PIDANA KORUPSI
Muhammad Nazarudin (tersangka)
Mohammad Nazarudin, mantan bendahara umum Partai Demokrat ini ditetapkan
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai tersangka kasus suap proyek wisma atlet
Sea Games Palembang dan proyek pengadaan alat-alat kesehatan.
Nazarudin berpindah-pindah tempat, awalnya dalam sebuah lansiran berita Nazaruddin
diduga kuat berada di Singapura. Namun, kemudian dikabarkan Nazaruddin berpindah-
pindah negara bahkan disebut pernah singgah di Argentina.
Selama pelariannya, Nazaruddin kerap mengirim pesan pendek atau Blackberry
Messenger yang berisi tudingan korupsi kepada sejumlah petinggi Partai Demokrat,
termasuk ketua umumnya Anas Urbaningrum. Nazaruddin bahkan menuding beberapa
pimpinan KPK juga terlibat korupsi.
Pada 27 April 2011, Koordinator LSM Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI)
Boyamin Saiman menyatakan kepada wartawan bahwa Mindo Rosalina Manulang
adalah staf Muhammad Nazaruddin. Nazaruddin menyangkal pernyataan itu dan
mengatakan bahwa ia tidak mengenal Rosalina maupun Wafid. Namun, pernyataan
Boyamin tersebut sesuai dengan keterangan Rosalina sendiri kepada penyidik KPK
pada hari yang sama dan keterangan kuasa hukum Rosalina, Kamaruddin Simanjuntak,
kepada wartawan keesokan harinya. Kepada penyidik KPK, Rosalina menyatakan
bahwa pada tahun 2010 ia diminta Nazaruddin untuk mempertemukan pihak PT. DGI
dengan Wafid, dan bahwa PT. DGI akhirnya menang tender karena sanggup memberi
komisi 15% dari nilai proyek, 2% untuk Wafid dan 13% untuk Nazaruddin. Akan tetapi,
Rosalina lalu mengganti pengacaranya menjadi Djufri Taufik dan membantah bahwa
Nazaruddin adalah atasannya. Ia bahkan kemudian menyatakan bahwa Kamaruddin
sebagai mantan pengacaranya, berniat menghancurkan Partai Demokrat sehingga
merekayasa keterangan sebelumnya, dan pada 12 Mei Rosalina resmi mengubah
keterangannya mengenai keterlibatan Nazaruddin dalam berita acara
pemeriksaannya. Namun demikian, Wafid menyatakan bahwa ia pernah bertemu
beberapa kali dengan Nazaruddin setelah dikenalkan kepadanya oleh Rosalina.
B. Kepergian Ke Singapura
Kepergian Nazaruddin ke Singapura tepat satu hari sebelum Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) mengajukan pencekalan terhadap Nazaruddin kepada Ditjen Imigrasi.
1. Senin (23/5/2011) siang menjelang sore. M. Nazaruddin menemui Wakil Ketua Dewan
Pembina Partai Demokrat Marzuki Alie di DPR
2. Senin (23/5/2011) malam (19.30). Ia pergi ke Singapura pada 23 Mei 2011 pukul 19.30
WIB, ujar Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar.
3. Senin (23/5/2011) malam (21.10). Partai Demokrat secara resmi memberhentikan
Nazaruddin sebagai Bendahara Umum Partai Demokrat.
4. Selasa (24/5/2011) pagi. Mantan Bendahara Umum Muhammad Nazaruddin
mengumumkan akan mengelar jumpa pers untuk mengungkap berbagai kasus yang
melibatkan elit-elit Partai Demokrat. Nazaruddin akan mengelar jumpa pers di ruang
Fraksi Partai Demokrat, di lantai 9, Gedung Nusantara I DPR.
5. Selasa (24/5/2011) siang (12.00). M. Nazaruddin batal menggelar jumpa pers dengan
alasan masih harus mengumpulkan bahan lebih lengkap sebelum diungkap ke publik.
6. Selasa (24/5/2011) petang. KPK mengajukan permohonan cekal terhadap M. Nazaruddin.
"Sudah dikirim ke Imigrasi KemenkumHAM sejak dua hari yang lalu, Selasa (24/5),"
ujar Wakil Ketua KPK M. Jasin.
7. Selasa (24/5/2011) malam. Ditjen Imigrasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
(Kemenkum dan HAM) resmi menerbitkan surat larangan berpergian ke luar negeri
terhadap M Nazaruddin.
