Anda di halaman 1dari 18

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa

RSD Madani Palu


Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako

LAPORAN KASUS
SKIZOFRENIA TAK TERINCI

DISUSUN OLEH:

VITAWATI
N 111 16 058

PEMBIMBING:
dr. Merry Tjandra, Sp. KJ

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
RSD MADANI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
LAPORAN KASUS PSIKIATRI
Nama : Nn. R
Umur : 20 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. Kalukubula
Pekerjaan : Pekerja Lepas
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum menikah
Suku : Kaili/Bugis
Pendidikan : SMA
Tanggal Pemeriksaan : 29 Februari 2017
Tempat Pemeriksaan : Ruang Langsat RSD Madani Palu

LAPORAN PSIKIATRIK
I. RIWAYAT PENYAKIT
A. Keluhan utama
Sering mengamuk

B. Riwayat Gangguan Sekarang


Seorang perempuan berusia 20 tahun dibawa ke RSD Madani pada
tanggal 25 februari 2017 oleh keluarganya karena pasien sering
mengamuk tanpa sebab yang jelas yang dialami sejak 1 bulan yang
lalu SMRS. Menurut orang tua pasien, akhir akhir ini 1 minggu
yang lalu saat mengamuk pasien merusak barang barang bahkan
sampai mengancam ingin membunuh orang disekitarnya yang
melarang tindakannya. Sejak 1 bulan yang lalu, pasien sering
berbicara sendiri dan tertawa serta menangis tanpa sebab yang jelas.
Pasien mengaku sering melihat sosok makhlus halus dan bisikan suara
seolah olah menyuruhnya untuk merusak barang barang
disekitarnya. Pasien juga sering gelisah dan sulit tidur yang dirasakan
sudah sejak 1 minggu lalu.
Menurut ibunya, sebelum perilakunya berubah pasien merupakan
anak yang periang dan suka bergaul serta memiliki prestasi yang baik
di sekolahnya, dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga
biasanya ia mempertanyakan pertanyaan yang tidak wajar untuk
ditanyakan seperti alif itu apa, darimana, untuk apa?, apa gunanya
mencuci, kenapa harus mencuci?. Sebelumnya pasien bercerita
kepada ibunya stress ingin mencari pekerjaan. Saat ditawari pekerjaan,
pasien diminta untuk melepas jilbab tetapi ia tidak mau. Sejak saat itu
perilaku pasien berubah menjadi sering menangis, tertawa, mengamuk
dan berbicara sendiri.

C. Hendaya Disfungsi
Hendaya Sosial (+)
Hendaya Pekerjaan (+)
Hendaya Penggunaan Waktu Senggang (+)

D. Faktor Stressor Psikososial


Pasien memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan sering
mempertanyakan hal-hal yang tidak wajar kepada guru dan orang
tuanya yang dialami sejak duduk di SMA kelas 2. Pasien juga
berkeinginan untuk kuliah, tetapi keinginan tertebut tidak terpenuhi
akibat kekurangan biaya. Selain itu, pasien juga bercita-cita ingin
sukses dan memiliki pekerjaan agar bisa membantu orang tuanya dan
menyekolahkan adik-adiknya. Sebulan sebelum masuk rumah sakit,
pasien ditawari pekerjaan dengan syarat membuka jilbab, akan tetapi
pasien tidak mau dan menolak pekerjaan tersebut.

E. Riwayat Gangguan Psikiatrik


Pasien pernah mengalami hal yang sama saat duduk dikelas 2 SMA
yang berlangsung kurang lebih 1 minggu kemudian sembuh tanpa
pengobatan.
F. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada riwayat kejang dan trauma. Pasien belum pernah dirawat
dirumah sakit.

G. Riwayat Penggunaan Zat


Pasien tidak pernah menggunakan obat-obatan dan alkohol.

H. Riwayat Kehidupan Peribadi


1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir normal, cukup bulan, di rumah, dan di bantu
oleh bidan. Ibu pasien tidak pern ah sakit berat selama
kehamilan. Pasien anak pertama dari tiga bersaudara (P,
L, L).

2. Riwayat Masa Kanak Awal (1-3 tahun)


Tidak terdapat persoalan-persoalan makan diusia ini.
Pertumbuhan dan perkembangan sesuai umur, tidak ada
riwayat kejang, trauma atau infeksi pada masa ini. Pasien
mendapatkan kasih sayang dari orang tua dan saudara-
saudaranya.

