ZULKIFLI FAIZAL
Zulkifli Faizal
NIM F44100009
ABSTRAK
ZULKIFLI FAIZAL. Analisis Struktur Pondasi dan Abutment Jembatan pada
Proyek Jalan Tol Cimanggis-Cibitung. Dibimbing oleh M. YANUAR JARWADI
PURWANTO DAN HOTLAND SIHOTANG.
Jembatan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu jalan tol.
Kerusakan jembatan terutama struktur bagian bawah seperti abutment, pilar dan
pondasi akan berakibat fatal terhadap struktur jembatan. Jalan Tol Cimanggis-
Cibitung memiliki panjang 25,785 km. Salah satu jembatan yang di analisa pada
penelitian ini melewati jalan Transyogi dan sungai Cikeas sehingga diperlukan
perencanaan awal berupa penentuan ketinggian jembatan sebagai syarat ruang
bebas vertikal jembatan terhadap jalan dan sungai yang dilewati. Langkah awal
yaitu penentuan debit banjir sungai cikeas dan muka air banjir periode ulang 50
tahun. Debit banjir sungai Cikeas sebesar 344,643 m3/s dan tinggi muka air banjir
sebesar 2,4 m. Syarat ruang bebas vertikal untuk jembatan diatas sungai dan diatas
jalan exsisting adalah sebesar 1 m dan 5,1 m. langkah kedua penentuan daya
dukung tanah dari hasil Uji SPT, Uji Sondir dan Uji Laboratorium. Berdasarkan
ketiga uji dipilih Uji SPT dengan nilai daya dukung tanah pada titik DB-28
sebesar 2506,64 kN pada kedalaman 18 m. Berdasarkan nilai daya dukung
tersebut jenis pondasi yang digunakan adalah pondasi tiang bor dengan diameter
80 cm, kedalaman 18 m dan mutu beton K-350 sehingga diperoleh jumlah
pondasi sebanyak 16 pondasi dalam 1 grup.
Kata kunci: Daya dukung tanah, Jembatan, sungai Cikeas
ABSTRACT
ZULKIFLI FAIZAL
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
Dr. Ir. M. Yanuar Jarwadi Purwanto, MS.,IPM Dr. Ir. Hotland Sihotang, MSi
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur dipanjatkan penulis kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini
dilaksanakan dari bulan Maret-Mei 2014 dengan judul Analisis Struktur Pondasi
dan Jembatan pada Proyek Jalan Tol Cimanggis-Cibitung.
Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada:
1. Dr. Ir. M. Yanuar Jarwadi Purwanto, MS.,IPM dan Dr. Ir. Hotland Sihotang,
MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan masukan serta
bimbingan dalam penyusunan karya ilmiah ini.
2. Muhammad Fauzan, S.T, M.T yang telah memberikan masukan serta
bimbingan selama proses penyusunan karya ilmiah ini.
3. Kedua orang tua tercinta (Bapak Sunarto dan Ibu Tuti Hidayati), atas doa
dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis.
4. Kakak tercinta Sri Eko Budiyatno, Eko Prastyanto, dan Dwi Oktaviyanti
atas doa dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis.
5. Teman-teman sebimbingan (Dian Puspa, Panji Prasetyo Wicaksono, Trias
Megantoro dan Agi Hadinata) yang telah bersama-sama berjuang selama
penyusunan karya tulis ini.
6. Teman-teman Mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan angkatan 2010 dan
semua pihak terkait yang telah banyak memberi semangat, saran, maupun
bantuan dalam penyusunan karya tulis ini.
Skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu sangat diperlukan kritik dan
saran untuk perbaikan selanjutnya. Semoga hasil penelitian dalam skripsi ini dapat
tersampaikan dengan baik dan memberikan manfaat bagi pihak yang
membutuhkan.
Zulkifli Faizal
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
1 Tipikal potongan melintang untuk jalan tol layang 4
2 Tipe-tipe jembatan 5
3 Ukuran konus yang digunakan pada uji sondir 7
4 Jenis-jenis abutment/pangkal jembatan 10
5 Diagram tegangan-tegangan pada penampang beton bertulang 11
6 Ruang bebas vertikal minimum muka air banjir 13
7 Lokasi Proyek jalan tol cimanggis-cibitung 15
8 Diagram Alir Penelitian 17
9 Tinggi rencana jembatan terhadap muka air banjir dan jalan exsisting 26
10 Lapisan tanah pada tiap lokasi uji lokasi uji SPT dan Sondir 26
11 Grafik Hasil daya dukung tanah setiap uji tanah 27
12 Denah rencana pondasi tiang per grup 29
13 Geser satu arah pile caps pondasi 35
14 Geser dua arah pile caps pondasi 36
DAFTAR LAMPIRAN
1 Daftar Notasi 41
2 Peta Analisis Sebaran Curah Hujan DAS Cikeas tahun 2001 43
3 Hasil perhitungan daya dukung tanah uji sondir 44
4 Hasil Bor Log uji SPT 45
5 Hasil perhitungan daya dukung tanah uji SPT (Standard Penetration Test) 45
6 Hasil perhitungan uji laboratorium metode Meyerhoff, Terzaghi dan 47
Tomlinson
7 Hasil perhitungan uji laboratorium metode lamda dan rekapan hasil uji 48
8 Grafik Faktor Penurunan (Io), Faktor Kompresi (Rk), Faktor Kekakuan 49
Lapisan pendukung (Rb) dan koreksi angka poisson, R
9 Tabel perbandingan penurunan (Rs) 50
10 Desain tulangan pondasi tiang bor abutment 51
11 Desain tulangan abutment 02 52
1 PENDAHULUAN
menggerus tanah dibagian abutment dan pilar stabilitas struktur akan berkurang
sehingga dapat berakibat fatal. Kejadian kerusakan struktur bawah akibat banjir
dan longsor banyak terjadi di Indonesia. Kegagalan struktur bawah jembatan akan
berakibat fatal bagi keseluruhan struktur jembatan karena beban dari struktur atas
jembatan tidak dapat disalurkan ke tanah. Kegagalan struktur jembatan tidak
hanya berakibat pada kerugian material namun dapat membahayakan pengguna
jembatan.
1.2 Perumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penentuan ketinggian jembatan terhadap tinggi muka air banjir.
