Anda di halaman 1dari 13

2.1.

DEFINISI INFORMASI

Informasi adalah sebuah istilah yang tidak tetap dalam pemakaiannya secara umum.
Informasi dapat mengenai data mentah, data tersusun, kapasitas sebuah selauran komunikasi,
dan sebagainnya. Tetapi ada beberapa gagasan yang mendasari pemakain istilah informasi
dalam system informasi: informasi memperkaya penyajian, mempunyai nilai kejutan, atau
mengungkap sesuatu yang penerimanya tidak tahu atau tidak tersangka. Dalam dunia yang
tidak kemungkinan-kemungkinan hasil yang diharapkan dalam sebuah situasi keputusan,
dank arena itu mempunyai nilai dalam bab ini dan bab-bab berikutnya.

Definisi umum untuk informasi dalm pemakai system informasi adalah sebagai
berikut: Informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi
penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini atau mendatang.

Hubungan antara dua dengan informasi adaah seperti bahan baku sampai barang jadi
(Gambar 2-1). Dengan perkataan lain.

Gambar 2-1. Transformasi data menjadi informasi

Sistem pengolahan informasi mengolah data menjadi informasi. Atau lebih tepatnya,
system pengolahan data dari bentuk tak berguna menjadi berguna atau informasi bagi
penerimanya. Analogi bahan baku terhadap barang jadi memperlihatkan konsep bahwa
informasi bagi seseorang mungkin dipandang sebagai data mentah oleh orang lain,
sebagaimana barang jadi sebuah defisi manufaktur menjadi bahan baku bagi difisi lainnya.
Sebagai contoh, perintah pengiriman adalah informasi bagi staff bagian pengiriman, tetapi
masih bahan mentah bagi wakil direktur yang menangani sediaan barang (Gambar 2-2).

1
Dengan adanya hubungan data dan informasi ini, maka kedua kata tersebut seharusnya tidak
dapat saling ditukar pemakaiannnya.

Tingkat Informasi + aturan = keputusan oleh

Manajemen keputusan manajemen

Peringkasan data

Tingkat Informasi + aturan = keputusan oleh

Operasi keputusan petugas operasi

Gambar 2-2. Data bagi suatu tingkat organisasi mungkin berupa infomasi bagi tingkat
yang lainnya.

Nilai informasi berhubungan dengan keputusan. Bila tidak ada pilihan atau kepuasan,
informasi menjadi tidak perlukan.keputusan dapat berkisar dari keputusan berulang sederhana
sampai keputusan strategis jangkapaanjgang. Nilai informasi dilukiskan paling berate dalam
konteks sebuah keputusan. Sebagai contoh, angka 3109,49 tidak dapat dianggap bernilai
kecuali diketahui mengakibatkan suatu keputusan.

Data, bahan baku informasi, didefinisikan sebagai kelompok teratur symbol-simbol


yang mewakili kuantitas, tindakan, benda dan sebagainnya. Data terbentuk dari karakter,
yang dapat berupa alfabt, angka, maupun symbol khusus seperti *,$, dan /. Data disusun
untuk diolah dalam bentuk struktur data base. Konsep ini akan dibahas dalam bab 13 (buku
jilid-2).

Informasi, dalam lingkup system informasi, memiliki beberapa ciri.

1. Benar atau salah. Ini dapat berhubungan dengan realitas atau tidak. Bila penerima
informasi yang salah mempercayai, akibatnya seperti yang benar.
2. Baru. Informasi dapat sama sekali baru dan segar bagi penerimanya.

2
3. Tambahan. Informasi dapat memperbaharui atau memberikan tambahan baru pada
informasi yang telah ada.
4. Korektif. Informasi dapat menjadi suatu koreksi atas informasi salah atau palsu
sebelumnya.
5. Penegas. Informasi dapat mempertegas informasi yang telah ada. Ini masih berguna
karena meningkatkan persepsi penerimanya atas kebeneran informasi tersebut.

