Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS PERENCANAAN AUDIT LAPORAN KEUANGAN

BERDASARKAN STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK


(STUDI KASUS PADA SALAH SATU KAP DI JAKARTA)

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Untuk menghasilkan kualitas audit yang baik, auditor harus melakukan pekerjaannya sesuai
dengan standar audit yang ditetapkan, yaitu sesuai dengan Standar Auditing dalam Standar
Profesional Akuntan Publik(SPAP) yang ditetapkan oleh Ikatan AkuntanPublik Indonesia, yang
meliputi :
(1) Standar Umum
(2)Standar Pekerjaan Lapangan
(3) Standar Pelaporan. Makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
perencanaan audit pada KAP dan untuk mengetahui apakah perencanaan audit laporan keuangan
yang dilakukan oleh KAP, sudah sesuai dengan Standar Profesi Akuntan Publik yang diterapkan
oleh Ikatan Akuntan Indonesia dalam SPAP. Dalam Makalah ini, peneliti menggunakan Makalah
deskriptif kualitatif, sumber data yang digunakan adalah sumber data primer. Hasil
penelitan ini menunjukkan bahwa perencanaan audit laporan keuangan yang diterapkan oleh
KAP telah sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik.

Suatu tahap penting dari setiap perikatan audit adalah perencanaan. Perencanaan menyajikan
tujuan yang sama dalam audit seperti dalam perencanaan pribadi untuk kuliah atau dalam
perencanaan bisnis untuk pengembangan produk baru sepertikomputer personal. Dalam setiap
hal, perencanaan menghasilkan peraturan atas urutandari bagian-bagian atau langkah-langkah
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.Dalam perencanaan audit, terdapat lima langkah penting
dalam merencanakan audit,yaitu memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industri klien,
melaksanakan prosedur analitis, membuat pertimbangan awal tentang tingkat materialitas,
mempertimbangkanrisiko audit, mengembangkan strategi audit awal untuk asersi signifikan,
danmemperoleh pemahaman tentang pengendalian intern. Dalam makalah ini akan dibahaslebih
rinci mengenai dua langkah pertama dalam perencanaan audit.
B. Tujuan Makalah
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam Makalah ini adalah :
1.Untuk mengetahui bagaimana perencanaan audit laporan kauangan pada KAP
2. Untuk mengetahui apakah perencanaan audit laporan keuangan yang dilakukan oleh
KAP,sudah sesuai dengan Standar Profesi Akuntan Publik yang diterapkan
oleh Ikatan Akuntan Indonesia dalam SPAP.
BAB II

METODE MAKALAH

Tempat dan Waktu Makalah


Makalah dilakukan di Salah satu KAP di Jakarta dan Makalah akan dilakukan pada bulan April
gustus 2017.

Metode Pengumpulan Data


Makalah ini menggunakan wawancara lansung kepada KAP
Objek Makalah yang berupa sejarah singkat berdirinya perusahaan, visi dan misi, struktur
organisasi perusahaan dan desain perencanaan audit laporan keuangan pada Salah Satu KAP di
Jakarta.Sumber data yang digunakan adalah memperoleh data dari pihak Kantor Akuntan Publik,
Melalui wawancara dan juga memperoleh sebagian data dari data yang sudah disediakan oleh
perusahaan atau organiasi seperti desain perencanaan audit laporan keuangan KAP.
BAB III
HASIL WAWANCARA DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Wawancara


