Tabel 1 Perbandingan Kualitas Air di Sungai Musi, Air di PDAM Tirta Musi dengan
Baku Mutu Air Minum.
Berdasarkan tabel 1 terlihat jelas kualitas air sungai Musi, muara dari Sungai
Ogan, sangat tidak baik untuk diminum. Hal ini menunjukkan juga bahwa air
sungai Ogan bukan berupakan air yang dapat diminum. Itulah sebabnya air
Sungai Ogan yang merupakan sumber air baku pembuatan air minum pada
PDAM Ogan perlu diproses terlebih dahulu untuk menjadi air yang dapat
diminum.
Gambar 1 Denah tempat pengolahan Air di PDAM Ogan.
Proses pengolahan air baku menadi air bersih yang bebas dari bakteri penyakit
melalui beberapa tahapan proses, yaitu pengolahan secara fisik, kimia, dan
bakteriologi. Pengolahan secara fisik yaitu pengolahan yang bertujuan untuk
mengurangi kotoran yang relatif besar yang terdapat di dalam air baku dengan
menggunakan filter. Proses pengolahan secara kimia, yaitu proses pengolahan air
baku dengan menggunakan zat kimia Alumunium Sulfat Al 2(S04)3 sesuai dosis,
biasanya berkisar antara 17 sampai 21 ppm (sesuai dengan tingkat kekeruhan air
biasanya meningkat bila musim hujan atau bila kekeruhan tinggi), dengan
tujuan untuk mengikat kotoran kecil yang terkandung didalam air sehingga
terbentuk gumpalan-gumpalan kecil yang mana sering disebut dengan proses
koagulasi. Gumpalan-gumpalan itu akan bersatu dan membentuk flok-flok dan
mudah terpisah dengan air, yang mana proses ini disebut flokulasi. Proses
pengolahan baktereologi, yaitu proses pengolahan yang bertujuan membunuh
bakteri yang ada didalam air bersih dengan jalan membubuhkan kaporit atau gas
chlor (Cl2). (Hesyandi; 2015)
PDAM Ogan memproduksi air 950 L/s setiap hari. Proses pengolahan air tersebut
sebagai berikut:
Gambar 8 Jar test untuk menentukan kekeruhan air sebelum diinjeksikan Al 2(SO4)3
Gambar 10 Bak proses pengadukan (Hitam), koagulasi (Merah), dan flokulasi (Biru).
Note: pada proses Flokulasi luas permukaan lebih lebar dari koagulasi karena
diharapkan pada akhir dari flokulasi terbentuk flok-flok yang lebih besar dan berat
dari sebelumnya dengan memanfaatkan aliran yang lambat.
4. Proses Sedimentasi
Pada proses ini, air yang telah menjalani proses flokulasi akan dialirkan ke
bak Sedimentasi. Proses
sedimentasi ini memanfaatkan Gambar 11 tempat terjadinya proses flokulasi
kekuatan gravitasi untuk
membersihkan air. Flok-flok yang
terbentuk pada proses flokulasi sebelumnya akan ditarik oleh gravitasi untuk
mengendap di bagian bawah air. Flok yang lebih berat akan mengendap lebih
dahulu dari yang lebih ringan. Hasil akhir yang diharapkan dari proses ini
adalah air yang berkurang kekeruhannya dan yang bening.
Bak air yang begitu besar mengakibatkan aliran air pada proses ini sangat
lambat sekali. Hal ini diharapkan agar flok-flok yang terbentuk pada proses
flokulasi sempat mengendap sebelum mencapai tahap selanjutnya.
Gambar 13 Air pada Bak Sedimentasi. Catatan: kekeruhan pada air terlihat berkurang
5. Proses Filtrasi
Proses Filtrasi dilakukan untuk menyaring sisa flok yang tidak tersedimentasi
pada proses sedimentasi. Proses ini menggunakan Pasir quarsa (80 cm) dan
coral (20 cm) sebagai penyaringnya. Pada proses ini, semua zat dan partikel
maupun kotoran yang masih tertinggal akan disaring sehingga hasil akhir dari
air ini adalah air yang jernih yang siap untuk disimpan dalam reservoir.
Tetapi, sebelum masuk ke proses filtrasi, air yang telah melewati proses
sedimentasi akan melalui proses aerasi terlebih dahulu. Hal ini dilakukan
supaya air bercampur dengan udara dan logam berat akan terpisahkan dari air.
Setelah di filtrasi, air yang sudah jernih dan sudah disaring tadi akan di
netralkan terlebih dahulu keasamannya (akibat Al2(SO4)3) dengan
menggunakan Ca(OH)2 masuk ke dalam tangki reservoir dan di injeksikan
lagi klorin untuk siap didistribusikan ke pelanggan.