Anda di halaman 1dari 10

LITERATURE REVIEW

ANALISIS EFEKTIFITAS PROBLEM BASED LEARNING


SEBAGAI STRATEGI PEMBELAJARAN KLINIS UNTUK
MENINGKATAN CRITICAL THINKING MAHASISWA

Disusun untuk memenuhi Assignment I Pendidikan Keperawatan Klinik

Oleh:
Reni Nurhidayah
156070300111028

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
Background
Pendidikan keperawatan terdiri dari pendidikan dengan setting kelas dan
pendidikan keperawatan klinis. Tujuan terpenting dari pendidikan keperawatan
adalah kemampuan untuk mentransfer atau mengaplikasikan ilmu atau teori ke
dalam praktek keperawatan. Berkembangnya pengetahuan masyarakat akan
kesehatan dan majunya teknologi, membuat permintaan akan lulusan ners yang
mampu memecahkan masalah yang kompleks semakin meningkat. Kualitas
lulusan yang mampu bekerja secara efektif dalam lingkungan yang kompleks
menjadi kebutuhan terbesar stakeholder. Lulusan perawat yang berkompeten
merupakan perawat yang mampu bekerja dalam situasi apapun, mampu
mengintegrasikan teori yang ada pada kondisi klinis dengan menggunakan critical
thinking (Shin & Kim, 2013).
Critical thinking sering dikaitkan dengan kemampuan analisis, sintesis dan
evaluasi informasi yang dikumpulkan melalui observasi, pengalaman dan
komunikasi yang mengarah pada proses pengambilan keputusan. Critical
thingking diterapkan dalam proses pemecahan masalah klien dan pengambilan
keputusan klinis yang didasarkan pada kreativitas perawat untuk meningkatkan
efisiensi intervensi. Critical thingking penting bagi perawat karena dengan
critical thingking, perawat mampu menyusun diagnose keperawatan yang tepat
dan intervensi yang efektif, aman dan kompeten dalam mengatasi masalah klien
(Papathanasiou, Kleisiaris, Fradelos, Kakou, & Kourkouta, 2014). Tantangan
terbesar dalam keperawatan di Indonesia adalah masih rendahnya kemampuan
critical thingking bagi lulusan Sarjana maupun Ners.
Rendahnya kemampuan critical thingking lulusan perawat dapat terlihat dari
hasil uji kompetensi ners tahun 2013. Pada tahun tersebut didapatkan hasil
kelulusan uji kompetensi Ners hanya mencapai 63% (DIKTI, 2014). Uji
kompetensi merupakan salah satu alat ukur kemampuan critical thinking
mahasiswa. Item soal pada uji kompetensi tersebut dikembangkan untuk menilai
kemampuan pengumpulan informasi atau data, analisis dan sintesis masalah.
Rendahnya kemampuan critical thinking tersebut akan menyulitkan mahasiswa
saat memasuki dunia klinis. Praktek klinis mengharuskan perawat mampu
mengenali masalah yang mengancam pasien dan memiliki kemampuan untuk
berpikir kritis serta mengambil intervensi yang tepat. Namun, perawat pemula
memiliki kemampuan pengambilan keputusan klinis dan pengalaman berpikir
kritis yang terbatas, sedangkan rumah sakit hanya memiliki sumber daya yang
sedikit untuk melatih mereka (Wilgis & McConnell, 2008).
Kurangnya kemampuan critical thinking tersebut, serta kurangnya sumber
daya perawat yang dapat membimbing mahasiswa di tataran klinik membawa
konsekuensi tersendiri bagi institusi pendidikan. Institusi pendidikan mempunyai
kewajiban untuk mempersiapkan mahasiswa dengan kompetensi yang cukup dari
segi skill maupun konsep serta membekali mahasiswa dengan kemampuan
critical thinking yang baik sebelum memasuki pendidikan klinik. Pentingnya
peran institusi dikarenakan saat menempuh pendidikan klinis, mahasiswa telah
dibebankan pada perawatan pasien dan lebih fokus pada prosedur daripada
mengembangkan kemampuan critical thinking. Beberapa institusi pendidikan
menggunakan asuhan keperawatan sebagai alat untuk mengembangkan critical
thinking, tetapi banyak pakar yang berpendapat hal tersebut belumlah cukup
sehingga diperlukan strategi pembelajaran lain untuk meningkatkan kemampuan
berpikir ktritis mahasiswa (Papathanasiou et al., 2014).
Berbagai strategi pembelajaran dapat digunakan untuk meningkatkan
kemampuan critical thinking mahasiswa. Strategi pembelajaran yang telah diteliti
dan dinilai mampu meningkatkan kemampuan critical thinking mahasiswa antara
lain problem based learning (PBL). Penulis akan menganalisa efektivitas PBL
dengan studi literature untuk mengetahui visibilitas dan efektifitas strategi
terhadap peningkatan kemampuan critical thinking mahasiswa dalam setting
pendidikan klinis. Studi literature dilakukan dengan menganalisa literature
tentang problem based learning dalam kemampuan critical thingking dari tahun
2006 hingga 2015.

Discussion
Problem based Learning (PBL) merupakan salah satu strategi pembelajaran
yang telah dikenal luas dan termasuk dalam active learning. PBL menekankan
pada prinsip-prinsip berpikir kritis dan strategi pemecahan masalah. PBL
bertujuan untuk mempercepat proses dan efisiensi penalaran klinis dengan
menempatkan pembelajaran dalam konteks fungsional. PBL memerlukan scenario
masalah yang secara intelektual menantang untuk mahasiswa, sehingga
mendorong keterlibatan mahasiswa dalam mengembangkan dan membahas isu-isu
yang berhubungan dengan pengelolaan masalah. Hal ini membantu siswa untuk
berpikir kritis dan problem solving, mendorong mahasiswa untuk memiliki
tanggung jawab dalam belajar dan membantu mereka untuk mengidentifikasi apa
yang mereka ketahui dan yang belum mereka ketahui (Hamdan, Kwan, Khan,
Ghafar, & Sihes, 2014). Sejak tahun 2006 berbagai penelitian tentang efektifitas
PBL dalam meningkatkan kemampuan critical thinking mahasiswa telah
berkembang. Efektifitas PBL dalam meningkatkan critical thinking pada
mahasiswa dapat ditinjau dari berbagai aspek antara lain PBL mampu mendorong
mahasiswa dalam menyoroti dan mengembangkan isu yang ada, mendorong
mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan problem solving dan mendorong
mahasiswa untuk memiliki tanggung jawab belajar terhadap apa yang belum
mereka ketahui.
PBL dalam pelaksanaannya memerlukan kasus atau scenario untuk memicu
proses pembelajaran. Kasus tersebut akan dikembangkan dan disoroti oleh
mahasiswa dalam mencari penyelesaiannya berdasarkan literature yang ada.
Tiwari et al. (2006) meneliti efektivitas PBL pada kemampuan pengembangan
kasus mahasiswa keperawatan pada tingkat pertama di sebuah universitas di Hong
Kong. Kelompok PBL berpartisipasi dalam tutorial yang terdiri dari case study
yang digunakan untuk memicu diskusi kelompok dan difasilitasi oleh instruktur.
Kelompok kuliah diberikan kuliah oleh instruktur dengan materi yang sama.
Hasil post-test dalam kelompok PBL mendapatkan hasil secara signifikan lebih
tinggi dari siswa dalam kelompok kuliah. Hal ini membuktikan bahwa dengan
PBL mahasiswa mempunyai kemampuan lebih untuk menilai kasus, menyusun
isu-isu yang dapat menyelesaikan masalah pada kasus dan mencari referensi yang
berkaitan dengan isu-isu tersebut. hasil akhir yang didapat dari kemampuan
mahasiswa dalam mengembangkan kasus adalah peningkatan kemampuan critical
thinking.
Efektifitas PBL terhadap peningkatan critical thinking yang kedua adalah
peningkatan tanggung jawab dalam belajar terhadap apa yang belum mereka
pahami atau biasa disebut dengan adult learning. Adult learning akan menjadikan
individu merasa butuh belajar dan termotivasi untuk belajar karena ia tahu apa
yang belum mereka pahami. Dengan adanya peningkatan tanggung jawab
mahasiswa dalam belajar mereka akan berusaha mencari literature dari apa yang
belum mereka ketahui dan akan dibawa kedalam diskusi kelompok untuk mencari
jalan keluar. Dua penelitian kuasi-eksperimental dan analisis deskriptif yang
dilakukan oleh Jones (2008); Ozturk, Muslu, & Dicle (2008); Yuan, Kunavikitkul,
Klunklin, & Williams (2008) juga menunjukkan hubungan positif antara
penggunaan PBL dan tanggung jawab mahasiswa dalam belajar. Yuan et al. (2008)
