A. Latar Belakang
tersebut, maka akan semakin kompleks proses pembangunan yang akan terselenggara.
strategis bagi bangsa tersebut untuk menentukan visi, misi yang hendak dicapai dan prioritas
pembangunan yang hendak diselenggarakan. Visi, misi dan rencana prioritas pembangunan
tersebut dapat berlangsung terarah dan harmonis ataukah tidak, sehingga mencapai
pembangunan tersebut, yang kemudian dijabarkan melalui tujuan-tujuan khusus yang disebut
dengan misi. Penjabaran misi pembangunan selanjutnya dituangkan dalam rencana prioritas
pembangunan.
Dalam hal ini, visi, misi dan rencana prioritas pembangunan Indonesia termuat dalam
suatu program pembangunan nasional atau biasa disebut dengan Propenas, yang disusun
setiap lima tahun sekali (dahulu dikenal dengan Repelita).Visi pembangunan nasional
Indonesia adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan,
berdaya saing, maju dan sejahtera dalam wadah Negara kesatuan Republik Indonesia yang
didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri dan bertaqwa, berakhlak mulia, cinta
tanah air, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memiliki etos kerja yang tinggi
dan disiplin.1[1]
Adapun misi yang hendak dicapai pembangunan nasional adalah sebagai berikut:2[2]
2
Berdasarkan visi, misi dan kegiatan pembangunan yang diprioritaskan oleh bangsa
Indonesia, jelas kiranya jika pendidikan merupakan salah satu bidang yang
secara kontinuitas hendak dibangun oleh pemerintah, dalam rangka mewujudkan manusia
Indonesia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, atau dapat secara umum
interdependensi yang cukup kuat dalam pencapaian tujuan hidup manusia. Hubungan
keduanya tidak hanya dapat dimaknai sebagai hubungan sebab akibat belaka, namun lebih
tepat disebut sebagai hubungan yang saling menentukan Artinya, untuk mencapai tujuan
hidup yang diinginkan, manusia harus memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidupnya.
Kualitas hidup tersebut umumnya sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan yang
dimilikinya.Sebagai faktor yang menentukan, eksistensi pendidikan dewasa ini tidak lagi
dianggap sebagai pelengkap kebutuhan manusia saja, namun telah diposisikan sebagai
instrumen pokok dengan tingkat urgensi yang hampir sama dengan tiga kebutuhan
dalam hidupnya berkembang seiring dengan peranan - peranan strategis pendidikan dalam
berkualitas, kritis, inovatif, humanis dan bermoral. Pribadi-pribadi yang berkualitas dan
bermoral ini yang nantinya akan membawa perubahan dan kemajuan bangsa dan negaranya
dan individu, maka tanggung jawab atas penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas pada
hakekatnya tidak hanya menjadi urusan negara saja, tetapi juga tanggung jawab semua pihak
sebagai komponen dari pembangunan. Masyarakat dalam hal ini diharapkan dapat berperan
serta dalam mengelola pendidikan itu sendiri.Negara sebagai organisasi politik terbesar yang
dibentuk oleh rakyat memang mempunyai tanggung jawab terbesar dalam hal
2. kebutuhan akan warga negara yang terdidik merupakan kebutuhan esensial yang nantinya
berkualitas bagi setiap warga negaranya secara eksplisit diatur dalam pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945, alinea keempat dan batang tubuh Pasal 31. Dalam pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 alinea 4 menyatakan tujuan nasional Negara Indonesia salah satunya
hanya bisa dicapai melalui Pendidikan. Selanjutnya ditegaskan kembali dalam Pasal 31 ayat
(1) Undang-Undang Dasar 1945, bahwa: 5[5] Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan
pengajaran dan, dalam Pasal 31 ayat (2) dinyatakan bahwa : 6[6] Pemerintah mengusahakan
dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dalam satu sistem
pengajaran nasional.
yang sarat akan nilai-nilai kebaikan (etika) dan nilai-nilai keindahan (estetika),bahkan secara
6
ekstrem disebut sebagai dunia tanpa cela, karena dunia pendidikan merupakan dunia untuk
mewujudkan manusia lebih tangguh, bermartabat dan bermoral, sehingga manusia akan dapat
survive dalam mengatasi masalah-masalah dalam hidupnya. Akan tetapi, benarkah anggapan
semacam itu masih tetap eksis dalam dunia pendidikan di tengah-tengah dunia yang serba
berubah?.
masyarakat. Dunia pendidikan bukanlah dunia yang bebas dari masalah, bukan juga dunia
yang tanpa cela. Sebaliknya, dunia pendidikan dewasa ini penuh dengan kompleksitas
masalah, baik masalah internal dalam penyelenggaraan pendidikan itu sendiri, maupun
masalah eksternal, sehingga dapat menghambat tujuan pendidikan yang ingin dicapai.
