A. Pengertian
Kanker indung telur adalah terjadinya pertumbuhan sel-sel yang tidak
lazim (kanker) pada satu atau dua bagian indung telur (Nurarif Amin Huda
dan Kusuma Hardhi, 2013).
Kanker indung telur atau kanker ovarium adalah tumor ganas pada
ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50
70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar ke bagian lain, panggul, dan
perut melalui sistem getah bening dan melalui sistem pembuluh darah
menyebar ke hati dan paru-paru. Kanker ovarium sangat sulit di diagnosa dan
kemungkinan kanker ovarium ini merupakan awal dari banyak kanker primer
(Brunner 2002 dalam Aspiani Reni Y, 2014).
B. Klasifikasi
Menurut Brunner 2002 dalam Aspiani Reni Y, (2014) jenis kanker ovarium
meliputi :
1. Epithelial (65% dari semua kanker ovarium).
Tumor epiteal ovarium berkembang dari permukaan luar ovarium,
pada umumnya jenis tumor yang berasal dari epitelial adalah jinak,
namun jika terjadi keganasan maka disebut epitelial ovarium carcinomas
yang merupakan jenis tumor yang paling sering dan penyebab kematian
terbesar dari jenis kanker ovarium. Gambaran tumor epitelial secara
mikrokopis tidak jelas teridentifikasi sebagai kanker, dinamakan sebagai
tumor borderline atau tumor yang berpotensi ganas.
Berikut adalah beberapa kanker epithelial :
a. Serosa (20%-50%, kebanyakan ganas)
b. Muscinosa (15%-25%, dapat tumbuh hingga ukuran besar,
histologinya bervariasi)
c. Endometrioid (5%, sekitar 10% berhubungan dengan
endometriosisi)
d. Clear cell (5%, prognosisnya sangat buruk)
e. Brenner (2%-3%, kebanyakan jinak)
2. Germ cell (25% dari semua kanker ovarium).
Tumor sel germinal berasal dari sel yang menghasilkan ovum,
umumnya tumor germinal adalah jinak meskipun beberapa menjadi
1
ganas, bentuk keganasan sel germinal adalah teratoma, disgermioma
dan tumor sinus endodermal. Germ cell terdiri atas :
a. Disgermioma
b. Mixed germ cell tumor
c. Teratoma imatur
d. Koriokarsinoma
e. Endodermal sinus tumor
f. Embrional karsinoma
3. Sex cord stromal (5% dari semua kanker ovarium) terdiri atas sel
granulosa tumor. Tipe lainnya adalah sertoli-leydig.
Tumor ovarium stromal berasal dari jaringan penyokong
ovarium yang memproduksi hormon estrogen dan progesteron, jenis
tumor ini jarang ditemukan.
Menurut Nurarif Amin Huda dan Kusuma Hardhi, (2013) klasifikasi
stadium kanker ovarium berdasarkan FIGO (International Federation of
Gynecology and Obstetrics :
Stadium I terbatas pada 1 / 2 ovarium
IA Mengenai 1 ovarium, kapsul utuh, ascites (-)
IB Mengenai 2 ovarium, kapsul utuh, ascites (-)
Kriteria I A / I B disertai 1 > lebih keadaan sebagai berikut :
2
Stadium IV pertumbuhan mengenai 1 / 2 ovarium dengan metastasis
jauh.
Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium 4, begitu juga
metastasis ke permukaan liver.
3
- Haid tidak teratur
- Ketegangan menstrual yang terus meningkat
- Menoragia
- Nyeri tekan pada payudara
- Menopause dini
- Rasa tidak nyaman pada abdomen
- Dispepsia
- Tekanan pada pelvis
- Sering berkemih
- Flatulenes
- Rasa begah setelah makan makanan kecil
- Lingkar abdomen yang terus meningkat.
Menurut Nurarif Amin Huda dan Kusuma Hardhi, (2013) pada stadium
dini gejala-gejala kanker ovarium tidak khas, lebih dari 70% penderita
kanker ovarium sudah dalam stadium lanjut. Gejala kanker ovarium yang
sering ditemukan :
- Nyeri perut
- Perut buncit
- Gangguan fungsi saluran cerna
- Berat badan turun secara nyata
- Perdarahan pervaginam yang tidak normal
- Gangguan saluran kencing
- Rasa tertekan pada rongga panggul
- Nyeri punggung
- Penderita bisa meraba sendiri tumor di bagian bawah perut
E. Faktor Resiko Tejadinya Kanker Ovarium (Nurarif Amin Huda dan
Kusuma Hardhi, (2013) :
1. Obat kesuburan
2. Pernah menderita kanker payudara
3. Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara dan/atau kanker
ovarium
4. Riwayat keluarga yang menderita kanker kolon, paru-paru, prostat dan
rahim (menunjukkan adanya sindroma Lynch II).
