Faizal
Widyaiswara Madya LPMP Sulawesi Tengah
Abstract
PENDAHULUAN
Penjaminan dan peningkatan mutu pendidik dan tenaga
kependidikan (PTK) diperlukan data dan hasil analisis data yang akurat
sebagai bahan pengambilan kebijakan agar sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi lapangan. Kebutuhan akan data yang akurat menjadi sebuah
keharusan. Karena itu, diperlukan sistem pendataan yang cermat dan
sistematis sehingga diperoleh data yang akurat secara efisien dan cepat.
Implementasi UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, PP No. 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, PP No. 74 Tahun 2008
tentang Guru, Permendiknas yang mengatur lebih lanjut tentang 8 Standar
Nasional Pendidikan memerlukan pemetaan data dan hasil analisis secara
komprehensif sehingga kebijakan yang diambil akan lebih sinkron dan
tepat sasaran sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP).
1
Tingkat satuan pendidikan yang mempunyai aset sumber daya PTK
memiliki peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Sesuai
dengan Undangundang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, PP No. 19 tahun 2005 maka pendidik dan tenaga kependidikan
harus selalu dikembangkan dan ditingkatkan kompetensinya agar dapat
meningkatkan mutu pendidikan. Sejalan dengan itu, guru sebagai tenaga
profesional seperti yang dijelaskan dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen pasal 2, dan pengakuan tersebut telah dideklarasikan
oleh Presiden Republik Indonesia pada 2 Desember 2005 bahwa guru
sebagai tenaga profesional yang setara dengan dokter, akuntan, notaris,
dan hakim. Konsekuensi dari pengakuan tersebut adalah peningkatan
kemampuan dan kompetensi secara berkelanjutan, seperti peningkatan
kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi yang berimplikasi pada
meningkatnya mutu lulusan dan kesejahteraan.
Kenyataan menunjukkan bahwa pemahaman dan penerapan
kegiatan penjaminan mutu (Quality assurance) dan peningkatan mutu
(Quality improvement) pada tingkat satuan pendidikan, dinas pendidikan
kabupaten/kota, dinas pendidikan provinsi, dan lembaga-lembaga lain
yang ikut bertanggungjawab terhadap pendidikan masih rendah. Hal ini
nampak pada tingkat pengetahuan dan pemahanan terhadap QA dan QI
yang minim. Pendapat dan harapan PTK yang menyatakan bahwa
kegiatan peningkatan mutu di tingkat satuan pendidikan, dinas pendidikan
di daerah dan provinsi sangat kurang. Sebaliknya, kegiatan di LPMP
umumnya peserta sangat antusias, senang, dan pertanyaan tentang isu
pendidikan yang terkini melalui media informasi antara PTK dengan LPMP
sangat intens.
Faktor penyebab munculnya masalah tersebut antara lain: belum
dilaksanakan secara maksimal PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (SNP) dan Permendiknas yang menjadi yang
mencakup 8 SNP; belum tersosialisasinya Permendiknas No. 63 tahun
2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP); belum
2
nampak program QA dan QI di tingkat satuan pendidikan, dan dinas
pendidikan daerah dan provinsi; kemitraan antara LPMP dengan tingkat
satuan pendidikan belum maksimal; beban penjaminan mutu pendidikan
sepenuhnya tanggung jawab LPMP; program kerja LPMP belum
memenuhi kebutuhan tingkat satuan pendidikan; komunikasi dan
keterbukaan mengenai penjaminan mutu yang belum maksimal dengan
tingkat satuan pendidikan; adanya kesenjangan eselonisasi jabatan antara
LPMP, dinas pendidikan daerah dan provinsi; aktivitias kegiatan
peningkatan kompetensi kelompok guru baik di sekolah, daerah maupun
di provinsi tidak maksimal; penganggaran alokasi dana pendidikan di
daerah melalui APBD I dan APBD II belum mencapai 20%.