melakukan penelitian efektifitas PBL terhadap mahasiswa sarjana keperawatan.
Kelompok PBL menggunakan small grup disscusion sebagai pendekatannya
dengan melakukan kerja kelompok kecil dengan lima paket belajar untuk total 36
jam (2 jam per minggu selama 18 minggu). Proses PBL melibatkan klarifikasi
kelompok, brainstorming, concept mapping, pembelajaran mandiri, diskusi
kelompok, dan perencanaan asuhan keperawatan. Dalam seluruh proses ini
mahasiswa akan dituntut tanggung jawab mereka dalam belajar, karena apabila
mahasiswa tidak mempunyai tanggung jawab dalam belajar apa yang tidak
mereka pahami, mereka tentu akan tertinggal jauh dengan teman satu
kelompoknya. Proses pembelajaran mandiri mengambil peran penting dalam
meningkatkan pengetahuan mahasiswa, jika mahasiswa tersebut memiliki
kemauan untuk belajar banyak hal yang tidak mereka ketahui tentu mereka akan
mendapat banyak hal begitu juga sebaliknya.
Efektifitas PBL terhadap kemampuan critical thinking ketiga adalah ditinjau
dari kemampuan pemecahan masalah atau problem solving. Problem solving
merupakan keampuan untuk menganalisis masalah dan mengintegrasikan seluruh
informasi yang ada kedalam strategi penyelesaian masalah. Proses problem
solving membutuhkan kemampuan critical thinking yang baik. Sehingga
kemampuan problem solving dapat dikatakan sebagai produk dari kemampuan
critical thinking yang dimiliki mahasiswa. Oztruk et al. (2008) melakukan
penelitian efektifitas PBL terhadap peningkatan kemampuan problem solving
mahasiswa keperawatan di dua perguruan tinggi Turki. Hasil penelitian
menyebutkan bahwa kemampuan critical thinking yang ditinjau dari aspek
kemampuan problem solving mahasiswa meningkat secara signifikan pada
kelompok PBL dari pada kelompok pembelajaran tradisional. Hasil penelitian ini
membuktikan bahwa PBL akan memicu mahasiswa dalam mengembangkan isu
terkait penyelesaian masalah kasus, mencari literature dari isu isu tersebut
sehingga pada akhirnya mampu merumuskan strategi pemecahan masalah dengan
proses critical thinking.
Selain penelitian yang menunjukkan hasil positif efektifitas PBL terhadap
peningkatan kemampuan critical thinking mahasiswa, terdapat beberapa
penelitian yang menunjukkan penilaian negative atau hasil yang tidak signifikan
terhadap kemampuan critical thinking mahasiswa setelah diberikan PBL sebagai
intervensi. Penelitian Lyons (2008) tidak menunjukkan perbedaan kemampuan
critical thinking ketika PBL digunakan sebagai intervensi. Penelitian ini dilakukan
kepada mahasiswa yang mengikuti pelatihan atau pemantapan dalam
mempersiapkan National Council Licensure Examination for Registered Nurses
(NCLEX-RN). Kelompok kontrol melakukan pembelajaran dalam format kuliah,
sedangkan kelompok perlakuan melakukan pembelajaran PBL dengan pendekatan
case study. Setelah mengikuti pembelajaran selama 17 minggu mahasiswa
mengikuti NCLEX-RN. Hasil penelitian menunjukkan PBL tidak mampu
meningkatkan keberhasilan pada NCLEX-RN. Hasil tersebut menunjukkan
meskipun PBL mendorong mahasiswa untuk belajar aktif, saling memberi
feedback terhadap teman satu kelompok sehingga terjadi pengayaan wawasan,
namun tidak memberi pengaruh signifikan terhadap keberhasilan NCLEX-RN.
Faktor motivasi yang besar pada kedua kelompok untuk lulus NCLEX-RN,