Memahami perencanaan audit laporan keuangan yang dilakukan oleh KAP.
Setelah kelompok kami melakukan wawancara dan pengamatan dokumen yang berhubungan
dengan perencanaan audit laporan keuangan KAP. Saat menerima permintaan, pihak KAP akan
melakukan survey terlebih dahulu yang disebut masa Pra- perikatan Audit. Pada tahap ini KAP
akan melakukan survey untuk mendapatkan informasi mengenai klien tersebut, untuk klien baru
pihak KAP akan turun langsung untuk memperolah informasi tantang klien, sedangkan untuk
klien lama maka ada kemungkinan tidak turun lapangan untuk melakukan survey, KAP hanya
memberikan balasan kepada klien, apakah akan melanjutkan perikatan tersebut, dan dibuatkan
kontrak baru. Untuk kasus pergantian managemen, maka ada kemungkinan KAP akan turun lagi
untuk melakukan survey, namun dalam hal ini hanya sebatas silaturahmi dan untuk memahami
dan mengenal
mangemen baru klien tersebut. Tidak selamanya permintaan klien akan diterima oleh KAP, KAP
berhak untuk menolak, jika :
(a) KAP tidak diizinkan melakukan survey pendahuluan,
(b) klien tersebut tersangkut masalah hukum,
(c) tingkat resiko yang dihadapi terlalu tinggi.
Setelah memperoleh pemahaman, maka KAP akan melakukan diskusi kesepakatan perikatan
dengan klien, kemudian membuat surat Perikatan Audit. Setelah itu, menyusun staff yang akan
ditugaskan untuk turun melaksanakan penugasan audit, perlu diketahui bahwa KAP sangat
menjaga independensi dalam melaksanakan staffing. Oleh karena itu untuk kepentingan
independensi,maka staff tidak diperkenankan menerima penawaran penugasan dari klien, jika
ada ikatan keluarga dengan direksi, kllien, dan sebagainya.Setiap staff yang mendapatkan tugas,
diwajibkan mengisi pernyataan independensi.Dalam melaksanakan tugasnya, staff diawasi dan
disupervisi oleh pimpinan. Staff tidak diperkenankan menerima imbalan atau penggantian/
pemberian apapun langsung dari klien, dan juga tidak melakukan hubungan dan transaksi yang
tidak diizinkan oleh KAP (pimpinan). Dalamtugas- tugas khusus tertentu, seperti tugas dari Bank
Indonesia, maka penugasan harus memenuhi beberapa persyaratan yang ditetapkan.
3.2. PEMBAHASAN

3.2.1.PENERIMAAN PENUGASAN DAN PERENCANAAN AUDIT


Setiap perusahaan memerlukan auditor untuk mengaudit laporan keuangannya. Seorang auditor
memerlukan langkah - langkah sebagai berikut :
1. Penerimaan penugasan
2. Perencanaan audit

3.2.1.1 PENERIMAAN PENUGASAN

Suatu kantor akuntan publik harus mempunyai alasan yang tepat dan mempunyai informasi yang
cukup untuk dapat menentukan atau mengambil keputusan apakah menerima atau menolak suatu
penawaran penugasan. Langkah - langkah untuk memperoleh informasi - informasi yang dapat
mendukung keputusan tersebut antara lain :
a) Evaluasi Integritas manajemen.
b) Identifikasi keadaan dan risiko yang luar biasa
c) Menentukan kemampuan untuk melaksanakan audit
d) Evaluasi independen auditor terhadap calon kliennya
e) Menentukan kemungkinan digunakannya kecermatan dan keseksamaan
f) Mempersiapkan surat penugasan.

A. Evaluasi Integritas Manajemen


Audit digunakan untuk menyatakan suatu pendapat terhadap laporan keuangan yang disajikan
oleh manajemen. Seorang auditor hanya akan menerima penugasan apabila diperoleh keyakinan
bahwa manajemen kliennya dapat dipercaya dan bertanggung jawab. Karena apabila manajemen
integritasnya jelek, kemungkinan terjadi kesalahan dalam proses akuntansinya juga besar. Untuk
klien baru, auditor dapat memperoleh informasi tentang integritas manajemen dengan
mengadakan komunikasi dengan auditor sebelumnya, dengan wawancara dengan pihak
ketigad(jika dimungkinkan), sedangkan untuk klien lama (penugasan ulangan) maka pengalaman
auditor yang bersangkutan tentang calon kliennya harus dipertimbangkan.
a. Menghubungi Auditor Terdahulu.
Berkomunikasi dan berkonsultasi dengan auditor terdahulu merupakan sumber informasi yang
paling baik, auditor akan memperoleh informasi mengenai latar belakang calon kliennya Dalam
melakukan komunikasi, auditor pengganti harus menanyakan hal - hal khusus yang relevan atau
mempunyai pengaruh terhadap keputusan menerima atau menolak penugasan, antara lain
mengenai :
Integritas manajemen
Ketidaksesuaian antara auditor dengan manajemen mengenai prinsip - prinsip akuntansi dan
prosedur audit.
Alasan yang diketahui oleh auditor pendahulu mengenai penggantian auditor.
b. Wawancara dengan Pihak Ketiga
Pihak Ketiga disini antara lain : bankir, penasihat hukum, kantor pajak, atau lembaga - lembaga
lain yang mempunyai hubungan dengan perusahaan calon klien. Sehingga kita memperoleh
informasi tentang keadaan dan manajemen perusahaan.
c. Pengalaman Auditor Tentang Kliennya.
Sebelum memutuskan untuk melanjutkan suatu penugasan audit dengan klien lamanya, Auditor
harus mempertimbangkan pengalaman - pengalaman nya dengan manajemen klien tersebut.