Indikasi tersebut sangat berdasar dan teridentifikasi dengan jelas
melalui rembug pendidikan daerah, rapat koordinasi dan sinkronisasi
program LPMP, rapat sosialisasi program, observasi, monitoring dan
evaluasi, maupun diskusi PT&K dengan LPMP baik secara kelembagaan
maupun antar person.
PERMASALAHAN
Berdasarkan uraian tersebut, maka LPMP digugat untuk lebih
memiliki peran penting dalam menjalankan tugas dan fungsi sesuai
dengan kewenangannya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di
daerah. Di sisi lain keberadaan LPMP sesuai namanya yakni Lembaga
Penjaminan Mutu Pendidikan sering diperbincangkan oleh mitra dan
publik di daerah sehingga memunculkan berbagai topik sebagai berikut:
1. Apa tugas, fungsi dan peran LPMP?
2. Siapa yang menjadi sasaran program LPMP?
3. Apa program penjaminan mutu yang telah dilakukan LPMP?
4. Bagaimana peran penjaminan mutu LPMP di Provinsi Sulawesi
Tengah?
TUJUAN
3
Tujuan yang ingin dicapai melalui tulisan ini adalah untuk lebih
memperjelas pemahaman masyarakat mengenai:
1. Tugas, fungsi dan peran LPMP.
2. Sasaran program LPMP.
3. Program penjaminan mutu yang telah dilakukan LPMP.
4. Peran penjaminan mutu LPMP di Provinsi Sulawesi Tengah.
MANFAAT
Tulisan ini diharapkan akan membawa manfaat untuk lebih
memperkenalkan keberadaan LPMP Provinsi Sulawesi Tengah di
kalangan masyarakat dan lembaga atau dinas lainnya untuk lebih
mengetahui peran dan fungsi lembaga ini di masyarakat.
4
c. Supervisi satuan pendidikan dasar dan menengah termasuk
TK,RA atau bentuk lain yang sederajat dalam pencapaian
standar mutu pendidikan nasional.
d. Fasilitasi sumber daya pendidikan terhadap satuan
pendidikan dasar dan menengah termasuk TK, RA atau bentuk
lain yang sederajat dalam penjaminan mutu pendidikan.
3. Peran Umum dan Khusus LPMP
Peran Umum LPMP berdasarkan perundangan nasional, LPMP
memainkan peranan yang penting dalam pengimplementasian
penjaminan mutu, khususnya pada komponen Penjaminan Mutu dan
Analisis Mutu. Untuk mencapai hal ini, harus dapat membanguan kerja
sama yang kuat dengan kabupaten/kota, dan memberikan keahlian dan
dukungan kepada kabupaten untuk membantu dalam
mengimplementasikan SPMP. Sedangkan peran khusus LPMP adalah:
a. Membantu kabupaten mengimplementasikan proses SPMP fasilitasi
dan pelatihan;
b. Membangun kapasitas tenaga kependidikan untuk penjaminan mutu;
c. Membantu propinsi dan kabupaten untuk menganalisa data dan
mempersiapkan laporan;
d. Mereviu, memonitor dan melaporkan implementasi SPMP dan data
kabupaten/ propinsi dan mempersiapkan laporan untuk Depdiknas/
Depag; dan
e. Mengatur, memonitor, dan mengevalusai penggunaan dan dampak
dari block grant, dengan P4TK dan kabupaten.
PEMBAHASAN
A. Profil Tingkat Satuan Pendidikan dan PT&K sebagai Sasaran
Program dan Kegiatan LPMP
5
Berdasarkan hasil analisis data LPMP Provinsi Sulawesi Tengah
per 30 Desember 2009 menggunakan Software NUPTK R93 tentang profil
tingkat satuan pendidikan dan PT&K sebagai mitra dan sasaran program
adalah sebagai berikut:
1. Rasio Guru Per tingkat Sekolah
Rasio guru pertingkat sekolah merupakan analisis untuk melihat
kesiapan sekolah di setiap tingkat pendidikan untuk memberikan
pembelajaran kepada siswa. juga memperlihatkan kesiapan pendidik
dalam menyukseskan program ketuntasan belajar tingkat dasar dan
menengah.
Tabel 1. Rekapitulasi Jumlah Guru Berdasarkan Kabupaten
dan Tingkat Sekolah Negeri dan Swasta
Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2009
TINGKAT SEKOLAH
NO KAB/KOTA JUMLAH
TK/RA SD/MI SMP/MTs SMA/MA SMK SLB
BANGGAI
1 148 1,843 640 258 60 0 2,949
KEPULAUAN
2 DONGGALA 571 2,941 894 284 96 0 4,786
3 POSO 499 2,675 852 417 149 18 4,610
4 BANGGAI 459 3,366 1,144 552 203 0 5,724
5 BUOL - KAB. 191 1,535 396 154 81 4 2,361
6 TOLI TOLI 138 1,888 641 220 191 0 3,078
7 MOROWALI 344 2,505 635 264 63 0 3,811
PARIGI
8 370 3,099 1,031 449 50 3 5,002
MUOTONG
9 TOJO UNA-UNA 220 1,678 425 160 113 2 2,598
10 SIGI 422 2,706 960 368 76 40 4,572
11 PALU 733 2,566 1,598 930 534 31 6,392
JUMLAH 4,095 26,802 9,216 4,056 1,616 98 45,883
6
SMK sejumlah 1,616 serta SLB sebanyak 98 guru. Hal ini berkorelasi
dengan jumlah sekolah di setiap jenjang pendidikan. Jumlah sekolah di
Sulawesi Tengah berjumlah 4.965 dengan tingkat TK/RA 1.119 SD 2.812,
SMP 688 SMA 252 SMK 85 SLB 9, lihat tabel 2.
Berdasarkan Tabel 2 di bawah ini dapat dilihat bahwa tingkat
satuan pendidikan masih bertumpu pada tingkat dasar. Hal ini wajar
mengingat pada dekade sebelumnya pemerintah lebih menekankan pada
tingkat pendidikan dasar. juga memperlihatkan bahwa walaupun
penyandang cacat telah mendapatkan layanan pendidikan melalui SLB
namun masih ada beberapa kabupaten yang belum menyediakan akses
pendidikan kepada mereka padahal setiap kabupaten tentulah memiliki
anak-anak yang cacat. Untuk Kabupaten Donggala, daerah ini tidak
memiliki SLB karena dimekarkan menjadi Kabupaten Donggala dan
Kabupaten Sigi sehingga SLB yang semuanya berada di wilayah Sigi
menjadi wewenang Pemerintah Daerah Sigi.
Tabel 2. Rekapitulasi Jumlah Sekolah Berdasarkan Kabupaten
dan Tingkat Sekolah Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2009
TINGKAT PENDIDIKAN
NO KAB/KOTA TK/RA SD SMP SMA SMK SLB JUMLAH
N S N S N S N S N S N S
BANGGAI
1 KEPULAUAN 1 43 221 12 29 31 10 14 2 2 365
2 DONGGALA 1 125 281 36 43 24 9 13 3 1 536
3 POSO 2 154 186 35 43 14 15 7 4 2 1 1 464
4 BANGGAI 1 127 340 29 51 39 17 15 7 6 632
5 BUOL - KAB. 3 47 158 9 27 9 8 2 3 2 1 269
6 TOLI TOLI 2 40 218 23 35 28 7 11 5 6 375
7 MOROWALI 1 133 237 30 38 19 12 12 3 3 488
8 PARIGI MUOTONG 5 138 345 39 50 44 14 17 2 3 1 658
9 TOJO UNA-UNA 1 70 162 6 25 18 6 5 5 1 1 300
10 SIGI 1 98 200 65 27 33 8 17 1 2 2 454
11 PALU 3 123 135 45 27 34 12 21 6 16 1 1 424
Total 21 1098 2483 329 395 293 118 134 41 44 7 2 4965
Kabupaten Parigi Moutong memiliki jumlah sekolah yang lebih
banyak dibanding kabupaten/kota lainnya akan tetapi jumlah gurunya
berada di posisi ketiga. Tentunya hal ini menimbulkan pertanyaan
penyebab ketidak seimbangan ini. Pengadaan jumlah guru biasanya
ditentukan oleh beberapa faktor misalnya tingkat sekolah dan jumlah
7
rombel. Untuk tingkat SD perhitungan guru umumnya adalah Jumlah
rombongan belajar + 2 guru bidang studi + 1 Kepala Sekolah. Sehingga
umumnya untuk setiap SD berjumlah 9 orang guru (termasuk Kepala
Sekolah).
Dilihat dari segi partisipasi masyarakat, pada tingkat Pendidikan
Dasar atau SD pemerintah lebih banyak menyediakan fasilitas pendidikan
untuk pelajar dibanding masyarakat. Akan tetapi pada jenjang pra sekolah
(TK/RA) dan menengah atas (SMA/MA dan SMK) masyarakat lebih
dominan dalam berpartisipasi dalam pendidikan.
2. Rasio Guru dengan Siswa
Rasio Guru Siswa juga mempengaruhi tingkat pencapain murid.
Rasio guru siswa yang baik adalah 1:15 atau 1 orang guru mengajar 15
orang siswa. Tabel 3 di bawah ini memperlihatkan bahwa rasio untuk
jenjang pendidikan TK/RA dan SD dan SLB rombel untuk tiap kelas sudah
sangat baik, sementara untuk tingkat SMP/MI, SMA/MA dan SMK, rasio
siswa rombel sangat padat yakni berkisar 30 murid per rombel. Bahkan
untuk tingkat SMK, kabupaten Toli-toli tercatat memiliki rata-rata 45 murid
per rombel. Hal ini boleh jadi mengindikasikan bahwa SMK di Kabupaten
Toli-toli sangat diminati masyarakat di daerah tersebut. Oleh karenanya
hal semacam ini patut mendapat perhatian dari pemerintah daerah
setempat untuk menyediakan kelas atau sekolah yang baru guna
menampung aspirasi masyarakat setempat. Walaupun demikian, rasio
siswa/rombel untuk SMA/MA lebih tinggi dibandingkan SMK. Hal ini
mengindikasikan bahwa masyarakat pada umumnya lebih menyukai
anaknya bersekolah di SMA/MA dibandingkan SMK. Hal ini juga
merefleksikan preferensi orang tua agar anaknya bisa bekerja di kantor
dibandingkan mandiri atau membuka lapangan kerja sendiri. Hal ini patut
disayangkan sebab banyak anak-anak yang tidak dapat melanjutkan
pendidikan ke jenjang S1. Kebanyakan anak-anak ini akhirnya jadi
pengangguran karena latar belakang pendidikannya memang dirancang
untuk melanjutkan ke program S1.