mendorong kelompok kontrol untuk belajar lebih aktif. Motivasi tersebut
merupakan faktor internal yang menentukan tingkat keberhasilan seseorang dalam
belajar, sehingga meskipun PBL digunakan sebagai strategi pembelajaran jika
faktor motivasi belajar mahasiswa kurang maka angka keberhasilannya juga akan
mengalami penurunan.
Adanya penelitian yang menunjukkan hasil negative tentang pengaruh PBL
terhadap critical thinking mahasiswa, tidak membuat PBL menjadi strategi yang
diragukan dalam meningkatkan kemampuan critical thinking dalam pendidikan
keperawatan (Hodges, 2011; Shin & Kim, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh
Hamdan et al (2014) terhadap mahasiswa tahun ketiga Keperawatan di Johor Baru
Malaysia dengan membandingkan pre-post test menunjukkan hasil bahwa
perbedaan yang signifikan dalam skor pre-test dan post-test kemampuan critical
thinking mahasiswa setelah mendapatkan pembelajaran dengan metode PBL.
Penelitian tersebut juga menyimpulkan bahwa pelaksanaan PBL dapat
dikembangkan lebih lanjut melalui pendekatan kreatif dan inovatif dalam proses
belajar atau pendekatan yang digunakan.
Kemampuan kognitif yang tinggi sangat penting pada praktek keperawatan
klinik. Kemampuan kognitif yang baik akan memberi dasar perawat dalam
pengambilan keputusan klinis dengan memperhatikan seluruh informasi yang ada,
ketika perawat dihadapkan pada situasi yang meragukan, kasus yang unik ataupun
masalah yang tidak terpecahkan yang tidak terdapat dalam textbook. PBL
dianggap efektif dalam meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk
mengintegrasikan teori dan praktek dengan mengidentifikasi kesenjangan antara
teori dengan kondisi klinis, sehingga akan mendorong mahasiswa untuk belajar
ilmu yang belum mereka ketahui selama praktek klinik. Dengan demikian, PBL
terbukti sebagai salah satu strategi pembelajaran yang dapat diaplikasikan pada
praktek klinik untuk meningkatkan kemampuan critical thinking mahasiswa
(Hodges, 2011; Shin & Kim, 2013). Namun,aplikasi PBL sebagai strategi
pembelajaran klinik memerlukan beberapa penyesuaian dalam prosesnya. Jones
(2008) merancang aplikasi PBL pada setting pendidikan keperawatan klinis dan
terbukti dapat meningkatkan kemampuan critical thinking mahasiswa. Proses PBL
yang melibatkan klarifikasi kelompok, brainstorming, concept mapping,
pembelajaran mandiri, diskusi kelompok, dan perencanaan asuhan keperawatan
dapat diaplikasikan pada seting klinik. Proses dimulai dengan memberian kasus
pasien kelolaan sebagai pemicu, dilanjutkan dengan pre-conference sebagai
diskusi kelompok untuk klarifikasi masalah dan brainstorming. Dilanjutkan
dengan pembuatan concept mapping terhadap masalah pasien dan belajar mandiri
sebagai self-directed learning. Proses selanjutnya adalah penyusunan asuhan
keperawatan dan diakhiri dengan post-conference untuk pemberian feedback
terhadap hasil belajar yang telah dicapai. Dengan aplikasi PBL sebagai strategi
pembelajaran klinik, proses pembelajaran klinik akan semakin terintegrasi dan
evaluasi terhadap pencapaian mahasiswa dalam mengintegrasikan teori dan kasus
yang terjadi di lapangan akan lebih objektif. Sehingga kemampuan critical
thinking mahasiswa juga akan mengalami peningkatan.

