Anda di halaman 1dari 14

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hipertensi merupakan penyakit tidak menular sampai saat ini masih

menjadi masalah kesehatan secara global. Hipertensi adalah suatu keadaan

dimana tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan diastolik >90 mmHg

pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan

istirahat. Pada umumnya hipertensi tidak memberikan keluhan dan gejala yang

khas sehingga banyak penderita yang tidak menyadarinya. Oleh karena itu

hipertensi dikatakan sebagai the sailent killer (Karo SK, 2012).


Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian

secara global. Data WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang

terjadi di dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya

disebabkan oleh PTM. PTM juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih

muda. Di negara-negara dengan tingkat ekonomi rendah dan menengah, dari

seluruh kematian yang terjadi pada orang-orang berusia kurang dari 60 tahun,

29% disebabkan oleh PTM, sedangkan di negara-negara maju, menyebabkan

13% kematian (Buletin Jendela data dan Informasi Kesehatan PTM,

Kementerian Kesehatan, 2012).


Penyakit Tidak Menular (PTM) di Indonesia menunjukkan adanya

kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu. Keadaan dimana

penyakit menular di satu sisi masih menjadi masalah kesehatan penting dan

dalam waktu bersamaan morbiditas dan mortalitas PTM makin meningkat


2

merupakan beban ganda dalam pelayanan kesehatan, tantangan yang harus

dihadapi dalam pembangunan bidang kesehatan di Indonesia. Selama tahun

1995 hingga 2007 di Indonesia proporsi penyakit tidak menular mengalami

peningkatan cukup tinggi dari 41,7% (1995), 49,9% (2001) menjadi 59,5%

pada tahun 2007. Menurut profil PTM WHO tahun 2011, di Indonesia tahun

2008 terdapat 582.300 laki-laki dan 481.700 perempuan meninggal karena

PTM (Buletin Jendela data dan Informasi Kesehatan PTM, Kementerian

Kesehatan, 2012).
Menurut WHO (World Health Organitation) tahun 2013 penyakit

kardiovascular telah menyebabkan 17 juta kematian tiap tahun akibat

komplikasi hipertensi, yaitu sekitar 9,4 juta tiap tahun di seluruh dunia.

Persentasi penderita hipertensi saat ini paling banyak terdapat di Negara

berkembang (WHO, 2013).


Saat ini, diseluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500

juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan

mencapai 1,2 milyar. Di Negara maju seperi Amerika Serikat pertambahan

orang lanjut usia diperkirakan 1.000 orang per hari pada tahun 1985 dan

diperkirakan 50% dari penduduk berusia diatas 50 tahun sehingga istilah baby

boom pada masa lalu berganti menjadi ledakan penduduk lanjut usia (lansia)

(Padila, 2013).
Kawasan Asia hipertensi telah membunuh 1,5 juta orang setiap

tahunnya. Di Indonesia pada tahun 2013, prevalensi hipertensi 15 juta orang

dewasa dan lansia, tetapi hanya 4% yang merupaka hipertensi terkontrol dan

90% hipertensi esensial, dari hasil tersebut disimpulkan bahwa hipertensi


3

adalah penyebab kematian penyakit tidak menular kedua setelah stroke

(Ardiyanto, 2014)
Indonesia adalah termasuk Negara yang memasuki era penduduk

berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena jumlah penduduk

yang berusia 60 tahun keatas sekitar 7,18%. Jumlah penduduk lansia di

Indonesia pada tahun 2006 sebesar kurang lebih dari 19 juta, dengan usia

harapan hidup 66,2 tahun. Pada tahun 2010 jumlah lansia sebanyak 14.439.967

jiwa (7,18%) dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 23.992.553

jiwa (9,77%) sementara pada tahun 2011 jumlah lansia sebesar 20 juta jiwa

(9,51%), dengan usia harapan hidup 67,4 tahun dan pada tahun 2020

diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%), dengan usia harapan hidup 71,1 tahun

(Depkes RI, 2012)


Hasil Riskesdas 2013 di Nusa Tenggara Barat menunjukkan jumlah

lansia penderita hipertensi sebanyak 6848 jiwa (24,3%) yakni pria 3466 dan

wanita 3382. Sedangkan untuk Kabupaten Lombok Barat sendiri berdasarkan

data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat tahun 2016, yaitu sebesar

