sessile, mereka memerlukan uncapping dari sel-sel
udara ethmoidal oleh rute intranasal, prosedur yang disebut intranasal
ethmoidectomy.
Extranasal ethmoidectomy.
Hal ini ditunjukkan ketika polip kambuh setelah prosedur intranasal dan tanda
bedah yang tidak jelas karena operasi sebelumnya. Pendekatan adalah melalui
dinding medial orbit dengan sayatan eksternal, medial ke medial canthus.
Transantral ethmoidectomy.
Hal ini ditunjukkan ketika infeksi dan perubahan polypoidal juga terlihat
dalam antrum maksilaris. Dalam hal ini, antrum dibuka dengan pendekatan
Caldwell-Luc dan sel udara ethmoid didekati melalui dinding medial antrum.
Prosedur ini juga diganti dengan operasi sinus endoskopik.

Endoscopic sinus surgery.


Polip ethmoidal dikeluarkan dengan bedah sinus endoskopik, lebih populer
disebut bedah sinus endoskopi fungsional (FESS). Hal ini dilakukan dengan
berbagai endoskopi 0 , 30 dan 70 angulasi. Polip dapat dihapus lebih
akurat ketika sel-sel ethmoid dikeluarkan, dan drainase dan ventilasi
disediakan untuk sinus yang terlibat lainnya seperti rahang atas, sphenoidal
atau frontal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi, Efiaty Arsyad dkk, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher edisi 5, FK UI, 2006
2. Dhingra, Pr. Pharinx. In : diseases of ear, nose, and throat. Philadelpia. 6th ed.
Saunders Elsevier;2014.
3. Adams, George L. Boies: buku ajar penyakit THT (Boeis fundamentals of
otolaryngology). Edisi ke-6. Jakarta: EGC 2012
4. Soetjipto, Damayanti dkk Perhimpunan dokter spesialis THT-KL Indonesia.
(PERHATI-KL). PT Bristol Myers Squibb. 2007

Anda mungkin juga menyukai