Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Arthritis Gout

1. Definisi

Arthritis gout adalah kelompok penyakit heterogen sebagai akibat

deposisi kristal monosodium urat pada jaringan atau akibat supersaturasi

asam urat di dalam cairan ekstraselular (Tehupeiory, 2014). Menurut

Sunarto (2009), asam urat atau arthritis gout merupakan peradangan sendi

yang disebabkan karena adanya gangguan proses metabolisme urin,

adanya gangguan fungsi ginjal, atau terlalu banyak makan makanan yang

mengandung purin. Menurut Dinesh, ......... (2012) gout atau asam urat

adalah suatu gangguan yang bermanifestasi sebagai spectrum klinis dan

patologis yang dibentuk oleh beban tubuh yang kelebihan purin atau

hiperuresemia (> 6.8 mg/dl). Arthritis gout adalah suatu peradangan sendi

sebagai manifestasi dari akumulasi endapan kristal monosodium, yang

terkumpul di dalam sendi sebagai akibat dari tingginya kadar asam urat di

dalam darah (hiperuresimia) (Helmi, 2013).

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka disimpulkan bahwa

arthritis gout adalah kelompok penyakit heterogen dimana terjadi suatu

peradangan sendi akibat dari akumulasi endapan kristal monosodium yang

disebabkan karena kelebihan purin/ hiperurisemia, adanya gangguan

proses metabolisme purin,adanya gangguan fungsi ginjal, atau terlalu

banyak makan makanan yang mengandung purin.

2. Klasifikasi

1
2

Menurut Fitriana (2015) klasifikasi arthritis gout dibagi menjadi dua

yaitu gout primer dan gout skunder. Gout primer adalah penyakit radang

sendi akibat dari peningkatan kadar asam urat darah yang lebih sering.

Seseorang dikatakan menderita gout apabila mempunyai asam urat yang

tinggi dalam darahnya, serta ditemukan pula kristal asam urat dari hasil

pemeriksaan mikroskopik. Faktor penyebab pada jenis gout primer adalah

99% diduga berkaitan dengan faktor genetik dan faktor hormonal yang

mengakibatkan gangguan metabolisme dan meningkatnya produksi asam

urat, atau bisa juga diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam

urat dari tubuh. Gout sekunder adalah penyakit radang sendi yang

disebabkan oleh meningkatnya produksi asam urat yang berasal dari

nutrisi, yakni disebabkan karena mengonsumsi makanan dengan kadar

purin yang tinggi. Penyebab dari jenis gout skunder pada umumnya adalah

bisa dari faktor kegemukan atau obesitas, kadar trigliserida yang tinggi.

Untuk penderita diabetes yang tidak terkontrol dengan baik, biasanya

terdapat kadar benda benda hasil pembuangan metabolisme lemak yang

tinggi. Hal ini juga akan menyebabkan produksi asam urat ikut meningkat.

3. Etiologi

Penyakit ini dikaitkan dengan adanya abnormalitas kadar asam urat

dalam serum darah dengan akumulasi endapan kristal monosodium urat,

yang terkumpul didalam send. Keterkaitan antara gout dengan

hiperurisemia yaitu adanya produksi asam urat yang berlebih, menurunnya

ekskresi asam urat melalui ginjal, atau mungkin karena keduanya (Helmi,

2013).
3

Menurut Muttaqin (2008) faktor predisposisi terjadinya penyakit

gout adalah usia yang umumnya pada usia pertengahan,jenis kelamin

(biasanya lebih sering terjadi pada pria dengan perbandingan 20:1), iklim

(biasanya lebih banyak ditemukan di daerah yang suhunya lebih tinggi),

dan herediter (faktor herediter dominan autosom sangat berperan sebanyak

25% disertai adanya hiperurisemia).

4. Patofisiologi

Menurut Helmi (2013) peningkatan kadar asam urat dapat

disebabkan oleh pembentukan berlebihan atau penurunan ekskresi asam

urat, ataupun keduanya. Asam urat adalah produk akhir metabolisme

purin.

Peningkatan asupan makanan yang mengandung purin akan

mingkatkan kadar asam urat dalam tubuh. Asam urat ini merupakan suatu

zat yang kelarutannya sangat rendah sehingga cenderung membentuk

kristal. Penimbunan asam urat paling banyak terdapat di sendi dalam

bentuk kristal mononatrium urat (Helmi, 2013).


Penimbunan kristal urat dan serangan yang berulang akan

menyebabkan terbentuknya endapan kapur putih yang disebut tofi / tofus

(tophus) di tulang rawan dan kapsul sendi. pada tempat tersebut endapan

akan memicu reaksi peradangan granulomatosa, yang ditandai dengan

massa urat amorf (kristal) dikelilingi oleh makrofag, limfosit, fibroblas,

dan sel raksasa benda asing. Peradangan kronis persisten dapat

menyebabkan fibrosis sinovium, erosi tulang rawandan dapat di ikuti fusi

sendi (ankilosis). Tofus dapat terbentuk di tempat lain (misalnya : tendon,


4

bursa, jaringan lunak). Pengendapan kristal asam urat dalam tubulus ginjal

dapat mengakibatkan penyumbatan dan nefropati gout (Helmi, 2013).

5. Manifestasi Klinis

Secara umum menurut Syukri (2007) tanda dan gejala penyakit gout

ini meliputi kadar asam urat serum yang meningkat, serangan nyeri yang

berkali kali dari arthritis akut yang khas disertai dengan adanya kristal

urat monosodiumdi dalam leukosit dari cairan sinovial, tophi / endapan

asam urat terutama di dalam sekitar sendi dari ekstremitas, adanya

pembekakan tidak asimetris di satu sendi dan terjadi kemerahan di sekitar

sendi, dan dalam jangka panjang menyebabkan Nefrolithiasis.

Menurut saraswati (2009), manifestasi klinis pada pasien arthritis

gout dapat dibagi menjadi beberapa empat stadium. Tahap Asimptomatik

(stadium I), biasanya ditandai dengan peningkatan kadar asam urat, tetapi

tidak dirasakan oleh penderitakarena tidak merasakan sakit sama sekali

dan tidak disertai gejala nyeri, arthritis tofi, maupun adanya batu ginjal

atau batu urat di saluran kemih. Tahap akut (stadium II), umumnya

ditandai adanya serangan radang sendi yaitu disertai rasa nyeri yang hebat,

bengkak, merah, dan terasa panas pada tungkai ibu jari kaki. Biasanya

serangan muncul pada tengah malam dan menjelang pagi hari. Tahap

interkritikal (stadium III), dimana terjadi tahap interval diantara dua

serangan akut. Biasanya terjadi setelah satu sampai sua tahun kemudian.

Tahap kronik (stadium IV) yang ditandai dengan terbentuknya tofi dan
5

deformasi atau perubahan bentuk pada sendi sendi yang tidak dapat

berubah ke bentuk semula. Pada kondisi ini, frekuensi kambuh akan

semakin sering disertai rasa sakit terus menerus yang lebih menyiksa dan

suhu badan bisa tinggi. Bila demikian, dapat menyebabkan penderita tidak

bisa berjalan atau lumpuh karena sendi menjadi kaku dan tidak bisa

ditekuk.

6. Komplikasi

Hiperurisemia dapat menyebabkan komplikasi yang amat berbahaya

bagi tubuh. Menurut ....... (tahun), komplikasi akibat hiperurisemia adalah

terjadi rusaknya persendian akibat peradangan. Komplikasi tersebut

disebabkan karena adanya akumulasi batu urat pada ginjal, sehingga

terjadi penebalan pada arteriol eferen ginjal dan akumulasi makrofag pada

dinding pembuluh darah pra glomerulus.

Komplikasi lain akibat hiperurisemia adalah timbulnya batu ginjal

(sumber). Pada orang yang menderita arthritis gout dalam kadar asam urat

yang tinggi, batu ginjal dapat berkembang. Biasanya batu ginjal tersebut

tidak terdeteksi sampai mereka terjebak dalam ureter yang menyebabkan

rasa sakit yang luar biasadan membuat seseorang sering untuk buang air

kecil. Kemudian kencing darah, mual bahkan muntah. Gejala yang klasik

juga nyeri yang intens tiba tiba dalam perut,panggul, dan daerah pangkal

paha yang cenderung datang bertubi tubi (Fitriana, 2015).

7. Penatalaksanan
6

Gout perlu dilakukan penatalaksanaan yang baik untuk memberikan

rasa nyaman sekaligus menghindari komplikasi. Penatalaksanaan arthritis

gout menurut Tehupeiory (2014) dapat dilakukan melalui pengobatan

serangan akut dengan Cholchicine 0,6 mg (pemberian oral 3 4 kali),

dengan dengan dosis maksimal 6 mg, Indomethacin 150 200 mg/hari

selama 2-3 hari dan dilanjutkan 75 100 mg/hari sampai minggu

berikutnya atau sampai nyeri berkurang. Juga dapat diberikan

kortikosteroid dan ACTH diberikan apabila kolkisin tidak efektif atau

merupakan kontraindikasi. Indikasinya adalah gout akut yang mengenai

banyak sendi (poliartikular). Pemberian Allopurinol (obat penurun asam

urat) dan obat urikosurik (tidak boleh diberikan pada stadium akut), juga

umumnya diberikan untuk menurunkan kadar asam urat dalam tubuh.

