Anda di halaman 1dari 17

EKONOMI POLITIK

ANALISA KONDISI EKONOMI POLITIK INDONESIA TAHUN 1945-


1998 DAN SETELAH 1998

Disusun Oleh :
Safirah Diana (160413601921)
Taufan Adi Pamungkas (160413602078)

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2017
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
ANALISA KONDISI EKONOMI POLITIK INDONESIA TAHUN 1945-1998
DAN SETELAH TAHUN 1998 makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Ekonomi Politik.

Dalam penyusunan makalah ini kami sampaikan ucapan terima kasih yang
tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah
ini, khususnya kepada :

1. Bapak Achmad Murdiono, S.E., S.Pd., M.M. selaku dosen mata kuliah
Manajemen Bisnis dan Jasa yang telah meluangkan pikiran, tenaga dan
waktunya dalam pelaksanaan bimbingan dan pengarahan dalam rangka
penyusunan makalah ini.
2. Kedua Orangtua kami yang telah memberikan motivasi dalam penyusunan
makalah ini.
3. Teman-teman kelompok 10 yang saling bekerjasama sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Dalam penyusunan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-


kekurangan baik pada teknis kamian maupun materi, mengingat akan terbatasnya
kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak kami harapkan demi penyempurnaan penyusunan makalah ini.

Malang, 18 Februari 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
ISI.............................................................................................................................3
A. Kondisi Ekonomi Politik Masa Orde Lama..................................................3
B. Kondisi Ekonomi Politik Masa Orde Baru...................................................4
C. Kondisi Ekonomi Politik Indonesia di Masa Reformasi...............................6
D. Kondisi Ekonomi Politik Pada Masa Sekarang..........................................11
BAB III..................................................................................................................13
PENUTUP..............................................................................................................13
A. Kesimpulan.................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................14

3
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Orde lama adalah masa pemerintahan Presiden Soekarno di Indonesia.
Orde lama berlangsung dari tahun 1945 sampai dengan 1968. Orde baru lahir
sebagai upaya untuk mengoreksi total penyimpangan yang dilakukan pada
masa Orde Lama, penataan kembali seluruh aspek kehidupan rakyat, bangsa,
dan negara Indonesia,melaksanakan Pancasila dan UUD1945 secara murni
dan konsekuen dan menyusun kembali kekuatan bangsa untuk menumbuhkan
stabilitas nasional guna mempercepat proses pembangunan bangsa.

Setelah Orde Baru memegang kekuasaan dan mengendalikan


pemerintahan, muncul suatu keinginan untuk terus-menerus mempertahankan
status. Hal ini menimbulkan ekses-ekses negative, yaitu semakin jauh dari
tekad awal Orde Baru tersebut. Akhirnya berbagai macam penyelewengan
dan penyimpangan dari nilai-nilai Pancasila dan ketentuan-ketentuan yang
terdapat pada UUD 1945, banyak dilakukan oleh pemerintah Orde Baru.
Penyelewengan dan penyimpangan yang dilakukannya itu direkayasa untuk
melindungi kepentingan penguasa. Pemerintahan orde baru yang otoriter
(tidak demokratis) dan tertutup, besarnya peranan militer dalam orde baru
adanya KKN, ketidakadilan dalam bidang hukum. Sehingga muncul
reformasi.

Reformasi merupakan suatu gerakan yang menghendaki adanya


perubahan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ke arah yang
lebih baik secara konstitusional. Adanya perubahan kehidupan dalam bidang
politik, ekonomi, hukum, sosial, dan budaya yang lebih baik, demokratis
berdasarkan prinsip kebebasan, persamaan, dan persaudaraan.

Gerakan reformasi lahir sebagai jawaban atas krisis yang melanda berbagai
segi kehidupan. Krisis multidimensional yang meliputi krisis politik, ekonomi,
hukum, sosial, dan lain sebagainya merupakan faktor yang mendorong
lahirnya gerakan reformasi. Bahkan, krisis kepercayaan telah menjadi salah
satu indikator yang menentukan

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi ekonomi politik di masa orde lama?
2. Bagaimana kondisi ekonomi politik di masa orde baru?
3. Bagaimana kondisi ekonomi politik di masa reformasi?
4. Bagaimana kondisi ekonomi politik di masa sekarang?

