Anda di halaman 1dari 13

BAB I

SKENARIO

Tn. Joko 35 th, datang ke poli paru puskesmas Dukuh Kupang dengan
keluhan batuk berdahak. Batuk berdahak lebih dari 3 minggu, berat badan menurun,
demam, berkeringan di malah hari dan sedikit batuk darah.
BAB II
KATA KUNCI

1. Anoreksia
2. Batuk berdahak kronik
3. Demam
4. Berkeringat di malam hari
5. Batuk berdarah
BAB III
PROBLEM

1. Apa yang terjadi pada Tn. Joko ?


2. Bagaimana cara penegakan diagnosis pada Tn. Joko ?
3. Bagaimana penanganan yang perlu dilakukan pada Tn. Joko ?
4.
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Batasan
Tuberkulosis paru (Tb paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama
menyerang penyakit parenkim paru. Nama tuberkulosis berasal dari tuberkel
yang berarti tonjolan kecil dan keras yang terbentuk waktu sistem kekebalan
membangun tembok mengelilingi bakteri dalam paru. Tb paru ini bersifat
menahun dan secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan
menimbulkan nekrosis jaringan. Tb paru dapat menular melalui udara, waktu
seseorang dengan Tb aktif pada paru batuk, bersin atau bicara.
B. Anatomi/ Histologi / Fisiologi / Patofisiologi / Patomekanisme
1. Anatomi

Paru-paru terletak pada rongga dada, berbentuk kerucut yang ujungnya berada
di atas tulang iga pertama dan dasarnya berada pada diafragma. Paru terbagi
menjadi dua yaitu, paru kanan dan paru kiri. Paru-paru kanan mempunyai tiga
lobus sedangkan paruparu kiri mempunyai dua lobus. Kelima lobus tersebut
dapat terlihat dengan jelas. Setiap paru-paru terbagi lagi menjadi beberapa
subbagian menjadi sekitar sepuluh unit terkecil yang disebut
bronchopulmonary segments. Paru-paru kanan dan kiri dipisahkan oleh ruang
yang disebut mediastinum (Sherwood, 2001) Paru-paru dibungkus oleh
selaput tipis yaitu pleura. Pleura terbagi menjadi pleura viseralis dan pleura
pariental. Pleura viseralis yaitu selaput yang langsung membungkus paru,
sedangkan pleura parietal yaitu selaput yang menempel pada rongga dada.
Diantara kedua pleura terdapat rongga yang disebut kavum pleura (Guyton,
2007).

Histologi

1. Bronkiolus Intrapulmonal Bronkus intrapulmonal biasanya dikenali dari


adanya beberapa lempeng tulang rawan yang letaknya berdekatan. Epitelnya
adalah epitel bertingkat semu silindris bersilia dengan sel goblet. Sel goblet
adalah sel penghasil lendir, berbentuk mirip piala. Sisa dindingnya terdiri dari
lamina propria tipis, selapis tipis otot polos, submukosa dengan kelenjar
bronkial, lempeng tulang rawan hialin, dan adventisia (Eroschenko, 2003). 2.
Bronkiolus Bronkiolus merupakan segmen saluran konduksi yang terdapat di
dalam lobulus paru. Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan maupun
kelenjar dalam mukosanya tetapi rongganya masih mempunyai silia dan di
bagian ujung mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Selain silia,
bronkiolus juga menghasilkan mukus yang berfungsi sebagai pembersih
udara. Epitelnya adalah epitel bertingkat semu silindris bersilia dengan sel
goblet (kadang-kadang). Mukosanya berlipat dan otot polos yang mengelilingi
lumennya relatif banyak (Eroschenko, 2003). 3. Bronkiolus Terminalis
Bronkiolus terminalis merupakan bagian konduksi saluran napas terkecil yang
menampakkan mukosa berombak dengan epitel silindris bersilia dan sudah
tidak dijumpai lagi sel goblet. Lamina propria tipis, selapis otot polos yang
berkembang baik, dan masih ada adventisia. Pada bronkiolus terminalis
terdapat sel kuboid tanpa silia, yang disebut sel clara. Fungsi sel ini adalah
mensekresi surfaktan (Eroschenko, 2003).
2. Fisiologi
Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada selisih tekanan
yang terdapat antara atmosfir dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot.
Seperti yang telah diketahui, dinding toraks berfungsi sebagai penembus.
Selama inspirasi, volume toraks bertambah besar karena diafragma turun dan
iga terangkat akibat kontraksi beberapa otot yaitu sternokleidomastoideus
mengangkat sternum ke atas dan otot seratus, skalenus dan interkostalis
eksternus mengangkat iga-iga (Price,1994) Selama pernapasan tenang,
ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat elastisitas dinding dada dan paru-
paru. Pada waktu otot interkostalis eksternus relaksasi, dinding dada turun dan
lengkung diafragma naik ke atas ke dalam rongga toraks, menyebabkan
volume toraks berkurang. Pengurangan volume toraks ini meningkatkan
tekanan intrapleura maupun tekanan intrapulmonal. Selisih tekanan antara
saluran udara dan atmosfir menjadi terbalik, sehingga udara mengalir keluar
dari paru-paru sampai udara dan tekanan atmosfir menjadi sama kembali pada
akhir ekspirasi (Price,1994)

3. Patofisiologi

Penularan TB Paru terjadi karena kuman mycobacterium tuberculosis.


dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara.
Partikel infeksi ini dapat hidup dalam udara bebas selama kurang lebih 1-2
jam, tergantung pada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan
kelembaban. Suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari hari
sampai berbulanbulan. Bila partikel ini terhisap oleh orang sehat maka ia
akan menempel pada jalan nafas atau paruparu.