2. Berapa besar daya dukung tanah dan tulangan yang dibutuhkan pada pondasi
dan abutment untuk menahan beban-beban yang bekerja.
2 TINJAUAN PUSTAKA
Jalan tol (freeway) adalah fasilitas jalan raya yang mempunyai dua lajur
atau lebih di setiap arah agar lalu-lintas berlangsung secara eksklusif, dengan
pengendalian penuh atas akses dan egres. Dalam tingkatan jalan raya, jalan tol
adalah satu-satunya fasilitas yang menyediakan arus bebas-hambatan yang
sempurna. Menurut Peraturan No. 7 tahun 2009 Departemen Pekerjaan Umum
Dirjen Bina Marga, bagian-bagian jalan tol secara umum meliputi ruang manfaat
jalan, ruang milik jalan dan ruang pengawasan jalan.
1. Ruang Manfaat Jalan.
Ruang manfaat jalan diperuntukkan bagi median, perkerasan jalan, jalur
pemisah, bahu jalan, saluran tepi jalan, lereng, ambang pengaman, timbunan,
galian, gorong-gorong, perlengkapan jalan dan bangunan pelengkap jalan.
Ruang manfaat jalan bebas hambatan untuk jalan tol harus mempunyai lebar
dan tinggi ruang bebas serta kedalaman sebagai berikut:
a) lebar ruang bebas diukur di antara 2 (dua) garis vertikal batas bahu jalan;
b) tinggi ruang bebas minimal 5 (lima) meter di atas permukaan jalur lalu
lintas tertinggi;
c) kedalaman ruang bebas minimal 1,50 meter di bawah permukaan jalur lalu
lintas terendah.
2. Ruang Milik jalan
Ruang milik jalan diperuntukkan bagian ruang manfaat jalan dan
pelebaran jalan maupun penambahan lajur lalu lintas di kemudian hari serta
kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan tol dan fasilitas jalan tol. Ruang
milik jalan bebas hambatan untuk jalan tol harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a) lebar dan tinggi ruang bebas ruang milik jalan minimal sama dengan lebar
dan tinggi ruang bebas ruang manfaat jalan.
b) lahan ruang milik jalan harus dipersiapkan untuk dapat menampung
minimal 2 x 3 lajur lalu lintas terpisah dengan lebar ruang milik jalan
minimal 40 meter di daerah antarkota dan 30 meter di daerah perkotaan;
c) lahan pada ruang milik jalan diberi patok tanda batas sekurang-kurangnya
satu patok setiap jarak 100 meter dan satu patok pada setiap sudut serta
diberi pagar pengaman untuk setiap sisi.
d) Pada kondisi jalan tol layang, perlu diperhatikan ruang milik jalan di
bawah jalan tol.
3. Ruang pengawasan jalan
Ruang pengawasan jalan diperuntukkan bagi pandangan bebas
pengemudi dan pengamanan konstruksi jalan. Batas ruang pengawasan jalan
bebas hambatan untuk jalan tol adalah 40 meter untuk daerah perkotaan dan
75 meter untuk daerah antarkota, diukur dari as jalan tol.
Jalan ditetapkan keberadaannya dalam suatu ruang yang telah didefinisikan
di atas. Ruang-ruang tersebut dipersiapakan untuk menjamin kelancaran dan
keselamatan serta kenyamanan pengguna jalan disamping keutuhan konstruksi
jalan. Dimensi ruang yang minimum untuk menjamin keselamatan pengguna jalan
4
diatur sesuai dengan jenis prasarana dan fungsinya. Standar ukuran dimensi
minimum dari Rumaja, Rumija, dan Ruwasja jalan bebas hambatan untuk jalan tol
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1 Dimensi ruang jalan bebas hambatan untuk jalan tol
Bagian-bagian Komponen
Dimensi minimum (m)
jalan Geometri
Jalan Tol
Antarkota Perkotaan
RUMAJA Lebar badan jalan 30 22
Tinggi 5 5
Kedalaman 1,5 2,5
Jalan Tol
Antarkota Perkotaan Layang/
RUMIJA
Terowongan
Lebar 40 30 20
Jalan Tol
RUWASJA Antarkota Perkotaan Jembatan
Lebar 75 40 100
Sumber : Peraturan Departemen Pekerjaan Umum No. 7 tahun 2009
Tipikal dari Ruang manfaat jalan pada jalan tol mencakup seluruh fasilitas
yang dibangun pada jalan tol. Bagian-bagian yang mencakup Rumaja antara lain
drainase, lampu penerang jalan, telepon darurat, rel pengaman dan reflektor, patok
sta dan rambu. Sementara itu, wilayah Rumija berada diluar Rumaja dan dibatasi
oleh pagar Rumija. Berikut detail tipikal Rumaja,Rumija dan Ruwasja pada jalan
tol.
Pada jalan tol layang pembagian wilayah untuk Rumaja,Rumija dan
Ruwasja diatur dalam peraturan Departemen Pekerjaan Umum. Wilayah Rumaja
pada jalan tol layang diantaranya bahu dalam dan luar jalan, lajur lalu lintas,
lampu jalan dan trotoar. Sementara itu wilayah Rumija hanya sebatas
pagar/railing dan reflektor. Berikut tipikal potongan melintang jalan bebas
hambatan untuk jalan tol layang (elevated).
2.2 Jembatan
- Jembatan Gelagar
- Jembatan Pelengkung
- Jembatan rangka
- Jembatan Portal
- Jembatan Gantung
- Jembatan Kabel
Gambar 2 Tipe-tipe Jembatan
Penentuan bentuk struktur jembatan ada di tahap perencanaan. Perencanaan
jembatan harus sesuai peraturan yang berlaku. Berdasarkan perkembangan
teknologi saat ini, peraturan perencanaan yang dapat digunakan perencana adalah
peraturan perencanaan jembatan dari BMS 1992, SNI T-02-2005, SNI T-12-2004,
dan SNI 2833:2008. Bagian- bagian utama jembatan adalah sebagai berikut:
1. Fondasi Jembatan berfungsi meneruskan seluruh beban jembatan ke tanah
dasar. Berdasarkan sistemnya, fondasi dibedakan menjadi beberapa macam :
fondasi telapak (spread footing), Fondasi Sumuran (caisson), Fondasi tiang
(pile foundation).
