TINJAUAN PUSTAKA
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piameter
(lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang lebih ringan
3
mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial.
pada cairan otak yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta. Meningitis serosa
ditandai dengan jumlah sel dan protein yang meninggi disertai cairan serebrospinal
yang jernih. Penyebab yang paling sering dijumpai adalah kuman Tuberculosis dan
virus. Meningitis purulenta atau meningitis bakteri adalah meningitis yang bersifat
akut dan menghasilkan eksudat berupa pus serta bukan disebabkan oleh bakteri
16
yang paling sering terjadi.
Penularan kuman dapat terjadi secara kontak langsung dengan penderita dan
droplet infection yaitu terkena percikan ludah, dahak, ingus, cairan bersin dan cairan
17
tenggorok penderita. Saluran nafas merupakan port dentree utama pada penularan
penyakit ini. Bakteri-bakteri ini disebarkan pada orang lain melalui pertukaran udara
18
didalamnya sehingga menimbulkan peradangan pada selaput otak dan otak.
Universitas Sumatera
Utara
2.2. Infectious Agent Meningitis
Meningitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, riketsia, jamur, cacing dan
protozoa. Penyebab paling sering adalah virus dan bakteri. Meningitis yang
disebabkan oleh bakteri berakibat lebih fatal dibandingkan meningitis penyebab lain
karena mekanisme kerusakan dan gangguan otak yang disebabkan oleh bakteri
19
maupun produk bakteri lebih berat. Infectious Agent meningitis purulenta
Pneumococcus, dan pada usia dewasa (>20 tahun) disebabkan oleh Meningococcus,
20
Pneumococcus, Stafilocccus, Streptococcus dan Listeria. Penyebab meningitis
19
serosa yang paling banyak ditemukan adalah kuman Tuberculosis dan virus.
Meningitis yang disebabkan oleh virus mempunyai prognosis yang lebih baik,
cenderung jinak dan bisa sembuh sendiri. Penyebab meningitis virus yang paling
struktur syaraf yang halus, membawa pembuluh darah dan sekresi cairan
terbagi lagi atas durameter bagian luar yang disebut selaput tulang tengkorak
durameter dengan piameter, membentuk sebuah kantung atau balon berisi cairan otak
yang meliputi seluruh susunan saraf pusat. Ruangan diantara durameter dan
arakhnoid disebut ruangan subdural yang berisi sedikit cairan jernih menyerupai
getah bening. Pada ruangan ini terdapat pembuluh darah arteri dan vena yang
serebrospinal.
Lapisan piameter merupakan selaput halus yang kaya akan pembuluh darah
kecil yang mensuplai darah ke otak dalam jumlah yang banyak. Lapisan ini melekat
erat dengan jaringan otak dan mengikuti gyrus dari otak. Ruangan diantara arakhnoid
dan piameter disebut sub arakhnoid. Pada reaksi radang ruangan ini berisi sel radang.
atau jaringan tubuh yang lain. Virus / bakteri menyebar secara hematogen sampai ke
perkontinuitatum dari peradangan organ atau jaringan yang ada di dekat selaput otak,
misalnya Abses otak, Otitis Media, Mastoiditis, Trombosis sinus kavernosus dan
Sinusitis. Penyebaran kuman bisa juga terjadi akibat trauma kepala dengan fraktur
23
terbuka atau komplikasi bedah otak. Invasi kuman-kuman ke dalam ruang
subaraknoid menyebabkan reaksi radang pada pia dan araknoid, CSS (Cairan
24
Serebrospinal) dan sistem ventrikulus.
hiperemi; dalam waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran sel-sel leukosit
beberapa hari terjadi pembentukan limfosit dan histiosit dan dalam minggu kedua sel-
sel plasma. Eksudat yang terbentuk terdiri dari dua lapisan, bagian luar mengandung
Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks dan
dapat menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi neuron-
menyebabkan kelainan kraniales. Pada Meningitis yang disebabkan oleh virus, cairan
24
2.5. Gejala Klinis Meningitis
letargi, muntah dan kejang. Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan cairan
25
serebrospinal (CSS) melalui pungsi lumbal.
