Anda di halaman 1dari 5

Definisi

Perdarahan paska partum didefinisikan sebagai kehilangan darah lebih dari 500 mL
setelah persalinan pervaginam atau lebih dari 1000 mL setelah sectio caesarea. Hilangnya
jumlah ini dalam waktu 24 jam setelah melahirkan disebut perdarahan paska partum primer,
sedangkan Perdarahan paska partum sekunder jika terjadi 24 jam setelah melahirkan (John,
2016).

Epidemiologi
Perdarahan paska partum adalah penyebab utama kematian ibu. Semua wanita
dengan kehamilan lebih dari 20 minggu berisiko untuk menderita perdarahan paska partum.
Meskipun angka kematian ibu telah sangat menurun di negara maju tetapi tetap menjadi
penyebab utama kematian ibu di tempat lain (John, 2016).

Manifestasi Klinis

Gejala klinik perdarahan paska partum Seorang wanita hamil yang sehat dapat
kehilangan darah sebanyak 10% dari volume total tanpa mengalami gejala-gejala klinik,
gejala-gejala baru tampak pada kehilangan darah sebanyak 20%. Gejala klinik berupa
perdarahan pervaginam yang terus-menerus setelah bayi lahir. Kehilangan banyak darah
tersebut dapat menimbulkan tanda-tanda syok yaitu penderita pucat, tekanan darah rendah,
denyut nadi cepat dan kecil, ekstrimitas dingin, dan lain-lain (Wiknjosastro, 2010).

Klasifikasi
Klasifikasi perdarahan paska partum (Cunningham, 2012) :
1. Perdarahan paska partum primer atau dini (early postpartum haemorrahage),
yaitu perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utamanya adalah atonia
uteri, retention plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir. Banyaknya terjadi pada 2
jam pertama
2. Perdarahan paska partum sekunder atau lambat (late postpartum haemorrhage), yaitu
perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama.
Etiologi
Etiologi dari perdarahan paska partum berdasarkan klasifikasi di atas, adalah
(Wiknjosastro, 2010)
Etiologi perdarahan paska partum dini (Sarwono, 2012):

1. Atonia uteri

Faktor predisposisi terjadinya atoni uteri adalah :

Umur yang terlalu muda atau terlalu tua


Sering di jumpai pada multipara dan grande mutipara
Partus lama
Uterus terlalu regang dan besar misal pada gemeli, hidromnion atau janin besar
Kelainan pada uterus seperti mioma uteri, solusio plasenta
Faktor sosial ekonomi yaitu malnutrisi
2. Laserasi Jalan lahir : robekan perineum, dinding vagina, serviks, forniks dan rahim yang
dapat menimbulkan perdarahan yang banyak apabila tidak segera di reparasi.

3. Hematoma

Hematoma yang biasanya terdapat pada daerah-daerah yang mengalami laserasi atau
pada daerah jahitan perineum.
4. Lain-lain

Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus, sehingga masih
ada pembuluh darah yang tetap terbuka, Ruptur uteri, Inversio uteri
b. Etiologi perdarahan paska partum lambat :

1. Tertinggalnya sebagian plasenta


2. Subinvolusi di daerah insersi plasenta
3. Luka bekas sectio caesarea

Diagnosis
Untuk membuat diagnosis perdarahan paska partum perlu diperhatikan ada
perdarahan yang menimbulkan hipotensi dan anemia. apabila hal ini dibiarkan berlangsung
terus, pasien akan jatuh dalam keadaan syok. perdarahan paska partum tidak hanya terjadi
pada mereka yang mempunyai predisposisi, tetapi pada setiap persalinan kemungkinan untuk
terjadinya perdarahan paska partum selalu ada (Wiknjosastro, 2010).
Perdarahan yang terjadi dapat deras atau merembes. perdarahan yang deras biasanya
akan segera menarik perhatian, sehingga cepat ditangani sedangkan perdarahan yang
merembes karena kurang nampak sering kali tidak mendapat perhatian. Perdarahan yang
bersifat merembes bila berlangsung lama akan mengakibatkan kehilangan darah yang
banyak. Untuk menentukan jumlah perdarahan, maka darah yang keluar setelah uri lahir
harus ditampung dan dicatat (Wiknjosastro, 2010).
Kadang-kadang perdarahan terjadi tidak keluar dari vagina, tetapi menumpuk di
vagina dan di dalam uterus. Keadaan ini biasanya diketahui karena adanya kenaikan fundus
uteri setelah uri keluar. Untuk menentukan etiologi dari perdarahan postpartum diperlukan
pemeriksaan lengkap yang meliputi anamnesis, pemeriksaan umum, pemeriksaan abdomen
dan pemeriksaan dalam (Wiknjosastro, 2010).
Pada atonia uteri terjadi kegagalan kontraksi uterus, sehingga pada palpasi abdomen
uterus didapatkan membesar dan lembek. Sedangkan pada laserasi jalan lahir uterus
berkontraksi dengan baik sehingga pada palpasi teraba uterus yang keras. Dengan
pemeriksaan dalam dilakukan eksplorasi vagina, uterus dan pemeriksaan inspekulo. Dengan
cara ini dapat ditentukan adanya robekan dari serviks, vagina, hematoma dan adanya sisa-sisa
plasenta (Wiknjosastro, 2010).

Pencegahan dan Penanganan


Cara yang terbaik untuk mencegah terjadinya perdarahan paska partum adalah
memimpin kala II dan kala III persalinan secara lega artis. Apabila persalinan diawasi oleh
seorang dokter spesialis obstetrik dan ginekologi ada yang menganjurkan untuk memberikan
suntikan ergometrin secara IV setelah anak lahir, dengan tujuan untuk mengurangi jumlah
perdarahan yang terjadi (Wiknjosastro, 2010).
Penanganan umum pada perdarahan paska partum (Sarwono, 2012):
Ketahui dengan pasti kondisi pasien sejak awal (saat masuk)
Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan aman (termasuk upaya
pencegahan perdarahan pasca persalinan)
Lakukan observasi melekat pada 2 jam pertama paska persalinan (di ruang persalinan)
dan lanjutkan pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya (di ruang rawat gabung).
Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat
Segera lakukan penlilaian klinik dan upaya pertolongan apabila dihadapkan dengan
masalah dan komplikasi
Atasi syok
Pastikan kontraksi berlangsung baik (keluarkan bekuan darah, lakukan pijatan uterus,
berikan uterotonika 10 IU IM dilanjutkan infus 20 IU dalam 500cc NS/RL dengan 40
tetesan permenit.
Pastikan plasenta telah lahir dan lengkap, eksplorasi kemungkinan robekan jalan lahir.
Bila perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah.
Pasang kateter tetap dan lakukan pemantauan input-output cairan
Cari penyebab perdarahan dan lakukan penangan spesifik.

1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap III LC, Wenstrom
KD. Uterine Leiomyomas. In : Williams Obstetrics. 22ndedition. Mc Graw-Hill. New
York : 2012.
2. Sheris j. Out Look : Kesehatan ibu dan Bayi Baru Lahir. Edisi Khusus. PATH. Seattle
: 2002.
3. Winkjosastro H, Hanada . Perdarahan Pasca Persalinan. Disitasi tanggal 21 September
2008 dari
:http://http://www.geocities.com/Yosemite/Rapids/1744/cklobpt12 .html[update : 1
Februari 2005].
4. Setiawan Y. Perawatan perdarahan post partum. Disitasi tanggal 21 September
2008 http://http://www.Siaksoft.net [update : Januari 2008].
5. Alhamsyah. Retensio Plasenta. Disitasi tanggal 22 September
2008 dari :http://www.alhamsyah.com [update : Juli 2008].
6. Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Perdarahan Pasca Persalinan..Disitasi
tanggal 22 September
2008 dari :http://.www.Fkunsri.wordpress.com [update : Agustus 2008].
7. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadi T. Tindakan Operatif Dalam Kala Uri.
Dalam : Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi 3. Jakarta : YBP-SP. 2002.
8. WHO. Managing Complications in Pregnancy and Childbirth : Manual Removal. of
Placenta. Disitasi tanggal 22 September
2008 dari
:http://www.who.int/reproductivehealth/impac/Procedures/Manual_removal_P77_P79.
html. [update : 2003].
9. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadi T. Perdarahan Post Partum. Dalam : Ilmu
Bedah Kebidanan. Edisi 3. Jakarta : YBP-SP. 2002.
10. Prawirohardjo S. Perdarahan Paska Persalinan. Dalam : Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP. 2002.
11. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadi T. Syok Hemoragika dan Syok Septik.
Dalam : Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi 3. Jakarta : YBP-SP. 2002.

Anda mungkin juga menyukai