Anda di halaman 1dari 5

Nama Obat Penggolongan

Bentuk Penggolongan menurut


No Gambar Obat Rute Penggunan berdasarkan Fungsi
Obat Pemerintah
dalam Terapi

1 Sistematis Tablet
Oral, glibenklamid akan Obat Keras, (Tanda Fase Farmakokinetik:
5-Chloro-N-(2-{4-
lebih efektif bila diminum khusus pada kemasan Glibenklamid dengan
[(cyclohexylcarbamoyl)
30 menit sebelum dan etiket). cepat diserap dan secara
sulfamoyl]phenyl}ethyl)-
makan. Obat ini cepat (KEPMENKES RI, luas terikat pada protein
2-methoxybenzamide
diserap dalam saluran 1986). Glibenklamid plasma, namun tidak
(www.chemspider.com)
pencernaan, memiliki sebagai golongan obat mudah dipindahkan oleh
http://health.detik.com
waktu paruh sekitar 4 keras harus dibeli di obat-obat asam. Obat ini
Dagang:
jam (Suherman, 2007). apotek dengan resep diekskresikan melalui
Glibenclamide, Vorbet,
Pola kerja obat berlainan Dokter sebagai urin dan empedu.
Glidanil 5,
dengan sulfonilurea yang permintaan tertulis (www.medicines.org.uk).
glibenklamide
lain yaitu dengan single- kepada Apoteker, akan Selain itu pada tahap
dose pagi hari mampu meningkatkan risiko metabolism terjadi
menstimulasi sekresi adanya efek samping penghambatan sitokrom
insulin pada setiap obat dan interaksi P450 (CYP3A4),
pemasukan glukosa dengan obat penyakit sehingga kerja
(selama makan) (Tjay lain atau obat lain yang glibenklamid bertambah
dan Rahardja, 2007). mungkin digunakan jika panjang (Pekthong et al.,
2007).
pemberian informasi
Fase Farmakodinamik:
kepada pasien tidak
interaksi sinergis dan
dilakukan sesuai
sistem fisiologis pada
standar pelayanan
reseptor ATP-sensitive K
kefarmasian di apotek.
channel yang
meningkatkan sekresi
insulin (Wibudi et al.,
2008)
2. Sistematis: Tablet Fase Farmakokinetik:
Oral, karena simetidin Sama seperti
1-Cyano-3-methyl-2-(2- salut proses metabolisme
dapat dicerna secara glibenklamid, simetidin
{[(4-methyl-1H- selaput simetidin terjadi sekitar
cepat dalam saluran juga termasuk obat
imidazol-5- 30% oleh hati dan
cerna, kadar plasma keras yang harus dibeli
yl)methyl]sulfanyl}ethyl) sisanya dikeuarkan tanpa
tertinggi dicapai dalam 1 dengan resep dokter.
guanidine perubahan oleh ginjal
jam bila diberikan dalam Jika pemberian tidak
(www.chemspider.com) (Deglin, 2004). Absorbsi
keadaan lambung sesuai standar
simetidin diperlambat
kosong dan 2 jam bila pelayanan kefarmasian
Dagang: oleh makanan sehingga
diberikan bersama-sama di apotek, maka akan
Benomet, Cimetidin, cimetidin diberikan
dengan makanan meningkatkan risiko
Cimexol, Decamet, bersama atau segera
www.goapotik.com (Siswondono dan adanya efek samping
Gastricon, Lexamet, setelah makan dengan
Soekardjo, 1995) dan interaksi dengan
Omekur, Priocid, maksud untuk
Ramet, Sanmetidin, memperpanjang efek
obat penyakit lain atau
Selestidin, Tidifar, pada periode paska
obat lain.
Ulcumet makan. Absorpsi
(pionas.pom.go.id) terutama terjadi pada
menit ke 60 -90.
Cimetidin masuk
kedalam SSP dan
kadarnya dalam cairan
spinal 10-20% dari kadar
serum. 40% dari dosis
oral diekskresi dalam
bentuk asal dalam urin.
Masa paruh eliminasi
sekitar 2 jam
(Ganiswarna, 1995)

Fase Farmakodinamik:
Simetidin adalah
penghambat reseptor H2
secara selektif dan
reversible. Simetidin
dapat menghambat
sekresi cairan lembung
akibat rangsangan obat
muskarinik atau gastrin.
Simetidin mengurangi
volume dan kadar ion
hydrogen cairan
lambung. Penurunan
sekresi asam lambung
mengakibatkan
perubahan pepsinogen
menjadi pepsin menurun
(Ganiswarna, 1995)
Deglin JH. 2004. Daviss Drug Guide for Nurses. EGC: Jakarta.
Ganiswarna SG. 1995 Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.
[KEPMENKES RI] Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 1986. Keputusan Menteri Kesehatan No 02396/A/SK/VIII/86 tentang Tanda Khusus
Obat Keras Daftar G. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Petkhong D., Martin H., Abadie C., Bonet A., Heyd E., Mantion G., Richert L. 2007. Differential Inhibition of Rat and Human Hepatic Cytochrome P450 by
Andrographis paniculata Extract and Andographolide. Journal of Ethnopharmacology. Missouri: Elsevier inc., 155,4332-4340.
Siswandono dan Soekardjo. 1995. Kimia Medisinal. Surabaya: Penerbit Airlangga University Press.
Suherman SK. 2007. Insulin dan Antidiabetik Oral. Dalam: Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran
UI.
Tjay, TH., Rahardja K. 2007. Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan Efek-efek Sampingnya. Edisi VI. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Wibudi A., Kiranadi B., Manalu W., Winarto A., Suyono S. 2008. The Traditional Plant, Andrographis paniculata (Sambiloto), Exhibits Insulin-Releasing
Actions in Vitro. http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/402086368.pdf
www.medicines.org.uk
http://health.detik.com
www.chemspider.com
www.goapotik.com

Anda mungkin juga menyukai