Meningitis karena virus ditandai dengan cairan serebrospinal yang jernih serta
rasa sakit penderita tidak terlalu berat. Pada umumnya, meningitis yang disebabkan
oleh Mumpsvirus ditandai dengan gejala anoreksia dan malaise, kemudian diikuti
oleh pembesaran kelenjer parotid sebelum invasi kuman ke susunan saraf pusat. Pada
meningitis yang disebabkan oleh Echovirus ditandai dengan keluhan sakit kepala,
muntah, sakit tenggorok, nyeri otot, demam, dan disertai dengan timbulnya ruam
makopapular yang tidak gatal di daerah wajah, leher, dada, badan, dan ekstremitas.
Gejala yang tampak pada meningitis Coxsackie virus yaitu tampak lesi vasikuler pada
palatum, uvula, tonsil, dan lidah dan pada tahap lanjut timbul keluhan berupa sakit
21
kepala, muntah, demam, kaku leher, dan nyeri punggung.
dan gastrointestinal. Meningitis bakteri pada neonatus terjadi secara akut dengan
gejala panas tinggi, mual, muntah, gangguan pernafasan, kejang, nafsu makan
berkurang, dehidrasi dan konstipasi, biasanya selalu ditandai dengan fontanella yang
biasanya dimulai dengan gangguan saluran pernafasan bagian atas, penyakit juga
bersifat akut dengan gejala panas tinggi, nyeri kepala hebat, malaise, nyeri otot dan
24
nyeri punggung. Cairan serebrospinal tampak kabur, keruh atau purulen.
Meningitis Tuberkulosa terdiri dari tiga stadium, yaitu stadium I atau stadium
prodormal selama 2-3 minggu dengan gejala ringan dan nampak seperti gejala infeksi
biasa. Pada anak-anak, permulaan penyakit bersifat subakut, sering tanpa demam,
tersinggung, cengeng, opstipasi, pola tidur terganggu dan gangguan kesadaran berupa
apatis. Pada orang dewasa terdapat panas yang hilang timbul, nyeri kepala,
konstipasi, kurang nafsu makan, fotofobia, nyeri punggung, halusinasi, dan sangat
24
gelisah.
gejala penyakit lebih berat dimana penderita mengalami nyeri kepala yang hebat dan
kadang disertai kejang terutama pada bayi dan anak-anak. Tanda-tanda rangsangan
meningeal mulai nyata, seluruh tubuh dapat menjadi kaku, terdapat tanda-tanda
peningkatan intrakranial, ubun-ubun menonjol dan muntah lebih hebat. Stadium III
atau stadium terminal ditandai dengan kelumpuhan dan gangguan kesadaran sampai
koma. Pada stadium ini penderita dapat meninggal dunia dalam waktu tiga minggu
24
bila tidak mendapat pengobatan sebagaimana mestinya.
26
2.6. Pemeriksaan Rangsangan Meningeal
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif berupa fleksi dan
rotasi kepala. Tanda kaku kuduk positif (+) bila didapatkan kekakuan dan tahanan
pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot. Dagu tidak dapat
disentuhkan ke dada dan juga didapatkan tahanan pada hiperekstensi dan rotasi
kepala.
Pasien berbaring terlentang, tangan diangkat dan dilakukan fleksi pada sendi
panggul kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mengkin tanpa rasa
nyeri. Tanda Kernig positif (+) bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut 135
(kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna) disertai spasme otot paha biasanya diikuti
rasa nyeri.
dibawah kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan fleksi
kepala dengan cepat kearah dada sejauh mungkin. Tanda Brudzinski I positif (+) bila
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi
panggul (seperti pada pemeriksaan Kernig). Tanda Brudzinski II positif (+) bila pada
pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut kontralateral.
3
2.7. Pemeriksaan Penunjang Meningitis
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan protein
intrakranial.
a. Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan jernih, sel
sel darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur (+) beberapa
jenis bakteri.
a. Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila mungkin
dilakukan CT Scan.
a. Orang/ Manusia
Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan perempuan dan
distribusi terlihat lebih nyata pada bayi. Meningitis purulenta lebih sering terjadi pada
27
bayi dan anak-anak karena sistem kekebalan tubuh belum terbentuk sempurna.
berkembang adalah pada anak usia kurang dari 6 bulan, sedangkan di Amerika
Serikat terjadi pada anak usia 6-12 bulan. Sebelum tahun 1990 atau sebelum adanya
b. Tempat
rendah, lingkungan yang padat (seperti asrama, kamp-kamp tentara dan jemaah haji),
16
dan penyakit ISPA. Penyakit meningitis banyak terjadi pada negara yang sedang
27
berkembang dibandingkan pada negara maju.