Di Indonesia sendiri, masalah dalam dunia pendidikan menempati posisi ketiga dari
tiga masalah besar yang memerlukan penanganan yang serius dari pemerintah,yaitu: 7[7]
penyebab dari penurunan ranking kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Masalah
pendidikan di Indonesia tidak hanya berkisar pada masalah-masalah yang berada dalam ranah
sosial ekonomi saja, tetapi juga masalah-masalah yang berada dalam ranah hukum.
Adapun masalah pendidikan dalam ranah sosial ekonomi yang biasa terjadi adalah
minimnya anggaran pendidikan, biaya pendidikan yang mahal, kurangnya tenaga profesional
7
pendidikan. Masalah pendidikan dalam ranah hukum dapat berupa berbagai bentuk
digolongkan sebagai pelanggaran biasa maupun tindak pidana. Bentuk penyimpangan yang
seringkali terjadi dalam dunia pendidikan menurut Ridwan Halim dapat dilakukan oleh
berbagai pihak, baik eksternal maupun internal. Pihak internal tentunya adalah komponen
yang terkait langsung dengan dunia pendidikan. Sedangkan, pihak eksternal adalah semua
pihak tidak terkait langsung dalam dunia pendidikan, misalnya masyarakat luas. Menurut
Ridwan Halim, bentuk-bentuk penyimpangan yang biasanya terjadi dalam dunia pendidikan
salah satunya dapat berupa berbagai bentuk kekerasan, perbuatan asusila serta berbagai
Sebenarnya, berbagai bentuk kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah bukanlah satu
hal yang luar biasa ataupun tidak wajar. Semua bidang dalam kehidupan manusia mempunyai
terhadap dunia pendidikan dalam hal ini adalh bentuk kekerasan bukan hanya pelanggaran
etika belaka,namun dapat dimungkinkan sebagai pelanggaran hukum dengan dampak yang
Menurut Barda Nawawi Arief mengenai upaya penanggulangan berbagai bentuk perilaku
8
Bahwa upaya penanggulangan berbagai bentuk perilaku menyimpang dapat ditempuh melalui
upaya non-penal dan upaya penal. Upaya non-penal biasanya menitikberatkan pada upaya-
upaya yang sifatnya pencegahan (preventive) terhadap terjadinya kejahatan, dengan cara
menangani faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan. Sedangkan, upaya penal
merupakan upaya penanggulangan dengan menggunakan hukum pidana. Upaya penal ini
menitikberatkan pada upaya-upaya yang sifatnya memberantas (repressive).9[9]
Penanggulangan berbagai bentuk perilaku kekerasan yang dilakukan guru terhadap anak
didik di lingkungan sekolah melalui jalur penal (menggunakan sarana hukum pidana) selama
ini masih relative fragmentaris. Artinya, ketentuan-ketentuan yang digunakan dalam rangka
menanggulangi penyimpangan dalam dunia Pendidikan masih terbatas pada ketentuan pidana
yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Undang- undang Sistem
atas masih bersifat umum seperti ketentuan dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana
berbeda satu sama lainnya yang tidak dikhususkan pada bidang pendidikan. sedangkan
bidang pendidikan.