8
Tabel 3. Rasio Siswa Per Rombel Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2009
RASIO SISWA/ROMBEL
NO KAB/KOTA
TK/RA SD/MI SLTP/MTs SMA/MA SMK SLB
BANGGAI
1 KEPULAUAN 19 18 27 31 23 -
2 DONGGALA 14 20 14 33 27 -
3 POSO 19 19 28 32 19 5
4 BANGGAI 20 20 30 35 29 -
5 BUOL - KAB. 23 22 30 34 26 5
6 TOLI TOLI 21 22 31 38 45 -
7 MOROWALI 18 17 27 29 23 -
8 PARIGI MUOTONG 22 25 32 33 33 15
9 TOJO UNA-UNA 17 16 25 30 35 20
10 SIGI 17 18 31 31 23 4
11 PALU 21 30 33 34 27 3
JUMLAH 19 21 28 33 28 9
9
RASIO SISWA/GURU
NO KAB/KOTA
TK/RA SD/MI SLTP/MTs SMA/MA SMK SLB
5 BUOL - KAB. 12 14 16 16 14 7
6 TOLI TOLI 14 17 16 18 19 -
7 MOROWALI 14 11 13 17 14 -
8 PARIGI MUOTONG 15 19 16 17 18 5
9 TOJO UNA-UNA 11 10 11 14 11 10
10 SIGI 7 11 9 11 7 3
11 PALU 9 5 11 15 11 6
JUMLAH 11 13 13 15 12 6
10
TINGKAT PENDIDIKAN
NO KAB/KOTA <= Tidak JUMLAH
D1 D2 D3 S1 S2
SLTA diketahui GURU
BANGGAI
1 69 10 56 1 12 148
KEPULAUAN
2 DONGGALA 279 15 230 8 17 22 571
3 POSO 329 2 137 6 25 499
4 BANGGAI 211 25 184 1 36 2 459
5 BUOL - KAB. 111 5 70 5 191
6 TOLI TOLI 51 6 71 10 138
7 MOROWALI 227 108 2 7 344
8 PARIGI MUOTONG 224 5 116 2 23 370
9 TOJO UNA-UNA 123 2 86 9 220
10 SIGI 238 33 136 1 11 3 422
11 PALU 185 69 380 12 83 4 733
JUMLAH 2,047 172 1,574 33 238 6 25 4,095
11
Muhammadiyah. Dengan adanya universitas di tempat tersebut
memudahkan guru mengikuti pendidikan.
Tabel 6. Rekapitulasi Guru SD/MI Negeri dan Swasta
menurut Kualifikasi Pendidikan Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2009
TINGKAT PENDIDIKAN
NO KAB/KOTA <= Tidak JUMLAH
D1 D2 D3 S1 S2
SLTA diketahui GURU
BANGGAI
1 470 10 1,060 11 291 1 1,843
KEPULAUAN
2 DONGGALA 783 50 1,700 17 375 2 14 2,941
3 POSO 901 16 1,457 37 261 2 1 2,675
4 BANGGAI 755 22 1,924 51 608 6 3,366
5 BUOL - KAB. 391 3 1,082 3 56 1,535
6 TOLI TOLI 306 4 1,308 9 261 1,888
7 MOROWALI 832 6 1,469 16 182 2,505
PARIGI
8 948 23 1,758 18 352 3,099
MUOTONG
9 TOJO UNA-UNA 277 7 1,210 7 177 1,678
10 SIGI 872 38 1,481 20 281 14 2,706
11 PALU 359 22 1,570 46 563 6 2,566
JUMLAH 6,894 201 16,019 235 3,407 17 29 26,802
12
namun jumlah mereka yang non PNS (10,396) lebih banyak dibanding
guru non PNS laki-laki (4,945).
Tabel 7. Jumlah Guru menurut Jenis Kelamin
Per Tingkat Sekolah Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2009
L P
NO TINGKAT SEKOLAH NON NON JUMLAH
PNS PNS PNS PNS
1 TK/RA 8 23 1,614 2,450 4,095
2 SD 7,586 2,500 10,381 5,125 25,592
3 SMP 2,594 727 2,785 867 6,973
4 SLB 21 11 48 18 98
5 SMA 1,261 278 1,201 375 3,115
6 SMK 563 236 560 257 1,616
7 MI 197 215 402 396 1,210
8 MTS 418 681 493 651 2,243
9 MA 212 274 198 257 941
13
mereka. Di samping itu terlihat bahwa Guru Tidak Tetap (GTT) memiliki
jumlah terbesar kedua setelah Guru PNS. Tentulah guru yang sejahtera
lebih mudah fokus dalam mengajar dibandingkan dengan yang kurang
sejahtera. Data pada Tabel 8 di bawah ini menunjukkan masih terdapat
guru bantu yang belum terangkat sebanyak 174 orang dengan jumlah
yang terbanyak dari Kabupaten Parigi Moutong.
Tabel 8. Jumlah Guru Negeri dan Swasta menurut Status Kepegawaian
Per Tingkat Sekolah Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2009
JUMLAH
STATUS KEPEGAWAIAN PNS/NON PNS
No KAB/KOTA
PNS PNS GTT GR Non TOTAL
PNS DPK DEPAG PNS GTY GTT BANTU HONDA PNS PNS
2 DONGGALA 2,378 319 129 169 1,641 7 143 2,826 1,960 4,786
8 PARIGI MUOTONG 2,480 217 125 8 187 1,879 81 25 2,830 2,172 5,002
9 TOJO UNA-UNA 1,579 108 63 2 136 599 2 109 1,752 846 2,598
14
Kelompok Umur
TINGKAT
No TOTAL
SEKOLAH
<=30 31-35 36-40 41-45 46-50 51-55 56 57 58 59 >=60
6248 2334 5063 5530 3286 2006 335 262 194 211 123 25592
2 SD
16 7 14 45 11 5 0 0 0 0 0 98
4 SLB
TOTAL 10,914 5,498 9,705 9,788 5,411 2,879 470 370 287 315 246 45,883
15
(2) Jumlah guru perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah
guru laki-laki yaitu 61% : 39%, bahkan Kota Palu mencapai 73%,
namun guru perempuan tersebut lebih banyak mengajar pada
pendidikan dasar dibandingkan pendidikan menengah.
(3) Kajian data PTK berdasarkan geografis didapat guru yang belum
berkualifikasi S1 lebih banyak di pedesaan dibanding diperkotaan.
Dengan demikian wajar jika mutu pendidikan di kota lebih baik
dibanding mutu pendidikan di pedesaan. Bila dilihat dari kelompok
usia ternyata kelompok guru usia muda persentasenya lebih banyak di
pedesaan. Hal tersebut mengindikasikan minat guru muda untuk
bertugas di pedesaan cukup menggembirakan.
(4) Persentase guru yang sudah berkualifikasi S1 masih 34,7% dari
45.883 orang guru di Sulawesi Tengah, padahal PP No. 19 Tahun
2005, tentang Standar Nasional Pendidikan mempersyaratkan
kualifikasi guru minimal S1 atau D4. Bahkan untuk jenjang TK dan SD,
tidak ada satu Kabupaten/Kota pun yang yelah mencapai ambang
batas yang telah di tentukan oleh pemerintah untuk tahun 2010, yaitu
12,3% dan 22,6%.
(5) Persentase guru PNS di Sulawesi Tengah lebih besar dari guru non
PNS dengan persentase masing-masing 67% dan 33%, bahkan
untuk Kabupaten Parigi Moutong, guru Non PNS mencapai 43%,
sementara berdasarkan Jenjang sekolah, guru Non PNS paling
banyak dijumpai pada jenjang TK yang mencapai hampir 60%.
(6) Rasio GTT di sekolah negeri adalah 1:3. GTT di sekolah negeri
tersebut banyak yang merupakan guru berusia muda dan belum
berkualifikasi S1. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas pendidikan
secara umum.
(7) Hasil kajian data PTK menurut pangkat/golongan dapat disimpulkan
bahwa masih terdapat guru golongan II. Salah satunya dikarenakan
pemberlakuan PP No 48 Tahun 2005 dan PP No 43 Tahun 2007
dimana guru kualifikasi di bawah S1 harus tetap terangkat menjadi
CPNS.
16
(8) Kelompok guru yang berusia di bawah 35 tahun dengan persentasi
lebih dari 30%. Sedangkan guru pada usia menjelang pensiun hanya
3%. Hal tersebut menggambarkan kecenderungan minat guru muda
meningkat khususnya pada jenjang TK.
(9) Guru perempuan perlu mendapat perhatian dari pemerintah dengan
meningkatkan kualifikasi pendidikan mereka sehingga dapat
meningkatkan kualitas pendidikan di daerah ini.
17
TAHUN PELAKSANAAN
NO PROGRAM DAN KEGIATAN
2006 2007 2008 2009 2010
14 Workshop FIPTK v
15 Workshop Program Sertifikasi Pendidikan v v v v
16 Kemitraan Kepala Sekolah Angkatan IV v
17 Workshop Kemitraan Kepala sekolah SMA v
18 Pembekalan pendidikan matematika realistic v
Diklat TOT Peningkatan Kompetensi Lesson
19
STUDY v v v v
20 Blokgrant KKG/MGMP berbasis ICT v v v
21 Diklat pembekalan penggunaan alat peraga
Matematika SD v
Diklat pengembangan kapasitas guru gol. IV/a ke
22
atas v v v
23 Diklat jaringan computer v
24 Diklat Sistem jarak jauh Bahasa Inggris SD v
25 Diklat pengembangan perpustakaan digital v v
26 Diklat TOT Peningkatan Kompetensi PAUD v
27 Diklat TOT Kompetensi PLB v
28 Block Grant pelatihan penyusunan KTSP v
Diklat panduan pengenalan Konsep ins kayu
29
tanam v
30 Diklat pemanfaatan teknologi perkantoran v
31 Diklat TOT peningkatan kompetensi CLCC SD v v v v
32 Diklat Bimbingan karier pegawai v
33 Diklat KTSP v v v v
34 Workshop peningkatan mutu PT&K-SBI v v
35 Workshop Analisis Hasil Ujian Nasional (UN) v v v
Peningkatan Kapasitas Pengembangan Profesi
36
Guru v
37 Pembekalan Tenaga Laboran / Pengelola
Laboratorium SMA v
38 Peningkatan Kapasitas Pelaksanaan Tugas Guru v
39 Pembekalan PT&K daerah terpencil v
40 Program Kualifikasi Guru S1 v v
41 Quality Assurance Pendidikan v v
42 Pengembangan Profesi Widyaiswara v v
Program KKG,MGMP,KKKS,MKKS,KKPS,MKPS
43
BERMUTU v v
Jumlah 16 26 11 19 15
18
kemitraan dan titipan dari P4TK dan direktorat lainnya dalam lingkup
Kementerian Pendidikan Nasional.
2. Strategi dan Metode Pencapaian Program dan Kegiatan
Strategi dan metode dalam untuk pelaksanaan program dan
kegiatan digunakan berbagai strategi dan metode. Strategi pelaksanaan
antara lain: Pemetaan, Diklat, Workshop, Sosialisasi, Pengembangan,
Pembekalan, Bimbingan Teknis (Bimtek), Pendampingan, Rapat
koordinasi (Rakor), Pemantauan, Pemberian/penyaluran, Pemilihan,
Orientasi, dan Monotoring dan Evaluasi (Moneva). Sedangkan metode
yang digunakan adalah: Ceramah, Diskusi, Tanya jawab, dan pemberian
tugas.
3. Penjaminan Mutu PT&K Periode tahun 2006 s.d. 2009
Realisasi pencapaian program dan kegiatan penjaminan mutu di
LPMP Provinsi Sulawesi Tengah selama periode tahun 2006 s.d 2009
mencapai 100% namun partisipasi PT&K mencapai rerata 546 per-tahun
hal ini terlihat pada Tabel 11.
SIMPULAN
19
Peran LPMP Provinsi Sulawesi Tengah di masa depan sangat
strategis. Mengingat Tugas, fungsi, dan peran LPMP sebagai lembaga
penjaminan mutu pendidikan yang merupakan salah satu unit pelaksana
tugas Kementerian Pendidikan Nasional yang ada di provinsi menjadikan
LPMP sebagai primadona bagi tingkat satuan pendidikan dan PT&K
sebagai lembaga pencerahan dalam penjaminan dan peningkatan mutu di
daerah.
Daftar Pustaka
Depdiknas. 2009. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2009 Tentang
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. Depdiknas Jakarta.
20
available from: http://gmr.uis.unesco.org/selectindicators. aspx
[Accessed 20 May 2009]
LPMP Provinsi Sulawesi Tengah. 2009. Analisis Data Guru. Program dan
Sistem Informasi LPMP Provinsi Sulawesi Tengah.
21