Singkatnya, istilah data dan informasi sering saling tukar pemakaiannya. Tetapi
ada perbedaan yaitu bahwa data adalah bahan baku yang diolah untuk memberikan
informasi. Informasi dihubungkan dengan pengambilan keputusan. Karena itu informasi
dapat dianggap memiliki tingkat lebih tinggi dan aktif dari pada data.

2.2. INFORMASI DALAM TEORI MATEMATIS KOMUNIKASI

Istilah teori informasi sering dipakai untuk maksud teori matematis komunikasi.
Teori matematis mempunyai penerapan langsung dalam system komunikasi mekanis dan
elektronik. Ia dipakai secara terbatas dalam praktek untuk system informasi manajemen.
Tetapi teori ini dapat membantu pandangan pada sifat informasi.

a. Perkembangan Historis
Teori Informasi diajukan oleh Norbeth Weinner, seorang matematikus kenamaan,
sebagi hasil telaahnyamengenai sibenetika. Weinner beranggapan bahwa setiap
organisme terkumpul berdasarkan adanya cara pemerolehan, pemakaian,
penyimpanan, dan penyaluran informasi. Claude Shannon dari Bell laboratories
mengembangkan dan menerapkan konsep untuk menjelaskan system komunikasi,
seperti system telepon. Dalam konteks karya Shannon dan telaah terakhir, teori
informasi telah berkembang terutama sebagai teori matematis komunikasi.
Masalah komunikasi informasi dalam system informasi dapat dipandang dalam tiga
tingkatan:
1. Tingkat tekhnis. Seberapa akurat informasi dapat dilakukan.
2. Tingkat semantic. Seberapa tepat symbol-simbol yang disalurkan dapat
membawakan arti yang diinginkan?
3. Tingkat efektifitas. Seberapa cocok pesan tersebut sebagai motifasi tindakan
manusia?

Teori matematis komunikasi adalah mengenai tingkat teknis dan tidak bersangkutpaut
dengan arti (semantic) atau efektifitas.

3
b. Model sebuah system komunikasi
Sebuah model sederhanasistem komunikasi bebentuk sebagai berikut.

SUMB SALUR TUJUA

Ada sebuah pemancar yang memungkinkan symbol-simbol kode dikirim melalui


sebuah saluran keadaan penerima. Pesan yang keluar dari sebuah sumber kepemancar secara
umum disandi (encoded) sebelum dapat dikirim melalui saluran komunikasi dan harus
diuraikan (decoded) kembali oleh sebuah penerima agar pesan dapat dipahami si tujuan.
Saluran tadi biasanya bukan penyalur pesan sandi yang sempurna karena bising (noise) dan
distorsi. Ciri ini tampak dalam diagram sebuah system komunikasi yang diperluas berikut:

Ciri ini tampak dalam diagram sebuah sistem komunikasi yang diperluas berikut :

Sumb Pemancar Saluran Pemancar Tujuan


er penyandi pengurai

Bising &
distrosi

Ada perbedaan antara bising dan distrosi. distrosi disebabkan oleh suatu operasi yang
diketahui dan dapat dikoreksi oleh operasi lain. Bising adalah gangguan tidak menentu dan
tidak terduga. Tujuan dari sistem komunikasi adalah membuat reproduksi pesan yang
diperoleh dari sumber ke tujuan, ada berbagai pesan yang dapat dipancarkan. Sebagai
contoh , tiap huruf dan angka dapat disampaikan sebagai sebuah pesan dalam teletype. Setiap
suara, nada , bunyi dan sebagainya dari manusia adalah pesan dalam sistem telepon.

c. Definisi matematis informasi

Dalam teori matematis komunikasi, informasi memiliki arti yang sangat seksama. Jumlah
rata-rata cacah biner harus dipancarkan untuk identifikasi suatu pesan diantara sekian pesan
yang mungkin. Dengan demikian adalah mungkin untuk menciptakan kode yang berlainan