5. Wanita di atas usia 50 tahun
6. Wanita yang tidak memilki anak (nullipara)
7. Wanita yang memiliki anak lebih dari 35 tahun
F. Patofisiologi (Nurarif Amin Huda dan Kusuma Hardhi, 2013) adalah
Kebanyakan teori patofisiologi kanker ovarium meliputi konsep yang
dimulai dengan dedifferentiation dari sel-sel yang melapisi ovarium. Selama
ovulasi, sel-sel ini dapat dimasukkan ke dalam ovarium, di mana mereka
4
kemudian berkembang biak. Kanker ovarium biasanya menyebar ke
permukaan peritoneum dan omentum.
Karsinoma ovarium bisa menyebar dengan ekstensi lokal, invasi
limfatik, implantasi intraperitoneal, penyebaran hematogen, dan bagian
transdiaphragmatic. Penyebaran intraperitoneal adalah karakteristik yang
paling umum dan diakui dari kanker ovarium. Sel-sel ganas dapat implan di
mana saja dalam rongga peritoneal tetapi lebih cenderung untuk menanamkan
di situs statis sepanjang sirkulasi cairan peritoneum. Seperti dibahas
selanjutnya, mekanisme penyebaran mewakili pemikiran untuk melakukan
pementasan bedah, operasi debulking, dan administrasi kemoterapi
intraperitoneal. Sebaliknya, penyebaran hematogen secara klinis yang tidak
biasa pada awal proses penyakit, meskipun tidak jarang terjadi pada pasien
dengan penyakit lanjut.
G. Manifestasi Klinis menurut Nurarif Amin Huda dan Kusuma Hardhi,
(2013)
Gejala kanker ovarium tidak spesifik dan lebih mirip gejala-gejala
umum seperti gejala gangguan pencernaan atau kandung kemih. Seorang
wanita dengan kanker ovarium dapat didiagnosis dengan cara
membandingkan dengan kondisi lain sebelum akhirnya memahami dia
menderita kanker.
Kunci utama untuk memahami kanker ovarium adalah tanda-tanda dan
gejala yang terus memburuk. Gejala tersebut meliputi gangguan pencernaan,
yang cenderung untuk datang dan hilang atau terjadi dalam situasi tertentu
atau setelah makan makanan tertentu. Kanker ovarium, biasanya fluktuatif,
konstan, dan secara bertahap memburuk.
Studi terbaru menunjukkan bahwa wanita dengan kanker ovarium lebih
mungkin dibandingkan perempuan lain untuk secara konsisten mengalami
gejala berikut:
-Gejala awalnya berupa rasa tidak enak yang samar-samar di perut bagian
bawah
-Tekanan pada perut, merasa kenyang, bengkak atau kembung
-Urinary urgensi
-Rasa tidak nyaman atau sakit panggul
-Mual
-Sembelit
5
-Sering buang air kecil
-Kehilangan nafsu makan atau cepat merasa kenyang
-Peningkatan ketebalan perut atau pakaian ketat pas di pinggang
-Sakit saat hubungan seksual (dispareunia)
-Kekurangan energi
-Punggung sakit
-Perubahan menstruasi
-Panggul terasa berat
-Perdarahan pervaginam
H. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Nurarif Amin Huda dan Kusuma Hardhi, (2013) pemeriksaan yang
biasa dilakukan:
-Pemeriksan darah lengkap
-Pemeriksaan kimia darah
-Serum HCG
-Alfa fetoprotein
-Analisa air kemih
-Pemeriksaan saluran pencernaan
-Laparatomi
-CT scan atau MRI perut.
-Pemeriksaan panggul.
-USG menggunakan frekuensi tinggi gelombang suara untuk menghasilkan
gambar dari bagian dalam tubuh.
-Pembedahan untuk mengangkat contoh jaringan untuk pengujian CA 125
tes darah. CA 125 adalah protein yang ditemukan pada permukaan sel
kanker ovarium dan beberapa jaringan sehat. Banyak wanita dengan
kanker ovarium memiliki tingkat abnormal tinggi CA 125 dalam darah
mereka.