Meningitis belt, yang luas wilayahnya membentang dari Senegal sampai ke Ethiopia
meliputi 21 negara. Kejadian penyakit ini terjadi secara sporadis dengan Insidens
9
Rate 1-20 per 100.000 penduduk dan diselingi dengan KLB besar secara periodik.
Di daerah Malawi, Afrika pada tahun 2002 Insidens Rate meningitis yang disebabkan
29
oleh Haemophilus influenzae 20-40 per 100.000 penduduk.
c. Waktu
Kejadian meningitis lebih sering terjadi pada musim panas dimana kasus-
kasus infeksi saluran pernafasan juga meningkat. Di Eropa dan Amerika utara
insidensi infeksi Meningococcus lebih tinggi pada musim dingin dan musim semi
10
sedangkan di daerah Sub-Sahara puncaknya terjadi pada musim kering.
terjadi selama musim panas karena pada saat itu orang lebih sering terpapar agen
21
pengantar virus. Di Amerika Serikat pada tahun 1981 Insidens Rate meningitis virus
sebesar 10,9 per 100.000 Penduduk dan sebagian besar kasus terjadi pada musim
30
panas.
a. Host/ Pejamu
7
bayi di bawah usia dua tahun. Meningitis yang disebabkan oleh bakteri
Pneumokokus 3,4 kali lebih besar pada anak kulit hitam dibandingkan yang berkulit
27
putih. Meningitis Tuberkulosa dapat terjadi pada setiap kelompok umur tetapi lebih
sering terjadi pada anak-anak usia 6 bulan sampai 5 tahun dan jarang pada usia di
bawah 6 bulan kecuali bila angka kejadian Tuberkulosa paru sangat tinggi. Diagnosa
pada anak-anak ditandai dengan test Mantoux positif dan terjadinya gejala meningitis
31
setelah beberapa hari mendapat suntikan BCG.
Penelitian yang dilakukan oleh Nofareni(1997-2000) di RSUP H.Adam Malik
menemukan odds ratio anak yang sudah mendapat imunisasi BCG untuk menderita
32
meningitis Tuberculosis sebesar 0,2. Penelitian yang dilakukan oleh Ainur Rofiq
resiko terjadinya meningitis Tb pada anak sebanyak 0,72 kali bila penderita diberi
33
BCG dibanding dengan penderita yang tidak pernah diberikan BCG.
dewasa muda (12-18 tahun). Meningitis virus dapat terjadi waktu orang menderita
Mumpsvirus sering terjadi pada kelompok umur 5-15 tahun dan lebih banyak
21
menyerang laki-laki daripada perempuan. Penelitian yang dilakukan di Korea
(Lee,2005) , menunjukkan resiko laki-laki untuk menderita meningitis dua kali lebih
30
besar dibanding perempuan.
b. Agent
3
Mycobacterium tuberculosa dan virus. Bakteri Pneumococcus adalah salah satu
hanya dalam waktu 24 jam. Angka kematian terbanyak pada bayi dan orang lanjut
5
usia.
Meningitis Meningococcus yang sering mewabah di kalangan jemaah haji dan
A,B,C,X,Y,Z dan W 135. Grup A,B dan C sebagai penyebab 90% dari penderita. Di
Eropa dan Amerika Latin, grup B dan C sebagai penyebab utama sedangkan di
17
Afrika dan Asia penyebabnya adalah grup A. Wabah meningitis Meningococcus
yang terjadi di Arab Saudi selama ibadah haji tahun 2000 menunjukkan bahwa 64%
merupakan serogroup W135 dan 36% serogroup A. Hal ini merupakan wabah
20
penyakit.
Meningitis karena virus termasuk penyakit yang ringan. Gejalanya mirip sakit
flu biasa dan umumnya penderita dapat sembuh sendiri. Pada waktu terjadi KLB
Mumps, virus ini diketahui sebagai penyebab dari 25 % kasus meningitis aseptik pada
orang yang tidak diimunisasi. Virus Coxsackie grup B merupakan penyebab dari 33
c. Lingkungan
dengan kebersihan yang buruk dan padat dimana terjadi kontak atau hidup serumah
27
dengan penderita infeksi saluran pernafasan. Risiko penularan meningitis
Meningococcus juga meningkat pada lingkungan yang padat seperti asrama, kamp-
17
kamp tentara dan jemaah haji.
dengan frekuensi infeksi Tuberculosa paru. Jadi dipengaruhi keadaan sosial ekonomi
dan kesehatan masyarakat. Penyakit ini kebanyakan terdapat pada penduduk dengan
keadaan sosial ekonomi rendah, lingkungan kumuh dan padat, serta tidak mendapat
3
imunisasi.
terjadi selama musim panas karena pada saat itu orang lebih sering terpapar agen
pengantar virus. Lebih sering dijumpai pada anak-anak daripada orang dewasa.
21
Kebanyakan kasus dijumpai setelah infeksi saluran pernafasan bagian atas.
dan lama penyakit sebelum diberikan antibiotik. Penderita usia neonatus, anak-anak
dan dewasa tua mempunyai prognosis yang semakin jelek, yaitu dapat menimbulkan
34
cacat berat dan kematian.
purulenta, tetapi 50% dari penderita yang selamat akan mengalami sequelle (akibat
35
penderita mengalami kematian.
Pada meningitis Tuberkulosa, angka kecacatan dan kematian pada umumnya
tinggi. Prognosa jelek pada bayi dan orang tua. Angka kematian meningitis TBC
dipengaruhi oleh umur dan pada stadium berapa penderita mencari pengobatan.
3
Penderita dapat meninggal dalam waktu 6-8 minggu.
prognosis yang jauh lebih baik. Sebagian penderita sembuh dalam 1 2 minggu dan
35
dengan pengobatan yang tepat penyembuhan total bisa terjadi.
a. Pencegahan Primer
meningitis bagi individu yang belum mempunyai faktor resiko dengan melaksanakan
36
pola hidup sehat.
bayi agar dapat membentuk kekebalan tubuh. Vaksin yang dapat diberikan seperti
10
(MCV4), dan MMR (Measles dan Rubella). Imunisasi Hib Conjugate vaccine (Hb-
OC atau PRP-OMP) dimulai sejak usia 2 bulan dan dapat digunakan bersamaan
20
dengan jadwal imunisasi lain seperti DPT, Polio dan MMR. Vaksinasi Hib dapat
melindungi bayi dari kemungkinan terkena meningitis Hib hingga 97%. Pemberian
imunisasi vaksin Hib yang telah direkomendasikan oleh WHO, pada bayi 2-6 bulan
sebanyak 3 dosis dengan interval satu bulan, bayi 7-12 bulan di berikan 2 dosis
dengan interval waktu satu bulan, anak 1-5 tahun cukup diberikan satu dosis. Jenis
imunisasi ini tidak dianjurkan diberikan pada bayi di bawah 2 bulan karena dinilai
5,37
belum dapat membentuk antibodi.
meningitis TBC dapat dicegah dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan
cara memenuhi kebutuhan gizi dan pemberian imunisasi BCG. Hunian sebaiknya
2
memenuhi syarat kesehatan, seperti tidak over crowded (luas lantai > 4,5 m /orang),
32
ventilasi 10 20% dari luas lantai dan pencahayaan yang cukup.
lingkungan seperti barak, sekolah, tenda dan kapal. Meningitis juga dapat dicegah
dengan cara meningkatkan personal hygiene seperti mencuci tangan yang bersih
5
sebelum makan dan setelah dari toilet.
b. Pencegahan Sekunder
masih tanpa gejala (asimptomatik) dan saat pengobatan awal dapat menghentikan
perjalanan penyakit. Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini dan
pengobatan segera. Deteksi dini juga dapat ditingkatan dengan mendidik petugas
38
kesehatan serta keluarga untuk mengenali gejala awal meningitis.
Dalam mendiagnosa penyakit dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik,
pemeriksaan cairan otak, pemeriksaan laboratorium yang meliputi test darah dan
23
pemeriksaan X-ray (rontgen) paru .
Selain itu juga dapat dilakukan surveilans ketat terhadap anggota keluarga
penderita, rumah penitipan anak dan kontak dekat lainnya untuk menemukan
10
penderita secara dini. Penderita juga diberikan pengobatan dengan memberikan
23
antibiotik yang sesuai dengan jenis penyebab meningitis yaitu :
Kombinasi INH, rifampisin, dan pyrazinamide dan pada kasus yang berat
digunakan sebagai anti inflamasi yang dapat menurunkan tekanan intrakranial dan
c. Pencegahan Tertier
kondisi yang tidak diobati lagi, dan mengurangi kemungkinan untuk mengalami