Bertolak dari pemikiran di atas bahwa berbagai bentuk kekerasan dalam lingkungan
Indonesia, sedangkan eksistensi hukum pidana yang mengatur masalah pendidikan ini masih
relatif fragmentaris, maka penulisan karya tulis ini diharapkan dapat mengkaji berbagai
9
kebijakan hukum pidana sebagai salah satu sarana untuk menanggulangi bentuk-bentuk
Mendasarkan pada latar belakang masalah seperti dijelaskan di atas serta berbagai
ini , masalah tindak pidana kekerasan di lingkungan sekolah yang kerap dilakukan oleh guru
terhadap anak didik perlu dilakukan penelitian secara mendalam. Oleh karena itu penulis
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pokok permasalahan dalam penelitian ini
1. Bagaimanakah kebijakan hukum pidana dalam menanggulangi tindak pidana kekerasan yang
dilakukan guru terhadap anak didik di lingkungan sekolah menurut pasal 351-355 KUHP dan
Undang-undang No.23 Tahun 2003 pasal 80 tentang perlindungan anak saat ini?
2. Bagaimanakah sebaiknya kebijakan hukum pidana dalam menanggulangi tindak pidana yang
dilakukan guru terhadap anak didik di lingkungan sekolah menurut pasal 351-355 KUHP dan
Undang-undang No.23 Tahun 2003 pasal 80 tentang perlindungan anak di masa mendatang ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian
ini adalah :
pidana kekerasan yang dilakukan guru terhadap anak didik di lingkungan sekolah menurut
pasal 351-355 KUHP dan Undang-undang No.23 Tahun 2003 pasal 80 tentang perlindungan
tindak pidana kekerasan yang dilakukan guru terhadap anak didik di lingkungan sekolah
menurut pasal 351-355 KUHP dan Undang-undang No.23 Tahun 2003 pasal 80 tentang
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan 2 (dua) kegunaan yaitu kegunaan dari segi
a. Membantu para akademisi dalam upaya pengkajian dan pengembangan Ilmu Hukum Pidana
penanggulangan tindak pidana kekerasan yang dilakukan guru terhadap anak didik di
c. Melengkapi khasanah kajian yang berkaitan dengan pidana dan pemidanaan terutama yang
berkaitan dengan kebijakan legislatif dalam bidang hukum pidana yang berkaitan dengan
pendidikan.,
a. Memberikan masukan kepada para pembuat kebijakan atau pembentuk Undang Undang
dalam rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ( KUHP ) yang sampai saat ini masih
dalam tahap pembahasan yang berupa sumbangan pemikiran dalam menentukan arah
b. Memberikan wawasan kepada aparat penegak hokum dalam membantu tugasnya untuk
menangani maupun menyelesaikan perkara pidana yang terkait dengan bidang pendidikan.
c. Memberikan bahan masukan bagi para pelaku pendidikan dalam menghadapi perbuatan
tindak pidana bidang pendidikan yang dapat merusak citra dunia pendidikan sehingga dapat
diambil sikap tegas terhadap para pelaku tindak pidana bidang pendidikan untuk diproses
E. Metode Penelitian
1. Obyek Penelitian
Dalam suatu penelitian yang menjadi sasaran utama yang dituju peneliti dinamakan
obyek penelitian. Untuk peneltian ini yang menjadi obyek penelitian adalah peraturan
2. Metode Pendekatan
pendidikan termasuk jenis penelitian hukum yang normatif atau penelitian hukum
kepustakaan. Menurut pendapat Sudarto pengertian metode normatif dapat dijelaskan sebagai
berikut :
Metode yuridis dalam arti sempit ialah penggunaan metode yang hanya melihat
hubungan logis atau anti logis , ataupun dengan cara lain yang sistematis , di dalam
keseluruhan perangkat norma. Sebaliknya apabila yang dilihat itu tidak hanya hubungannya
di dalam perangkat norma belaka, tetapi juga bahkan terutama dilihat pentingnya efek sosial
dari pembentukan norma-norma (hukum) sehingga jutru dilihat pentingnya latar belakang
kemasyarakatannya, maka metode ini tidaklah kurang yuridis pula, ialah yuridis dalam arti
luas.10[10]
Sedangkan menurut Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, penelitian hukum normatif
merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder.