2. Struktur Bawah jembatan berfungsi menerima/memikul beban-beban yang
diberikan bangunan atas dan kemudian menyalurkan ke pondasi. Bangunan
bawah terdiri dari Abutment, kepala pilar (pier head), tubuh pilar (pier),
Tumpuan (Bearing).
3. Struktur Atas jembatan berfungsi menampung beban-beban yang
ditimbulkan oleh lalu lintas kemudian menyalurkan ke bangunan bawah.
Bangunan atas terdiri dari pelat, Box Girder, I Girder, T Girder, U Girder,
bangunan pengaman (Railing)
Pada perencanaan konstruksi jembatan diperlukan data-data yang digunakan
sebagai dasar perencanaan. Survey perlu dilaksanakan dengan cermat sehingga
akan diperoleh data yang akurat. Adapun data-data yang diperlukan dalam
perencanaan konstruksi jembatan antara lain :
a. Data tanah setempat dimana jembatan akan dibangun. Hal ini penting untuk
menentukan tipe pondasi yang akan digunakan.
b. Data banjir sungai, guna mengetahui tinggi muka air banjir yang akan
digunakan untuk menentukan lantai jembatan. Sedangkan kecepatan aliran
6
tinggi jatuh 0,76 m. Pelaksanaan pengujian dibagi dalam tiga tahap, yaitu
berturut-turut setebal 150 mm untuk masing-masing tahap. Tahap pertama dicatat
sebagai dudukan, sementara jumlah pukulan untuk memasukkan tahap ke-dua dan
ke-tiga dijumlahkan untuk memperoleh nilai pukulan N atau perlawanan SPT
dinyatakan dalam pukulan/0,3 m ( SNI 4153-2008).
Hasil dari pekerjaan Bor dan SPT kemudian dituangkan dalam lembaran
drilling log yang berisi:
1. Deskripsi tanah meliputi: jenis tanah, warna tanah, tingkat plastisitas dan
ketebalan lapisan tanah masing-masing.
2. Pengambilan contoh tanah asli/ Undisturbed Sample (UDS).
3. Pengujian Standard Penetration Test (SPT).
4. Muka Air Tanah.
5. Tanggal Pekerjaan dan berakhirnya pekerjaan.
Jumlah N pukulan memberikan petunjuk tentang kerapatan relatif di lapangan
khususnya tanah pasir atau kerikil dan hambatan jenis tanah terhadap penetrasi.
Uji ini biasanya digunakan untuk tanah yang keras. Menurut Sihotang (2009),
tujuan penyelidikan tanah dengan uji SPT adalah:
1. Untuk menentukan kepadatan relatif lapisan tanah tersebut dari pengambilan
contoh tanah dengan tabung, dapat diketahui jenis tanah dan ketebalan tiap-
tiap lapisan kedalaman tanah tersebut.
2. Memperoleh data yang kualitatif pada perlawanan penetrasi tanah dan
menetapkan kepadatan dari tanah yang tidak berkohesi yang biasanya sulit
diambil sampelnya.
Kemudian kegunaan hasil penyelidikan SPT adalah sebagai berikut:
1. Menentukan kedalaman dan tebal masing-masing lapisan tanah tersebut.
2. Sampel tanah terganggu yang diperoleh diuji untuk mengidentifikasi jenis
tanah sehingga interpretasi nilai kuat geser dan deformasi tanah dapat
diperkirakan dengan baik.
2.8 Beton
bertingkat. Pada pondasi tiang dan abutment konsep perencanaan didasarkan pada
desain kolom. Penulangan kolom terdiri atas penulangan utam/memanjang dan
penulangan melintang (sengkang dan spiral).
1) Penulangan utama/memanjang
Hampir semua kolom mengalami momen lentur dan gaya aksial.
Karena itu, agar terjamin adanya daktilitas pada kolom, diisyaratkan
minimum ada penulangan sebanyak 1% pada kolom. Penulangan yang
lazim adalah sebanyak 1,5 sampai 3% dari luas penampang kolom.
Khususnya untuk kolom pada bangunan bertingkat banyak, luas penulangan
sebanyak 4% masih layak digunakan. Sekalipun beberapa peraturan
memberikan batas maksimum sebesar 8%, disarankan untuk tidak
menggunakan tulangan lebih dari 4% agar tulangan tersebut tidak
berdesakan dalam penampang beton, terutama pada pertemuan balok-kolom.
Untuk kolom bersengkang harus ada paling sedikit empat batang tulangan
memanjang. Sedangkan untuk kolom berspiral paling sedikit 6 tulangan
memanjang untuk mencegah adanya aksi simpai (hoop action). Lihat
peraturan ACI untuk pembahasan lebih lanjut. (Nawy 2010:351)
2) Penulangan melintang (sengkang dan spiral)
Tulangan melintang diperlukan untuk mencegah terlepasnya selimut
beton atau tekuk lokal tulangan memanjang. Tulangan lateral dapat berupa
sengkang yang didistribusikan merata seluruh tinggi kolom dengan jarak
antara tertentu. Tulangan memanjang yang jaraknya dengan tulangan lain
lebih dari 6 inchi harus dipegang oleh tulangan lateral.
Bentuk lain tulangan melintang adalah spiral atau tulangan lateral
helikal. Tulangan ini khususnya digunakan untuk meningkatkan daktilitas
kolom sehingga merupakan bentuk tulangan lateral yang sering digunakan
pada daerah dengan resiko gempa tinggi. Biasanya bagian beton di luar inti
dapat dengan mudah terlepas apabila mengalami gaya lateral seperti gaya
gempa. Kolom-kolom demikian harus mampu menahan beban-beban
tambahan meskipun bagian terluarnya tadi telah terlepas, agar tidak terjadi
keambrukan (collapse) keseluruhan bangunannya.
Menurut BMS Bridge Design Code Vol 1 tahun 1992, Perkiraan volume
banjir, kedalaman dan kecepatan didasarkan pada cara-cara yang sesuai dengan
kondisi setempat. Muka air tinggi yang digunakan sebagai dasar untuk
perencanaan hidrolika haruslah muka air yang sesuai dengan aliran banjir rencana.