4
untuk masing-masing pesan. Pesan yang akan dikirim disandi , kemudian sandi/kode dikirim
melalui saluran dan alat pengurai sandi melakukan identifikasi atas pesan berdasarkan sandi
tersebut. Pesan dapat didefinisikan dengan cara. Sebagai contoh, setiap karakter alfa-numeric
dapat menjadi sebuah pesan , atau kalimat lengkap dapat merupakan pesan-pesan , bila ada
sejumlah kalimat tertentu dan terbatas yang akan dipancarkan.

d. Entropi

Istilah "entropi" dipinjam dari termodinamika. Yaitu ketidakteraturan relatif atau keteracakan
dalam sebuah sistem. Informasi adalah sebuah ukuran keteraturan dalam sebuah sistem dan
merupakan lawan dari entropi. Tetapi, rumusan infromasi kerap disebut sebagai 'fungsi
entropi' alasannya adalah karena informasi diperlukan untuk mengurangi keraguan atau
ketidakteraturan. Karena itu, banyaknya informasi yang diperlukan juga merupakan sebuah
ketidakteraturan atau entropi yang harus dikurangi.

e. Redundasi

Sebuah komunikasi jarang terdiri dari informasi yang lengkap komposisinya. Selalu ada saja
elemen yang redundan (kelebihan). Redudansi nampaknya sekilas lebih buruk karena
menunjukkan adanya elemen yang tidak diperlukan. Tetapi sedikit redundasi dapat dipakai
untuk pengendalian kesalahan. Dalam sebuah model sistem komunikasi, ada bising didalam
saluran. Ini berarti pesan yang diterima tidak persis serupa yang dikirim . Pemancaran
redunden memungkinkan penerima memeriksa apakah pesan yang diterima sudah benar dan
memungkinkan dia mengadakan rekrontuksi yang benar.

2.3. REDUKSI DATA

Kendala pada sistem informasi dan manusia sebagai pengolah data penyebabnya data
yang disimpan atau disajikan untuk dipakai manusia. Metode yang dipakai adalah klasifikasi
dan kompresi, peringkasan dan penyaringan keorganisasian , serta inferensi.

a. Klasifikasi dan Kompresi

Keseluruhan penggolongan (klasifikasi) yang berbeda-beda menyatakan


penempatan/kompresi data. Hal ini tampak dalam klasifikasi perakunan. Direktur sebuah

5
organisasi biasanya dapat meninjau penjualan satu per satu untuk memperoleh informasi bagi
keputusan. Maka sistem perakunan meringkas semua penjualan dalam sebuah total
"penjualan dalam periode tertentu". Mungkin ini terlalu lama untuk mengaburkan informasi
untuk tujuan keputusan sehingga sistem mungkin memberikan penjualan berdasarkan
kelompok produk, daerah geografis, atau penggolongan lain.

Tingkat peringkasan pada tingkat pengambil keputusan. Sebagai contoh, direktur tadi
mungkin hanya memerlukan total penjualan per daerah tetapi manajer penjualan berdasarkan
masing-masing wiraniaga dan berdasarkan produk.

b. Peringkasan dan Penyaringan keorganisasian

Sistem perakunan mengklompokkan dan menampatkan data transaksi yang dibuthykan untuk
tujuan-tujuan perakunan. Tetapi banyak transaksi dan peristiwa lain mempunyai hubungan
untuk pengambilan keputusan. Beberapa contoh adalah sikap pelanggan yang diterima
wiraniaga, perubahan kebijakan agen-agen pemerintah, dan kondisi keuangan para pensuplai
utama.,"pesan-pesan" ini diringkas dalam berbagai cara dalam perjalanannya menuju puncak
organisasi. Efisiensi komunikasi tergantung pada metode keorganisasian untuk mendapatkan
dta dan saluran komunikasi yang disediakan bagi mereka. Sebagai contoh, keluhan pelanggan
atas taktik wiraniaga dalam sebuah distrik penjualan dapat dihambat oleh manajer penjualan
distrik yang tidak ingin kritik tersebut menyerangnya dan mungkin menganggap dapat
mengatasi sendiri situasi tersebut.

c. Inferensi (pengambilan keputusan)

March dan simon memakai istilah "penyerapan tak tentu" untuk reduksi data yang timbul bila
inferensi/kesimpulan ditarik dari seperangkat data inferensi tersebut yang dikomunikasikan
dalam organisasi. Ini menyebabkan reduksi data yang cukup besar. Inferensi tersebut dapat
berdasarkan pada data kuantitatif seperti informasi dari daftar pertanyaan pada karyawan atau
dapat pula informasi lebih subjektif yang mencerminkan seperangkat masukan yang tak dapat
disalin dalam proses inferensi. Sebagai contoh, sebuah pesan inferensial adalah karena
hubungan datanya tidak memiliki kepastian lagi pula pemilik informasi inferens tidak
menerima data tersebut. tetapi paut diketahui bahwa sipenerima dapat mempunyai estimasi
obyektif atas keyakinan terhadao estimasi tersebut berdasarkan tentang pengetahuan tentang
sumber, metodenya dsb.

6
2.4 MUTU INFORMASI

Informasi bervariasi dalam mutunya karena adanya bias atau kesalahan. Bias tampak
pada contoh seorang wiraniaga yang cenderung menaksir penjualan yang diharapkan lebih
tinggi atau yang memberikan tanggal pengiriman tidak realistik. Bila bias ini diketahui oleh
penerima informasi, maka ia dapat mengadakan penyesuaian. Persoalannya adalah
mendeteksi bias tersebut, karena mengadakan penyesuaian biasnya tidak sulit.

Kesalahan adalah persoalan yang lebih gawat karena terhadap hal ini tidak dapat
dilakukan penyesuaian sederhana. Kesalahan dapat disebabkan oleh :

1. Metode pengukuran dan pengumpulan data yang salah

2. Tidak mengikuti prosedur pengolahan yang benar

3. Data hilang atau tidak terolah

4. Kesalahan mencatat atau mengoreksi data

5. File induk yang salah

6. Kesalahan dalam prosedur pengolahan

7. Kesalahan yang disengaja

Dalam kebanyakan sitem informasi tidak memiliki pengetahuan tentang bias atau
kesalahan yang dapat memepengaruhi sistem informasi tersebut. Proses pengukuran yang
menghasilkan laporan dan ketepatan data didalam laporan data secara tak langsung
mengatakan bahwa ketepatan datanya tak terjamin.

Sebagai contoh: Sebuah laporan sedian barang dapat memperlihatkan bahwa ada
tersedia 347 buah widget. Tetapi angka ini mungkin berdasarkan pada sebuah buku sediaan
barang yang malar(perpetual). Kemungkinan adanya berbagai kesalhan dalam mencatat
pengeluaran dan penerimaan barang dan sebagainya berarti besar terjadinya kesalahan kecil,
dan kadang-kadang kesalahan besar.

Hal ini dijadikan mengapa diadakan hitungan fisik secara periodik untuk memperbaiki
suatu buku sediaan barang. Kesulitan akibat bias bisa ditangani dalam pengolahan informasi
melalui prosedur-prosedur untuk mencari dan mengukur bias dan kemudian
menyesuaikannya. Kesulitan untuk menghadapi kesalahan dapat diatasi dengan :

7
1. Pengendalian intern untuk mengetahui kesalahan
2. Audit intern dan ekstern
3. Menambahkan batas-batas kepercayaan pada data
4. Intrinsik pemakai dalam prosedur pengukuran dan pengolahan agar pemakai dapat
menilai kesalahan yang mungkin terjadi.

Ada perbedaan antara dua cara pertama dengan mengatasi cara yang terakhir. Kedua
cara terakhir berusaha mengurangi ketidak pastian data dan karena itu meningkatkan
kandungan informasi. Pengendalian intern dan pengauditan dalam konteks ini dapat
menambahkan nilai informasi yang diberikan oleh sistem informasi dapat mengurangi
keraguan kemungkinan adanya banyak kesalahan. Prosedur pengendalian dan audit tidak
cenderung mempengaruhi bias maupun kesalhan yang disebabkan oleh metode pengukuran
dan pengumpulan data.

Cara penyajian data akan mempengaruhi atau menyebabkan bias pada cara
pemakaiannya. Sebagai contoh, bila seorang manajer portofolio meminta data persediaan
barang berdasarkan tingkat keuntungan diatas 5 persen, maka sediaan barang tersebut dapat
disajikan dengan cara berbeda-beda. Ancangan manajer dalam pengambilan keputusan
biasanya terpengaruh oleh penyajian tersebut.

Ada 3 pilihan dan bias-bias yang mungkin untuk mengambil keputusan.

Bentuk Penyajian
Urutan berdasarkan abjad Dalam sebuah susunan berdasarkan abjad ,
butir-butir pertama cenderung mendapat
perhatian lebih banyak daripada yang
kemudian
Urutan berdasarkan tingkat Butir-butir dengan tingkat keuntungan
tertinggi diperhatikan dengan agak
mengabaikan industri, ukuran dan sebagainya
Urutan berdasarkan tingkat Tingkat keuntungan dalam indutri akan
diperhatikan
Keuntungan dalam industri Ukuran dan sebagainya akan kurang
berpengaruh

2.5 USIA INFORMASI

8
Bagian ini meneliti sifat usia informasi sehubungan dengan informasi yang terkandung
dalam laporan periodik, seperti laporan bulanan dan laporan posisi keuangan pada akhir
bulan periode. Dibedakan 2 jenis data :

1. Data kondisi yang berhbungan dengan sebuah titik waktu 31 Desember. Sebagai
contoh, sediaan barang pada 31-12-1982 seperti dilaporkan pada neraca.
2. Data operasi yang mencerminkan perubahan selama satu periode waktu.

Sebuah interval informasi ( I ) didefinisikan sebagai interval dalam laporan-laporan.


Untuk laporan mingguan, interval informasinya adalah satu inggu : untuk laporan bulanan,
satu bulan. Penundaan laporan ( d ) didefinisikan sebagai laporan waktu penundaan
pengolahan antara akhir pengolahan informasi dan laporan untuk manajemen. Dengan
memakai dua variabel ini, maka usia informasi maksimum rata-rata dan minimum dari
laporan manajemen didefinisikan sebagai berikut :

Informasi Kondisi Informasi Operasi


Usia maksimum d+i d + 1,5 i
Usia rata-rata d +0,5 i d+i
Usia minimum d d + 0,5 i

Dimana I = interval informasi antara laporan-laporan

D= waktu penundaan pengolahan

Rumusan untuk informasi kondisi menyatakan bahwa usia minimum adalah waktu
penundaan pengoalhan. Bila penundaan ini dalah lima hari, maka angka sediaan untuk 15
September setidak-tidaknya telah berusia lima hari sebelum laporan diterima 20 September.
Usia maksimum informasi kondisi adalah penundaan ditambah interval. Bila laporan sediaan
secra mingguan (interval informasi adalah 7 hari) dan penundaan pengolahan adalah 5 hari,
maka usia informasi yang dipegang saat sebelum meneliti laporan baru adalah 7+5. Jadi
angka sediaan 15 September harus dipakai sampa laoran baru dikeluarkan tanggal 22
September (yang baru akan keluar tanggL 29). Usia rata informasi kondisi adalah penundaan
pengolahan ditambah setengah interval informasi. Karena laporan sediaan dalam contoh
dipakai antara tanggal 20 sampai 29 dan berusia 5 hari ketika diterima, usia rata-rata ketika
dipakai adalah 5 + (7+2)= 8,5.

Informasi operasi berakumulasi selama satu periode. Sebagai contoh, penjualan untuk
suatu periode terdiri dari penjualan yang terjadi pada hari pertama periode, hari kedua dan

9
seterusnya. Usia rata-rata informasi operasi berakumulasi selama satu interval menjadi
setengah interval. Informasi operasi untuk sebuah periode 10 hari akan mempunyai rata-rata
5 hari (0,51) pada penutupan interval. Karena masih ada d hari (penundaan pengolahan)
sampai tersedianya informasi, maka usia minimum adalah d + 0,51i. Dengan anggapan ni
usia data operasi besarnya selalu separuh interval lebih besar daripada usia informasi kondisi.

Keterbatasan pengolahan praktis dalam pengolahan sistem data secara manual dan
elektromekanis menyebabkan perlu ada interval informasi tertentu. Misalnya satu bulan
untuk laporan keuangan pokok dan periode lebih singkat, misalnya satu minggu untuk
laporan beberapa operasi. Komputer banyak menyingkirkan banyak keterbatasan pengolahan,
interval maupun penundaan. Perlu diingat abhwa usia informasi bagi manajemen dapat
diubah mengganti I, d atau keduanya.

Penundaan pada pengoalhan komputer tergantung pada metode yang dipakai. Pada
pengoalhan secara batch (tumpak) dapat dikumpulkan selama sehari, seminggu atau periode
lain sebelum diolah. Adalah mungkin untuk macapai data kondisi seperti sisa sediaan dengan
penundaan sangat singkat, tetapi sudah tidak sesuai, karena sudah berusia sejak saat terakhir
disesuaikan. Pukul rata, hal ini akan sebesar setengah interval pengolahan batch. Karena itu,
jawaban dat pada kondisi pengolahan batch mempunyai usia rata-rata setenagh interval batch
ditambah penundaan dalam mengolah permintaan informasi. Berdasarkan analisis ini, maka
sebua sistem pencapaian langsung (immediate access) pada sebua data base yang disesuaikan
secara mingguan tidaklah banyak artinya. Usia data kondisi pada laporan periodik yang akan
tetap serupa dengan cara sebelumnya diatas.

Pada pengoalhan secara online, tidak ada penundaan dari batch. Data diolah pada saat
diterima, yang biasnaya pada saat terjadi transaksi. Akibatnya penundaan batch sama degan
nol. Permintaan informasi atas data kondisi biasanya diolah dengan penundaan minim
sehingga d sangat kecil. Secara teknis, sistem komputer memungkinkan i disesuaikan dengan
data operasi. Juga dapat menediakan data kondisi untuk setiap posisi dengan wkatu
penundaan pengoalhan sangat kecil. Kenyataan bahwa laporan diterbitkan pada interval tetap
mesti ada kemampuan diatas, mungkin disebabkan alasan beriku ini :

1. Keputusan-keputusan manajemen tidak peka terhadap interval yang singkat


2. Kemampuan untuk interval tak tetap untuk dibiasakan
3. Pihak manajemen menganggap laporan periodik lebih bermanfaat

10
Konsep terpenting bagi perancangan sistem informasi sehubungan dengan usia informasi
disebabkan oleh interval informasi dan penundaan pengolahan. Banyak upaya telah
dipusatkan pada usia minimum informasi. Tetapi usia rata-rat mungkin lebih menyolok.
Pengolahan data komputer telah banyak untuk mengurangi penundaan pengolahan
realtime. tetapi tidak banyak perhatian yang dicurahkan atas akibat interval informasi.

2.6. PENERAPAN KONSEP INFORMASI PADA RANCANGAN SISTEM


INFORMASI

Matematika teori informasi telah diterapkan dalam perancangan sistem komunikasi.


Matematika tidak dipakai dalam lingkungan sistem komunikasi. Matematika tidak dipakai
dalam lingkungan sistem informasi manajemen yang lebih rumit, tetapi ada beberapa
pandangan diberikan oleh teori tersebut :

1. Informasi memiliki nilai kejutan


2. Informasi mengurangi keraguan
3. Adanya informasi karena ada pilihan
4. Tidak semua data yang dikomunikasikan mempunyai nilai informasi
5. Sifat redundan bermanfaat untuk mengendalikan kesalahan dalam komunikasi
diikutsertakan. Manusia adalah sistem yang dapat menyesuaikan diri dalam menuju
sasaran. Karena itu lebih sulit diterangkan daripada sebuah komunikasi perangkat
keras.

Manusia Manusia
Saluran
Pengirim Penerima

Bising (kerangka acuan,

Prasangka, gangguan, isik,

Dan sebagainya ).

11
Informasi dihubungkan dengan keraguan karena adanya pilihan yang harus diambil
dan pilihan mana yang tepat tidak dapat dipastikan. Alasan untuk mendapat informasi adalah
untuk mengurangi ketidakpastian agar pilihan setepatnya dapat diambil. Bila tidak ada
keraguan, tidak perlu adanya informasi mempengaruhi pilihan. Dasar pilihan adalah efisiensi
relatif dari arah arah tindakan alternatif. Informasi yang diterima akan mempengaruhi
pilihan dengan mengubah taksiran subjektif atas kemungkinan keberhasilan. Bila seorang
penerima mempunyai wewenang mengambil keputusan, mudah dipahami mengapa informasi
didefinisikan sebagai pesan yang bisa mengubah kemungkinan (probabilitas) mengambil
keputusan sehubungan dengan keberhasilan tindakan yang mungkin.

Tetapi banyak data diterima dan disimpan tanpa arah pada kuputusan yang akan
diambil. Teori matematis informasi tidak dapat menjelaskan data yang tidak ada
hubungannya dengan sesuatu pilihan. Ada dua pandangan yang mungkin : (!) Tidak adanya
informasi sampai adanya sesuatu pilihan. Atau (2) adanya informasi hanya bila ada manfaat
yang diharapkan untuk pilihan yang berpotensi. Pandangan kedua lebih erat pada pandangan
sistem informasi bahwa informasi adalah data yang mengandung arti bagi penerimannya, dan
mempunyai nilai nyata atau dapat ditangkap untuk keputusan saat ini atau mendatang.

Adanya bising secara jelas telah disebutkan dalam teori komunikasi. Redundansi
dipakai untuk menjamin penerimaan yang tepat dari pesan yang dipancarkan. Dalam sistem
informasi manajemen ada cukup banyak bising akibat berbedanya latar belakang masing
masing manusia. Juga perbedaan dalam kerangka acuan, prasangka, tingkat perhatian,
perbedaan fisik dalam kemampuan mendengar, melihat, dan sebab sebab lain. Redundansi
dapat dipakai secara efektif guna mengatasi bising dan meningkatkan kemungkinan diterima
dan ditafsirkannya pesan secara tepat.

Kebutuhan akan reduksi data telah menimbulkan berbagai mekanisme, yang


semuanya relevan terhadap rancangan sistem pengolahan. Klasifikasi dan pemampatan,
penringkasan, dan penyaringan keorganisasian, dan inferensi. Metode-metode ini mengurangi
volume penyimpanan data dan khususnya mengurangi banyaknya data yang dipancarkan
kepada manusia penerimannya.

Konsep mutu informasi berlaku pada perancangan sistem informasi dengan


memberikan metode untuk mendeteksi dan menyesuaikan terhadap bias dan metode untuk
mendeteksi, mengendalikan, dan mengurangi kesalahan.

12
Konsep mengenai usia informasi memperkenalkan gagasan data kondisi yang diukur
pada sebuah titik waktu dan data operasi yang meliputi sebuah periode waktu. Konsep sebuah
interval informasi dan penundaan pengoalahan adalah penting bagi perancangan sistem
informasi. Hal ini karena usia informasi dihubungkan dengan kedua faktor tersebut, bukan
hanya pada penundaan pengolahan saja. Konsep interval informasi juga berguna dalam
mempertimbangkan sistem berdasarkan komputer yang lebih luwes (fleksibel).

13

Anda mungkin juga menyukai