I. Penatalaksanaan
Pengobatan
6
Pada umumnya, pengobatan kanker ovarium dilakukan dengan tindakan
operasi, lalu dilanjutkan dengan pengobatan tambahan seperti kemoterapi,
radioterapi, dan imunoterapi (Nurarif Amin Huda dan Kusuma Hardhi, 2013):
1. Operasi
Pada umumnya dilakukan:
- Histerektomi total yaitu mengangkat rahim dengan organ sekitarnya
- Salpingo ooporekmitomi yaitu mengangkat kedua ovarium dan
kedua saluran tuba fallopii
- Omentektomi yaitu mengangkat lipatan selaput pembungkus perut
yang memanjang dari lambung ke alat-alat perut
2. Radioterapi
Terapi pelvis dan abdomen dan penetesan isotop radioaktif pada
rongga peritoneal digunakan pada wanita dengan kanker ovarium tahap
awal (stadium I dan II). Isotop radioaktik (P32) digunakan sebagai terapi
residual kanker pada rongga peritoneum. Pasien yang memiliki residu
penyakit yang terbatas, kurang dari 2cm, merupakan kandidat utama terapi
P32 ini.
3. Kemoterapi
Penggunaan melphana, 5-FU, thiotepa dan siklosfosfamid secara
sistematik menunjukkan aktivitas yang baik. Altretamine, sisplastin,
karboplatin, doksorubisin, ifosfamid, dan etoposid juga menunjukkan hasil
yang bervariasi dari 27% sampai 78%. Secara keseluruhan, kombinasi
terapi sistematik dengan takson, sisplatin, siklofosfamid meningkatkan
respon terapi, angka kesembuhan atau kemungkinan hidup.
J. Pencegahan
Beberapa faktor muncul untuk mengurangi risiko kanker indung telur,
termasuk (Nurarif Amin Huda dan Kusuma Hardhi, 2013):
1. Kontrasepsi oral(pil KB). Dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah
menggunakan mereka, para wanita yang menggunakan kontrasepsi oral
selama lima tahun atau lebih mengurangi risiko kanker ovarium sekitar 50
persen, sesuai dengan ACS.
2. Kehamilan dan menyusui. Memiliki paling tidak satu anak menurunkan
risiko mengalami kanker ovarium. Menyusui anak-anak juga dapat
mengurangi risiko kanker ovarium.
3. Tubal ligasi atau histerektomi. Setelah tabung Anda diikat atau memiliki
histerektomi dapat mengurangi risiko kanker ovarium.
7
Perempuan yang berada pada risiko yang sangat tinggi mengalami
kanker ovarium dapat memilih untuk memiliki indung telur mereka
diangkat sebagai cara untuk mencegah penyakit. Operasi ini, dikenal
sebagai profilaksis ooforektomi, dianjurkan terutama bagi perempuan yang
telah dites positif untuk mutasi gen BRCA atau wanita yang mempunyai
sejarah keluarga yang kuat payudara dan kanker ovarium, bahkan jika
tidak ada mutasi genetik yang telah diidentifikasi.
K. Komplikasi (Nurarif Amin Huda dan Kusuma Hardhi, (2013) :
1. Penyebaran kanker ke organ lain
2. Progressive function loss of various organs Fungsi progresif hilangnya
berbagai organ
3. Ascites (fluid in the abdomen) Ascites (cairan di perut)
4. Intestinal Obstructions Usus Penghalang
1. Pengkajian
a. Data diri klien
b. Data biologis/fisiologis keluhan utama, riwayat keluhan utama
c. Riwayat kesehatan masa lalu
d. Riwayat kesehatan keluarga
e. Riwayat reproduksi siklus haid, durasi haid
f. Riwayat obstetrik kehamilan, persalinan, nifas, hamil
g. Data psikologis/sosiologis reaksi emosional setelah penyakit diketahui
2. Pemeriksaan fisik
a. Aktifitas istirahat
Gejala :
- Kelemahan / keletihan
- Perubahan pada pola tidur
- Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti
nyeri,ansietas,keringat malam
- Pekerjaan / profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan ,tingkat
stress tinggi
b. Integritas ego
Gejala :
8
- Faktor sress,merokok,alcohol
- Menunda mencari pengobatan
- Masalah tentang lesi / cacat, pembedahan
- Menyangkal diagnosis, putus asa
c. Eliminasi
Gejala :
- Pada kanker Ovarium terdapat tanda haid tidak teratur ,sering
berkemih,menopouse dini dan menorrhagia.
9
3. Diagnosa Keperawatan Menurut Herdman T, Heaster dan
Kamitsuru, Shigemi (2015) :
1) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis (penekanan
perut bagian bawah akibat kanker metastasis)
2) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan gangguan
pernafasan akibat penekanan asites pada diafragma.
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah, dan gangguan GI akibat adanya kanker metastasis.
4) Ansietas berhubungan dengan stres akibat kurangnya pengetahuan
tentang penyakit dan penatalaksanaannya.