B. Identifikasi Keadaan Dan Risiko


a. Identifikasi Pemakai Laporan Keuangan.
Seorang auditor harus mempertimbangkan status calon pemaikai laporan keuangannya. Selain itu
auditor juga harus mempertimbangkan apakah cukup dengan laporan audit yang umum untuk
semua pemakai laporan atau diperlukan adanya laporan khusus.Adanya tambahan bahan laporan
yang diminta brarti dibutuhkan tambahan kemampuan, biaya audit, dan bertambah luasnya
tanggung jawab auditor.
b. Status Hukum dan Stabilitas Keuangan
Seorang auditor harus berusaha mengidentifikasi dan menolak calon kliennya yang dalam
keadaan penuntutan hukum yang risikonya tinggi. Selain itu auditor juga harus bisa melihat
stabilitas keuangan calon kliennya. Prosedur untuk mengidentifikasi hal - hal tersebut dapat
dilakukan dengan wawancara dengan manajemen, review laporan lembaga kredit, analisis
terhadap laporan keuangan tahun - tahun sebelumnya baik yang sudah diaudit maupun yang
belum diaudit.
c. Evaluasi Kemungkinan Diaudit.
Sebelum menerima penugasan, auditor harus mengevaluasi kondisi - kondisi yang menunjukkan
dapat tidaknya perusahaan tersebut diaudit.