9551 kasus hipertensi dari 10 Puskesmas yang ada di Kabupaten Lombok

Barat.
Penyakit kardiovaskuler merupakan kematian terbesar dan disabilitas

pada lanjut usia, terutama usia 65 tahun ke atas dan 50% terdapat di Negara

industry maju. Lanjut usia umumnya mengalami pembesaran jantung

(hipertrofi). Setelah berusia 20 tahun, kekuatan otot jantung seseorang

berkurang sesuai dengan bertambahnya usia. Dengan bertambahnya usia,

denyut jantung maksimum dan fungsi lain jantung juga berangsur-angsur


4

menurun. Pada lanjut usia, tekanan darah akan naik secara bertahap, elastisitas

jantung pada orang berusia 70 tahun menurun sekitar 50% (Nugroho, 2012)
Nugroho (2012) juga mengemukakan dari banyak penelitian

epidemiologi, didapat bahwa dengan meningkatnya usia dan tekanan darah

meninggi, hipertensi menjadi masalah pada lanjut usia karena sering ditemukan

dan menjadi factor utama payah jantung dan penyakit jantung koroner. Lebih

dari separuh kematian di atas usia 60 tahun disebabkan oleh penyakit jantung

dan serebrovaskuler.
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah kondisi tekanan

darah seseorang yang meningkat secara kronis, dimana tekanan darah

sistolik/diastolic melebihi 140/90 mmHg (Palmer & William (2007) dikutip

dalam Mubin, dkk. (2010)). Penyakit hipertensi sering disebut sebagai The

Silent Disease atau penyakit tersembunyi. Karena sulit diketahui, penyakit ini

juga sering disebut sebagai Silent Killer atau pembunuh diam-diam (Hartono,

2012)
Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum

terjadi di Negara berkembang dan Negara maju. Perubahan gaya hidup modern,

seperti merokok, minuman alcohol, pola makan yang tidak seimbang dan

kurangnya aktivitas dapat memicu meningkatnya angka kejadian penyakit

hipertensi (Martha (2012), dikutip dalam Roza, dkk. (2012). Hipertensi

merupakan gangguan kesehatan masyarakat yang perlu segera ditanggulangi.

Tanpa penanggualangan yag baik penyakit ini akan mengganggu kehidupan

penderita sehari-hari dan penyakit ini cenderung menimbulkan komplikasi

(Wolf (2008), dikutip dalam Wahyu & Prijono (2013)).


5

Penyakit hipertensi dapat mengakibatkan infark miokard, stroke, gagal

ginjal, dan kematian jika tidak dideteksi secara dini dan ditangani dengan tepat.

Sekitar 69% pasien serangan jantung, 77% pasien stroke, dan 74% pasien

congestive heart failure (CHF) menderita hipertensi dengan tekanan darah

>140/90 mmHg. Hipertensi menyebabkan kematian pada 45% penderita

penyakit jantung dan 51% kematian pada penderita penyakit stroke pada tahun

2008 (WHO, 2012).


Di provinsi Nusa Tenggara Barat dilaporkan bahwa jumlah penderita

hipertensi pada tahun 2013 terdapat 136.865 kasus dan tahun 2014 terdapat

135.750 kasus, hipertensi sebagai penyebab kematian nomor 3 setelah stroke

dan tuberculosis, jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian

pada semua umur di Nusa Tenggara Barat (Dikes NTB, 2015).


Tabel 1.1 Prevalensi hipertensi di Provinsi Nusa Tenggara Barat 2013-2015

Jumlah Penderita Hipertensi Berdasarkan Usia


No Tahun 55.59Th 60.69Th >70 th
L P L P L P
1 2013 3606 4293 4647 5075 1785 1855
2 2014 2106 2484 2357 2884 957 842
3 2015 14670 19059 21282 28298 8201 9693
Jumlah 20382 25836 28286 36257 10943 12390
Sumber : Dikes Provinsi Nusa Tenggara Barat

Dari tabel diatas terlihat prevalensi hipertensi yang terjadi di Provinsi

NTB tahun 2013 penemuan kasus hipertensi sebanyak 21.261 orang, tahun

2014 kasus hipertensi sebanyak 11.630 orang, dan pada tahun 2015 kasus

hipertensi mengalami peningkatan yakni sebanyak 101.203 orang.


Tabel 2.1 Prevalensi hipertensi di wilayah kerja PKM Karang Pule 2014-2016

Jumlah Penderita Hipertensi


No Kelurahan
2014 2015 2016
6

1 Pande Mas Barat 36 36 45


2 Presak Timur 31 56 47
3 Presak Barat 43 77 72
4 Karang Buaya 88 79 95
5 Dasan Kolo 20 43 38
6 Mapak Dasan 43 29 45
7 Kebon Daye Indah 24 31 59
8 Griya Pagutan Indah 19 20 15
9 Karang Seme 49 81 95
10 Karang Pule 40 93 92
Jumlah 321 545 603
Sumber : Data Puskesmas Karang Pule, 2016

Dari tabel di atas dapat kita simpulkan bahwa terjadi peningkatan

penyakit hipertensi pada lansia tahun 2014-2016, dimana pada tahun 2014

jumlah kasus hipertensi sebanyak 321 kasus, pada tahun 2015 yaitu sebanyak

545 kasus, dan pada tahun 2016 kasus hipertensi meningkat sebanyak 603

kasus.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti melalui

wawancara dan observasi terhadap 10 responden di Puskesmas Karang Pule,

hasil yang di dapatkan yakni 2 dari responden mengatakan memiliki riwayat

obesitas di anggota keluarganya, 5 responden mengatakan bahwa tidak pernah

berolahraga dan hanya beraktivitas saat bekerja, 3 responden mengatakan

bahwa saat berumur 47 tahun baru menyadari dirinya mengalami hipertensi.


Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh

tentang factor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia

seperti jenis kelamin, usia, obesitas, aktivitas fisik pada lansia di wilayah kerja

puskesmas Karang Pule. Oleh karena itu peneliti mengangkat judul Analisis

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Di

Wilayah Kerja Puskesmas Karang Pule


7

1.2. Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan

penelitian yaitu Apakah factor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

hipertensi yaitu usia, jenis kelamin, obesitas dan aktivitas fisik, mengkonsumsi

alcohol, mengkonsumsi garam berpengaruh terhadap lansia di wilayah kerja

Puskesmas Karang Pule ?


1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui dan menganalisis factor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian hipertensi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas

Karang Pule.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi factor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

hipertensi yang tidak dapat diubah (usia dan jenis kelamin) pada

lansia di wilayah kerja Puskesmas Karang Pule.


2. Mengidentifikasi factor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

hipertensi yang dapat diubah (obesitas, dan aktivitas fisik) pada

lansia di wilayah kerja Puskesmas Karang Pule.


3. Menganalisis factor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

hipertensi yang tidak dapat diubah (usia dan jenis kelamin) dan

faktor yang dapat diubah (obesitas dan aktivitas fisik) pada lansia di

wilayah kerja Puskesmas Karang Pule.


1.4. Manfaat Penelitian
4.1.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan

teori dalam mengembangkan ilmu keperawatan terutama tentang faktor-

faktor yang berhubungan dengan kejadian Hipertensi pada lansia. Serta

untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan


8

dengan cara menguatkan atau menambahkan teori yang telah ada

sebelumnya dengan riset dan pembuktian yang ilmiah.


4.1.2 Manfaat Praktisi

1. Bagi Instansi Pelayanan

Dengan adanya hasil penelitian ini di harapkan dapat

menambah pengetahuan dan pemahaman instansi pelayanan pada

pasien hipertensi tentang bagaimana faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian hipertensi pada lansia.

2. Bagi Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit

hipertensi agar bias merubah pola hidupnya menjadi lebih baik.


3. Bagi Institusi Pendidikan
Menerapkan materi pembelajaran tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia lebih mendetail

agar mahasiswa lebih faham tentang faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian hipertensi.


4. Bagi Profesi
Menambah pemahaman perawat tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia untuk dapat

diberikan penyuluhan di masyarakat.

5. Bagi Puskesmas

Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

informasi dan masukan khususnya bagi Puskesmas Karang Pule

dalam rangka menentukan kebijakan terutama dalam hal pelayanan

kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan kasus Hipertensi.


9

6. Bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data

acuan pada penelitian selanjutnya


1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini akan meneliti tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia di wilayah kerja

Puskesmas Karang Pule. Variabel independen dalam penelitian ini adalah umur,

genetic, jenis kelamin, suku, obesitas, merokok, stress, konsumsi garam yang

berlebihan, olah raga, konsumsi alkohol,


1.6. Keaslian Penelitian
Tabel 1.2 Keaslian Penelitian

N Judul Metode Hasil


Variabel Populasi/Sampel Perbedaan
o Penelitian Penelitian Penelitian
1 Faktor- Variabel Studi Sampel dalam Pada a.Variabel :
variabel
faktor yang dependen : analitik penelitian ini penelitian
independen
berhubungan hipertensi dengan adalah bagian ini
Variabel : faktor
dengan desain cross dari populasi didapatkan
independe risiko
kejadian sectional terjangkau yaitu ada
n : jenis hipertensi
Hipertensi study dan kelompok lanjut hubungan
kelamin, yang tidak
pada menggunak usia yang datang yang
genetik, dapat
kelompok an ke posyandu bermakna
obesitas, dirubah
lanjut usia di pendekatan lansia yang telah antara
olah raga, (umur,
wilayah retrospektif memenuhi genetic,
merokok, genetik,
kerja UPT kriteria inklusi olah raga
minum jenis
Puskesmas dan esklusi serta dan
10

Petang I alkohol telah terpilih tingkat kelamin,

Kabupaten dan sebagai sampel, stress suku)


variabel
Bandung tingkat bersedia dengan
dependen :
tahun 2016, stress menjadi kejadian
faktor
Muhammad responden untuk hipertensi.
risiko
Hafiz Bin diwawancarai Sedangkan
hipertensi
Arifin DKK dan mengisi jenis
yang dapat
(2016) dengan lengkap kelamin,
dirubah
jawaban dari obesitas,
(obesitas,
kuesioner merokok
merokok,
penelitian. dan
stress,
konsumsi
konsumsi
alkohol
garam yang
tidak
berlebihan,
terdapat
olah raga,
hubungan
konsumsi
yang
alkohol.
bermakna b. Populasi

dengan dan sampel

kejadian Popula
si:
hipertensi.
Semua
lansia
11

penderita
hipertensi
yang
datang ke
wilayah
kerja
Puskesmas
Karang
Pule.
Sampel:
Sebagian
lansia yang
diambil
dari
populasi.
c.Metode

penelitian

yang

digunakan

adalah

survey

analitik

dengan

pendekatan

cross

sectional.
2. Faktor- Variabel Survei Sampel dalam Pada a.Variabel :
12

faktor yang independe analitik penelitian ini penelitian variabel

berhubungan n : jenis menggunak adalah pasien ini independen

dengan kelamin, an desain yang berobat di didapatkan : faktor

Tekanan umur, cross Puskesmas jenis risiko

Darah di pendidika sectional Telaga Murni kelamin hipertensi

Puskesmas n, yang telah tidak yang tidak

Telaga pekerjaan, memenuhi berhubung dapat

Murni, obesitas, kriteria inklusi an secara dirubah

Cikarang merokok, dan esklusi serta statistic (umur,

Barat tahun konsumsi telah terpilih dengan genetik,

2012, Febby alkohol, sebagai sampel, tekanan jenis

Haendra olah raga, bersedia darah. kelamin,

Dwi asupan menjadi Sedangkan suku)


variabel
Anggara, nutrisi dan responden untuk umur,
dependen :
Nanang asupan diwawancarai pendidika
faktor
Prayitno kalium dan mengisi n,
Variabel risiko
(2012) dengan lengkap pekerjaan,
dependen : hipertensi
jawaban dari IMT,
Tekanan yang dapat
kuesioner kebiasaan
darah dirubah
penelitian. merokok,
(obesitas,
konsumsi
merokok,
alkohol,
stress,
13

kebiasaan konsumsi

olah raga, garam yang

asupan berlebihan,

natrium, olah raga,

asupan konsumsi

kalium alkohol.
b. Populasi
berhubung
dan sampel
an secara
Popula
statistic
si:
dengan Semua
lansia
tekanan
penderita
darah
hipertensi
yang
datang ke
wilayah
kerja
Puskesmas
Karang
Pule.
Sampe
l:
Sebagian
lansia yang
diambil
dari
populasi.
14

c.Metode

penelitian

yang

digunakan

adalah

survey

analitik

dengan

pendekatan

cross

sectional.

Anda mungkin juga menyukai