BAB I
AMBANG SEBAGAI PENGUKUR DEBIT ALIRAN
I.1 Pendahuluan
Ambang atau mercu lazim digunakan sebagai pengatur aliran di sungai
dan pada saluran terbuka. Tujuanya adalah untuk mengetahui kedalaman air
pada aliran sungai yang akan digunakan bagi pengguna transportasi air /
pelayaran dan besarannya kecepatan aliran yang akan mengalir , akan tetapi
mercu umumnya digunakan untuk mengetahui debit aliran sebuah sungai atau
saluran
Banyak kasus kecepatan aliran yang melimpa diatas mercu atau ambang
tergantung pada tinggi muka air yang berada di bagian hulu sebuah aliran
terhadap mercu itu sendiri. Atau bisa juga dikatakan hubungan antara
kecepatan aliran atau debit dengan tinggi muka air yang melimpas tersebut
dikenal dengan curva debit. Walaupun demikian tinggi muka air di bagian
hilir dari mercu juga berperan mempengaruhi kondisi aliran yang terjadi.
Sehingga debit yang mengalir pada sebuah sungai dengan menggunakan
ambang atau mercu titik melulu tergantung pada tinggi muka air dibagian hulu
saja tetapi juga dipengaruhi tinggi muka air dibagian hilirnya. Jika tinggi muka
air yang ada di hulu dan dihilir ambang atau mercu maka ambang sabagai alat
ukur menjadi tidak dapat befungsi dengan baik. Mercu atau ambang tergantung
pada adanya tekanan naik (hulu) dan tekanan turun ada terjunan pada bagian
hilir.
Pada potongan arah melintang dari mercu atau ambang selalu ditentukan oleh
pertimbangan adanya gesekan yang terjadi akibat material pembentuk mercu.
Bentuk puncak mercu ada yang melengkung dan memanjang seperti tergambar
pada Gambar (I.1a) dan Gambar (I.1b). Pada mercu yang tajam seperti Gambar
(I.1c) maka aliran yang terjadi pada mercu akan terlihat membentuk
lengkungan mercu melengkung saat terjatuh kebagian hulu mercunya
(mengikuti gerakan jatuh peluru). Dalam perencanaan mercu ini baik yang
lurus maupun yang melengkung disesuaikan dengan kebutuhan (tergantung
pada kondisi) dan estetika yang diperlukan. Pada umumnya mercu tidaklah
standar terhadap panjangannya mercu, karena untuk tinggi mercu yang rendah
dan yang tinggi berbeda bentuk dan selalu digunakan untuk aliran normal.
Sedangkan untuk mercu yang tinggi akan memiliki aliran yang sangat cepat.
Bendung dengan mercunya akan berfungsi sebagai ambang akan dapat
berfungsi sebagai ambang akan dapat berfungsi sebagai mengukur kecepatan
aliran atau debit bisa berupa ambang tajam membentuk sudut yang terbuat dari
plat baja atau fiber glass yang mempunyai ketebalan tertentu atau cukup tipis.
Dapat dilihat pada Gambar I.2
Gambar I.3. Menentukan Prinsip Kerja Gerakan Aliran yang Melalui Ambang
Sesuai dengan Teori Bernouli Sebagai Persamaan Hirodinamika
Aliran
2
Pm P V
H= + Zm= N + N + Zn .......(I.2)
2g
V N2 V g2 2
H= + Z N H Z g= 2 g ( H Z N ) =V N V N = 2 g ( H Z N ) V N = 2 g(h)
2g 2g
......(I.3)
2
2
Q= ( 2. g ) B H 3 .......(I.5)
3
Sedangkan untuk ambang tajam yang berbentuk sudut atau segitiga (v)
dengan { 2 ( H h ) tan } lihat pada Gambar I.5, maka rumus debit untuk
3
8
Q=
15 ()
( 2. g ) tan
2
H2 .......(I.6)
Dari hasil teori di atas memberikan persamaan seperti persamaan (I.5) dan
persamaan (I.6) yang melimpas pada ambang tajam untuk dua type di atas.
Akan tetapi persamaan tersebut untuk aliran yang sesungguhnya agar dapat
digunakan sebagai alat ukur di lapangan maka persamaan tersebut harus
dikalikan dengan konstanta yang dikenal dengan koefisien pengaliran atau
koefisien debit (dinotasikan dengan Cd). Koefisien ini dihasilkan dengan cara
menguji ambang yang akan digunkan tersebut di laboratorium untuk
mendapatkan harga koefisien tersebut.
Proses inilah yang akan dilakukan pada percobaan yang dilaksanakan
dikenal dengan percobaan kalibrasi ambang tajam ataupun ambang lebar agar
dapat berfungsi sebagai alat ukur yang akan diletakkan pada sungai maupun
saluran yang memerlukan alat ukur debit. Percobaan kalibrasi ini untuk
mendapatkan atau mencari koefisien debit atau koefisien aliran (Cd) untuk
jenis penampang yang akan diuji. Sehingga kedua persamaan diatas menjadi
persamaan debit yang sesungguhnya sebagai seperti berikut ini ;
I-6
3
2
Untuk Segiempat Q=C D . 3 ( 2. g ) B H
2
....... (I.7)
2
8
()
Untuk Segitiga (V) Q=C D 15 ( 2. g ) tan 2 H
3
....... (I.8)
I-7
1. Pasanglah terlebih dahulu ambang yang akan diuji cobakan pada saluran
aliran yang tersedia dan menguncinya dengan baut yang telah disediakan.
2. Siapkan stop watch yang akan digunakan untuk mengatur volume aliran
yang akan mengalir pada saluran yang tersedia.
3. Pasanglah mesin pompa yang tersedia.
4. Bukalah dahulu kran untuk mengatur besar atau kecilnya aliran yang akan
mengalir pada saluran yang tersedia.
5. Hidupkan mesin pompa yang tersedia.
6. Yakinkan bahwa aliran air sudah mengalir pada saluran dengan baik.
7. Atur keran yang tersedia untuk menentukan besar atau kecilnya aliran pada
saluran (gunakan aliran yang kecil dahulu sampai dengan yang besar
sesuaikan dengan kemampuan tinggi aliran pada saluran yang tersedia agar
air tidak melimpah sampai keluar dari saluran).
8. Buka penutup pengukur volume air yang mengalir dengan mengangkat
katup bola dan rantai yang tersedia maka air akan masuk kedalam
volumetric yang tersedia.
9. Segera menggunakan stop watch untuk menentukan volume tertentu yang
akan diukur untuk mengetahui perbandingan antara volume dan waktu
(detik) dengan volume yang telah ditentukan atau disepakati oleh
pengamat atau tim.
10. Tentukan tinggi muka air yang melimpas di atas mercu dengan
menggunakan alat water level (point guage) atau mistar yang tipis dari
dasar mercu sampai dengan muka air di bagian hulu mercu.
11. Semua data tersebut diatas dimasukkan kedalam tabel yang telah tersedia.
12. Percobaan ini diulang untuk satu jenis ambang dengan berbagai variasi
debit atau aliran yang dilaksanakan.
13. Setelah selesai satu jenis ambang diuji matikan semua peralatan dan ganti
benda uji atau ambang dengan bentuk ambang yang lainnya.
14. Ulangi percobaan mulai dari nomor 1 s/d 13 dan kerjakan disesuaikan
dengan jumlah benda uji yang diberikan.
I-8
Tinggi Air
Debit Air Log H Log Q
Atas Ambang
H (cm) Q (cm/det) (cm) (cm3/det)
Ambang Segi-4 Besar
1.82 212.014 0.260 2.326
3.27 508.475 0.515 2.706
4.62 909.091 0.665 2.959
5.45 1176.471 0.736 3.071
5.85 1250.000 0.767 3.097
6.16 1428.571 0.790 3.155
Ambang Segi-3
1.78 52.174 0.250 1.717
1.83 58.708 0.262 1.769
2.5 143.541 0.398 2.157
2.95 207.612 0.470 2.317
3.35 284.360 0.525 2.454
3.58 331.492 0.554 2.520
I-9
H = 1,82 cm
cm 3 / s
Q = 212,014
Tabel I.3. Nilai H vs Q Penampang Segiempat Besar Grafik I.1. Hubungan Nilai H vs Q Penampang Segiempat Besar
I-11
Grafik I.3. Hubungan Nilai H vs Q Penampang Segitiga Tabel I.5. Nilai H vs Q Penampang Segitiga
I-12
Grafik I.4. Hubungan Nilai Log H Vs Log Q Penampang Segi Empat Besar Tabel I.6. Nilai Log H Vs Log Q Penampang
Segi Empat Besar
I-13
Grafik I.6. Hubungan Nilai Log H Vs Log Q Penampang Segi Tiga Tabel I.8. Nilai Log H Vs Log Q Penampang Segi Tiga
I-14
Tabel I.9. Hasil Analisa Pengamatan Ambang Segi Empat dan Segi Tiga
No. Harga Log K Harga K Harga n Harga Cd
1 2 3 4 5
I. Jenis Ambang Segi 4 Besar
1 1,4735 29,7481 2,1826 2,0148
2 1,0817 12,0697 1,9731 0,8175
3 0,9413 8,7367 1,9258 0,5917
4 0,8162 6,5488 1,8786 0,4435
5 0,8200 6,6074 1,8745 0,4475
6 0,7952 6,2406 1,8692 0,4227
II. Jenis Ambang Segi 4 Kecil
1 0,6178 4,1476 2,0106 0,4682
2 0,3294 2,1350 1,8945 0,2410
3 0,1824 1,5220 1,8504 0,1718
4 0,1518 1,4184 1,8304 0,1601
5 0,1157 1,3054 1,8126 0,1474
6 0,0258 1,0611 1,7932 0,1198
III. Jenis Ambang Segi 3
1 -1,3295 0,0468 2,5 0,0355
2 -1,4394 0,0364 2,5 0,0276
3 -1,2165 0,0607 2,5 0,0461
4 -1,2260 0,0594 2,5 0,0451
5 -1,2153 0,0609 2,5 0,0462
6 -1,2243 0,0597 2,5 0,0453
I-15
I.7 Kesimpulan
y = 466,01ln(x) + 176,57
R = 0,8955
y = 0,3626x + 2,7266
R = 0,9312
I.8 Saran