Apabila lokasi jembatan mengalami kondisi banjir tidak normal, muka air tinggi
rencana juga harus memenuhi persyaratan berikut:
a Untuk perhitungan gerusan, muka air merupakan paling rendah sesuai
dengan banjir rencana.
b Untuk perhitungan arus balik, muka air merupakan paling tinggi sesuai
dengan banjir rencana.
Jika kondisi rencana kritis terjadi pada muka air banjir yang menyebabkan
bangunan atas terendam, perkiraan jangka waktu pengulangan banjir demikian
harus dibuat, dan jika sesuai, kondisi ini dipertimbangkan dalam perencanaan.
Jumlah sampah dan ukuran batang kayu perlu diperkirakan. Bangunan-bangunan
13
harus diperiksa terhadap gaya-gaya hidrodinamis tanpa sampah, gaya gaya akibat
lapisan sampah, dan gaya-gaya akibat benturan batang kayu, apabila terdapat
batang kayu atau pohon besar.
Menurut BMS Bridge Design Code Vol 1 tahun 1992, ruang bebas vertikal
antara titik paling rendah bangunan atas dan muka air tinggi rencana pada keadaan
batas ultimate paling sedikit 1,0 meter. Jangka waktu pengulangan daya layan dan
banjir rencana ultimate ditentukan oleh yang berwenang dalam hal ini perencana.
Ruang bebas vertikal muka air banjir terhadap struktur bawah jembatan dapat
dilihat pada gambar dibawah ini.
Siklus Hidrologi sangat penting bagi kehidupan, semua proses dan siklus
air yang terjadi di bumi ini tidak lepas dari proses hidrologi yang terjadi.
Perencanaan jembatan membutuhkan analisa hidrologi karena jembatan yang akan
melintasi suatu aliran sungai tidak lepas pengaruhnya dari banjir yang terjadi pada
sungai tersebut. ketinggian muka air ketika banjir sangat mempengaruhi tinggi
jembatan yang akan dibangun. Pengaruh aliran sungai sangat besar terhadap
struktur bawah jembatan, oleh karena itu perlu dilakukan analisis debit banjir
dengan periode ulang tertentu untuk menentukan tinggi dari jembatan tersebut
Metode perhitungan debit rencana yang akan digunakan tergantung dari
ketersediaan data. Data yang dimaksud antara lain data hujan, karakteristik
daerah aliran, dan data debit. Ditinjau dari ketersediaan data hujan, karakteristik
daerah aliran sungai dan debit, menurut Kamiana, 2011 terdapat 6 kelompok
metode perhitungan debit rencana, yaitu:
1. Metode analisis probabilitas frekuensi debit banjir.
Metode ini dipergunakan apabila data debit tersedia cukup panjang (> 20
tahun), sehingga analisisnya dapat dilakukan dengan ditribusi probabilitas,
baik secara analitis maupun grafis. Sebagai contoh distribusi probabilitas
yang dimaksud adalah:
14
3 METODE
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat komputer
dengan program Microsoft Excel, Autocad 2010, Surfer 10 dan ArcGIS 10.
Bahan-bahan yang digunakan adalah serangkaian data sekunder berupa :
1. Peta Batas dan dan Tutupan Lahan Sub-DAS Cikeas
2. Data Curah Hujan tahun 2001-2010 dari 3 stasiun cuaca
3. Hasil Uji Sondir, Uji SPT, dan Uji Laboratorium
4. Data Teknis Perencanaan Jembatan
5. Gambar Teknik Jembatan
Mulai
Pengumpulan Data
Data Uji Tanah dan Pembebanan Data Curah Hujan 2001-2010 dan
Jembatan (RSNI T-02 2005) Tata Guna Lahan Sungai Cikeas
Daya Dukung Tanah Penulangan pada Analisa Curah Hujan Luas Tutupan Lahan
Uji Bor, Sondir dan bagian-bagian Area Metode Isohyet DAS Cikeas (A)
Laboratorium Abutment
Selesai
( )
Cs = ( )( )( )
(3)
( )
Ck = ( )( )( )( )
(4)
Cv= (5)
Setelah semua parameter dispersi dihitung, nilai Cs dan Ck
dibandingkan dengan syarat. Berikut tabel persyaratan nilai Cs dan Ck
masing-masing distribusi.
Tabel 2 Persyaratan parameter statistik suatu distribusi
No Distribusi Persyaratan
Cs 1,14
1 Gumbel
Ck 5,4
Normal Cs 0
2
Ck 3
Log Normal Cs 0,09693
3
Ck 3,01671
4 Log Pearson III Selain nilai diatas
Sumber : Bambang, T (2008)
3) Distribusi probabilitas metode Chi-kuadrat dan metode Dispersi
dihitung kemudian dipilih jenis distribusi yang memenuhi syarat.
4) Waktu konsentrasi (tc), Intensitas Hujan Rencana (I50), Luas Tutupan
Lahan dan Koefisien Limpasan ( ) dihitung dengan rumus
berikut:
( )
tc = ( ) (6)
I50 = ( ) (7)
5) Debit banjir rencana periode ulang 50 tahun dihitung dengan metode
rasional dan kecepatan aliran (V) dihitung dengan metode mononobe
sebagai berikut:.
Q50 = 0,278 I50 (A * C) (8)
( ) (9)
6) Tinggi muka air banjir dan dbandingkan dengan syarat tinggi ruang
bebas bertikal jembatan terhadap muka air banjir.
Q=A*V (10)
b. Menghitung daya dukung tanah dari uji sondir, uji SPT dan uji
laboratorium
19
1) Daya dukung vertikal tiang dihitung dari 3 uji tanah. Berikut metode
yang digunakan:
Uji Sondir
Qall = + (11)
Uji SPT
Tanah non-kohesif
Qp = 40 * NSPT * Lb/D * Ap (12)
Qs = 2 * NSPT * p * Li (13)
Tanah Kohesif
Qp = 9 * Cu * Ap (14)
Qs = * Cu * p * Li (15)
Uji Laboratorium
Metode Meyerhoff
Qp = Ap (c x Nc' + n x q x Nq') (16)
Metode Terzaghi
Qp=Ap(1,3 x c x Nc + q' x Nq + y x B x Ny x ay) (17)
Metode Thomlinson
Qp=Ap (c x Nc + q x Nq) (18)
Metode Lamda
Qs= lamda x (q' + 2c) As (19)
2) Daya dukung tanah ijin yang paling kritis dipilih dari uji sondir, uji SPT
dan uji Laboratorium.