C. Menentukan Kemampuan Auditor


a. Penentuan Team Audit.
Tahap ini merupakan salah satu dari sembilan elemen pengendalian kualitas. Tujuan dari elemen
tersebut adalah untuk melihat kemampuan teknis dan tingkat pengalaman anggota team audit
untuk memenuhi kebutuhan staf yang profesional dala penugasan tersebut.Pada umumnya
susunan team tersebut adalah sebagai berikut :
Seorang partner, yang bertanggung jawab terhadap keseluruhan pelaksanaan audit dan tanggung
jawab final terhadap hasil audit.
Satu atau lebih manager, mengkoordinasi atau mengawasi pelaksanaan program pemeriksaan.
Satu atau lebih auditor senior, bertanggung jawab tehadap bagian - bagian tertentu dalam audit.
Staf asisten, melaksanakan prosedur - prosedur audit yang sudah ditetapkan.
b. Kebutuhan Konsultan dan Spesialis.
Dalam mengambil keputusan, auditor harus mempertimbangkan kemungkinan harus digunakan
nya konsultan atau tenaga spesialis untuk membantu pelaksanaan auditnya.Konsultasi
merupakan elemen pengendalian kualitas.Tenaga Spsialis disini misalnya, :
Penilai untuk memperoleh bukti tentang penilaian aktiva berupa barang seni, batu mulia, permata
dan sebagainya.
Geologis untuk menentukan jumlah persediaan tambang.
Aktuaris untuk menentukan jumlah yang digunakan dalam akuntansi untuk program pensiun.
Pengacara untuk menentukan kemungkinan jalan keluarnya atau hasil dari suatu perkara
pengadilan.
D. Evaluasi Independensi
Auditor harus menghindarkan diri dari keadaan - keadaan yang dapat mengurangi atau
mempengaruhi independensinya terhadap kliennya. Salah satu keadaan yang dapat
mempengaruhi sikap independen seorang auditor adalah adanya hubungan usaha dan hubungan
keuangan antara auditor dengan kliennya. Oleh karena itu sebelum mengambil keputusan
menerima calon klien tersebut, hendaknya auditor mengumumkan nam calon kliennya kepada
seluruh stafnya untuk mengetahui adanya hubungan terlarang tersebut.
E. Kecermatan Dan Keseksamaan
Auditor harus menolak kecermatan dan penugasan jika sekiranya kecermatan dan keseksamaan
tidak dapat dilakukan dalam pelaksanaan audit.Dua faktor penting dalam penentuan
kemungkinan digunakannya kecermatan dan keseksamaan, yaitu Waktu Penunjukan atau
Perjanjian dan Penjadwalan Pekerjaan Lapangan.
1. Penentuan Waktu Penunjukan.
Penerimaan penugasan idealnya terjadi pada enam sampai sembilan bulan sebelum tanggal
neraca klien..
2. Penjadwalan Pekerjaan Lapangan
Taksiran waktu yang diperlukan untuk masing - masing tingkatan staf harus dianggarkan terlebih
dahulu guna menentukan biaya audit.
F. Pembuatan Surat Penugasan
Semua kesimpulan dari tahap tahap sebelumnya harus didokumentasikan oleh auditor pada
kertas kerjanya.Auditor akan mempersiapkan Surat Penugasan apabila telah terjadi kesepakatan
antara auditor dan kliennya. Bila surat tersebut sudah ditandatangani oleh kedua belas pihak
maka surat tersebut berfungsi sebagai Surat Perjanjian Kerja Audit. Surat penugasan harus
memuat hal - hal sebagai berikut :
Perincian mengenai pekerjaan atau jasa auditor yang harus dilakukan dalam penugasan
tersebut.
Luas audit atau batasan - batasan, jika ada, yang diberikan oleh kliennya serta pengaruhnya
batasan - batasan tersebut terhadap pelaksanaan audit maupun terhadap laporan auditor.
Besarnya fee auditor yang harus ditanggung oleh klien
Pekerjaan yang harus dilakukan oleh staf klien untuk kepentingan auditor dalam rangka
membantu kelancaran pelaksanaan audit. Perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan
audit dan tanggal penyerahan laporan audit.