3. Riwayat Masa Pertengahan (4-11 tahun)


Pertumbuhan dan perkembangan baik. Pasien tumbuh
sebagai anak yang periang, suka bergaul dengan anak
seusianya.

4. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja ( 12-18 tahun)


Pada usia ini pasien melanjutkan sekolah hingga jenjang
SMA. Di sekolah pasien merupakan murid yang rajin dan suka
bertanya kepada gurunya tentang hal-hal yang belum ia
mengerti dan terus bertanya sampai pasien betul-betul puas dan
mengerti. Pasien sangat suka bergaul dengan teman
sebanyanya. Pada masa ini pasien mulai bicara sendiri,
menangis dan tertawa tanpa sebab yang jelas.

5. Riwayat Masa Dewasa (>18 tahun)


Pada masa ini pasien tidak melanjutkan kuliah karena
terkendala pada biaya. Pasien mulai mencari pekerjaan dan
bekerja sebagai pegawai fotokopi yang tidak berlangsung lama
karena ditempat kerjan tersebut sangat sepi dan pasien tidak
menyukai suasana yang sepi. Yang pada akhirnya pasien hanya
bekerja dirumah membantu pekerjaan orang tuanya.

I. Riwayat Kehidupan Keluarga


Pasien merupakan anak pertama dari 3 bersaudara (P, L, L).
Pasien memiliki 2 saudara (L,L). Pasien mengatakan bahwa dia
ditinggalkan oleh ayah kandungnya saat masih dalam kandungan
kemudian ibunya menikah lagi. Pasien memiliki hubungan baik dengan kedua
saudara tiri, ayah tiri dan ibu kandungnya. Pasein mengaku menyayangi semua
anggota keluarganya. Tidak ada riwayat menderita penyakit yang sama dalam
keluarga .

J. Situasi Sekarang
Pasien sudah tenang dan merasa bahwa dirinya tidak sakit.

K. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupan.


Pasien tidak menyadari dirinya sakit secara penuh, dan tidak
memerlukan pengobatan dari dokter.
II. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan:
Tampak seorang perempuan memakai kaos berwarna coklat,
memakai celana kain hitam. Wajah pasien tampak sesuai umur.
pembawaan cukup tenang dan perawatan diri cukup baik.
2. Kesadaran : Kompos mentis
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor : Tampak tenang
4. Pembicaraan : Spontan, intonasi kuat, artikulasi jelas.
5. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif

B. Keadaan afektif
1. Mood : Aleksitimia
2. Afek : Datar
3. Keserasian : tidak serasi
4. Empati : tidak dapat dirabarasakan

C. Fungsi Intelektual (Kognitif)


1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan :
Pengetahuan dan kecerdasan sesuai taraf pendidikannya.
2. Daya konsentrasi : Baik
3. Orientasi : Baik
4. Daya ingat
- Jangka Pendek : Baik
- Jangka sedang : Baik
- Jangka Panjang : Baik
5. Pikiran abstrak : Baik
6. Bakat kreatif : Tidak ditemukan
7. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik
D. Gangguan persepsi
1. Halusinasi : Ada Riwayat
- Halusinasi Visual (+) : Berupa Bayangan makhluk halus
- Halusinasi Akustik (+) : Berupa bisikan yang menyuruhnya
untuk merusak
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada

E. Proses berpikir
1. Arus pikiran :
a. Produktivitas : Pasien berpikir cepat dan cukup
b. Kontinuitas : Relevan
c. Hendaya berbahasa : Tidak ada
2. Isi Pikiran
a. Preokupasi : Tidak ada
b. Gangguan isi pikiran : Tidak ada
F. Pengendalian impuls : Baik

G. Daya nilai
1. Norma sosial : Baik
2. Uji daya nilai : Baik
3. Penilaian Realitas : Baik

H. Tilikan (insight)
Derajat I: Pasien tidak menyadari dirinya sakit dan tidak butuh
pengobatandari dokter.

I. Taraf dapat dipercaya


Dapat dipercaya
III. PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGIS
1. Status Internus
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Gizi : Baik
Tanda-tanda Vital :
Tensi : 110/80 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Pernafasan : 22 x/menit
Suhu : 36,80C
Konjungtiva : Anemis (-/-)
Sklera : Ikterus (-/-)
Pem. Jantung-paru : dalam batas normal

2. Status Neurologis :
GCS : E4M6V5
Pemeriksaan motorik dan sensorik : N/N
N/N
Fungsi kortikal luhur : Dalam batas normal
Pupil : Bulat, isokor
Reflex cahaya : (+)/(+)
Pemeriksaan Kaku Kuduk & meningeasl sign : (-)
Refleks Fisiologis : Positif
Refleks Patologis : Negatif
Pemeriksaan N. Cranialis & Perifer : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan Tekanan Intrakranial : Tidak dilakukan pemeriksaan

IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Seorang perempuan berusia 20 tahun dibawa ke RSD Madani pada
tanggal 25 februari 2017 oleh keluarganya karena pasien sering mengamuk
tanpa sebab yang jelas yang dialami sejak 1 bulan yang lalu SMRS.
Menurut orang tua pasien, akhir-akhir ini 1 minggu yang lalu saat
mengamuk pasien merusak barang-barang bahkan sampai mengancam
ingin membunuh orang disekitarnya yang melarang tindakannya. Sejak 1
bulan yang lalu, pasien sering berbicara sendiri dan tertawa serta menangis
tanpa sebab yang jelas. Pasien mengaku sering melihat sosok makhlus
halus dan bisikan suara seolah-olah menyuruhnya untuk merusak barang-
barang disekitarnya. Pasien juga sering gelisah dan sulit tidur yang
dirasakan sudah sejak 1 minggu lalu.
Menurut ibunya, sebelum perilakunya berubah pasien merupakan anak
yang periang dan suka bergaul serta memiliki prestasi yang baik di
sekolahnya, dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga biasanya ia
mempertanyakan pertanyaan yang tidak wajar untuk ditanyakan seperti
alif itu apa, dari mana?, untuk apa?, apa gunanya mencuci, kenapa
harus mencuci?. Sebelumnya pasien bercerita kepada ibunya stress ingin
mencari pekerjaan. Saat ditawari pekerjaan, pasien diminta untuk melepas
jilbab tetapi ia tidak mau. Sejak saat itu perilaku pasien berubah menjadi
sering menangis, tertawa, mengamuk dan berbicara sendiri.
Pasien baru pertama kalinya masuk RSJ, akan tetapi perilaku seperti
sering menangis, tertawa, mengamuk dan bicara sendiri sudah pernah
dialaminya sejak duduk dikelas 2 SMA yang berlangsung seminggu dan
sembuh sendiri tanpa pengobatan. Ibu pasien memgaku bahwa keluhan
tersebut sudah 5 kali dialami yang berawal saat pasien duduk di kelas 2
SMA, tetapi hanya berlangsung kurang dari seminggu sehingga ibu pasien
tidak membawanya ke rumah sakit dan baru pada 1 bulan terakhir keluhan
tersebut makin memberat dan berlangsung lama sehingga orang tua pasien
membawanya ke rumah sakit.
Sebelumnya pasien bekerja sebagai pegawai fotokopi yang tidak
berlangsung lama karena ditempat kerja tersebut sangat sepi dan pasien
tidak menyukai suasana yang sepi. Yang pada akhirnya pasien hanya
bekerja dirumah membantu pekerjaan orang tuanya.
V. EVALUASI MULTIAKSIAL
1. Aksis I :
Berdasarkan alloanamnesa dan autoanamnesa didapatkan
adanya gejala klinis yang bermakna berupa berbicara
sendiri, menangis dan tertawa tanpa sebab yang jelas .
Keadaan ini menimbulkan disstress bagi pasien, dan
menimbulkan disabilitas dalam sosial dan pekerjaan dan
dalam menilai realita, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien
mengalami Gangguan Jiwa.
Pada pasien ditemukan hendaya berat dalam menilai realita,
juga terdapat hendaya dalam sosial dan pekerjaan, sehingga pasien
didiagnosa sebagai Gangguan Jiwa Psikotik.
Pada riwayat penyakit sebelumnya dan pemeriksaan status
interna dan neurologis tidak ditemukan adanya kelainan yang
mengindikasi gangguan medis umum yang menimbulkan gangguan
fungsi otak serta dapat mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita
pasien ini, sehingga diagnosa Gangguan mental dapat disingkirkan
dan didiagnosa Gangguan Jiwa Psikotik Non Organik.
Dari autoanamnesa dan pemeriksaan pada status
mental terdapat halusinasi dan gangguan perilaku seperti
mengamuk dan hendak mengancam orang lain, dimana gejala
tersebut telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau
lebih, maka dapat di diagnosis sebagai Skizofrenia. Adapun untuk
tipe skizofrenia, dapat diklasifikasikan dalam Skizofrenia tak
terinci (undifferentiated), hal ini disebabkan gejala pada pasien
tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid
(halusinasi dan waham tidak menonjol), hebefrenik (harus
dilakukan pengamatan yang bersifat kontinu selama 2-3 bulan
untuk memastikan bahwa gambaran yang khas pada hebefrenik
memang benar bertahan seperti yang disebutkan dalam PPDGJ III),
atau katatonik (tidak ada stupor, rigiditas, fleksibilitas cerea,
negativism, posturing atau command automatism) sehingga pada
pasien ini didiagnosis kedalam Skizofrenia tak terinci (F20.3).
2. Aksis II : Ciri kepribadian Skizoid
3. Aksis III : Tidak ada diagnosis
4. Aksis IV : Masalah berkaitan dengan pendidikan dan
pekerjaan
5. Aksis V : GAF 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap,
disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik

VI. DAFTAR MASALAH


1. Organobiologik
Terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter sehingga pasien
memerlukan psikofarmaka.
2. Psikologik
Ditemukan adanya masalah/ stressor dengan pendidikan dan
pekerjaan sehingga pasien memerlukan psikoterapi.

VII. PROGNOSIS
Dubia ad malam
Faktor pendukung :
a. Adanya dukungan dari keluarga
b. Genetik tidak ada
c. Faktor pencetus jelas
Faktor Penghambat
a. Onset terkena pertama kali masih muda
b. Tilikan 1
c. Gejala Berulang
d. Belum menikah
VIII. RENCANA TERAPI
Farmakoterapi :
Antipsikotik tipikal: Haloperidol 5 mg 2x 1
Psikoterapi suportif
Ventilasi
Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan isi hati
dan keinginannya sehingga pasien merasa lega
Persuasi: Membujuk pasien agar memastikan diri untuk selalu kontrol
dan minum obat dengan rutin.
Sugesti: Membangkitkan kepercayaan diri pasien bahwa dia dapat
sembuh (penyakit terkontrol).
Desensitisasi: Pasien dilatih bekerja dan terbiasa berada di dalam
lingkungan kerja untuk meningkatkan kepercayaan diri.
Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang-orang sekitarnya
sehingga tercipta dukungan sosial dengan lingkungan yang kondusif
untuk membantu proses penyembuhan pasien serta melakukan
kunjungan berkala.

IX. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakit
serta menilai efektifitas pengobatan yang diberikan dan kemungkinan
munculnya efek samping obat yang diberikan.