Selain dengan pengobatan, penatalaksanaan gout menurut .......

(tahun), dapat dilakukan misalnya dengan mengistirahatkan persendian

yang terkena, pemberian kompres hangat, dan diit rendah purin

8. Pencegahan

Tindakan pencegahan agar terhindar dari artritis gout perlu dilakukan

sedini mungkin. Menurut ...... (tahun), tindakan pencegahan yang efektif

dapat dilakukan dengan tidak mengonsumsi makanan yang mengandung

kadar purin yang tinggi secara berlebihan, misalnya jeroan (hati, ginjal,

babat, usus, otak, limpa, paru), makanan laut (udang, kepiting, kerang,

cumi), makanan kaleng (kornet dan sarden,), daging, telur, kacang

kacangan (termasuk olahannya : tempe, tahu, susu kedelai, emping),

sayuran (seperti bayam, kangkung, singkong, kembang kol, buncis), buah

buahan (seperti durian, alpukat, nanas, air kelapa), serta minuman atau
7

makanan yang mengandung alkohol. Selain itu banyak meminum air putih

dan berolahraga secara teratur juga dibutuhkan untuk dapat membantu

membuang purin yang ada dalam tubuh (Saraswati, 2009).

9. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan unutuk menunjang penyakit arthritis gout ini meliputi

pemeriksaan radiologi dan laboratorium. Pemeriksaan radiologi untuk

mendeteksi adanya kalsifikasi sendi dan melihat adanya erosi pada

permukaan sendi dan kapsul sendi. Sedangkan pemeriksaan laboratorium

meliputi pemeriksaan cairan sinovia untuk mengetahui adanya kristal

monosodium urat intraselular, Pemeriksaan serum asam urat meningkat >

7 mg/dL, Urinalisis 24 jam untuk mendeteksi resiko batu asam urat, dan

Pemeriksaan kimia darah untk mendeteksi fungsi ginjal, hati,

hipertrigliseridemia, tingginya LDL, dan adanya diabetes melitus

(Helmi,2013).

10. Patways

Terlampir

B. Konsep Nyeri

1. Definisi nyeri

Asosiasi Internasional untuk penelitian nyeri (International

Association for The Study of Pain - IASP) (1994) mendefinisikan nyeri

sebagai pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan

yang berhubungan dengan kerusakan jaringan yang actual, atau potensial

akan menyebabkan kerusakan jaringan. Menurut Zakiyah (2015), nyeri


8

adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan,

persepsi nyeri seseorang sangat ditentukan oleh pengalaman dan status

emosionalnya dan bersifat sangat pribadi dan subjektif serta respon yang

diterima berbeda beda tiap individu.

Berdasarkan pengertian tersebut maka yang dimaksudkan nyeri

adalah .................

2. Karakteristik nyeri artritis gout

Nyeri pada gout memiliki karakteristik yang khas dibandingkan

dengan nyeri yang lain. Ciri khas nyeri arthritis gout ini adalah muncul

secara tiba tiba nyeri seperti terbakar dan bengkak kemerahan, hangat dan

terasa kaku pada sendi yang diserang. Pada umumnya menyerang pada jari

terlebih dahulu, tetapi tidak menutup kemungkinan bisa terjadi dimana

saja. Biasanya nyeri ini muncul pada malam hari atau pada saat bangun

tidur. Apabila udara dingin menyerang, maka rasa nyeri akan muncul di

persendian kaki, sendi terasa kaku dan tidak dapat digerakkan. Hal ini juga

dapat mengakibatkan aktivitas sehari hari menjadi terganggu (Fitriana,

2015).

3. Tujuan strategi penatalaksanaan nyeri

Adapun tujuan dalam penatalaksanan manajemen nyeri dalam dunia

keperawatan adalah Menghilangkan rasa nyeri dan kekakuan, menjaga dan

meningkatkan mobilitas sendi, membatasi kerusakan fungsi, menjaga atau

meningkatkan mobilitas sendi, mempertahankan dan meningkatkan

kualitas hidup (Fitriana, 2015).


9

4. Penanganan nyeri farmakologis

Penanganan nyeri farmakologis menurut Fitriana (2015) adalah :

a. NSAID (Non Steroid Anti Inflammantory Drugs)

Naproxen, Piroxicam dan Diclofenac merupakan golongan NSAID

yang umum digunakan dalam mengurangi nyeri dan memberikan

rasa nyaman bagi penderita arthritis gout.

b. Allopurinol berfungsi untuk menghentikan produksi asam urat dalam

tubuh, menghambat pembentukan tofus, dan memperkecil tofus yang

sudah terbentuk

c. Probenesid dan sulfinpirazone (urikosurik) berfungsi membantu

menurunkan kadar asam urat dengan cara membuang asam urat

melalui urin.

d. Kortikosteroid

5. Penanganan nyeri non farmakologis

Penangan nyeri non farmakologis merupakan strategi esensial

dalam pengananan gout. Tujuan utama terapi ini adalah untuk

menghentikan serangan akut, mencegah serangan ulang secara

mendadak, dan mencegah komplikasi yang berkaitan dengan deposit

kristal asam urat yang telah kronis (Fitriana,2015).

Manajemen nyeri nonfarmakologi sangat beragam. Banyak

literature yang membicarakan mengenai teknik-teknik peredaan nyeri

tersebut. Berikut nyeri cara non farmakologis untuk mengatasi arthritis

gout :

a. Kompres dingin
10

Penggunaan kompres dingin diharapkan dapat meningkatkan

relaksasi otot otot yang kaku, mengurangi arus lokal,

mempersempit pembuluh darah, dan mengurangi perdarahan serta

edema. Kompres dingin dapat menimbulkan efek analgesik dengan

memperlambat kecepatan sel saraf, sehingga impuls nyeri yang

mencapai otak lebih sedikit.

Namun, kompres dingin yang mengenai jaringan dalam waktu

yang cukup lama akan menyebabkan refleks vasokonstriksi, yakni

ketidakmampuan sel menerima aliran darah dan nutrisi yang kuat

dan menimbulkan iskemia jaringan. Kulit akan terlihat kemerahan,

kemudian menjadi agak ungu kebiruan disertai mati rasa dan nyeri

seperti terbakar akibat dingin yang ekstrem (Fitriana,2015).

b. Kompres Hangat

Kompres hangat dilakukan untuk memberikan rasa nyaman pada

persendian yang nyeri. Adapun efek pemberian panas terhadap tubuh

antara lain dapat meningkatkan aliran darah ke tubuh yang

mengalami cedera, meningkatkan pengiriman leukosit dan antibiotik

ke daerah luka, meningkatkan relaksasi otot dan mengurangi nyeri

akibat otot otot yang kaku, meningkatkan aliran darah, serta

meningkatkan pergerakan zat sisa dan nutrisi.

Selain itu, kompres hangat dapat menimbulkan efek vasodilatasi

pembuluh darah sehingga meningkatkan aliran darah.peningkatan

aliran darah ini dapat menyingkirkan produk inflamasi.kompres

hangat juga dapat merangsang saraf saraf yang menutup transisi

ilmu nyeri ke medulla spinal dan otak dapat dihambat

(Fitriana,2015)
11

Kompres panas dapat memberikan rasa hangat pada daerah

tertentu dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan

hangat pada bagian tubuh yang memerlukan . Tindakan ini selain

melancarkan sirkulasi darah juga untuk menghilangkan rasa sakit,

serta memberikan ketenangan dan kenyamanan pada klien.

Pemberian kompres ini dilakukan pada radang persendian,

kekejangan otot, kembungdan pada saat kedinginan (Zakiyah,2015).

c. Diet

Diet adalah cara yang tepat untuk menurunkan kadar asam urat.

Sebaiknya, diet diawali hanya pada saat inflamasi telah terkendali

secara total, karena diet yang terlalu ketatakan memperparah

hiperurisemia dan menyebabkan serangan gout. Sebagian dari asam

urat dalam tubuh didapat dari asupan makanan yang mengandung

purin, sedangkan diet ketat purin memang sangat sulit untuk

dihindari.

C. Konsep Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang tekumpul dan tinggal di suatu tempat

dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Jhonson, 2010).

Keluarga adalah hubungan individu yang memiliki ikatan

(perkawinan, darah, adopsi,emosional atau kesepakatan) yang tinggal

dalam satu rumah (jika terpisah tetap memperhatikan satu sama lain) dan

memiliki peran dan tugas masing masing serta saling berinteraksi satu

sama lain untuk menciptakan dan mempertahankan budaya dan


12

meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggotanya

(Padila,2012).

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh

kebersamaan dan kedekatan emosional serta mengidentifikasi dirinya

sebagai bagian dari keluarga (Friedman,2010)

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang di ikat oleh hubungan

darah, perkawinan, atau adopsi yang hidup bersama atau jika terpisah

mereka tetap memperhatikan satu sama lain yang saling berinteraksi satu

sama lain dan mempunyai peran masing masing bertujuan untuk

menciptakan, mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan

fisik, psikologis dan sosial anggota (Harmoko,2012).

2. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman (2010) lima fungsi dasar keluarga adalah sebagai

berikut.

a. Fungsi afektif (fungsi mempertahankan kepribadian) :

Memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa, memenuhi

kebutuhan psikologis anggota keluarga

b. Fungsi sosialisasi dan status sosial : Memfasilitasi sosialisasi

primer anak yang bertujuan menjadikan anak sebagai anggota

masyarakat yang produktif, serta memberikan status pada anggota

keluarga.

c. Fungsi reproduksi : untuk mempertahankan kontinuitas keluarga

selama beberapa generasi dan untuk kelangsungan hidup

masyarakat.
13

d. Fungsi ekonomi : Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan

alokasi efektifnya.

e. Fungsi keperawatan kesehatan : menyediakan kebutuhan fisik

makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan.

3. Struktur Keluarga

Struktur keluarga menurut Padila (2012) menggambarkan bagaimana

keluarga melaksanakan fungsi keluarga dimasyarakat. Ada beberapa

strukur keluarga yang ada di Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam

diantaranya adalah:

a. Patrilineal

Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.

b. Matrilineal

Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam

berbagai generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ibu.

c. Matrilokal

Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu.

d. Patrilokal

Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ayah.

e. Keluarga Kawin

Hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan

beberapa sanak saudaranya yang menjadi bagian keluarga karena

adanya hubungan dengan suami istri.

4. Ciri-ciri struktur keluarga

Ciri-ciri struktur keluarga menurut Padila (2012) adalah:


14

a. Terorganisir : saling berhubungan, saling ketergantungan antara

anggota keluarga.

b. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka

juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan

tugasnya masing-masing.

c. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga memiliki

peranan dan fungsinya masing-masing.

Salah satu pendekatan dalam asuhan keperawatan keluarga adalah

pendekatan structural fungsional. Struktur keluarga menyatakan

bagaimana keluarga disusun atau bagaimana unit-unit ditata dan saling

terkait satu sama lain. Beberapa ahli meletakkan struktur pada bentuk atau

tipe keluarga, namun ada juga yag memandang struktur keluarga yang

menggambarkan subsistem-subsistemnya sebagai dimensi struktural

(Padila, 2012).

5. Tipe Keluarga

Tipe dan bentuk keluarga menurut Friedman (2010) mencangkup

keluarga inti(single earner dan dual earner), keluarga adopsi, keluarga

asuh, keluarga tanpa anak, extended family, keluarga orangtua tunggal,

dewasa lajang yang tinggal sendiri, keluarga orangtua tiri, keluarga

binuklear (keluarga yang terbentuk setelah perceraian yaitu anak dari

sebuah sistem keluarga yang terdiri dari dua rumah tangga inti), cohabiting

family(pasangan kumpul kebo), dan keluarga homoseksual.

6. Peran Keluarga
15

Menurut Padila (2012) peran keluarga terbagi menjadi 2, yaitu peran

formal dan peran informal.

a. Peran formal keluarga

1) Peran parenteral dan perkawinan.

Terdapat 6 peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagai

suami dan istri, yakni peran sebagai penyedia, pengatur rumah

tangga, perawatan anak, rekreasi, persaudaraan, terapeutik

(memenuhi kenutuhan efektif pasangan),dan seksual.

2) Peran-peran dalam keluarga

Peran-peran keluarga saat ini banyak mengalami perubahan.

Sebagai contoh, wanita saat ini tidak semata-mata menjadi ibu

rumah tangga, namun wanita sekarang banyak yang menjadi

wanita karier .begitu juga dengan laki-laki.

3) Peran seksual perkawinan

Dahulu pria memiliki hak untuk menentukan kegiatan seksual,

tetapi tidak merasa mempunyai kewajiban memberi kepuasan

pada istrinya.Namun saat ini wanita juga berhak mendapatkan

kenikmatan hubungan seksual sehingga sifat peran untuk

keduanya berubah.