3) Jumlah pondasi tiang dalam 1 grup dan efisiensi grup ditentukan dan
dihitung dengan rumus berikut:
( ) ( )
Eg = 1 (21)
4) Kombinasi pembebanan dihitung berdasarkan peraturan RSNI T02 2005..
5) Distribusi beban aksial dihitung pada masing-masing tiang dalam 1 grup.
Berikut rumus yang digunakan.
Pmaks =
+
(22)
6) Cek distribusi beban tekan dan tarik 1 tiang terhadap nilai daya dukung
ijin 1 tiang.
7) Nilai dihitung untuk menentukan jenisnya termasuk short/rigid pile
atau long/infinite pile. Rumus yang digunakan sebagai berikut:
= (23)
20
pondasi tiang termasuk short/rigid pile jika L<1,5 dan long/infinite pile
jika L > 1,5. Nilai Kh dan Ep dihitung dengan rumus sebagai berikut.
Nilai Kh diambil dari tabel berikut.
Tabel 3. Hubungan nilai Kh dengan konsistensi tanah
Consistensi Stiff Very stiff Hard
Undrained 100-200 kN/m2 200-400 kN/m2 >400 kN/m2
Cohesion
Range of Kh 18-36 MN/m2 36-72 MN/m2 >72 MN/m2
Recommended Kh 27 MN/m2 54 MN/m2 >180 MN/m2
Nilai Ep dihitung dengan rumus berikut:
Ep = 4700 (24)
8) Nilai f dihitung dengan rumus berikut:
(25)
( )
9) Daya dukung lateral pondasi tiang dihitung dengan rumus berikut:
(26)
( )
10) Daya dukung horizontal pondasi tiang grup dihitung dengan rumus
berikut:
Daya dukung horizontal 1 tiang = Hmaks / jumlah tiang 1 grup (27)
11) Cek daya dukung horizontal pondasi tiang grup terhadap gaya horizontal
pondasi grup.
12) Defleksi tiang dihitung dengan rumus berikut:
yo = (28)
13) Penurunan pondasi tiang tunggal dihitung dengan rumus berikut:
(29)
14) Faktor penurunan dihitung dengan rumus sebagai berikut:
I = Io Rk Rb R (30)
Nilai Io, Rb, Rh, dan Rm dilihat pada lampiran 8.
Nilai kekakuan tiang (K) diplotkan untuk mendapatkan nilai Rk dan Rb.
Nilai K dihitung dengan rumus berikut:
K= (31)
Nilai poisson ratio tanah () diplotkan untuk mendapatkan nilai R. Nilai
untuk tanah diambil 0,5.
15) Penurunan pondasi tiang kelompok dihitung dengan rumus berikut:
Sg = Rs x S (32)
Nilai Rs dapat dilihat pada lampiran 9. Rs dapat dihitung dengan rumus
berikut:
Rs = (R16 R9) ( ) + R16 (33)
Namun, karena jumlah grup pondasi yang digunakan berjumlah 16 maka
langsung dilihat pada tabel nilai Rs untuk 16 pondasi grup.
c. Menghitung tulangan pondasi dan abutment yang diperlukan.
1) Dalam perhitungan tiang bor group, tiang bor dianggap sebagai sebuah
kolom. efek kelangsingan dapat diabaikan apabila ratio kelangsingan
memenuhi :
21
k . lu M
34 12 1b (34)
r M 2b
2) Elastisitas beton dihitung dengan rumus berikut:
Ec = 4700 fc ' (35)
3) Inersia pondasi tiang dihitung dengan rumus berikut:
Ip = R4 (36)
4) Rasio beban mati aksial dan total beban aksial dihitung dengan rumus
berikut:
d = (37)
5) Kekakuan bahan pondasi dihitung dengan rumus berikut:
EI =
0,4.Ec.Ig (38)
1 d
6) Beban tekuk Euler dihitung dengan rumus berikut:
2 EI
Pc = (39)
k .lu 2
7) Faktor modifikasi untuk pembesaran momen dihitung dengan rumus
berikut:
M 1b
Cm = 0,6 + 0,4 0,4 (40)
M 2b
8) Faktor pembesaran momen dihitung dengan rumus berikut:
Cm
ns = 1 (41)
Pu
1
Pc
9) Momen dengan eksentrisitas minimum dihitung dengan rumus berikut:
M2min = Pu ( 0,6 + 0,03 h ) (42)
10) Momen ujung terfaktor yang terbesar dihitung dengan rumus berikut:
Mc = ns . M2 (43)
11) Eksentrisitas aktual dihitung dengan rumus berikut:
Mc
e = (44)
Pu
12) Ukuran tulangan lentur ditentukan dan diplotkan di grafik pada diagram
interaksi tulangan lentur. Nilai diplotkan berikut pada sumbu x dan y.
Sumbu x = ( )
Sumbu y =
13) Nilai r dan untuk mutu beton yang digunakan dilihat padagrafik.
