Anda di halaman 1dari 187

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Dasar Pembahasan


Dasar pembahasan pada Bab IV ini mengenai perbadingan konstruksi
bangunan atas (superstructure) jembatan dengan menggunakan I-girder dan Inverted
T-girder yang nantinya akan dibandingkan dalam segi lendutan yang terjadi ketika
konstruksi jembatan dibebani. Pembebanan jembatan mengacu pada RSNI T-02-2005
dan PPPJJR 1987, serta batas lendutan mengacu pada RSNI T-12-2004. Urutan
pembahasan dimulai dari:
(a) Data Perencanaan Bangunan Atas Jembatan
(b) Perhitungan Bangunan Atas Jembatan, karena untuk tujuan perbandingan
maka beban bangunan atas yang dipikul oleh girder sama, dan
perencanaan bangunan atas tersebut meliputi:
1) Perencanaan Sandaran Jembatan
2) Perencanaan Trotoar
3) Perencanaan Pelat Lantai Jembatan
(c) Perhitungan untuk gelagar tipe I-girder, meliputi:
1) Perencanaan Gelagar Tepi (I-girder)
2) Perencanaan Gelagar Tengah (I-girder)
3) Kontrol Lendutan Girder
4) Perencanaan Diafragma
5) Perencanaan Deck Plate
6) Rekapitulasi kebutuhan tulangan
(d) Perhitungan untuk gelagar tipe IT-girder, meliputi:
1) Perencanaan Gelagar Tepi (IT-girder)
2) Perencanaan Gelagar Tengah (IT-girder)
3) Kontrol Lendutan Girder
4) Perencanaan Diafragma
5) Perencanaan Deck Plate
6) Rekapitulasi kebutuhan tulangan

72
(e) Perbandingan Lendutan
Perbandingan lendutan yang terjadi pada kedua jenis konstruksi
bangunan atas antara yang menggunakan I-girder dengan Inverted T-
girder dengan dibebani dengan beban bangunan atas jembatan yang
sama.
(f) Rencana Anggaran Biaya
Perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB) berdasarkan jenis
konstruksi yang memiliki nilai lendutan terkecil dan dihitung pada
bangunan atas saja.
(g) Metoda Pelaksanaan Konstruksi (Erection girder)
Metoda pelaksanaan konstruksi didasarkan atas konstruksi jembatan yang
memiliki nilai lendutan terkecil saja dan metoda pelaksanaan konstruksi
pada tahap erection girder.

4.2 Perencanaan Bangunan Atas Jembatan


4.2.1 Data Perencanaan Bangunan Atas Jembatan.
Data perencanaan bangunan atas pada struktur jembatan dalam kajian ini
membahas tentang dua jenis gelagar untuk bentang 30 m, yaitu I-girder dan Inverted
T-girder.
A. Data umum:
1. Nama Jembatan : Jembatan Kaliasem
2. Lokasi Jembatan : Jalan Kol. Yos Sudarso, Kab.
Lumajang, KM 144+700 dari
Surabaya.
3. Jenis Jembatan : Jembatan Gelagar Beton
4. Kelas Muatan Jembatan : Kelas I
5. Data Konstruksi Jembatan :
Bentang Jembatan L = 30 m
Lebar Total Jembatan B = 9.60 m
Lebar Jalur b1 = 3.50 m

73
Lebar Trotoar b2 = 1.30 m
Tinggi Jembatan Total htotal = 3.23 m
Tinggi Barrier (Sandaran) hbarrier = 1.63 m
Jumlah Jalur Kendaraan = 2 lajur
Jumlah Jalur Trotoar = 2 lajur
Jumlah girder n = 5 buah
Tebal Pelat Lantai Kendaraan tslab = 0.20 m
Tebal Lapisan Aspal + Overlay taspal = 0.10 m
Tebal Trotoar ttrotoar = 0.32 m
Tinggi Genangan Air thujan = 0.05 m
Jarak antar girder sgirder = 1.85 m
Jarak antar diafragma sdiafragma = 5.90 m

B. Bahan Struktur
1. Mutu Beton, sebagai berikut:
Trotoar (pendestrian) = K-175
Deck Plate (Precast Concrete Plate) = K-250
Diafragma = K-350
Pelat Lantai = K-350
Sandaran = K-350
Girder = K-500

2. Mutu Baja, sebagai berikut:


D 32 : - Diameter = 32 mm
- Luas Penampang = 31.8 cm2
- Berat = 6.23 kg/m
- fy = 3200 kg/cm2
- Mutu baja = U 32
D 13 : - Diameter = 13 mm
- Luas Penampang = 1.27 cm2

74
- Berat = 0.995 kg/m
- fy = 3200 kg/cm2
- Mutu baja = U 32
16 : - Diameter = 16 mm
- Luas Penampang = 2.01 cm2
- Berat = 1.578 kg/m
- fy = 2400 kg/cm2
- Mutu baja = U 24
12 : - Diameter = 12 mm
- Luas Penampang = 1.13 cm2
- Berat = 0.888 kg/m
- fy = 2400 kg/cm2
- Mutu baja = U 24