Conclusion
PBL merupakan salah satu strategi pembelajaran yang cukup efektif dan
aplikatif pada setting klinik untuk meningkatkan kemampuan critical thinking
mahasiswa. PBL meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengintegrasikan
teori kedalam kasus yang dikelola, sehingga mahasiswa mampu memberikan
asuhan keperawatan yang holistic dan kompeten pada pasien. Berbagai literatur
tentang keefektifan PBL sebagai salah satu strategi pendidikan keperawatan klinis
telah berkembang dan memberi dasar bagi pembimbing klinik untuk melakukan
bimbingan. Strategi PBL dalam keperawatan klinik meliputi diskusi kelompok,
pemecahan masalah kelompok berdasarkan pasien kelolaan dan belajar mandiri
yang terarah pada mahasiswa.
Aplikasi PBL sebagai salah satu strategi pembelajaran klinik juga ditentukan
oleh pebimbing. Pembimbing atau perseptor juga harus terbuka untuk mengajar
dengan strategi pembelajaran baru, tidak hanya mengandalkan strategi
pembelajaran klinik konvensional yang menjadikan mahasiswa lebih banyak
mengasah keterampilan klinik tanpa mempertimbangkan kualitas asuhan
keperawatan dan tindakan keperawatan mandiri yang diberikan. Sehingga dengan
PBL diharapkan mahasiswa bisa menunjukkan kemampuan analisa dan sintesis
kasus serta mampu melihat kesenjangan antara teori dan kondisi nyata untuk terus
meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dalam pemberian asuhan
keperawatan yang berkualitas.
References
DIKTI, DIRJEN. (2014). Surat Edaran Uji Kompetensi Ulang Bagi Mahasiswa
Program DII Kebidanan, DIII Keperawatan dan Program Ners yang tidak
lulus Uji Kompetensi Tahun 2013 Jakarta: DIRJEN DIKTI.
Hamdan, A. R, Kwan, C. Li, Khan, A, Ghafar, M. N. A, & Sihes, A. J. (2014).
Implementation of Problem Based Learning among Nursing Students.
International Education Studies, 7(7).
Hodges, H. F. (2011). Preparing New Nurses with Complexity Science and
Problem-Based Learning. Journal of Nursing Education, 50(1).
Jones, M. (2008). Developing clinically savvy nursing students: An evaluation of
problem-based learning in an associate degree program. Nursing
Education Perspectives, 29, 278-283.
Lyons, E.M. (2008). Examining the effects of problem-based learning and
NCLEX-RN scores on the critical thinking skills of associate degree
nursing students in a southeastern community college. International
Journal of Nursing Education Scholarship, 5(1), Article 21.
Ozturk, C., Muslu, G.K., & Dicle, A. (2008). A comparison of problembased and
traditional education on nursing students critical thinking dispositions.
Nurse Education Today, 28, 627-632.
Papathanasiou, I. V, Kleisiaris, C. F, Fradelos, E. C, Kakou, K, & Kourkouta, L.
(2014). Critical thinking: The development of an essential skill for nursing
students. ACTA INFORM MED, 4, 283-286.
Shin, I-S, & Kim, J-H. (2013). The effect of problem-based learning in nursing
education: a meta-analysis. Advance in Health Sience Education, 18, 1103-
1120.
Tiwari, A., Lai, P., So, M., & Yuen, K. (2006). A comparison of the effects of
problem-based learning and lecturing on the development of students
critical thinking. Medical Education, 40, 547-554.
Wilgis, M, & McConnell, J. (2008). Concept Mapping: An Educational Strategy
To Improve Graduate Nurses Critical Thinking Skills During A Hospital
Orientation Program. The Journal of Continuing Education in Nursing,
39(3).
Yuan, H., Kunavikitkul, W., Klunklin, A., & Williams, B.A. (2008). Improvement
of nursing students critical thinking skills through problembased learning
in the Peoples Republic of China: A quasi-experimental study. Nursing &
Health Sciences, 10, 70-76.

Anda mungkin juga menyukai