3.2.1.2PERENCANAAN AUDIT
Perencanaan audit harus dibuat dalam rangka untuk memenuhi standar pelaksanaan auditing
yang menyatakan bahwa audit harus direncanakan sebaik baiknya dan jika digunakan tenaga -
tenaga pembantu harus dipimpin serta diawasi sebagaimana mestinya.
Ada 3 alasan pokok perlunya auditor merencanakan pelaksanaan penugasannya : (1) Agar
mendapatkan bukti yang kompeten dan cukup (2) membantu auditor dalam penghemat biaya
auditing (3) untuk menghindari kemungkinan terjadinya kesalahpahaman antara auditor dengan
kliennya. Rencana - rencana audit akan mencangkup langkah - langkah sebagai berikut :
1. Peroleh pemahaman terhadap usaha klien dan industrinya.
2. Penggunaan prosedur analistis.
3. Penentuan tingkat materialistas tahap awal.
4. Pertimbangan terhadap resiko audit.
5. Penentuan strategi audit untuk asersi yang penting serta penyusunan
program audit sementara.
Penjelasan
1. Pemahaman Usaha Dan Industri Klien
Untuk menyusun rencana audit, auditor harus mengetahui tentang usaha klien untuk memahami
kejadian - kejadian, transaksi - transaksi, dan praktik - praktik yang mungkin mempunyai
pengaruh terhadap laporan keuangan. Yang perlu diketahui :
Jenis usaha, jenis produk dan jasa, lokasi perusahaan dan karakteristik operasinya, metode
produksi dan pemasaran.
Jenis industri, mudah tidaknya industri tersebut dipengaruhi kondisi ekonomi, kebijaksanaan
dan praktik sebagian besar industri.
Adanya transaksi dalam hubungan istimewa
Peraturan pemerintah yang mempengaruhi perusahaan dan industry
Struktur pengendalian intern perusahaan
Sifat laporan yang harus diserahkan kepada suatu lembaga tertentu.
Ada berbagai prosedur untuk memperoleh informasi atau pengetahuan tersebut.
a. Review Kertas Kerja Tahun Sebelumnya.
Kertas kerja akan dapat menunujukan masalah - masalah yang terjadi pada auadit sebelumnya
yang diperkirakan masih akan berlanjut pada tahun berikutnya.
b. Review Data Perusahaan dan Industri
Informasi tersebut dapat diperoleh dari membaca data industri yang dikumpulkan oleh kantor
akuntan dan publikasi industri yang bersangkutan, atau membaca buku buku pedoman audit dan
akuntansi yang diterbitkan oleh organisasi akuntan. Untuk memperoleh data tentang kliennya
auditor dapat :
Review akte pendirian atau peraturan hukumnya
Membaca notulen rapat direksi dan rapat pemegang saham
Analis laporan keuangan tahunan dan interim, keputusan pajak, laporan yang diserahkan kepada
lembaga tertentu.
Memahami penerapan peraturan pemerintah
Membaca perpanjangan kontrak yang penting
Membaca publikasi industri yang berkaita dengan perkembangan usaha dan industri saat ini.
c. Peninjauan Pabrik dan Kantor Klien.
Dengan peninjauan auditor akan mengetahui tata letak pabrik, proses produksi, hasil produksi
utama maupun produksi sampingannya, cara atau metode pengamanan persediaan dan lain
sebagainya.
d. Mengadakan Wawancara
Wawancara dengan komite audit akan diperoleh wawasan yang lebih luas mengenai usaha dan
industri klien.Diskusi dengan manajemen akan dapat mengungkapkan perkembangan usaha, dan
lebih mengetahui keadaan industri dan peraturan pemerintah yang baru yang dapat
mempengaruhi audit secara material
e. Penentuan Adanya Hubungan Istimewa
Pengungkapan atas traksaksi dalam hubungan istimewa harus meliputi : sifat hubungan antara
pihak - pihak tersebut, penjelasan - penjelasan mengenai transaksi yang telah terjadi dan jumlah
rupiahnya, jumlah utang piutang antara pihak - pihak yang bersangkutan, sekaligus mengenai
syarat dan cara penyelesaiannya.
2. Melaksanakan Prosedur Analistis
Prosedur analistis adalah evaluasi informasi keuangan yang dibuat dengan mempelajari
hubungan yang logis antardata keuangan maupun nonkeuangan meliputi perbandingan jumlah -
jumlah yang tercatat atas harapan yang dikembangkan oleh auditor.
Prosedur analistis juga berguna untuk menduga kondisi keuangan klien dan mengurangi luasnya
pengujian - pengujian.Prosedur analistis digunakan dalam setiap fase auditing dengan tujuan
sebagai berikut :
Pada fase perencanaan, untuk membantu auditor dalam merencanakan sifat, waktu, lingkup, dan
prosedur audit.
Pada fase pengujian, untuk memperoleh bukti mengenai masing - masing asersi yang
berhubungan dengan saldo akun atau jenis jenis transaksi.
Pada kesimpulan audit atau penilaian tahap akhir tentang kewajaran laporan keuangan yang
diaudit, sebagai review menyeluruh.
Prosedur analistis akan dapat membantu auditor dalam perencanaan dengan (1) meningkatkan
pemahaman usaha klien, dan (2) identifikasi hubungan yang tidak umum dan fluktuasi yang
tidak diharapkan yang dapat memberikan indikasi adanya kesalahan saji yang material.
Penggunaan prosedur audit dalam fase perencanaan yang efektif meliputi penyelesaian langkah -
langkah sebagai berikut :
a. Identifikasi perhitungan / perbandingan yang harus dibuat
b. Menentukan hasil yang akan diharapkan dengan menentukan pembanding
c. Melakukan perhitungan / perbandingan
d. Analis data dan mengidentifikasi perbedaan yang penting.
e. Investigasi perbedaan yang tidak diharapkan.
f. Menentukan pengaruhnya terhadap rencana audit.
Penjelasan :
a. Identifikasi Perhitungan / Perbandingan Yang Harus Dibuat
Adalah untuk menentukan ratio-ratio atau perbandingan yang akan memenuhi harapan auditor
atau sesuai dengan tujuannya. Jenis perhitungan dan perbandiangan yang pada umumnya
digunakan antara lain adalah :
Perbandingan data absolut
Persentase Per Komponen atau Analisa Vertikal
Analisa Rasio
Analisa Kecenderungan atau Trend Analysis
b. Harapan dan Pembanding
Alasan penggunaan prosedur analistis dalam auditing adalah bahwa hubungan antardata
diharapkan dapat memberikan indikasi tentang kondisi yang tidak diketahui. Berikut contoh
sumber informasi yang digunakan sebagai pembanding :
Informasi keuangan periode sebelumnya yang dapat diperbandingkan dengan memperhatikan
perubahan yang diketahui.
Hasil yang diantisipasikan
Hubungan antara unsur - unsur informasi keuangan dalam satu periode
Informasi industri tempat klien berusaha
Hubungan informasi keuangan dengan informasi nonkeuangan yang relevan.
c. Pelaksanaan Perhitungan /Pembanding
Dalam melakukan perhitungan dan perbandingan biasanya digunakana alat pembantu, misalnya
kalkulator atau komputer.
d. Analisa Data dan Menentukan Perbedaan Penting
Pada tahap ini diperlukan pemahaman terhadap usaha klien. Sebagai pedoman analistis data
adalah mengidentifikasi fluktuasi yang tidak diharapkan atai tidak adanya fluktuasi yang
diharapkan yang merupakan indikasi atau tanda - tanda semakin besarnya risiko salah saji. Hal
yang paling sulit dalam tahap analisa adalah menentukan besarnya perbedaan atau fluktuasi yang
memerlukan tindakan investigasi lebih lanjut
e. Investigasi Perbedaan yang Tidak Diharapkan.
Adanya perbedaan atau fluktuasi yang tidak diharapkan harus diinvestigasi dengan
mempertimbangkan kembali metode dan faktor yang digunakan dalam mengembangkan harapa,
wawancara dengan manajemen.
f. Menentukan Pengaruhnya Terhadap Rencana Audit.
Dalam beberapa hal, auditor biasanya merencanakan untuk melakukan pengujian lebih rinci
terhadap akun - akun tersebut. Dengan perhatian auditor langsung pada daerah yang risikonya
lebih besar, berarti prosedur analistis dapat pelaksanaan audit yang lebih efektif dan efisien.

3. Penentuan Materialistis
Materialistis dan risiko mendasari penerapan standar auditing yang berlaku umum, terutama
standar pelaksanaan dan pelaporan. Materialistis didefinisikan sebagai suatu nilai informasi
akuntansi yang dihilangkan atau salah disajikan, yang dalam lingkungan yang berlaku, mungkin
akan mengubah pertimbangan seorang yang bersandar pada informasi tersebut karena hilangnya
atau salahnya penyajian informasi tersebut. Dalam perencanaan audit, auditor harus menentukan
materialitas pada dua tingkatan :
Tingkat laporan keuangan karena pendapat auditor tentang kewajaran meliputi laporan keuangan
secara keseluruhan.
Tingkat saldo akun atau kelompok transaksi karena auditor harus memverifikasi saldo akun atau
kelompok transaksi dalam rangka memperoleh kesimpulan tentang kewajaran laporan keuangan.
Materialistis merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor dalam
menentukan jumlah bukti yang cukup. Semakin material atau pentingnya suatu saldo akun, maka
untuk memperoleh keyakinan yang memadai dibutuhkan bukti yang semakin besar jumlahnya.

Anda mungkin juga menyukai