C. Tujuan
1. Pembaca dapat mengetahui kondisi ekonomi politik dimasa orde lama
2. Pembaca dapat mengetahui kondisi ekonomi politik dimasa orde baru
3. Pembaca dapat mengetahui kondisi ekonomi politik dimasa reformasi
4. Pembaca dapat mengetahui kondisi ekonomi politik dimasa sekarang

2
3

BAB II

ISI

A. Kondisi Ekonomi Politik Masa Orde Lama


Masa orde lama dimulai semenjak Indonesia telah memproklamasikan
diri yang dilakukan oleh bapak proklamator Ir. Soekarno yang sekaligus
diangkat menjadi seorang presiden pertama Indonesia. Kondisi ekonomi pada
masa itu sangatlah memperhatinkan dengan inflasi yang tinggi karena
beredaranya lebih dari satu uang, kas negara pun juga kosong karena ini
terhitung negara baru yang belum mepunyai kekayaan yang diakui negara.
Maka dari itu indonesia melakukan negoisasi dengan pihak negara asing
untuk meminjam dana, serta memperbolehkan perdagangan negara asing
masuk kedalam negeri ini. Namun itu hanya berlangsung sebentar secara
mengejutkan Ir. Soekarno sebagai presiden Republik Indonesia membawa
paham anti-kapitalisme dan pasar terbuka mencoba menerapkan ide ekonomi
sosialisnya pada sistem perekonomian Indonesia. Padahal Indonesia adalah
pencetus gerakan non-blok yang dengan maksud tidak terlalu condong ke
arah kapitalis (blok barat) dan arah sosialis (blok timur).

Sosialisme adalah paham yang bertujuan untuk membentuk kemakmuran


kolektif yang produktif dan membatasi milik perseorangan (Marx : ). Sudah
jelas soekarno tidak mau menjadi rakyatnya menjadi lebih menderita dengan
inventasi yang dilakukan oleh negara asing. Maka dari itu soekarno
melakukan tindakan pengambil alihan perusahaan dan membuat para
pengusaha asing keluar dari Indonesia.

Melalui tulisannya, Masoed (1989) mencoba menjelaskan bahwa


penerapan prinsip sosialis yang dibawa Soekarno ini merupakan penyebab
utama krisis pada zaman orde lama. Prinsip ini terlalu berfokus kepada
mengurangi ketergantungan atas modal-modal asing serta membuat
perekonomian Indonesia menjadi tertutup dan anti terhadap modal asing.
Akibatnya, karena tidak bisa mengikuti perkembangan pasar yang terbuka,
terjadilah krisis di dalam perekonomian Indonesia. Selain itu, pemerintahan
4

pada zaman orde lama tidak terlalu memperhatikan perekonomian akibat


munculnya slogan Politik Sebagai Panglima yang membuat ekonomi hanya
dipandang sebelah mata (Masoed, 1989). Menambahi pendapat Masoed,
Robinson dan Hadiz (2004) menyatakan bahwa kehadiran konsep
perekonomian terpimpin sebagai tanda awal zaman orde lama. Makna
perekonomian terpimpin adalah perekonomian yang meninggalkan warisan
kapitalisme yang dibawa para penjajah pada zaman Kolonial.

B. Kondisi Ekonomi Politik Masa Orde Baru


Orde Baru dimulai dengan di keluarkannya Surat Perintah 11 Maret
1966 (supersemar), masa orde baru berlangsung dari tahun 1966-1998 dengan
presiden Soeharto. Diawal masa orde baru telah dihadapkan dengan
permasalahan yang sudah ditinggalkan oleh masa orde lama yaitu inflasi,
hutang luar negeri dan menstabilkan mata uang. Langkah-langkah yang
dibuat pemerintah pun cukup mengejutkan dengan berusaha menarik bantuan
dan investasi dari negara lain. Hal ini sudah menunjukan bahwa sistem
perekonomian indonesia di masa orde baru berubah menjadi kapitalisme.
Sistem perekonomian kapitalisme adalah sistem ekonomi di mana
perdagangan, industri dan alat-alat produksi dikendalikan oleh pemilik swasta
dengan tujuan membuat keuntungan dalam ekonomi pasar (Karl Marx:)

Menurut pimpinan Orde Baru strategi yang paling baik adalah


mengijinkan perusahaaan swasta memainkan peranan aktif kedati masih di
bawah pengarahan pemerintahan di dalam sistem pasar bebas yang
memungkinkan pemanfaatan modal asing (Mochtar:1989). Strategi ini
diharap menghasilkan hasil-hasil yang lebih cepat untuk mengatasi masalah-
masalah pada awal orde baru. Untuk itulah negara disebut memiliki fungsi
regulasi, yang mana menurut Shin (1989) pada saat Orde Baru, fungsi
tersebut meliputi lisensi industri, kendali impor, kendali moneter dan
kebijakan fiskal. Sehingga dengan fungsi regulasi seperti ini, negara memiliki
peran sentral dalam merencanakan dan menetapkan segala perilaku ekonomi
baik dalam maupun luar negerinya. Dengan adanya berbagai kendali pasar
yang dilakukan pemerintah, pihak yang diuntungkan disini adalah para
5

kapitalist domestik. Yang mana sektor industrinya menjadi aman dan bergerak
bebas karena adanya proteksi industri domestik yang dilakukan pemerintah.

Kekecewaan negara luar atas perlakuan di masa orde lama membuat


mereka enggan untuk menanamkan investasi ke dalam negeri, maka di masa
ini pemerintah menyakinkan kepada masyarakat bahwa ini cara terbaik untuk
mengatasi masalah selain itu pemerintah juga membentuk dewan stabilitas
ekonomi. Apabila terdapat penentangan, pemerintah menggunakan
otoritasnya yang berbasis angkatan bersenjata untuk melakukan penertiban
berupa penindasan fisik, pelarangan dan penggusuran orang-orang yang tidak
sepaham hal ini disebut dwi fungsi abri.

Namun kemudian sistem kapitalisme ini berubah sejak adanya krisis


minyak pada 1980an. Hal ini memaksa pemerintah menetapkan berbagai
kebijakan ekonomi yang bertolak belakang dalam proteksi industri domestik.
Dengan meningkatnya ketergantungan pemerintah pada hutang dan bantuan
asing mendorong pemerintah memberikan perhatian lebih banyak pada
kepentingan IMF, Bank Dunia dan perusahaan-perusahaan internasional.
Selain itu dengan adanya restrukturisasi pasar modal yang memungkinkan
modal asing untuk menanam kapitalnya di sektor perbankan maupun pasar
modal (Hiariej:2006). Menjadikan peran negara terdegradasi oleh peran
swasta dalam menjalankan dan menguasai pasar. Sehingga dalam hal ini,
hanya pihak-pihak pemilik modal besar yang menguasai jalannya roda
perekonomian negara. Berlanjut pada tahun 1990an ketika pengaruh dari
kapital internasional masuk dengan pesat ke Indonesia karena adanya tekanan
dari globalisasi financial. Dengan begitu, modal asing semakin banyak masuk
ke Indonesia. Modal asing ini kemudian berubah menjadi pinjaman untuk
membiayai investasi di sektor properti yang sedang marak dikembangkan di
Indonesia saat itu. Hal ini menjadikan pertumbuhan hutang luar negeri
Indonesia menjadi meningkat bahkan ketingkat yang membahayakan, tanpa
diimbangi oleh adanya sistem kontrol yang baik.

Selain masalah tersebut ada juga masalah yang lain misalnya masalah
pengangguran adalah salah satunya. Masalah ini telah tergambar pada konsep
6

kapitalisme yang menarik para pekerja untuk pindah ke kota karena pesatnya
industrialisasi di perkotaan (Malaka, 2008). Selain permasalahan itu, Masoed
(1989) juga berpendapat bahwa permasalahan yang lain adalah kebangkrutan
bisnis pribumi akbiat penerapan kebijakan stabilitasi ekonomi yang
berorientasikan keluar. Kemudian, Bresnan (2005) memandang bahwa krisis
yang terjadi pada tahun 1998 sebagai akhir dari suatu periode miracle
perekonomian Indonesia. Krisis ini memicu kenaikan kebutuhan dasar
sebesar 70% dan tarif dasar listrik sebesar 20%. Hal ini diakibatkan jatuhnya
nilai rupiah yang mencapai angka Rp. 17.000 per dollar Amerika. Munculnya
berbagai gerakan mahasiswa dan kaum reformis akibat jatuhnya
perekonomian Indonesia telah menandakan runtuhnya zaman orde baru.
Gerakan-gerakan tersebut menuntut adanya reformasi di dalam pemerintahan
untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dimiliki pemerintah.

C. Kondisi Ekonomi Politik Indonesia di Masa Reformasi


1) Pemerintahan B.J. Habibie
Presiden BJ Habibie adalah presiden pertama di era reformasi.
Dalam periode awal menjabat presiden beliau masing dianggap berbau
rezim Orde Baru dan kepanjangan dari tangan Soeharto, maklum dia
adalah salah satu orang yang paling dekat dan di percaya oleh Soeharto.
Sejak krisis moneter yang melanda Indonesia pada pertengahan tahgun
1997, perusahaan perusahaan swasta mengalami kerugaian yang tidak
sedikit, bahkan pihak perusahaan mengalami kesulitan memenuhi
kewajibannya untuk membayar gaji dan upah pekerjanya. Keadaan seperti
ini menjadi masalah yang cukup berat karena disatu sisi perusahaan
mengalami kerugaian yang cukup besar dan disisi lain para pekerja
menuntut kenaikan gaji. Tuntutan para pekerja untuk menaikkan gaji
sangat sulit dipenuhi oleh pihak perusahaan, akhirnya banyak perusahaan
yang mengambil tindakan untuk mengurangi tenaga kerja dan terjadilah
PHK. Kondisi perekonomian semakin memburuk, karena pada akhir
tahun 1997 persedian sembilan bahan pokok sembako di pasaran mulai
menipis. Hal ini menyebabkan harga-harga barang naik tidak terkendali.
Kelaparan dan kekurangan makanan mulai melanda masyarakat. Ini
7

adalah kesalahan Pemerintah Orde Baru yang mempunyai tujuan


menjadikan Negara Republik Indonesia sebagai negara industri, namun
tidak mempertimbangkan kondisi riil di Masyarakat Indonesia yang
merupakan sebuah masyarakat agrasis dan tingkat pendidikan yang
tergolong masih rendah. Dan ujung-ujungnya masyarakat miskin
Indonesia menjadi bertambah dan bertambah pula beban pemerintah
dalam mendongkrak perekonomian guna meningkatkan kesejehteraan
rakyat.
Habibie yang menjabat sebagai presiden menghadapi keberadaan
Indonesia yang serba parah. Langkah-langkah yang dilakukan oleh
Habibie adalah berusaha untuk dapat mengatasi krisis ekonomi dan untuk
menjalankan pemerintahan, Presiden Habibie tidak mungkin dapat
melaksanakannya sendiri tanpa dibantu oleh menteri-menteri dari
kabinetnya. Pada tanggal 22 Mei 1998, Presiden Republik Indonesia yang
ketiga B.J. Habibie membentuk kabinet baru yang dinamakan Kabinet
Reformasi Pembangunan. Kabinet itu terdiri atas 16 orang menteri, dan
para menteri itu diambil dari unsur-unsur militer (ABRI), Golkar, PPP,
dan PDI.

Untuk menyelesaikan krisis moneter dan perbaikan ekonomi


Indonesia, BJ Habibie melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Merekapitulasi perbankan dan menerapkan independensi Bank
Indonesia agar lebih fokus mengurusi perekonomian.
Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independent
berdasarkan UU No. 30 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia. Dalam
rangka mencapai tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan
nilai rupiah, Bank Indonesia didukung oleh 3 (tiga) pilar yang
merupakan 3 (tiga) bidang utama tugas Bank Indonesia yaitu :
Menetapkan dan melaksanakan kebijaksanaan moneter
Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
Mengatur dan mengawasi Bank

2) Melikuidasi beberapa bank bermasalah.


8

Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi


kewajiban jangka pendeknya. Pengertian lain adalah kemampuan
seseorang atau perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau utang yang
segera harus dibayar dengan harta lancarnya. Banyaknya utang
perusahaan swasta yang jatuh tempo dan tak mampu membayarnya dan
pada akhirnya pemerintah mengambil alih bank-bank yang bermasalah
dengan tujuan menjaga kestabilan ekonomi Indonesia yang pada masa
itu masih rapuh.
3) Menaikan nilai tukar rupiah
Selama lima bulan pertama tahun 1998, nilai tukar rupiah
terhadap dollar AS berfluktuasi. Selama triwulan pertama, nilai tukar
rupiah rata-rata mencapai sekitar Rp9200,- dan selanjutnya menurun
menjadi sekitar Rp8000 dalam bulan April hingga pertengahan Mei.
Nilai tukar rupiah cenderung di atas Rp10.000,- sejak minggu ketiga
bulan Mei. Kecenderungan meningkatnya nilai tukar rupiah sejak bulan
Mei 1998 terkait dengan kondisi sosial politik yang bergejolak. nilai
tukar rupiah menguat hingga Rp. 6500 per dollar AS di akhir masa
pemerintahnnya.
4) Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang diisyaratkan oleh IMF.
Pada tanggal 15 januari 1998 (masih orde baru ) Indonesia telah
menandatangani 50 butir kesepakatan (letter of intent atau Lol) dengan
IMF. Salah satunya adalah memberikan bantuan (pinjaman) kepada
bank-bank yang mengalami masalah likuiditas. Skema ini dilakukan
berdasarkan perjanjian Indonesia dengan IMF dalam mengatasi masalah
krisis. Pemberian Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI)
merupakan konsekuensi diterbitkannya kebijakan pemerintah yang
tertuang dalam Kepres No.26/1998 dan Kepres No.55/1998. Keppres
itu terbit setelah sebelumnya didahului munculnya Surat Gubernur BI
(Soedradjad Djiwandono, ketika itu) tertanggal 26 Desember 1997
kepada Presiden dan disetujui oleh Presiden Soeharto sesuai surat
Mensesneg No.R 183/M.sesneg/12/19997. Atas dasar hukum itulah
Bank Indonesia melaksanakan penyaluran BLBI (Bantuan Likuiditas
Bank Indonesia) kepada perbankan nasional. Total BLBI yang
9

dikucurkan hingga program penyehatan perbankan nasional selesai


mencapai Rp144,5 triliun, dana itu tersalur ke 48 bank.
2. Pemerintahan Abdurahman Wahid
Pada pertengahan tahun 1999 di lakukan pemilihan umum, yang
akhirnya di menangi oleh partai demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).
Partai Golkar mendapat posisi ke dua, yang sebenarnya cukup
mengejutkan banyak kalangan di masyarakat. Bulan Oktober 1999
dilakukan SU MPR dan pemilihan presiden di selenggarakan pada tanggal
20 oktober 1999. KH abdurrahman wahid atau di kenal dengan sebutan
gus dur terpilih sebagai presiden RI ke empat dan mega wati sebagai
wakil presiden. Tanggal 20 oktober menjadi akhir akhir dari pemerintahan
transisi, dan awal dari pemerintahan Gus Dur yang sering di sebut juga
pemerintah reformasi. Dalam hal ekonomi, dibandingkan tahun
sebelumnya (1999) kondisi perekonomian Indonesia mulai menunjukkan
adanya perbaikan. Laju pertumbuhan PDB mulai positif walaupun tidak
jauh dari 0% dan pada tahun 2000 proses pemilihan perekonomian
Indonesia jauh lebih baik lagi, dengan laju pertumbuhan hampir mencapai
5%. Selain pertumbuhan PDB, laju inflasi dan tingkat suku bunga (SBI)
juga rendah, mencerminkan bahwa kondisi moneter di dalam mengerti
sudah mulai stabil.
3. Pemerintahan Megawati
Pemerintahan Megawati mewarisi kondisi perekonomian Indonesia
yang jauh lebih buruk daripada masa pemerintahan Gusdur. Inflasi yang
dihadapi Kabinet Gotong Royong pimpinan Megawati juga sangat berat.
Rendahnya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada masa pemerintahan
Megawati disebabkan antara lain masih kurang berkembangnya investor
swasta, baik dalam negeri mauoun swasta. Melihat indikator lainnya,
yakni nilai tukar rupiah, memang kondisi perekonomian Indonesia pada
pemerintahan Megawati lebih baik. Namun tahun 1999 IHSG cenderung
menurun, ini disebabkan kurang menariknya perekonomian Indonesia
bagi investor, kedua disebabkan oleh tingginya suku bunga deposito.
Kebijakan-kebijakan yang ditempuh untuk mengatasai persoalan-
persoalan ekonomi antara lain :
10

Meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 milyar pada


pertemuan Paris Club ke-3 dan mengalokasikan pembayaran utang
luar negeri sebesar Rp 116.3 triliun
Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi adalah menjual perusahaan
negara di dalam periode krisis dengan tujuan melindungi perusahaan
negara dari intervensi kekuatan-kekuatan politik dan mengurangi
beban negara. Hasil penjualan itu berhasil menaikkan pertumbuhan
ekonomi Indonesia menjadi 4,1 %. Namun kebijakan ini memicu
banyak kontroversi, karena BUMN yang diprivatisasi dijual ke
perusahaan asing. Megawati bermaksud mengambil jalan tengah
dengan menjual beberapa asset Negara untuk membayar hutang luar
negeri. Akan tetapi, hutang Negara tetap saja menggelembung karena
pemasukan Negara dari berbagai asset telah hilang dan pendapatan
Negara menjadi sangat berkurang.
4. Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono
Pada pemerintahan SBY kebijakan yang dilakukan adalah
mengurangi subsidi Negara Indonesia, atau menaikkan harga Bahan
Bahan Minyak (BBM), kebijakan bantuan langsung tunai kepada rakyat
miskin akan tetapi bantuan tersebut diberhentikan sampai pada tangan
rakyat atau masyarakat yang membutuhkan, kebijakan menyalurkan
bantuan dana BOS kepada sarana pendidikan yang ada di Negara
Indonesia. Akan tetapi pada pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono
dalam perekonomian Indonesia terdapat masalah dalam kasus Bank
Century yang sampai saat ini belum terselesaikan bahkan sampai
mengeluarkan biaya 93 miliar untuk menyelesaikan kasus Bank Century
ini.
Kondisi perekonomian pada masa pemerintahan SBY mengalami
perkembangan yang sangat baik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia
tumbuh pesat di tahun 2010 seiring pemulihan ekonomi dunia pasca krisis
global yang terjadi sepanjang 2008 hingga 2009.
Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi
Indonesia dapat mencapai 5,5-6 persen pada 2010 dan meningkat menjadi
6-6,5 persen pada 2011. Dengan demikian prospek ekonomi Indonesia
akan lebih baik dari perkiraan semula. Sementara itu, pemulihan ekonomi
11

global berdampak positif terhadap perkembangan sektor eksternal


perekonomian Indonesia. Kinerja ekspor nonmigas Indonesia yang pada
triwulan IV-2009 mencatat pertumbuhan cukup tinggi yakni mencapai
sekitar 17 persen dan masih berlanjut pada Januari 2010.
Salah satu penyebab utama kesuksesan perekonomian Indonesia
adalah efektifnya kebijakan pemerintah yang berfokus pada disiplin fiskal
yang tinggi dan pengurangan utang Negara.Perkembangan yang terjadi
dalam lima tahun terakhir membawa perubahan yang signifikan terhadap
persepsi dunia mengenai Indonesia. Namun masalah-masalah besar lain
masih tetap ada. Pertama, pertumbuhan makroekonomi yang pesat belum
menyentuh seluruh lapisan masyarakat secara menyeluruh. Walaupun
Jakarta identik dengan vitalitas ekonominya yang tinggi dan kota-kota
besar lain di Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat, masih
banyak warga Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan.

D. Kondisi Ekonomi Politik Pada Masa Sekarang


Sistem ekonomi politik di negara Indonesia secara normatif legal berada
dalam kategori sosialisme. Naskah dalam klausul ekonomi UUD 1945
mengutamakan keadilan dan kesejahteraan sosial bukan kesejahteraan orang
per orang, bahkan kekayaan alam dikuasai negara dan menempatkan BUMN
secara strategis. Namun prakteknya pemerintahan orde baru sampai saat ini
justru mempraktekkan sistem kapitalisme. Berbagai bentuk rangsangan
diberikan kepada kelompok yang paling dinamis di dalam masyarakat yaitu
kelompok pengusaha untuk melaksanakan proses produksi dimana faktor
modal dan teknologi memegang peranan yang paling menentukan. Jelasnya
format sistem ekonomi politik memiliki ide dasar kapitalisme atau liberalisme
yaitu sistem ekonomi mekanisme pasar di mana peran negara di kurangi,
harga sepenuhnya dikendalikan pada mekanisme pasar. Pada posisi ini
pemilik modal besar dan teknologi maju dapat dipastikan memenangkan
persaingan dan dominasi pada kaum kapitalis.
Ekonomi politik Indonesia pada era sekarang terasa semakin condong ke
arah kapitalis, hal ini dapat di lihat dari semakin banyaknya alat-alat
kapitalisme, kesejahteraan rakyat berkurang, pasar semakin menguntungkan,
12

harga bahan baku yang semakin meningkat, semakin banyaknya BUMN yang
di BUMSkan, lalu investasi asing meningkat di Indonesia, serta perilaku
pasar yang semakin condong ke arah kapitalis.
Kapitalisme meskipun mempunyai beberapa dampak baik, tetapi dalam
jangka panjang akan memberikan efek bom waktu. Kapitalisme hanya
memberikan keuntungan semu pada awalnya, dan pada akhirnya akan
memberikan dampak kerugian secara domino dalam skala besar bagi negara,
oleh karena itu meskipun Indonesia menganut system ekonomi campuran
namun idealnya Indonesia pada era sekarang harus kembali condong pada
system ekonomi sosialisme daripada kapitalisme.
Menurut karl marx, perekonomian pasar, yang merupakan corak utama
system kapitalisme liberal, bukanlah mekanisme untuk memaksimalkan
kesejahteraan pribadi dari individu-individu di dalamnya, melainkan sebuah
sarana untuk memfasilitasi para kapitalis untuk merampas (appropriation)
nilai surplus dan mengakumulasi capital. Maka tidak heran kalua kebijakan
pasar sering bertabrakan dengan spirit keadilan dan kepentingan masyarakat
bawah.
Sejalan dengan teori romantisme yang diungkapkan oleh Edmund Burke,
bahwa dalam melakukan kegiatan ekonomi tidak hanya menguntungkan
sesame pelaku ekonominya saja, tetapi juga harus memperhatikan hubungan
dengan sesame. Oleh Karena itu, teori yang disebutkan oleh karl marx
maupun Edmund burke mengarah pada suatu system ekonomi yaitu
sosialisme, sejalan dengan ideologi Pancasila, pada sila kelima yaitu keadilan
social bagi seluruh rakyat Indonesia.
13

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
http://www.slideshare.net/inasthahirah/analisis-keadaan-ekonomi-politik-

zaman-orde-lama-orde-baru-reformasi (Diakses tanggal 15 Februari 2017)


http://jasapengetikancibinong.blogspot.co.id/2015/02/indonesia-

menggunakan-politik-luar.html (Diakses tanggal 15 Februari 2017)


http://poros-pengetahuan.blogspot.co.id/2014/11/kondisi-ekonomi-politik-

dan-sosial.html (Diakses tanggal 15 Februari 2017)


http://muhammadtamsil.blogspot.co.id/2014/05/bab-1-pendahuluan-1.html

(Diakses tanggal 15 Februari 2017)


http://nuria-supma.blogspot.co.id/2016/02/perkembangan-perekonomian-

indonesia.html (Diakses tanggal 15 Februari 2017)

Anda mungkin juga menyukai