Kemudian rasio tulangan lentur yang digunakan dihitung dengan rumus
berikut:
s = . r (45)
14) Luas penampang pondasi (Ag), luas tulangan perlu (As) dan luas
tulangan yang digunakan (As1) dihitung dengan rumus berikut:
Ag = D2 (46)
As = s . Ag (47)
Ast= d2 (48)
22
15) Jumlah tulangan yang digunakan (n) dihitung dengan rumus berikut:
n = As/As1 (49)
16) Cek terhadap kekuatan penampang dengan rumus berikut:
Pu Pn (50)
( ) + fy Ast (51)
Mu Mn (52)
Mn = e aktual x Pn (53)
17) Tulangan geser dihitung dengan menentukan terlebih dulu mutu
tulangan 240 MPa atau 400 Mpa. Rasio penulangan spiral minimum
dihitung dengan rumus berikut:
Ag fc '
smin = 0,45 1 ` (54)
Ac fy
18) Jarak maksimum spiral dihitung dengan rumus berikut:
4. a s ( Dc db)
Smaks = (55)
Dc 2 s min
19) Luas inti pondasi tiang dihitung dengan rumus berikut:
Ac = (Dc)2 (56)
20) Luas tulangan spiral yang digunakan dihitung dengan rumus berikut:
as = (Ds)2 (57)
23
Data Curah hujan yang digunakan adalah data curah hujan 3 stasiun cuaca
tahun 2001 2010. Data Curah Hujan 3 Stasiun Cuaca yang digunakan antara lain
Stasiun Cuaca di Bogor, Depok dan Bekasi. Stasiun Cuaca Bogor terletak di 106
47' 36.66" BT; 6 36' 06.53" LS , Stasiun Cuaca Depok terletak di 106 49' 12.30"
BT; 6 23' 45.00" LS dan Stasiun Cuaca Bekasi terletak di 107 02' 25.03" BT; 6
20' 16.01" LS. Kemudian Data Curah Hujan ketiga stasiun tersebut dianalisis
dengan metode Isohyet untuk mendapatkan data curah hujan rata-rata yang
tersebar di DAS Cikeas. Metode Isohyet dihitung dengan persamaan 1. Curah
hujan rataan dihitung tiap tahun berdasarkan peta isohyet DAS Cikeas setiap
tahun. Peta sebaran curah hujan di DAS Cikeas pada tahun 2001 dapat dilihat
pada lampiran 2.
Sebaran curah hujan rataan per tahun dihitung dengan persamaan 1 dan
luasan sebaran curah hujan ditunjukkan dengan luasan dan warna yang berbeda
tiap daerah. Berikut adalah data curah hujan pada tahun 2001-2010 dari 3 stasiun
cuaca dan hasil analisis metode isohyet.
Tabel 4 Hasil analisis curah hujan area dengan metode isohyet tahun 2001-2010
Curah Hujan Per Stasiun Cuaca (mm) Hasil Perhitungan Isohyet
Tahun
Bogor Cibitung Depok (mm)
2001 108 98 118 110
2002 127 138 148 135
2003 123 83 223 149
2004 142 127 249 173
2005 127 123 106 120
2006 136 82 244 163
2007 156 78 132 139
2008 105 120 118 111
2009 115 80 134 116
2010 145 105 110 129
Berdasarkan data curah hujan DAS Cikeas pada tahun 2001-2010 diatas
dapat dihitung nilai hujan rencana pada DAS tersebut menggunakan distribusi
probabilitas. Penentuan jenis distribusi probabilitas yang sesuai dapat dihitung
dengan membandingkan parameter data diantaranya Koefisien Kepencengan (Cs)
dan Koefisien Kurtosis (Ck). Parameter parameter tersebut dihitung dengan
persamaan 2 sampai 5.. Selanjutnya parameter tersebut akan menentukan jenis
distribusi probabilitas yang akan digunakan. Hasil perhitungan nilai kedua
parameter tersebut dibandingkan dengan tabel 4. Distribusi probabilitas yang
sering digunakan adalah Gumbel, Normal, Log Normal dan Log Pearson Type 3.
Hasil analisis berbagai distribusi probabilitas dapat dilihat pada tabel berikut.
24
Debit Banjir Rencana periode ulang 50 tahun Sungai Cikeas dari persamaan
8 yaitu sebagai berikut.
Q50 = 0,278 I50 (A * C)
= 0,278 x 18,894 x 65,6121
= 344,643 m3/s
Sedangkan kecepatan aliran sungai dihitung menggunakan persamaan 9
metode Mononobe sebagai berikut.
( ) = ( ) = 5,863 m/s
Bentuk profil sungai yang digunakan adalah trapesium karena pendekatan
bentuk profil sungai yang paling mendekati profil sungai adalah bentuk trapesium.
Lebar dasar sungai sebesar 22,64 m dan lebar muka sungai tertinggi adalah 26,41
m. sehingga didapat ketinggian muka air banjir sebagai berikut.
Q =AV
A = Q/V
= = 58,778 m2
Sehingga,
( )
A =
( )
=
117,56 = 49,05 H
H = 2,4 m
H ijin = 2,4 m + 1 m = 3,4 m
Gambar 9 Tinggi rencana jembatan terhadap muka air banjir dan jalan exsisting
26
Tinggi rencana jembatan dari data yang diperoleh adalah sebesar 18,6 meter.
Tinggi rencana jembatan sudah memenuhi syarat Bridge Management System dan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 19/PRT/M/2011 sehingga ketinggian
jembatan sudah aman.
Data uji penyelidikan tanah berupa Uji Sondir (Cone Penetration Test), Uji
SPT (Standard Penetration Test) dan Uji Laboratorium. Data uji sondir yang ada
adalah sondir 7 dan 7a, sedangkan data uji SPT dan laboratorium yang digunakan
adalah DB-25 hingga DB-28. Bagian jembatan yang ditinjau adalah abutment 02.
Abutment 02 ini terletak disekitar lokasi uji sondir 7a dan SPT DB-25 sehingga
data yang digunakan untuk menghitung daya dukung tanah ijin adalah kedua
lokasi tersebut. Daya dukung tanah uji sondir dihitung dengan persamaan 11,
sementara itu untuk uji SPT dihitung dengan persamaan 12-15 dan terakhir untuk
uji Laboratorium dihitung dengan persamaan 16-20. Hasil Boring Log dan
perhitungan daya dukung tanah pada masing-masing uji dapat dilihat pada
lampiran 3 hingga 7. Berikut lokasi uji SPT dan Sondir:
Gambar 11. Grafik hasil daya dukung tanah setiap uji tanah
Berdasarkan grafik diatas nilai daya dukung hasil uji sondir memiliki nilai
sebesar 2964,16 kN pada kedalaman 14. Nilai daya dukung tanah dari hasil uji
SPT (Standard Penetration Test) sebesar 3069,81 kN pada kedalaman 20 m dan
uji laboratorium sebesar 4212,03 kN pada kedalaman 22,5 m. ketiga uji tersebut
memiliki nilai yang variatif, sehingga diperlukan pemilihan uji yang akurat dan
presisi. Pada masing-masing uji kedalaman 14 meter nilai daya dukung tanah
dibandingkan dan pilih yang paling kritis. Berikut hasil perbandingan pada
kedalaman 14 meter.
Tabel 8. Hasil Perbandingan nilai daya dukung tanah tiap uji
Daya Dukung Tanah ijin (kN)
Uji Daya Dukung Tanah Kedalaman (m)
Tabel diatas menunjukkan nilai daya dukung tanah ijin masing-masing uji
pada kedalaman 14 meter. Kedalaman 14 meter dipilih karena pada data uji sondir
terbatas pada kedalaman 14 meter sehingga pada kedalaman 14 meter nilai daya
dukung tanah dibandingkan. Diantara ketiga uji tersebut nilai daya dukung tanah
ijin dari uji SPT memiliki nilai paling kritis yaitu sebesar 1381,27 kN. Nilai daya
dukung tanah ijin dari uji SPT dipilih menjadi nilai yang digunakan sebagai dasar
acuan nilai daya dukung tanah pada titik uji. Alasan lain pemilihan uji SPT
sebagai nilai daya dukung tanah ijin yang menjadi acuan karena nilai uji lain
seperti uji laboratorium terdapat beberapa data karakteristik tanah seperti nilai
sudut geser tanah () hanya ada pada kedalaman 1-1,5 meter sehingga perhitungan
untuk kedalaman dibawahnya menggunakan acuan nilai sudut geser tanah ()
pada kedalaman 1-1,5 m. Hal ini dapat menyebabkan nilai daya dukung tanah ijin
yang dihasilkan tidak akurat.
28
Setelah nilai daya dukung tanah didapat pembebanan struktur atas jembatan
dihitung berdasarkan peraturan RSNI T-02 2005 tentang Standar Pembebanan
Jembatan, gaya-gaya dan beban yang bekerja pada suatu jembatan adalah sebagai
berikut:
Tabel 9. Total beban yang bekerja pada jembatan
Arah Vertikal Horizontal Momen
No Aksi/Beban Mx My
Kode P (kN) Tx (kN) Ty (kN)
(kNm) (kNm)
A Aksi Tetap
1. Berat Sendiri MS 6868,03 -1939,51
Beban Mati
2. MA 2009,75 0
Tambahan
3. Tekanan Tanah TA 18376,77 89756,23
Beban Lalu
B
Lintas
4. Beban Lajur D TD 2814,32 0
5. Beban Pedestrian TP - - - - -
6. Gaya Rem TB 7050 0
C Aksi Lingkungan
7. Temperatur ET - 16,780 236,62
8. Beban Angin EW 56,95 713,87
34971,72
9. Beban Gempa EQ 3080,005 3007,622 35037,13
6
Tekanan Tanah
10. EQ 4505,008 40680,22
Dinamis
D Aksi Lainnya
Gesekan FB 1407,8 19075,69
Tabel diatas menunjukkan gaya dan beban yang bekerja pada jembatan,
semua gaya dan beban akan dikombinasikan sesuai peraturan RSNI T-02 2005
sehingga akan diperoleh berbagai kondisi jembatan yang terbebani. Berikut
kombinasi pembebanan menurut RSNI T-02 2005.
Gambar 12 Kombinasi beban umum untuk keadaan batas kelayanan dan ultimit
29
dukung ijin sebesar 2506,64 kN. Berikut hasil koreksi keamanan gaya tekan dan
tarik 1 tiang:
Tabel 13 Koreksi keamanan gaya tekan dan tarik 1 tiang
Daya Daya
Distribusi Distribusi
Kombinasi Dukung Dukung
Tekan 1 Keterangan Tarik 1 Keterangan
Pembebanan Ijin 1 Ijin 1
tiang tiang
tiang tiang
kombinasi 1 1959,12 2506,64 Aman -1683,25 -2485,21 Aman
kombinasi 2 1980,93 2506,64 Aman -1515,81 -2485,21 Aman
kombinasi 3 2005,63 2506,64 Aman -1035,22 -2485,21 Aman
kombinasi 4 1983,75 2506,64 Aman -977,24 -2485,21 Aman
kombinasi 5 2026,55 2506,64 Aman -873,98 -2485,21 Aman
kombinasi 6 1873,04 2506,64 Aman -1224,58 -2485,21 Aman
kombinasi 7 2386,29 2506,64 Aman -2720,59 -3727,82 Aman
yo =
yo = 0,01122 m = 11,22 mm
Defleksi tiang bor dengan diameter 80 cm dan kedalaman 18 m sebesar
11,22 mm. Mc Nulty (1956) meyarankan perpindahan lateral ijin pada bangunan
gedung adalah 6 mm sedangkan untuk bangunan-bangunan lain sejenis menara
transmisi dan lainnya adalah sebesar 12 mm. Defleksi pondasi tiang untuk
abutment jembatan sebesar 11,22 mm masih tergolong aman.
Penurunan tiang tunggal dihitung untuk mengetahui penurunan iji tiang
grup. Penurunan tiang grup yang didapat dibandingkan dengan peraturan yang ada.
32
0,00913 m = 9,13 mm
Penurunan pondasi grup dihitung dengan persamaan 33. Nilai Rs didapat
dari tabel pada lampiran 9. Pada lampiran tersebut nilai Rs didapatkan dengan
penentuan awal jumlah pondasi dalam 1 grup diimulai dari 4, 9 ,16 dan 25. Jika
jumlah pondasi tiang dalam satu grup berada diantara nilai pada tabel maka
digunakan interpolasi nilai seperti persamaan 33. Namun, karena jumlah pondasi
pada abutment 16 tiang maka pemilihan nilai Rs dapat langsung dilihat pada tabel.
Berikut hasil perhitungan penurunan grup pondasi tiang menggunakan persamaan
34.
Sg = Rs x S
= 1,785 x 9,13 = 16,3 mm
Berdasarkan BMS 1992 Manual Volume 2 batas penurunan pondasi tiang sebesar
25 mm. Penurunan pondasi grup tiang sebesar 16,3 mm masih tergolong aman
karena kurang dari 25 mm.
k . lu M
34 12 1b
r M 2b
0,7.x19 0
34 12
0,2 1882,77
66,5 < 34 ................. (karena tidak memenuhi maka kolom langsing)
Ag fc '
smin = 0,45 1
Ac fy
502400 0,83x 29,05
smin = 0,45 1
407150 240
smin = 0,0106 ~ 1,06 %
Perhitungan jarak sengkang maksimum
4. a s ( Dc db)
smaks =
Dc 2 s min
4 x 201,06(720 12)
smaks =
7202 0,0106
smaks = 103,62 ~ 100 mm
Tulangan geser yang digunakan pada tiang bor berdiameter 16 mm dengan
sengkang 100 mm.
Cek KekuatanPenampang
Perhitungan ( ) untuk komponen dengan tulangan spiral
( ) ( ) .
( ) ( )
( ) 12987,513 kN
Pu < Pn
3260,337 < 12987,513 ................. OK
Mn = Pn x e
= 18553,59 x 0,525
= 9737,586 kN
Mu < Mn
1882,773 < 0,7 x 9737,586
1882,773 < 6818,31 ............. OK
Kontrol :
Vu 0,7 Vc
15679,85 kN 0,7 x 21343,63 kN
15679,85 kN 14940,54 kN .......... (NOT OK) diperlukan tulangan geser
Kontrol :
Vu 0,7 Vn
15679,85 kN 0,7 (Vc +Vs)
15679,85 kN 0,7 (21343,63 +4712,40) kN
15679,85 kN 18239,221 kN ........... (OK) kekuatan geser memenuhi
36
Berdasarkan SK SNI 1991, Vc yang diambil adalah nilai yang terkecil dari :
1 s x d
Vc = 2 fc ' x bo x d
12 bo
Dimana :
s = 40, untuk kolom bagian dalam
s = 30, untuk kolom bagian tepi
s = 20, untuk kolom bagian sudut
1 20 x 900
Vc = 2 0,83x35 x 38600 x 900
12 38600
= 38483209,07 N = 38483,209 kN
Vc = 0.33 fc ' bo d
= 0.33 0,83x35 38600 900 = 62413944,12 N = 62413,94 kN
Jadi Vc yang menentukan adalah yang terkecil yaitu : Vc = 38483,21 kN
Kontrol :
Vu 0,7 Vc
31359,710 kN 0,7 38483,21 kN (NOT OK) diperlukan tulangan geser
37
Kontrol :
Vu 0,7 Vn
31359,71 kN 0,7 (Vc +Vs)
31359,71 kN 0,7 (38483,21 +6341) kN
31359,71 kN 31376,95 kN ........... (OK) kekuatan geser memenuhi
Tulangan Lentur
Untuk menghitung tulangan lentur Abutment perlu dicek pengaruh kelangsingan
terhadap pilar sebagai berikut:
- Untuk penulangan lentur
( )
( )
(Tidak termasuk tipe langsing)
Tulangan Geser
( )
( ) .
5.1 Simpulan
5.2 Saran
Nilai sudut geser tanah () pada uji laboratorium harap dilengkapi untuk
perhitungan daya dukung tanah sehingga dapat dibandingkan dengan uji
penyelidikan tanah lainnya seperti uji sondir dan uji SPT.
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 2 Peta Analisis Sebaran Curah Hujan DAS Cikeas tahun 2001
44
44
Lampiran 6 Hasil perhitungan uji laboratorium metode Meyerhoff, Terzaghi dan Tomlinson
Tabel 1. Perhitungan daya dukung tanah metode Meyerhoff
berat vol tanah q'
Kedalaman Deskripsi tanah c (kN/m2) Ap (m2) Nc' Qp (kN) kedalaman phi Nq* Qp (kN)
(kN/m3) (kN/m2)
Lempung silt, merah coklat,
1-1,5 203,067 0,5024 15,7 1,5 23,55 7,59 2,5 13 1355,85 203,067
medium
3-3,5 silt lempung, abu-abu, medium 203,067 0,5024 15,4 4 61,6 7,59 2,5 13 1403,64 203,067
9-9,5 silt cemented hitam kehijauan 203,067 0,5024 16,5 6 99 7,59 2,5 13 1450,62 203,067
17-17,5 Silt pasir cemented, hijau, hard 1265,490 0,5024 17,7 8 141,6 7,59 2,5 13 8443,02 1265,490
21-21,5 Silt cemented, hijau, hard 423,792 0,5024 16,8 4 67,2 7,59 2,5 13 2852,27 423,792
Lampiran 7 Hasil perhitungan uji laboratorium metode lamda dan rekapan hasil uji
Tabel 2. Rekapan hasil daya dukung tanah metode Meterhoff, Terzaghi dan Tomlinson
Kedalaman Deskripsi tanah MeyerHoff (kN) Terzaghi (kN) Thomlinson (kN)
1-1,5 Lempung silt, merah coklat, medium 1355,85 1018,37 788,82
3-3,5 silt lempung, abu-abu, medium 1403,64 1056,60 827,05
9-9,5 silt cemented hitam kehijauan 1450,62 1094,18 864,63
17-17,5 Silt pasir cemented, hijau, hard 8443,02 6341,16 4910,65
21-21,5 Silt cemented, hijau, hard 2852,27 2143,43 1664,37
Lampiran 8 Grafik Faktro Penurunan (Io), Faktor Kompresi (Rk), Faktor Kekakuan Lapisan pendukung (Rb) dan koreksi angka poisson, R
49
50
50
500
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
100
JUDUL SKRIPSI
Analisa Struktur Pondasi dan Abutment
Jembatan pada Proyek Jalan TOL
Cimanggis-Cibitung
DOSEN PEMBIMBING
GAMBAR
POTONGAN DETAIL Pondasi Bore Pile Abutment
1:25
NOMOR GAMBAR
Z1 - 001
DRAFTER
Zulkifli Faizal
SKALA
KETERANGAN
SATUAN DIMENSI : mm
800
Bore Pile (Diameter 800 mm) POTONGAN A
1:25
1 : 50
51
Lampiran 11 Desain Tulangan Abutment 02
3700
JUDUL SKRIPSI
Analisa Struktur Pondasi dan Abutment
Jembatan pada Proyek Jalan TOL
Cimanggis-Cibitung
DOSEN PEMBIMBING
GAMBAR
Penulangan Abutment
10650
NOMOR GAMBAR
Z1 - 002
DRAFTER
Zulkifli Faizal
SKALA
KETERANGAN
SATUAN DIMENSI : mm
RIWAYAT HIDUP