X. PEMBAHASAN/ TINJAUAN PUSTAKA


Arti kata Skizofrenia dipopulerkan oleh Eugen Bleuler. Ketika itu,
pada tahun 1911, Bleuler menganjurkan supaya lebih baik dipakai istilah
skizofrenia, karena nama ini dengan tepat sekali menonjolkan gejala
utama penyakit ini,yaitu jiwa yang terpecah-belah, adanya keretakan atau
disharmoni antara proses berpikir, perasaan, dan perbuatan (schizos =
pecah-belah atau bercabang, phren = jiwa).
Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi
penyebab(banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu
bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang
tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.
Penyebab skizofrenia sampai sekarang belum diketahui secara pasti.
Namun berbagai teori telah berkembang seperti model diastesis-stres dan
hipotesis dopamin. Model diastesis stres merupakan satu model yang
mengintegrasikan faktor biologis, psikososial dan lingkungan. Model ini
mendalilkan bahwa seseorang yang mungkin memiliki suatu kerentanan
spesifik (diastesis) yang jika dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan yang
menimbulkan stres, memungkinkan perkembangan gejala skizofrenia.
Komponen lingkungan dapat biologis (seperti infeksi) atau psikologis
(seperti situasi keluarga yang penuh ketegangan).
Hipotesis dopamin menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh
terlalu banyaknya aktivitas dopaminergik. Teori tersebut muncul dari dua
pengamatan. Pertama, kecuali untuk klozapin, khasiat dan potensi
antipsikotik berhubungan dengan kemampuannya untuk bertindak sebagai
antagonis reseptor dopaminergik tipe 2. Kedua, obat-obatan yang
meningkatkan aktivitas dopaminergik (seperlalu banyaknya reseptor
dopamin atau kombinasi kedua mekanisme tersebut.
Skizofrenia berdasarkan teori dopamin terdiri dari empat jalur
dopamin yaitu:
1. Mesolimbik dopamin pathways: merupakan hipotesis terjadinya gejala
positif pada penderita skizofrenia. Mesolimbik dopamin pathways
memproyeksikan badan sel dopaminergik ke bagian ventral tegmentum
area (VTA) di batang otak kemudian ke nukleus akumbens di daerah
limbik. Jalur ini berperan penting pada emosional, perilaku khususnya
halusinasi pendengaran, waham dan gangguan pikiran. Antipsikotik
bekerja melalui blokade reseptor dopamin ksususnya reseptor dopamin
D2. Hipotesis hiperaktif mesolimbik dopamin pathways menyebabkan
gejala positif meningkat.
2. Mesokortikal dopamin pathways: jalur ini dimulai dari daerah VTA ke
daerah serebral korteks khususnya korteks limbik. Peranan
mesokortikal dopamin pathways adalah sebagai mediasi dari gejala
negatif dan kognitif pada penderita skizofrenia. Gejala negatif dan
kognitif disebabkan terjadinya penurunan dopamin di jalur
mesokortikal terutama pada daerah dorsolateral prefrontal korteks.
Penurunan dopamin di mesokortikal dopamin pathways dapat terjadi
secara primer dan sekunder. Penurunan sekunder terjadi melalui inhibisi
dopamin yang berlebihan pada jalur ini atau melalui blokade
antipsikotik terhadap reseptor D2. Peningkatan dopamin pada
mesokortikal dapat memperbaiki gejala negatif atau mungkin gejala
kognitif.
3. Nigostriatal dopamin pathways: berjalan dari daerah substansia nigra
pada batang otak ke daerah basal ganglia atau striatum. Jalur ini
merupakan bagian dari sistem saraf ekstrapiramidal. Penurunan
dopamin di nigostriatal dopamin pathways dapat menyebabkan
gangguan pergerakan seperti yang ditemukan pada penyakit parkinson
yaitu rigiditas, bradikinesia dan tremor. Namun hiperaktif atau
peningkatan dopamin di jalur ini yang mendasari terjadinya gangguan
pergerakan hiperkinetik seperti korea, diskinesia atau tik.
4. Tuberoinfundibular dopamin pathways: jalur ini dimulai dari daerah
hipotalamus ke hipofisis anterior. Dalam keadaan normal
tuberoinfundibular dopamin pathways mempengaruhi oleh inhibisi dan
penglepasan aktif prolaktin, dimana dopamin berfungsi melepaskan
inhibitor pelepasan prolaktin. Sehingga jika ada gangguan dari jalur ini
akibat lesi atau penggunaan obat antipsikotik, maka akan terjadi
peningkatan prolaktin yang dilepas sehingga menimbulkan galaktorea,
amenorea atau disfungsi seksual.
Menurut PPDGJ III yang merupakan pedoman diagnostik untuk
Skizofrenia :
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan
biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau
kurang jelas):
(a) - Thought echo : isi pikiran diri sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun
isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau
- Thought insertion or withdrawal : isi pikiran yang asing dari luar
masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil
keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
- Thought broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang
lain atau umum mengetahuinya.
(b) - Delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
- Delusion of influence : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar; atau
- Delusion of passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap sesuatu kekuatan dari luar.
- Delusional perception : pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat.
(c) Halusinasi auditorik:
- suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien, atau
- mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara).
- jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagi tubuh
(d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dam kemampuan
diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
komunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara
jelas:
(a) halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai
baik oleh waham yang mengambang maupun setengah berbentuk
tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai ide-ide berlebihan
(over- valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari
selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus berulang.
(b) Arus pikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang
tidak relevan, atau neologisme;
(c) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme,
mutisme, dan stupor;
(d) Gejala-gejala "negatif", seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,
dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih.
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek kehidupan perilaku
pribadi (personal behaviour),bermanifestasi sebagai hilangnya minat,
hidup tak bertujuan,tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendir
(self absorbed atitude), dan penarikan diri secara sosial.

SKIZOFRENIA TAK TERINCI


- Memenuhi kriteria umum untuk diagnostic skizofrenia
- Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid,
hebefrenik atau katatonik,
- Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca-
skizofrenia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim R, 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas
dari PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya,
Jakarta.
2. Maslim R, 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik
(Psychotropic Medication). Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma
Jaya, Jakarta.
3. Elvira S, Hadisukanto G, 2013. Buku Ajar Psikiatri Edisi Kedua. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
4. Gunawan S, Setiabudy R, Nafrialdi, 2008. Farmakologi dan Terapi Edisi 5
5. Kaplan H.I, Sadok B.J, Sinopsis Psikiatri Edisi ketujuhJilid I, Jakarta:
Binarupa Aksara;2010.

Anda mungkin juga menyukai