Partikel dapat masuk ke dalam alveolar, bila ukuran vartikel kurang dari 5
mikrometer. Kuman akan dihadapi terlebih dulu oleh neutropil, kemudian
baru oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan dibersihkan oleh makrofag
keluar dari cabang trakea bronkhial bersama gerakan sillia dengan sekretnya.
Bila kuman menetap di jaringan paru maka ia akan tumbuh dan berkembang
biak dalam sitoplasma makrofag. Di sini ia dapat terbawa masuk ke organ
tubuh lainnya.

Kuman yang bersarang ke jaringan paru akan berbentuk sarang tuberkulosis


pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau efek primer atau sarang ghon
(fokus). Sarang primer ini dapat terjadi pada semua jaringan paru, bila
menjalar sampai ke pleura maka terjadi efusi pleura. Kuman dapat juga
masuk ke dalam saluran gastrointestinal, jaringan limfe, orofaring, dan kulit.
Kemudian bakteri masuk ke dalam vena dan menjalar keseluruh organ, seperti
paru, otak, ginjal, tulang. Bila masuk ke dalam arteri pulmonalis maka terjadi
penjalaran keseluruh bagian paru dan menjadi TB milier.

Sarang primer akan timbul peradangan getah bening menuju hilus


(limfangitis lokal), dan diikuti pembesaran getah bening hilus (limfangitis
regional). Sarang primer limfangitis lokal serta regional menghasilkan
komplek primer (range). Proses sarang paru ini memakan waktu 38 minggu.
Berikut ini menjelaskan skema tentang perjalanan penyakit TB Paru hingga
terbentuknya tuberkel ghon.

C. Jenis-Jenis Penyakit yang Berhubungan

D. Gejala Klinis

E. Pemeriksaan Fisik Penyakit


Keadaan umum : kurus, lemah
Kesadaran : komposmentis
BB : 30kg

Vital sign :
Tensi :100/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
RR : 28x/menit
Suhu : 37,5C

Kepala/leher :
Anemia (+), ikterus (-), sianosis (-), dyspneu (+)
Mata : konjungtiva pucat
Leher : ada sedikit benjolan di kelenjar getah bening (leher kanan)

Thorax : Paru
Inspeksi : gerak napas kanan tampak sedikit tertinggal
Palpasi : paru kanan sedikit tertinggal
Perkusi : kanan redup, kiri sonor
Auskultasi : kanan suara bronkial, kiri vesikuler melemah
Ronki (rhales) +, basah, kasar (kanan)

Jantung : S1, S2 tunggal normal, murmur

Abdomen : teraba hepar 2 jari bawah arkus kosta


Asites
Bising usus normal
Ekstremitas :

F. Pemeriksaan Penunjang Penyakit

BAB V
HIPOTESIS AWAL
BAB VI
ANALISIS DARI DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
BAB VII
HIPOTESIS AKHIR
BAB VIII
MEKANISME DIAGNOSIS
BAB IX
STRATEGI MENYELESAIKAN MASALH
BAB X
PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI

A. Prognosis
Prognosis Hepatitis A sangatlah baik. Hepatitis A ini dapat sembuh
dengan sendirinya tanpa diberikan pengobatan.

B. Cara Penyampaian Prognosis Kepada Pasien / Keluarga Pasien


1. Berikan penjelasan tentang penyakit, penyebab dan penanganan tentang
penyakit Hepatitis A.
2. Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa
Hepatitis A dapt sembuh dengan sendirinya tanpa diberikan pengobatan.

C. Tanda Untuk Merujuk Pasien


Pasien akan dirujuk apabila dalam keadaan tidak sadar penuh serta
terlihat adanya komplikasi yang terjadi akibat Hepatitis A.

D. Peran Pasien / Keluarga Untuk Penyembuhan


1. Peran Pasien
a. Minum obat secara teratur sesuai anjuran dokter
b. Selalu control secara rutin ke dokter
2. Peran Keluarga Pasien
a. Beri semangat pada pasien
b. Ingatkan pasien untuk melaksanakan perintah dokter
c. Selau beri perhatian pada pasien
d. Temani pasien selama pengobatan
e. Lakukan pendekatan dan komunikasi

E. Pencegahan Penyakit
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan:
1. Vaksin Hepatitis A
2. Menjaga kebersihan dengan mencuci tangan sebelum makan dan setelah
buang air besar
3. Untuk wisatawan harus berhati-hati dalam meminum air keran

Anda mungkin juga menyukai