Anda di halaman 1dari 3

Definisi Pajak

Hukum pajak, yang di sebut juga hukum fiskal, adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan
yang meliputi wewenang pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang dan
menyerahkannya kembali kepada masyarakat dengan melalui kas Negara, sehingga ia
merupakan bagian dari hukum public, yang mengatur hubungan-hubungan hukum antar Negara
dan orng-orang atau badan-badan (hukum) yang berkewajiban membayar pajak (selanjutnya
sering disebut wajib pajak)

Berikut ini di sajikan definisi dari beberapa Sarjana, yang dimuat secara kronologis

Menurut Prof. Dr. M.J.H. Smeets dalam bukunya De Economische Betekenis der Belastingen,
1951, adalah :

Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terhutang melalui norma-norma umum,
dan yang dapat di paksakan, tanpa adakalanya kontraprestasi yang dapat di tunjukkan dalam hal
yang individual; maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

Dalam bukunya ini Smeets mengakui, bahwa definisinya hanya menonjolkan fungsi budgedter
saja; baru kemudian ia menambahkan fungsi mengatur pada deinisinya.

Menurut Mr. Dr. N. J. Feeldmann, dalam bukunya De Overheidsmiddelen van Indonesia, Leiden,
1949, adalah :

Pajak adalah prestasi yang di paksakan sepihak oleh dan terhutang kepada penguasa
(menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-
mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluarkan umum. Feeldman (seperti juga halnya
dengan Seligman) berpendapat, bahwa terhadap pembayaran pajak, tidak ada kontraprestasi dari
negara. Dalam mengemukakan kritik-kritiknya terhadap definisi dari sarjana-sarjana lain seperti
Taylor, Adriani, dan lain-lain ternyata, bahwa Feeldman tidak berhasil pula dengan definisinya
untuk memberikan gambaran tentang pengertian huum pajak.

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H., dalam bukunya Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak
Pendapatan adalah
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeuaran umum, dengan penjelasan
sebagai berikut;Dapat dipaksakan artinya : bila hutang pajak tidak dibayar, hutang itu dapat
ditagih dengan menggunakan kekerasan, seperti surat paksa dan sita, dan juga penyanderaan;
terhadap pembayaran pajak, tidak dapat ditunjukkan jasa-timbal-balik tertentu, seperti halnya
dengan retribusi.

Definisinya yang kemudian dipertahankan (sebagai koreksi dari bagian pertama dari definisinya
semula) dapat disimpulkan dari uraian dalam bukunya yang berjudul Pajak dan pembangunan,
Eresco, 1974, halaman. Definisi tersebut kurang lebih berbunyi sebagai berikut :

Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai
pengeluaran rutin dan surplus-nya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber
utama untuk membiayai public investment.

PERBEDAAN PAJAK DENGAN RETRIBUSI DAN SUMBANGAN

1. RETRIBUSI
Bukan demikian halnya dengan yang dinamakan Retribusi; pada umumnya
hubungan dengan prestasi kembalinya adalah langsung. Memang ittulah yang
disengaja, sebab pembayaran tersebut memang ditujukan semata-mata oleh si pembayar
untuk mendapatkan suatu prestasi yang tertentu dari pemerintah, misalnya pembayaran
uang sekolah, uang kuliah, uang ujian, pembayaran abonemen air minum, aliran
listrik,gas, dsb. Retribusi itu berdasarkan pula atas peraturan-peraturan yang berlaku
umum, dan untuk menaatinya yang berkepentingan dapat pula dipaksa, yaitu: barang
siapa yang ingin mendapat suatu prestasi tertentu dari pemerintah, harus membayar. Cara
pembayarnya ini bermacam-macam, kadang-kadang tidak dengan uang melainkan
dengan materai, misalnya akta untuk berburu dan akta untuk menangkap ikan, bahkan
ada yang dengan memakai cara seperti pemungutan pajak-, misalnya di Netherland.
Untuk pemungutan uang sekolah orang tua atau wali murid yang berkepentingan
menerima semacam surat ketetapan pajak (AANSLAGBILJET). Dengan demikian
dapatlah dikatakan disini bahwa dari cara membayarnya saja pada umumnya tidaklah
dapat diketahui, apakah kita berhadapan dengan suatu retribusi ataupun dengan suatu
pajak.
Pasal 1 Ayat (1) PP. NO. 66/2011 menyatakan bahwa Retribusi adalah pungutan sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau
diberikan oleh pemerintah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

2. SUMBANGAN
Istilah sumbangan ini mengandung pikiran, bahwa biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk presentasi pemerintah tertentu, tidak boleh dikeluarkan dari kas umum, karena
prestasi itu tidak ditujukan kepada penduduk seluruhnya, melainkan hanya untuk
sebagian tertentu saja. Oleh karenanya, maka hanya golongan tertentu dari penduduk ini
sajalah yang diwajibkan membayar sumbangan ini. Sebagai missal dapat disebutkan
pajak Kendaraan Bermotor (Sekalipun pemungutannya dilakukan secara pajak langsung),
peneng untuk sepeda, dan lain lain, yang hasilnya ditujukan untuk pembikinandan
pemeliharaan jalan yang khususnya bermanfaat bagi para pemakai kendaraan-kendaraan
itu.
Jadi, walaupun kelihatannya hamper sama, namun sumbangan ini tidak boleh
digaduhkan dengan retribusi. Pada retribusi dapatlah ditunjuk seseorang yang
mengenyam kenikmatan kontraprestasi dari pemerintah, sedangkan pada sumbangan,
yang mendapat prestasi-kembali adalah suatu golongan.

Anda mungkin juga menyukai