8. Rabu (25/5/2011) malam (20.00). Presiden SBY selaku ketua Dewan Pembina Partai
Demokrat memanggil seluruh jajaran Dewan Pembina, Dewan Kehormatan dan
pengurus DPP termasuk Nazaruddin, ke Cikeas. Kepada pers Nazaruddin mengatakan
akan menghadiri acara tersebut.
9. Rabu (25/5/2011) malam (23.00). Hingga acara pertemuan pengurus Partai Demokrat
dengan SBY selesai, M Nazaruddin tidak menunjukkan batang hidungnya di Cikeas.
Tidak ada, saya tidak melihat ada Pak Nazaruddin, ujar Ketua DPP Partai Demokrat
Sutan Bhatoegana.
10. Kamis (26/5/2011) malam. Nazaruddin diketahui berada di Singapura dengan alasan
melakukan medical check up.
11. Jumat (27/5/2011) pagi. Ketua Fraksi Partai Demokrat (FPD) Jafar Hafsah mengakui
memberikan izin M Nazaruddin ke luar negeri, namun Jafar tak mengetahui kapan
Nazaruddin akan pulang keIndonesia.
C. Pemecatan M. Nazaruddin
D. Penangkapan
BAB II
PEMABAHASAN
Jadi korupsi merupakan gejala salah pakai dan salah urus dari kekuasaan, demi
keuntungan pribadi, salah urus terhadap sumber-sumber kekayaan negara dengan
menggunakan wewenang dan kekuatan-kekuatan formal (misalnya denagan alasan
hukum dan kekuatan senjata) untuk memperkaya diri sendiri. Jenis korupsi
berdasarkan kasus Nazaruddin dalam kasus pembangunan wisma atlet adalah korupsi
transaksi. Korupsi transaksi adalah ........................................................
Dalam kasus nazzarudinini Hukuman buat M. Nazaruddin sangat ringan dari tuntutan
Jaksa sebelumnya selama 7 tahun penjara Terdakwa terbukti menerima suap sebesar 4,6
miliar dari PT. Duta Graha Indah, terkait proyek pembangunan wisma atlet yang dalam
Majelis hakim diketuai oleh Darmawati Ningsih.
Hukuman yang pas kepada Nazaruddin menurut UU no 31 1999, pasal 2 ayat 1 yaitu
pidana penjara seumur hidup atau paling singkat 4 tahun. Dan denda paling sedikit 200
juta rupiah dan paling banyak 1 milliar rupiah. Oleh karena itu dari negara Jaksa dari
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menuntut agar Nazaruddin dihukum 7 tahun
penjara dan denda Rp1 miliar subsider 1 tahun kurungan. Selain itu, menuntut agar
harta milik Nazaruddin senilai lebih kurang Rp 600 miliar yang termasuk dalam
pencucian uang dirampas untuk negara.
1. Saham di berbagai perusahaan bernilai ratusan miliar rupiah.
2. Rumah di Jalan Pejaten Barat seluas 127 meter persegi.
3. Tanah dan bangunan kantor di Warung Buncit, Jakarta Selatan.
4. Rumah di kompleks LAN, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
5. Tanah dan bangunan di Bekasi.
6. Perkebunan di Riau senilai Rp 90 miliar.
7. Mobil Vellfire.
8. Ruko di Riau.
9. Puluhan rekening bank yang berisi uang ratusan miliar rupiah.
Menurut kelompok kami, hukuman yang pantas kepada Nazaruddin adalah hukuman
penjara seumur hidup, karena terlalu banyak uang negara yang dihabiskan oleh
Nazaruddin. Hukuman yang pas kepada Nazaruddin jika mengacu kepada UU No. 31
tahun 1999, Pasal 2 ayat 1 yaitu pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling
singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun dan denda paling sedikit 200 juta rupiah dan
paling banyak 1 milyar rupiah, bagi setiap orang yang secara melawan hukum
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang
dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Korupsi dapat terjadi karena adanya politik yang tidak bisa bersifat transparan bahkan
Sistem hukum di Indonesia pun seakan-akan sudah tidak dihiraukan lagi oleh pelaku
korupsi tersebut. Korupsi oleh aparat negara ini sangat berdampak pada keuangan
Negara,keadaan moral Negara.
https://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Nazaruddin