10
N Diagnosa Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi NIC
o keperawatan NOC
1. Nyeri akut Setelah dilakukan 1) Kaji keadaan umum
berhubungan tindakan keperawatan pasien
2) Monitor tanda-tanda
dengan agens selama 1x24 jam makan
vital
cedera biologis pasien akan
3) Kaji intensitas nyeri
(penekanan perut menunjukkan tingkat
pasien yang
bagian bawah nyeri dengan indikator
komprehensif meliputi
akibat kanker (1-5 : ekstrem, berta,
durasi, karakteriktik,
metastasis) sedang, ringan atau tidak
intensitas dan
ada gangguan) :
penyebab nyeri.
- Ekspresi lisan atau 4) Berikan posisi yang
wajah (5) nyaman dari pasien
5) Ajarkan latihan teknik
- Posisi tubuh
relaksasi dan distraksi
melindungi area
bila nyeri muncul
nyeri (5)
6) Kolaborasi dengan
- Kegelisahan atau
tim dokter untuk
keteganggan otot (5)
pemberian analgetik
- Perubahan dalam
atau antibiotik yang
kecepatan
sesuai kebutuhan
pernapasan, denyut
jantung atau tekanan
darah (5)
2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1) Pantau kecepatan
pola nafas tindakan keperawatan irama, kedalaman, dan
berhubungan selama 1x24 jam, pasien usaha respirasi dan
dengan gangguan akan menujukkan status pola pernapasan
2) Perhatikan pergerakan
pernafasan akibat pernapasan:ventilasi
dada, amati
penekanan asites tidak terganggu ditandai
kesimetrisan,
pada diafragma. dengan indikator
penggunaan otot-otot
gangguan sebagai
bantu pernapasan
11
berikut : (1-5 :ekstrem, 3) Pantau kegelisahan,
kuat, sedang, ringan, ansietas dan tersengal-
tidak) : sengal
4) Auskultasi bunyi
- Kedalaman
napas, perhatikan area
ekspirasi
penurunan/ atau tidak
dankemudahan
adanya bunyi napas
bernapas (5)
- Ekspansi dada tambahan
5) Ajarkan batuk secara
simetris (5)
- Tidak ada efektif
6) Kolaborasi dengan
penggunaan otot
tim medis untuk
bantu (5)
- Bunyi napas pemberian tindakan
tambahan tidak ada sesuai dengan
(5) protokol atau program
- Napas pendek tidak
ada (5)
3. Perubahan nutrisi Setelah dilakukan 1) Kaji ulang pola
kurang dari tindakan keperawatan makan pasien
2) Berikan makan dalam
kebutuhan tubuh selama 1x24 jam klien
porsi sedikit tapi
berhubungan akan menunjukkan
sering
dengan mual, status gizi dengan
3) Motivasi pasien untuk
muntah, dan indikator (1-5 : tidak
makan
gangguan GI adekuat, ringan, sedang, 4) Awasi pemasukan diit
5) Beri hygiene oral
akibat adanya berat atau adekuat total)
sebelom dan sesudah
kanker metastasis. - Makanan oral atau
makan
pemberian lewat
6) Kolaborasi dengan
slang (5)
tim gizi dalam
- Asupan cairan
pemberian nutrisi
oral/IV (5)
untuk klien
4. Ansietas Setelah dilakukan 1) Kaji dan
berhubungan tindakan keperawatan dokumentasikan
12
dengan stres akibat 1x24 jam maka pasien tingkat kecemasan
kurangnya akan menunjukkan pasien
pengetahuan kontrol ansietas, 2) Gunakan pendekatan
tentang penyakit dibuktikan dengan yang tenang dan
dan indikator meyakinkan
penatalaksanaanny pendemostrasian sebagai 3) Sediakan informasi
a berikut (1-5 : tidak secara aktual
pernah, jarang, kadang- menyangkut
kadang, sering atau diagnosis, perawatan
secara konsisten) dan prognosis
- Manisfestasi 4) Instruksikan pasien
perilaku akibat tentang tehnik
kecemasan tidak relaksasi
ada (5) 5) Berikan dorongan
- Meneruskan untuk pasien agar
aktivitas yang mengungkapkan
dibutuhkan pikiran dan perasaan
meskipun ada untuk
kecemasan (5) mengeksternalisasika
- Tidak menunjukkan n ansietas
perilaku agresif (5) 6) Berikan pengobatan
- Mengkomunikasika untuk mengurangi
n kebutuhan dan ansietas sesuai
perasaan negatif dengan kebutuhan
secara tepat (5)
DAFTAR PUSTAKA
13
Nurarif Amin huda dan Kusuma Hardhi.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis Nanda Nic Noc Edisi Revisi Jilid 1. EGC : Jakarta.
14