4) Peran ikatan keluarga

Sampai saat ini wanita berperan sebagai penerus keturunan dan

peran sebagai pengikat hubungan keluarga dengan memelihara

komunikasi dan memantau perkembangan keluarga.

5) Peran Kakek / nenek

Fungsi simbolis kakek / nenek sebagai figur semata-mata hanya

hadir dalam keluarga, bertindak sebagai pengawal keluarga,


16

menjadi hakim atau negoisator antara anak dan orang tua,

menjadi partisipan dalam sejarah keluarga.

b. Peran informal keluarga

Peran-peran informal untuk memenuhi kebutuhan emosional

atau menjaga keseimbangan keluarga. Peran ini memiliki

tuntutan yang berbeda, tidak terlalu didasarkan pada usia, jenis

kelamin, namun lebih didasarkan pada personalitas anggota

keluarga.

7. Tugas-tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan

Sesuai dengan tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga,

keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya

dan saling memelihara. Menurut Harmoko (2012) tugas kesehatan

keluarga meliputi mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya,

membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat, memberi perawatan

pada anggota keluarga yang sakit, mempertahankan suasana rumah yang

sehat, dan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.

D. Asuhan Keperawatan keluarga

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahapan seorang perawat mengumpulkan

informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya.

Menurut Harmoko (2012) hal hal yang perlu dikaji adalah sebagai

berikut :

a. Data umum yang berisi nama keluarga, umur, alamat, dan telepon

jika ada, pendidikan kepala keluarga, komposisi yang terdiri atas


17

nama, jenis kelamin, tanggal lahir atau umur, hubungan setiap

anggota keluarga, tempat, pendidikan dan genogram (geogram

keluarga dalam 3 generasi), tipe keluarga, suku Bangsa, agama,

status sosial ekonomi keluarga, aktivitas rekreasi keluarga,

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga. Tahapannya yaitu tahap

perkembangan keluarga saat ini, tahap perkembangan keluarga yang

belum terpenuhi, Riwayat keluarga inti, dan riwayat keluarga

sebelumnya.

c. Pengkajian lingkungan. Dapat berupa karakteristik rumah,

karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tiggal, mobilitas

geografis keluarga, perkumpulan keluarga dan interaksi dengan

masyarakat, serta sistem pendukung keluarga.

d. Struktur keluarga meliputi pola komunikasi keluarga, struktur

kekuatan keluarga, struktur peran dan struktur nilai atau norma

keluarga.

e. Fungsi keluarga meliputi fungsi afektif, sosialisasi, fungsi perawatan

kesehatan, fungsi reproduksi, dan fungsi ekonomi.

f. Stressor dan koping keluarga. Adapun stresor ini dibagi menjadi dua,

stresor jangka pendek (memerlukan penyelesaian dalam waktu

kurang lebih 6 bulan) dan stresor jangka panjang (memerlukan

penyelesaian lebih dari 6 bulan).

g. Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga . metode

yang digunakan pada pemeriksaan ini tidak berbeda dengan

pemeriksaan fisik di klinik

h. Harapan Keluarga. pada akhir pengkajian, perawat menanyakan

harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.


18

Selain pengkajian terhadap keluarga pentung juga dilakukan

pengkajian nyeri. Untuk mendapatkan pengkajian secara komprehensif

dapat menggunakan pendekatan alternatif berdasarkan hierarki of pain

measures.Berikut pengkajian nyeri menurut Zakiyah (2015) :

a. Mengkaji laporan nyeri dari pasien. Laporan nyeri dari pasien

merupakan indikator yang dapat diandalkan untuk nyeri. Pada pasien

dengan kondisi khusus, nyeri dapat dilaporkan menggunakan

beberapa metode, seperti Wong Baker Scale / Descriptor Scale,

skala verbal, dan lain lain.

b. Mencari penyebab nyeri.

c. Mengamati tanda tanda perubahan perilaku (misalnya ekspresi

wajah menangis, gelisah, dan perubahan dalam aktivitas).

d. Evaluasi indikator fisiologis

e. Melakukan percobaan analgesik untuk mengonfirmasi adanya nyeri

dan untuk mengembangkan rencana perawatan dasar jika nyeri

diyakini ada.

Selain itu, pengkajian nyeri menurut JCAHO (Joint Commission on

Accreditation of Healthcare Organization) yaitu : P (Provoking incident)

adalah faktor pencetus atau penyebab nyeri. Dapat meringankan maupun

memperberat nyeri, Q (Quality / Quantity) karakteristik dan deskripsi nyeri

yang dirasakan seseorang, R (Region / Relief) regio yang mengalami

nyeri. Biasanya dapat ditunjukkan menggunakan gambar, S (Saverity)

kekuatan dari nyeri dengan menggunakan skala nyeri, dan T (Time) waktu

timbul nyeri dan periode (durasi) nyeri yang dirasakan.

2. Diagnosa Keperawatan
19

Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan masalah yang

didapat dari data data pengkajian yang berhubungan dengan etiologi

yang berasal dari data pengkajian fungsi perawatan keluarga. Diagnosa

mengacu pada rumusan PES (Problem, etiologi, simptom) dimana

etiologi menggunakan pendekatan lima tugas keluarga yang

menggambarkan pohon masalah. Tipologi dari diagnosa keperawatan

keluarga terdiri dari diagnosa keperawatan keluarga aktual (terjadi

defisit/gangguan kesehatan), risiko (ancaman kesehatan) dan keadaan

sejahtera (wellness) (Padila, 2012).

Setelah data di analisis, kemungkinan perawat menentukanlebih

dari satu masalah. Mengingat keterbatasan kondisi dan sumber daya yang

dimiliki keluarga maupun perawat, maka masalah masalah tersebut

tidak dapat ditangani secara sekaligus. Oleh karena itu, perawat

kesehatan masyarakat dapat menyusun prioritas masalah kesehatan

keluarga. Menurut Bailon dan Maglaya (1978), perioritas masalah

kesehatan keluarga dengan menggunakan proses skoring sebagai berikut.

NO Kriteria skor bobot

1 Sifat masalah
Skala : Aktual 3
Risiko 2 1
Keadaan sejahtera/ diagnosis sehat 1
20

2 Kemungkinan masalah dapat diubah


Skala : Mudah 2
Sebagian 1 2
Tidak dapat 0

3 Potensi masalah untuk dicegah


Skala : Tinggi 3
Cukup 2 1
Rendah 1

4 Menonjolnya masalah
Skala :
Masalah dirasakan dan harus segera 2
1 1
ditangani
0
Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani
Masalah tidak dirasakan

Skoring :

1) Tentukan skor untuk setiap kriteria


2) Skor dibagi dengan makna tertinggi dan kalikanlah dengan
bobot

3) Jumlah skor untuk semua kriteria, skor tertinggi adalah 5,

sama dengan seluruh bobot.

Salah satu diagnosa pada arthritis gout yang sering muncul menurut

Muttaqin (2008).

a. Nyeri berhubungan dengan peradangan sendi, penimbunan kristal

pada membran sinovia, tulang rawan artikular, erosi tulang rawan,

poliferasi sinovia.
21

3. Intervensi Keperawatan

Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan,

mencakup tujuan umum dan khusus, rencana intervensi serta dilengkapi

dengan rencana evaluasi yang memuat criteria dan standar. Tujuan

dirumuskan secara spesifik, dapat diukur (Measurable), dapat dicapai

(achievable), rasional dan menunjukkan waktu (SMART). Rencana

intervensi ditetapkan untuk mencapai tujuan (Padila, 2012).

Intervensi untuk mengatasi nyeri menurut Zakiyah (2015) adalah

sebagai berikut :

a. Kaji nyeri secara komprehensif meliputi pengkajian lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas nyeri, faktor

presipitasi, efek nyeri terhadap fisiologi tubuh, dan kualitas

hidup.

b. Observasi tingkat nyeri dengan menggunakan skala ukur

seperti numerik, visual analogi scale, dan deskriptif.

c. Berikan kesempatan klien untuk mengungkapkan pengalaman

nyeri sebelumnya, keefektifan manajemen nyeri dan respon

analgesik termasuk efek samping.

d. Minta klien untuk mengidentifikasi kenyamanan yang

diinginkan, tingkat nyeri, tujuan melaporkan nyeri dan bentuk

aktifitas yang diperlukan.

e. Jika klien tidak dapat melaporkan nyeri kaji kondisi atau cari

penyebab nyeri, observasi perilaku yang mengindikasikan

nyeri, dan evaluasi indikator fisik.

f. Hindarkan rasa sakit saat pelaksanaan prosedur jika

memungkinkan.
22

g. Ajarkan pada klien untuk menurunkan nyeri non-invasif

menggunakan, relaksasi, stimulasi kulit, distraksi, dan masih

banyak lagi.