Penelitian hukum normatif menurut Ronny Hanitijo dinamakan pula sebagai penelitian
d. Perbandingan hukum
Hartono yaitu untuk mengetahui , yaitu untuk mengetahui dan mengenal apakah dan
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yang bersifat yuridis
normatif (Legal research). Seperti dikatakan Ronny Hanitijo Soemitro bahwa pendekatan
penelitian hukum yuridis normative yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara
undang-undang yang berlaku pada suatu waktu dan tempat tertentu sebagai produk dari suatu
10
11
12
13
Pendekatan yuridis normatif dalam penelitian merupakan pendekatan utama yakni
mengungkap kaidah kaidah normatif dan asas asas hukum yang merupakan kebijakan
dalam merumuskan tindak pidana bidang pendidikan yang merupakan produk legislative
F. Sumber Data
kekerasan yang dilakukan guru terhadap anak didik di lingkungan sekolah sebagaimana
terhadap data sekunder..14[14] Selanjutnya dijelaskan oleh Soerjono Soekanto bahwa data
a. Data sekunder pada umumnya ada dalam keadaan siap terbuat (ready made)
b. Bentuk maupun isi data sekunder telah dibentuk dan di isi oleh peneliti peneliti terdahulu
c. Data sekunder dapat diperoleh tanpa terikat atau dibatasi oleh waktu dan tempat .15[15]
Adapun data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dari bahan bahan
sebagai berikut :
a. Bahan baku hukum primer, merupakan dokumen hukum yang mempunyai kekuatan hukum
14
15
3) Undang-undang di Luar KUHP dalam hal ini Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
Nomor 20 Tahun 2003, dan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak;
6) Undang-undang Guru
b. Bahan bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum
2) Hasil Hasil penelitian yang berkaitan dengan tindak pidana dalam bidang pendidikan
4) Hasil hasil pertemuan ilmiah seperti : seminar, pentaloka, diskusi , simposium dan
c. Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang yang memberikan petunjuk terhadap
bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder dan terdiri dari :
1. Kamus hukum, Kamus Pendidikan dan Kamus Bahasa Indonesia Majalah hukum.
2. Buku buku yang mengkaji berbagai hal ikhwal tentang bidang pendidikan.
3. Buku buku yang mengkaji berbagai hal ikhwal tentang Hukum Pidana
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk mendapatkan data
penelitian yang dijadikan sebagai bahan untuk memecahkan masalah dalam penelitian.
Menurut Ronny Hanitijo Sumitro, teknik pengumpulan data terdiri dari dari tiga (3) macam
yaitu studi kepustakaan, pengamatan (observasi), wawancara (interview), dan penggunaan
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada tesis ini adalah studi pustaka
(Literatur study) dan studi dokumen. Studi pustaka menurut Sanapiah Faisal disebut sebagai
sumber data non manusia, dan dilakukan untuk memperoleh data sekunder dengan jalan
Data yang telah diperoleh selanjutnya disajikan secara kualitatif. Demikian pula
penganalisaan data dilakukan juga secara kualitatif, dengan cara melakukan analisis
deskriptif, yang bertolak dari analisis yuridis yang ditunjang dengan analisis historis dan
komparatif. Analisis dilakukan berdasarkan model interaktif mengalir yakni dilakukan secara
berulang-ulang, berlanjut terus-menerus yang bergerak dalam 4 (empat siklus) yaitu koleksi
data, reduksi data, penyajian dan verifikasi data dan penarikan kesimpulan 18[18]
Dalam thesis ini penulis menggunakan metode kualitatif dan diuraikan secara
deskriptif analitis. Analisis kualitatif ini dilakukan secara deskriptif karena penelitian ini tidak
pidana yang diharapkan dalam undang-undang yang akan datang. Karena itu untuk
pengolahan data peneliti menggunakan teknik interaktif mengalir, yaitu model analisis yang
menyatu dengan proses pengumpulan data dalam suatu siklus, artinya bahwa hubungan data
16
17
18
yang satu dengan yang lain senantiasa dipertahankan baik pada studi kepustakaan, analisis
I. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Sistem pembahasan penelitian yang akan disajikan dalam penelitian ini terdiri atas 4 (empat)
mengenai kebijakan hukum pidana dalam rangka menanggulangi tindak pidana kekerasan
oleh guru terhadap anak didik. Bab ini mencakup uraian mengenai pengertian kekerasan dan
ruang lingkupnya, ruang lingkup kebijakan hukum pidana, masalah kebijakan hukum pidana ,
masalah pokok hukum pidana dan beberapa karakteristik hukum pidana serta pendekatan
dalam kebijakan hukum pidana. Kemudian dilanjutkan dengan uraian mengenai pengertian
dan ruang lingkup tindak pidana kekerasan, aspek-aspek hukum dalam penyelenggaraan
pendidikan, pengertian dan ruang lingkup tindak pidana kekerasan. Bab III : berupa hasil
penelitian dan pembahasan yang terdiri dari dua bagian. Bagian A menguraikan tentang
kebijakan hukum pidana saat ini dalam menanggulangi tindak pidana kekerasan yang
dilakukan guru terhadap anak didik , berisi tentang respon hukum terhadap masalah tindak
pidana kekerasan oleh guru terhadap anak didik, gambaran kebijakan hukum pidana dalam
dalam menanggulangi tindak pidana kekerasan oleh guru terhadap anak didik masa
mendatang, berisi tentang beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam perumusan
perbuatan pidana dan beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam penetapan sanksi
pidana. Dan diakhiri dengan Bab IV, yang merupakan bab terakhir berupa kesimpulan dan
saransaran.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Anwar Qomari , 2002, Reorientasi Pendidikan dan Profesi Keguruan, Jakarta : Uhamka Press
Anwar Qomari , 2002, Pendidikan sebagai Karakter Budaya Bangsa, Jakarta :Uhamka Press
Andi Hamzah, 1986, Bungai Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana,Jakarta, Ghalia Indonesia
Azyumardi Asra, 2006, Paradigma Baru Pendidikan Nasional Rekonstruksi dan Demokrasi, Jakarta,
Peneribit Buu Kompas
Benedict A.Alper, 1973, Changing concept of crime and criminal policy,Resources Material Series No.6
UNAFEI
Bambang Poernomo, 1988, Kapita Selekta Hukum Pidana, Yogyakarta, Liberty Bonger W.A, Pengantar
Tentang Kriminologi, Ghalia Indonesia, .
Dwidja Priyatna, 2004, Kebijakan Legislatif Tentang Sistem Pertanggungjawaban Pidana Koorporosi
di Indonesia, Bandung, CV UTOMO
Eko Supriyanto, Suwarno, Mulyadi dkk, 2003, Inovasi Pendidikan dan Isu-isu baru Pembelajaran
Manajemen dan Sistem Pendidikan di Indonesia, Surakarta, UMS Press
Fuady Munir, 2003, Aliran Hukum Kritis Paradigma Ketidakberdayaan Hukum, Bandung : Citra
Aditya Bakti
Hadari Nawawi dan Mimi Martini, 1994, Kebijakan Pendidikan di Indonesia ditinjau dari sudut
Hukum, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press
Jurnal Pembaharuan Hukum Pidana Volume 3/No, 2 , 2007, Law Refrorm Pembaharuan Hukum
Pidana, Semarang, Program Magister Ilmu Hukum
Jurnal Pembaharuan Hukum Pidana Volume 1/No. 2 , 2007, Law Refrorm Pembaharuan Hukum
Pidana, Semarang, Program Magister Ilmu Hukum
Kartono Kartini, 1997, Tinjauan Holistik Mengenai Tujuan Pendidikan Nasional, Jakarta : Padnya
Paramita
Leden Marpaung, 2004, Kejahatan terhadap kesusilaan dan Masalah Prevensinya, Jakarta Ghalia
Indonesia
Marc Ancel, 1965, Sosial Defense, A Modern Approach to Criminal problems,Roudledge & Paul
Keagen, London
Moleong J Lexy, 2004, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya
Muladi dan Barda Nawawi Arief, 1998, Teori Teori dan Kebijakan Pidana ,Bandung : Alumni
Moh. Taufik Makaro, Suhasril dan Moh. Zakky, 2005, Tindak Pidana Narkotika, Jakarta, Ghalia
Indonesia
Muhari Agus Santoso, 2002, Paradigma Baru Hukum Pidana, Malang, Averroes Press
Munir Fuady, 2003, Aliran Hukum Kritis Paradigma Ketidakberdayaan Hukum, Bandung , Citra
Aditya Bhakti
Moch. Lukman Fatahullah Rais, 1997, Tindak Pidana Perkelahian Pelajar,Jakarta, Sinar Harapan
Nanda Agung Dewantara, 1988, Kemampuan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Kejahatan-
Kejahatan Baru Yang BerkembangDalam Masyarakat, Yogyakarta, Liberty
Peraturan Perundang-undangan: