Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL SKRIPSI

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM

MENANGGULANGI TINDAK PIDANA KEKERASAN YANG DILAKUKAN GURU

TERHADAP ANAK DIDIK DI LINGKUNGAN SEKOLAH

MENURUT PASAL 351-355 KUHP DAN UNDANG-UNDANG NO.23 TAHUN 2003

PASAL 80 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

A. Latar Belakang

. Perkembangan masyarakat senantiasa membawa dampak tersendiri terhadap proses

pembangunan suatu bangsa. Semakin dinamis perkembangan masyarakat dari bangsa

tersebut, maka akan semakin kompleks proses pembangunan yang akan terselenggara.

Kedinamisan perkembangan masyarakat tersebut yang nantinya akan menjadi pertimbangan

strategis bagi bangsa tersebut untuk menentukan visi, misi yang hendak dicapai dan prioritas

pembangunan yang hendak diselenggarakan. Visi, misi dan rencana prioritas pembangunan

merupakan 3 (tiga) pedoman mendasar dalam penyelenggaraan pembangunan. Keajegan,

kecermatan dan ketepatan substansi ketiganya akan menentukan apakah pembangunan

tersebut dapat berlangsung terarah dan harmonis ataukah tidak, sehingga mencapai

keberhasilan yang dikehendaki.

Visi merupakan tujuan umum pembangunan. Eksistensinya sebagai roh/spirit dari

pembangunan tersebut, yang kemudian dijabarkan melalui tujuan-tujuan khusus yang disebut

dengan misi. Penjabaran misi pembangunan selanjutnya dituangkan dalam rencana prioritas

pembangunan.

Dalam hal ini, visi, misi dan rencana prioritas pembangunan Indonesia termuat dalam

suatu program pembangunan nasional atau biasa disebut dengan Propenas, yang disusun

setiap lima tahun sekali (dahulu dikenal dengan Repelita).Visi pembangunan nasional
Indonesia adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan,

berdaya saing, maju dan sejahtera dalam wadah Negara kesatuan Republik Indonesia yang

didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri dan bertaqwa, berakhlak mulia, cinta

tanah air, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memiliki etos kerja yang tinggi

dan disiplin.1[1]

Adapun misi yang hendak dicapai pembangunan nasional adalah sebagai berikut:2[2]

1. terwujudnya pengamalan Pancasila secara konsisten dalam kehidupan bermasyarakat,


berbangsa dan bernegara;
2. terwujudnya penegakan kedaulatan rakyat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara;
3. terwujudnya pengamalan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan
kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan dan
mantapnya persaudaraan umat beragama yang berakhlaq mulia, toleran, rukun dan damai;
4. terwujudnya kondisi aman, damai, tertib dan ketentraman masyarakat;
5. terwujudnya sistem hukum nasional yang menjamin tegaknya supremasi hukum dan hak
asasi manusia berlandaskan keadilan dan kebenaran;
6. terwujudnya kehidupan sosial budaya yang berkepribadian, dinamis, kreatif, dan berdaya
tahan terhadap pengaruh globalisasi;
7. terlaksananya pemberdayaan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi nasional, terutama
pengusaha kecil, menengah dan koperasi dengan mengembangkan sistem ekonomi
kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan berbasis pada sumber
daya alam dan sumber daya manusia yang produktif, mandiri, maju, berdaya
saing,berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
8. terwujudnya otonomi daerah dalam rangka pembangunan daerah dan pemerataan
pertumbuhan dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
9. terwujudnya kesejahteraan rakyat yang ditandai oleh meningkatnya kualitas kehidupan yang
layak dan bermartabat serta memberi perhatian utama pada tercukupinya kebutuhan dasar,
yakni pangan, sandang, papan,kesehatan, pendidikan, dan lapangan kerja;
10. terwujudnya aparatur negara yang berfungsi melayani masyrakat,profesonal, berdaya guna,
produktif, transparan, dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme;
11. terwujudnya sistem dan iklim nasional yang demokratis dan bermutu guna memperteguh
akhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan,cerdas, sehat, berdisiplin dan
bertanggung jawab, berketerampilan, serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
rangja mengembangkan kualitas manusia Indonesia;
12. terwujudnya politik luar negeri yang berdaulat, bermartabat, bebas, dan proaktif bagi
kepentingan nasional dalam menghadapi perkembangan global.

2
Berdasarkan visi, misi dan kegiatan pembangunan yang diprioritaskan oleh bangsa

Indonesia, jelas kiranya jika pendidikan merupakan salah satu bidang yang

secara kontinuitas hendak dibangun oleh pemerintah, dalam rangka mewujudkan manusia

Indonesia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, atau dapat secara umum

dikatakan untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia Indonesia.

Pendidikan dan kualitas hidup merupakan dua variabel dengan jalinan

interdependensi yang cukup kuat dalam pencapaian tujuan hidup manusia. Hubungan

keduanya tidak hanya dapat dimaknai sebagai hubungan sebab akibat belaka, namun lebih

tepat disebut sebagai hubungan yang saling menentukan Artinya, untuk mencapai tujuan

hidup yang diinginkan, manusia harus memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidupnya.

Kualitas hidup tersebut umumnya sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan yang

dimilikinya.Sebagai faktor yang menentukan, eksistensi pendidikan dewasa ini tidak lagi

dianggap sebagai pelengkap kebutuhan manusia saja, namun telah diposisikan sebagai

instrumen pokok dengan tingkat urgensi yang hampir sama dengan tiga kebutuhan

pokok manusia, yaitu; pangan, sandang dan papan.

Kesadaran manusia terhadap pentingnya pemenuhan pendidikan yang berkualitas

dalam hidupnya berkembang seiring dengan peranan - peranan strategis pendidikan dalam

kehidupan manusia dan negara/bangsa. Dengan pendidikan, manusia dapat memperkuat

identitas, aktualitas dan integritas dirinya sehingga terbentuk pribadi-pribadi yang

berkualitas, kritis, inovatif, humanis dan bermoral. Pribadi-pribadi yang berkualitas dan

bermoral ini yang nantinya akan membawa perubahan dan kemajuan bangsa dan negaranya

di berbagai sektor kehidupan.

Mengingat pentingnya peranan pendidikan bagi kemajuan suatu negara,masyarakat

dan individu, maka tanggung jawab atas penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas pada

hakekatnya tidak hanya menjadi urusan negara saja, tetapi juga tanggung jawab semua pihak
sebagai komponen dari pembangunan. Masyarakat dalam hal ini diharapkan dapat berperan

serta dalam mengelola pendidikan itu sendiri.Negara sebagai organisasi politik terbesar yang

dibentuk oleh rakyat memang mempunyai tanggung jawab terbesar dalam hal

penyelenggaraan pendidikan bagi warga negaranya, hal ini disebabkan :3[3]

1. demi menumbuhkan demokrasi politik;

2. kebutuhan akan warga negara yang terdidik merupakan kebutuhan esensial yang nantinya

diperlukan untuk memajukan bangsa dan negara di era modern.

Di Indonesia, tanggung jawab negara akan penyelenggaraan pendidikan yang

berkualitas bagi setiap warga negaranya secara eksplisit diatur dalam pembukaan Undang-

Undang Dasar 1945, alinea keempat dan batang tubuh Pasal 31. Dalam pembukaan Undang-

Undang Dasar 1945 alinea 4 menyatakan tujuan nasional Negara Indonesia salah satunya

adalah .Mencerdaskan kehidupan bangsa.4[4]

Nampak dari pernyataan tersebut bahwa upaya mencerdaskan kehidupan bangsa

hanya bisa dicapai melalui Pendidikan. Selanjutnya ditegaskan kembali dalam Pasal 31 ayat

(1) Undang-Undang Dasar 1945, bahwa: 5[5] Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan

pengajaran dan, dalam Pasal 31 ayat (2) dinyatakan bahwa : 6[6] Pemerintah mengusahakan

dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dalam satu sistem

pengajaran nasional.

Sebagian besar masyarakat menganggap bahwa dunia pendidikan merupakan dunia

yang sarat akan nilai-nilai kebaikan (etika) dan nilai-nilai keindahan (estetika),bahkan secara

6
ekstrem disebut sebagai dunia tanpa cela, karena dunia pendidikan merupakan dunia untuk

mewujudkan manusia lebih tangguh, bermartabat dan bermoral, sehingga manusia akan dapat

survive dalam mengatasi masalah-masalah dalam hidupnya. Akan tetapi, benarkah anggapan

semacam itu masih tetap eksis dalam dunia pendidikan di tengah-tengah dunia yang serba

berubah?.

Kenyataan di masyarakat demikian bertolak belakang. Anggapan-anggapan tersebut

telah mengalami pergeseran-pergeseran yang cukup signifikan seiring dengan dinamika

masyarakat. Dunia pendidikan bukanlah dunia yang bebas dari masalah, bukan juga dunia

yang tanpa cela. Sebaliknya, dunia pendidikan dewasa ini penuh dengan kompleksitas

masalah, baik masalah internal dalam penyelenggaraan pendidikan itu sendiri, maupun

masalah eksternal, sehingga dapat menghambat tujuan pendidikan yang ingin dicapai.

Di Indonesia sendiri, masalah dalam dunia pendidikan menempati posisi ketiga dari

tiga masalah besar yang memerlukan penanganan yang serius dari pemerintah,yaitu: 7[7]

1. national security of national life and development;

2. equitable welfare of the people;

3. education as a crusial component of human resource development.

Kompleksitas masalah dalam dunia pendidikan di Indonesia ini turut menjadi

penyebab dari penurunan ranking kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Masalah

pendidikan di Indonesia tidak hanya berkisar pada masalah-masalah yang berada dalam ranah

sosial ekonomi saja, tetapi juga masalah-masalah yang berada dalam ranah hukum.

Adapun masalah pendidikan dalam ranah sosial ekonomi yang biasa terjadi adalah

minimnya anggaran pendidikan, biaya pendidikan yang mahal, kurangnya tenaga profesional

guru/tenaga pendidik, rendahnya kesejahteraan guru/tenaga pendidikan, kurangnya sarana

dan prasarana pendidikan, manajemen pendidikan yang kacau, dan komersialisasi

7
pendidikan. Masalah pendidikan dalam ranah hukum dapat berupa berbagai bentuk

penyimpangan pendidikan yang

mempunyai dampak yuridis tertentu.Fenomena penyimpangan dalam dunia pendidikan dapat

digolongkan sebagai pelanggaran biasa maupun tindak pidana. Bentuk penyimpangan yang

seringkali terjadi dalam dunia pendidikan menurut Ridwan Halim dapat dilakukan oleh

berbagai pihak, baik eksternal maupun internal. Pihak internal tentunya adalah komponen

yang terkait langsung dengan dunia pendidikan. Sedangkan, pihak eksternal adalah semua

pihak tidak terkait langsung dalam dunia pendidikan, misalnya masyarakat luas. Menurut

Ridwan Halim, bentuk-bentuk penyimpangan yang biasanya terjadi dalam dunia pendidikan

salah satunya dapat berupa berbagai bentuk kekerasan, perbuatan asusila serta berbagai

bentuk pencemaran ataupun penghinaan.8[8]

Sebenarnya, berbagai bentuk kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah bukanlah satu

hal yang luar biasa ataupun tidak wajar. Semua bidang dalam kehidupan manusia mempunyai

potensi yang sama untuk terjadinya penyimpangan,meskipun bidang tersebut merupakan

bidang yang difungsikan untuk memperbaiki tingkah laku.

Mengingat pendidikan merupakan salah satu instrumen pokok bagi sustainable

development (pembangunan berkelanjutan) dari suatu negara, dan mengingat penyimpangan

terhadap dunia pendidikan dalam hal ini adalh bentuk kekerasan bukan hanya pelanggaran

etika belaka,namun dapat dimungkinkan sebagai pelanggaran hukum dengan dampak yang

ditimbulkan cukup signifikan, maka eksistensi hukum pidana diperlukan guna

menanggulangi atau meminimalisasi terjadinya berbagai bentuk penyimpangan yang dapat

merusak citra Pendidikan Nasional.

Menurut Barda Nawawi Arief mengenai upaya penanggulangan berbagai bentuk perilaku

menyimpang adalah sebagai berikut:

8
Bahwa upaya penanggulangan berbagai bentuk perilaku menyimpang dapat ditempuh melalui
upaya non-penal dan upaya penal. Upaya non-penal biasanya menitikberatkan pada upaya-
upaya yang sifatnya pencegahan (preventive) terhadap terjadinya kejahatan, dengan cara
menangani faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan. Sedangkan, upaya penal
merupakan upaya penanggulangan dengan menggunakan hukum pidana. Upaya penal ini
menitikberatkan pada upaya-upaya yang sifatnya memberantas (repressive).9[9]

Penanggulangan berbagai bentuk perilaku kekerasan yang dilakukan guru terhadap anak

didik di lingkungan sekolah melalui jalur penal (menggunakan sarana hukum pidana) selama

ini masih relative fragmentaris. Artinya, ketentuan-ketentuan yang digunakan dalam rangka

menanggulangi penyimpangan dalam dunia Pendidikan masih terbatas pada ketentuan pidana

yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Undang- undang Sistem

Pendidikan Nasional dan Undang-undang Perlindungan Anak

Beberapa peraturan perundang-undangan tersebut di atas (selain Undang-undang Sistem

Pendidikan Nasional) tidak secara khusus mengatur penyimpangan-penyimpangan yang

terjadi dalam dunia pendidikan. Selain pengaturan dalam peraturan perundang-undangan di

atas masih bersifat umum seperti ketentuan dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana

(KUHP), setiap peraturan perundang-undangan di atas memiliki adressat (tujuan) yang

berbeda satu sama lainnya yang tidak dikhususkan pada bidang pendidikan. sedangkan

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional yang bertujuan untuk melindungi Sistem

Pendidikan Nasional tidak sepenuhnya mengakomodir semua bentuk penyimpangan di

bidang pendidikan.

Bertolak dari pemikiran di atas bahwa berbagai bentuk kekerasan dalam lingkungan

sekolah yang berdampak yuridis merupakan ancaman bagi penyelenggaraan pendidikan di

Indonesia, sedangkan eksistensi hukum pidana yang mengatur masalah pendidikan ini masih

relatif fragmentaris, maka penulisan karya tulis ini diharapkan dapat mengkaji berbagai

9
kebijakan hukum pidana sebagai salah satu sarana untuk menanggulangi bentuk-bentuk

penyimpangan di bidang pendidikan.

Mendasarkan pada latar belakang masalah seperti dijelaskan di atas serta berbagai

fenomena kekerasan yang terjadi di dunia pendidikan khususnya di lingkungan sekolahsaat

ini , masalah tindak pidana kekerasan di lingkungan sekolah yang kerap dilakukan oleh guru

terhadap anak didik perlu dilakukan penelitian secara mendalam. Oleh karena itu penulis

memilih judul : KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM MENANGGULANGI TINDAK

PIDANA KEKERASAN YANG DILAKUKAN GURU TERHADAP ANAK DIDIK DI

LINGKUNGAN SEKOLAH MENURUT PASAL 351-355 KUHP DAN UNDANG-

UNDANG NO.23 TAHUN 2003 PASAL 80 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pokok permasalahan dalam penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah kebijakan hukum pidana dalam menanggulangi tindak pidana kekerasan yang

dilakukan guru terhadap anak didik di lingkungan sekolah menurut pasal 351-355 KUHP dan

Undang-undang No.23 Tahun 2003 pasal 80 tentang perlindungan anak saat ini?

2. Bagaimanakah sebaiknya kebijakan hukum pidana dalam menanggulangi tindak pidana yang

dilakukan guru terhadap anak didik di lingkungan sekolah menurut pasal 351-355 KUHP dan

Undang-undang No.23 Tahun 2003 pasal 80 tentang perlindungan anak di masa mendatang ?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian

ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimanakah kebijakan hukum pidana dalam menanggulangi tindak

pidana kekerasan yang dilakukan guru terhadap anak didik di lingkungan sekolah menurut

pasal 351-355 KUHP dan Undang-undang No.23 Tahun 2003 pasal 80 tentang perlindungan

anak saat ini

2. Untuk mengetahui bagaimanakah sebaiknya kebijakan hukum pidana dalam menanggulangi

tindak pidana kekerasan yang dilakukan guru terhadap anak didik di lingkungan sekolah

menurut pasal 351-355 KUHP dan Undang-undang No.23 Tahun 2003 pasal 80 tentang

perlindungan anak di masa mendatang.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan 2 (dua) kegunaan yaitu kegunaan dari segi

praktis dan kegunaan dari segi teoritis.

1. Kegunaan dari segi teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat :

a. Membantu para akademisi dalam upaya pengkajian dan pengembangan Ilmu Hukum Pidana

b. Memberikan masukan dan sumbangan pemikiran untuk pengembangan kebijakan

penanggulangan tindak pidana kekerasan yang dilakukan guru terhadap anak didik di

lingkungan sekolah, baik kebijakan legislatif maupun kebijakan aplikatif

c. Melengkapi khasanah kajian yang berkaitan dengan pidana dan pemidanaan terutama yang

berkaitan dengan kebijakan legislatif dalam bidang hukum pidana yang berkaitan dengan

pendidikan.,

2. Kegunaan dari segi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat :

a. Memberikan masukan kepada para pembuat kebijakan atau pembentuk Undang Undang

dalam rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ( KUHP ) yang sampai saat ini masih
dalam tahap pembahasan yang berupa sumbangan pemikiran dalam menentukan arah

kebijakan yang berkaitan dengan tindak pidana dalam bidang pendidikan.

b. Memberikan wawasan kepada aparat penegak hokum dalam membantu tugasnya untuk

menangani maupun menyelesaikan perkara pidana yang terkait dengan bidang pendidikan.

c. Memberikan bahan masukan bagi para pelaku pendidikan dalam menghadapi perbuatan

tindak pidana bidang pendidikan yang dapat merusak citra dunia pendidikan sehingga dapat

diambil sikap tegas terhadap para pelaku tindak pidana bidang pendidikan untuk diproses

sesuai dengan aturan yang berlaku.

E. Metode Penelitian

1. Obyek Penelitian

Dalam suatu penelitian yang menjadi sasaran utama yang dituju peneliti dinamakan

obyek penelitian. Untuk peneltian ini yang menjadi obyek penelitian adalah peraturan

perundang-undangan yang berhubungan dengan tindak pidana di bidang pendidikan.

2. Metode Pendekatan

Penelitian tentang kebijakan hukum pidana dalam menanggulangi tindak pidana

pendidikan termasuk jenis penelitian hukum yang normatif atau penelitian hukum

kepustakaan. Menurut pendapat Sudarto pengertian metode normatif dapat dijelaskan sebagai

berikut :

Metode yuridis dalam arti sempit ialah penggunaan metode yang hanya melihat
hubungan logis atau anti logis , ataupun dengan cara lain yang sistematis , di dalam
keseluruhan perangkat norma. Sebaliknya apabila yang dilihat itu tidak hanya hubungannya
di dalam perangkat norma belaka, tetapi juga bahkan terutama dilihat pentingnya efek sosial
dari pembentukan norma-norma (hukum) sehingga jutru dilihat pentingnya latar belakang
kemasyarakatannya, maka metode ini tidaklah kurang yuridis pula, ialah yuridis dalam arti
luas.10[10]

Sedangkan menurut Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, penelitian hukum normatif

merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder.

Penelitian hukum normatif menurut Ronny Hanitijo dinamakan pula sebagai penelitian

hokum doktrinal.11[11] Penelitian hukum normatif menurut Soeyono Soekanto mencakup :

a. Penelitian terhadap azas-azas hokum

b. Penelitian terhadap sistematik hokum

c. Penelitian terhadap taraf sinkronisasi vertikal dan horizontal

d. Perbandingan hukum

e. Sejarah hukum 12[12]

Sesuai dengan kegunaan dari metode penelitian hukum normatif,menurut Sunaryati

Hartono yaitu untuk mengetahui , yaitu untuk mengetahui dan mengenal apakah dan

bagaimanakah hukum positifnya mengenai masalah tertentu. (1994:141) maka pendekatan

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yang bersifat yuridis

normatif (Legal research). Seperti dikatakan Ronny Hanitijo Soemitro bahwa pendekatan

penelitian hukum yuridis normative yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara

mengindentifikasikan dan mengkonsepsikan hukum sebagai norma, kaidah, peraturan,

undang-undang yang berlaku pada suatu waktu dan tempat tertentu sebagai produk dari suatu

kekuasaan negara tertentu yang berdaulat.13[13]

10

11

12

13
Pendekatan yuridis normatif dalam penelitian merupakan pendekatan utama yakni

mengungkap kaidah kaidah normatif dan asas asas hukum yang merupakan kebijakan

dalam merumuskan tindak pidana bidang pendidikan yang merupakan produk legislative

yang terkait dengan perundang undangan hukum pidana di Indonesia.

F. Sumber Data

Penelitian tentang kebijakan hukum pidana dalam menanggulangi tindak pidana

kekerasan yang dilakukan guru terhadap anak didik di lingkungan sekolah sebagaimana

dijelaskan di atas, merupakan penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normative

menurut Ronny Hanitidjo Soemitro merupakan penelitian kepustakaan yaitu penelitian

terhadap data sekunder..14[14] Selanjutnya dijelaskan oleh Soerjono Soekanto bahwa data

sekunder memiliki ciri ciri umum sebagai berikut :

a. Data sekunder pada umumnya ada dalam keadaan siap terbuat (ready made)

b. Bentuk maupun isi data sekunder telah dibentuk dan di isi oleh peneliti peneliti terdahulu

c. Data sekunder dapat diperoleh tanpa terikat atau dibatasi oleh waktu dan tempat .15[15]

Adapun data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dari bahan bahan

sebagai berikut :

a. Bahan baku hukum primer, merupakan dokumen hukum yang mempunyai kekuatan hukum

mengikat dan terdiri dari :

1) Garis Garis Besar Haluan Negara ( GBHN)

2) Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP)

14

15
3) Undang-undang di Luar KUHP dalam hal ini Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional

Nomor 20 Tahun 2003, dan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak;

4) Undang-undang Guru & Dosen

5) Kebijakan Pendidikan lainnya (Kode Etik GuruIndonesia);

6) Undang-undang Guru

7) Regulatory Rules dari beberapa negara asing

b. Bahan bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum

primer, dan terdiri dari :

1) Rancangan Kitab Undang Undang Hukum Pidana (RKUHP)

2) Hasil Hasil penelitian yang berkaitan dengan tindak pidana dalam bidang pendidikan

3) Hasil karya ilmiah yang berhubungan dengan judul tesis

4) Hasil hasil pertemuan ilmiah seperti : seminar, pentaloka, diskusi , simposium dan

sebagainya yang berkaitan dengan judul tesis.

c. Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang yang memberikan petunjuk terhadap

bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder dan terdiri dari :

1. Kamus hukum, Kamus Pendidikan dan Kamus Bahasa Indonesia Majalah hukum.

2. Buku buku yang mengkaji berbagai hal ikhwal tentang bidang pendidikan.

3. Buku buku yang mengkaji berbagai hal ikhwal tentang Hukum Pidana

4. Buku dokumen-dokumen hukum yang tidak dipublikasikan

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk mendapatkan data

penelitian yang dijadikan sebagai bahan untuk memecahkan masalah dalam penelitian.

Menurut Ronny Hanitijo Sumitro, teknik pengumpulan data terdiri dari dari tiga (3) macam
yaitu studi kepustakaan, pengamatan (observasi), wawancara (interview), dan penggunaan

daftar pertanyaan (kuesioner).16[16]

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada tesis ini adalah studi pustaka

(Literatur study) dan studi dokumen. Studi pustaka menurut Sanapiah Faisal disebut sebagai

sumber data non manusia, dan dilakukan untuk memperoleh data sekunder dengan jalan

mempelajari peraturan perundang-undangan, literatur-literatur dan dokumen dokumen

hokum yang mendukung obyek penelitian17[17]

H. Penyajian data dan Analisa

Data yang telah diperoleh selanjutnya disajikan secara kualitatif. Demikian pula

penganalisaan data dilakukan juga secara kualitatif, dengan cara melakukan analisis

deskriptif, yang bertolak dari analisis yuridis yang ditunjang dengan analisis historis dan

komparatif. Analisis dilakukan berdasarkan model interaktif mengalir yakni dilakukan secara

berulang-ulang, berlanjut terus-menerus yang bergerak dalam 4 (empat siklus) yaitu koleksi

data, reduksi data, penyajian dan verifikasi data dan penarikan kesimpulan 18[18]

Dalam thesis ini penulis menggunakan metode kualitatif dan diuraikan secara

deskriptif analitis. Analisis kualitatif ini dilakukan secara deskriptif karena penelitian ini tidak

hanya bermaksud mengungkapkan atau menggambarkan data kebijakan hukum pidana

sebagaimana adanya, tetapi juga bermaksud menggambarkan tentang kebijakan hukum

pidana yang diharapkan dalam undang-undang yang akan datang. Karena itu untuk

pengolahan data peneliti menggunakan teknik interaktif mengalir, yaitu model analisis yang

menyatu dengan proses pengumpulan data dalam suatu siklus, artinya bahwa hubungan data

16

17

18
yang satu dengan yang lain senantiasa dipertahankan baik pada studi kepustakaan, analisis

bahan kepustakaan maupun penyusunan hasil penelitian.

I. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Sistem pembahasan penelitian yang akan disajikan dalam penelitian ini terdiri atas 4 (empat)

bab, yang secara terinci sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan ini kemudian dilanjutkan Bab II : berupa tinjauan umum

mengenai kebijakan hukum pidana dalam rangka menanggulangi tindak pidana kekerasan

oleh guru terhadap anak didik. Bab ini mencakup uraian mengenai pengertian kekerasan dan

ruang lingkupnya, ruang lingkup kebijakan hukum pidana, masalah kebijakan hukum pidana ,

masalah pokok hukum pidana dan beberapa karakteristik hukum pidana serta pendekatan

dalam kebijakan hukum pidana. Kemudian dilanjutkan dengan uraian mengenai pengertian

dan ruang lingkup tindak pidana kekerasan, aspek-aspek hukum dalam penyelenggaraan

pendidikan, pengertian dan ruang lingkup tindak pidana kekerasan. Bab III : berupa hasil

penelitian dan pembahasan yang terdiri dari dua bagian. Bagian A menguraikan tentang

kebijakan hukum pidana saat ini dalam menanggulangi tindak pidana kekerasan yang

dilakukan guru terhadap anak didik , berisi tentang respon hukum terhadap masalah tindak

pidana kekerasan oleh guru terhadap anak didik, gambaran kebijakan hukum pidana dalam

menanggulangi tindak pidana kekerasan, Bagian B menguraikan kebijakan hukum pidana

dalam menanggulangi tindak pidana kekerasan oleh guru terhadap anak didik masa

mendatang, berisi tentang beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam perumusan

perbuatan pidana dan beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam penetapan sanksi

pidana. Dan diakhiri dengan Bab IV, yang merupakan bab terakhir berupa kesimpulan dan

saransaran.

DAFTAR PUSTAKA
Buku

Anwar Qomari , 2002, Reorientasi Pendidikan dan Profesi Keguruan, Jakarta : Uhamka Press

Anwar Qomari , 2002, Pendidikan sebagai Karakter Budaya Bangsa, Jakarta :Uhamka Press

Andi Hamzah, 1986, Bungai Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana,Jakarta, Ghalia Indonesia

Azyumardi Asra, 2006, Paradigma Baru Pendidikan Nasional Rekonstruksi dan Demokrasi, Jakarta,
Peneribit Buu Kompas

Benedict A.Alper, 1973, Changing concept of crime and criminal policy,Resources Material Series No.6
UNAFEI

Benni Setiawan, 2008, Agenda Pendidikan Nasional, Yogyakarta, AR-RUZZ Media

Bambang Poernomo, 1988, Kapita Selekta Hukum Pidana, Yogyakarta, Liberty Bonger W.A, Pengantar
Tentang Kriminologi, Ghalia Indonesia, .

Departemen Pendidikan Nasional Dirjendikdasmen, 2003, Pembinaan dan Pembangunan Hukum


Nasional, Malang, Proyek Peningkatan Pusat Pengembangan Penataran Guru IPS

Dwidja Priyatna, 2004, Kebijakan Legislatif Tentang Sistem Pertanggungjawaban Pidana Koorporosi
di Indonesia, Bandung, CV UTOMO

Eko Supriyanto, Suwarno, Mulyadi dkk, 2003, Inovasi Pendidikan dan Isu-isu baru Pembelajaran
Manajemen dan Sistem Pendidikan di Indonesia, Surakarta, UMS Press

Fuady Munir, 2003, Aliran Hukum Kritis Paradigma Ketidakberdayaan Hukum, Bandung : Citra
Aditya Bakti

Faisal Sanapiah, 1990, Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar dan Aplikasi, Malang

Hamalik Oemar, 2001, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : Bumi Aksara

Hadari Nawawi dan Mimi Martini, 1994, Kebijakan Pendidikan di Indonesia ditinjau dari sudut
Hukum, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press

Jurnal Pembaharuan Hukum Pidana Volume 3/No, 2 , 2007, Law Refrorm Pembaharuan Hukum
Pidana, Semarang, Program Magister Ilmu Hukum

Jurnal Pembaharuan Hukum Pidana Volume 1/No. 2 , 2007, Law Refrorm Pembaharuan Hukum
Pidana, Semarang, Program Magister Ilmu Hukum

Kartono Kartini, 1997, Tinjauan Holistik Mengenai Tujuan Pendidikan Nasional, Jakarta : Padnya
Paramita

Leden Marpaung, 2004, Kejahatan terhadap kesusilaan dan Masalah Prevensinya, Jakarta Ghalia
Indonesia
Marc Ancel, 1965, Sosial Defense, A Modern Approach to Criminal problems,Roudledge & Paul
Keagen, London

Moleong J Lexy, 2004, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya

Muladi dan Barda Nawawi Arief, 1998, Teori Teori dan Kebijakan Pidana ,Bandung : Alumni

Muhroji dkk, 2003, Manajemen Pendidikan, Surakarta : UMS Press

Mudyahardjo Redja, 2001, Pengantar Pendidikan, Jakarta : Raja Grafindo Persada

Moh. Taufik Makaro, Suhasril dan Moh. Zakky, 2005, Tindak Pidana Narkotika, Jakarta, Ghalia
Indonesia

Muhari Agus Santoso, 2002, Paradigma Baru Hukum Pidana, Malang, Averroes Press

Munir Fuady, 2003, Aliran Hukum Kritis Paradigma Ketidakberdayaan Hukum, Bandung , Citra
Aditya Bhakti

Moch. Lukman Fatahullah Rais, 1997, Tindak Pidana Perkelahian Pelajar,Jakarta, Sinar Harapan

Nanda Agung Dewantara, 1988, Kemampuan Hukum Pidana Dalam Menanggulangi Kejahatan-
Kejahatan Baru Yang BerkembangDalam Masyarakat, Yogyakarta, Liberty

Peraturan Perundang-undangan:

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Undang-Udang Dasar Republik Indonesia 1945

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) 2002s Undang-undang Guru

Program Pembangunan Nasional 2000-2004, Sinar Grafika, Jakarta, 2000

Kode Etik Guru Indonesia

Anda mungkin juga menyukai