h. Rencanakan periode istirahat di antara waktu beraktifitas.

i. Bantu perawatan diri dan ambulasi.

j. Tentukan penggunaan obat yang tepat untuk menurunkan

intensitas nyeri.

k. Kolaborasi untuk mendapatkan resep analgesik sesuai sesuai

indikasi.

l. Berikan opioid oral atau intravena sesuai dengan saran dokter.

m. Hindari pemberikan obat pereda nyeri melalui intramuskular

(IM).

n. Diskusikan dengan klien tentang dosis obat, everdosis, dan

efek kecanduan terhadap opioid.

o. Pada saat klien dapat menoleransi analgesik melalui oral

gunakan berikan analgesik melalui oral.

p. Minta klien untuk mendeskriptifnya tentang nafsu makannya,

kebutuhan eliminasi urin, istirahat tidur

4. Pelaksanaan

Pelaksanaan atau implementaasi adalah serangakaian tindakan

perawat pada keluarga berdasarkan intervensi sebelumnya. Tindakan

perawatan terhadap keluarga mencakup dapat berupa :

a) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai maslah

dan kebutuhan kesehatan


23

b) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat

c) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga

d) Mebantu keluarga menemukan cara bagaimana membuat lingkungan

e) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang

ada (Padila, 2012).

5. Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan SOAP

(subyektif, obyektif, analisa dan planning ). Evaluasi keperawatan pada

asuhan keperawatan nyeri pada pasien arthritis gout dilakukan penilaian

kemampuan dalam merespon rangsangan nyeri. Dicapainya kriteria hasil

seperti pasien melaporkan adanya penurunan nyeri, mampu

mempertahankan fungsi fisik dan psikologis, mampu menerapkan

metode yang telah diajarkan untuk mengurangi nyeri.

Evaluasi terhadap asuhan keperawatan juga dilakukan dengan

melakukan penilaian tingkat kemandirian keluarga. Pada saat pengkajian,

kemandirian keluarga dikaji sebelum diberikan tindakan keperawatan,

sedangkan pada saat evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat

kemandirian keluarga setelah tindakan keperawatan keluarga (Padila,

2013).
24

Pathway

Genetik Sekresi asam urat Produksi asam urat yang


yang berkurang berlebih

Gangguan
metabolisme purin

Gout

Hiperuresemia dan serangan sinovitas


akut berulang-ulang

Penimbunan kristal urat monohidrat


monosodium

Penimbunan asam urat di korteks dan Penimbunan kristal pada membaran


reaksi inflamasi pada ginjal sinovial dan tulang rawan artikular

Terjadi hialinisasi dan Erosi tulang rawan, proliferasi sinovial, dan


fibrosis pada glomelurus pembentukan panus

Degenerasi tulang rawan sendi


Pielonefritis, skleorosis arteriolar, atau
nefritis kronis
Terbentuk tofus dan fibrosis serta ankilosis

Terbentuk batu asam urat, gagal ginjal pada tulang

kronis, hipertensi, dan sklerosis Perubahan bentuk tubuh pada


tulang sendi
Nyeri Hambatan mobilitas fisik Ansietas
Gangguan konsep
diri, citra diri

Gambar 2.1. Pathway arthritis gout


Sumber : (muttaqin, 2008)
25

CATATAN
a. PERHATIKAN TATACARA PENULISAN SESUAIKAN
DENGAN BUKU PANDUAN...
b. UNTUK SUMBER SAYA SARANKAN MENGGUNAKAN
SUMBER PRIMER.... BUKAN SI A (2010) DALAM SI B
(2012)
c. DISUSUN DENGAN NARASI ARTINYA TIDAK
MENGGUNAKAN SUB-SUB BAB MISALNYA tanda-tanda
gout adalah: a)..... b)... dst... seharusnya bisa langsung dibuat
narasi .... menurut A (2010), tanda-tanda gout
meliputi ....., ......, .........
d. Sistematikanya disusun sebagai berikut:
- Gout (pengertian, tanda, gejala, penatalaksanaan secara
farmakologis dan non farmakologis.... dst) path way...
- Nyeri (pengertian, tanda, cara pengkajian, nyeri pada gout,
penatalaksanaan secara non farmakologis.....)
- Askep keluarga klien nyeri pada gout (pengertian keluarga,
tipe, dst; pengkajian sd. evaluasi (khusus ini seharusnya
sudah difokuskan pada nyeri..... bukan gout secara
umum......)
-

Anda mungkin juga menyukai