3. Specific Gravity
Untuk specific gravity dari material yang digunakan dapat melihat tabel
berikut.
Tabel 4.1 Specific Gravity.
Berat/Satuan Isi Kerapatan Massa
No. Bahan
(kN/m3) (kg/m3)
1 Campuran Alumunium 26.7 2720
2 Lapisan permukaan beraspal 22 2240
3 Besi tuang 71 7200
4 Timbunan tanah dipadatkan 17.2 1760
5 Kerikil dipadatkan 18.8 - 22.7 1920 - 2340
6 Aspal beton 22 2240
7 Beton ringan 12.3 - 19.6 1250 - 2000
8 Beton 22 - 25.0 2240 - 2560
9 Beton prategang 25 - 26.0 2560 - 2640
10 Beton bertulang 23.5 - 25.5 2400 - 2600
11 Timbal 111 11400
12 Lempung lepas 12.5 1280
13 Batu pasangan 23.5 2400
14 Neoprin 11.3 1150
15 Pasir kering 15.7 - 17.2 1600 - 1760
16 Pasir basah 18 - 18.8 1840 - 1920
17 Lumpur lunak 17.2 1760

75
Berat/Satuan Isi Kerapatan Massa
No. Bahan
(kN/m3) (kg/m3)
18 Baja 77 7850
19 Kayu (ringan) 7.8 800
20 Kayu (keras) 11 1120
21 Air murni 9.8 1000
22 Air garam 10 1025
23 Besi tempa 75.5 7680

C. Data Rencana Konstruksi Jembatan I-Girder


1. Gambar rencana jembatan dengan gelagar I-girder.

Gambar 4.1 Cross Section untuk Jembatan I-girder.

Gambar 4.2 Tampak atas dan samping dari Jembatan I-girder.

2. Data Konstruksi Jembatan I-girder


Bentang Jembatan L = 30 m
Lebar Total jembatan B = 9.60 m
Lebar Jalur b1 = 3.50 m
Lebar Trotoar b2 = 1.30 m

76
Tinggi Jembatan Total htotal = 3.23 m
Tinggi Barrier (sandaran) hbarrier = 1.63 m
TInggi I-girder hgirder = 1.60 m
Jumlah Lajur Kendaraan =2 lajur
Jumlah Lajur Trotoar =2 lajur
Jumlah I-girder n =5 buah
Tebal Pelat Lantai Kendaraan tslab = 0.20 m
Tebal Lapisan Aspal + Overlay taspal = 0.10 m
Tebal Trotoar ttrotoar = 0.32 m
Tinggi Genangan Air Hujan thujan = 0.05 m
Jarak antar Girder sgirder = 1.85 m
Jarak antar diafragma sdiafragma = 5.90 m

3. Section Properties I-girder


Data section properties untuk I-girder dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.2 Section Properties I-girder
Dimensi Jarak thd Statis
Luas
Lebar Tinggi alas Momen
No.
b H A Y A.y
(m) (m) (m2) (m) (m3)
1 0.55 0.125 0.06875 1.5375 0.1057031
2 0.185 0.075 0.5 2 0.013875 1.45 0.0201188
3 0.18 1.25 0.225 0.85 0.19125
4 0.235 0.1 0.5 2 0.0235 0.2583333 0.0060708
5 0.65 0.225 0.14625 0.1125 0.0164531
Total 1.60 0.477375 0.3395958

Momen Inersia
No. Inersia
A . y2 Io
(m4) (m4)
1 0.1625186 0.0000895
2 0.0291722 0.0000043
3 0.1625625 0.0292969
4 0.0015683 0.0000131
5 0.001851 0.0006170
0.3576725 0.0300208

77
Tinggi total I-girder = 1.60 m
Tebal slab lantai = 0.20 m
Luas penampang girder = 0.477 m2
Lebar efektif = 1.85 m
Letak titik berat: - yb = A*y / A = 0.711 m
- ya = h - yb = 0.889 m
Momen inersia terhadap alas balok = Ib = A*y2 + I0 = 0.388 m4
Momen inersia terhadap berat balok = Ix = Ib A*yb2 = 0.146 m4
Tahanan momen sisi atas = Wa = Ix / ya = 0.164 m3
Tahanan momen sisi bawah = Wb = Ix / yb = 0.205 m3

D. Data Rencana Konstruksi Jembatan Inverted T-Girder


1. Gambar rencanan jembatan dengan gelagar Inverted T-girder (IT-girder).

Gambar 4.3 Cross Section untuk Jembatan IT-girder.

Gambar 4.4 Tampak atas dan samping dari Jembatan IT-girder.

78
2. Data Konstruksi Jembatan IT-Girder
Bentang Jembatan L = 30 m
Lebar Total jembatan B = 9.60 m
Lebar Jalur b1 = 3.50 m
Lebar Trotoar b2 = 1.30 m
Tinggi Jembatan Total htotal = 3.23 m
Tinggi Barrier (sandaran) hbarrier = 1.63 m
TInggi IT-girder hgirder = 1.26 m
Jumlah Lajur Kendaraan =2 lajur
Jumlah Lajur Trotoar =2 lajur
Jumlah IT-girder n =5 buah
Tebal Pelat Lantai Kendaraan tslab = 0.20 m
Tebal Lapisan Aspal + Overlay taspal = 0.10 m
Tebal Trotoar ttrotoar = 0.32 m
Tinggi Genangan Air Hujan thujan = 0.05 m
Jarak antar Girder sgirder = 1.85 m
Jarak antar diafragma sdiafragma = 5.90 m

3. Section Properties IT-girder (M-type)


Data section properties untuk Inverted T-girder (IT-girder) M-Type dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.3 Section properties IT-girder (M-type)
Dimensi Jarak thd Statis
Luas
Lebar Tinggi alas Momen
No.
b h A y A.y
(m) (m) (m2) (m) (m3)
1 0.32 0.05 0.016 1.335 0.0214
2 0.4 0.28 0.112 1.17 0.1310
3 0.12 0.06 1/2 2 0.0072 1.01 0.0073
4 0.16 0.82 0.1312 0.62 0.0813
5 0.08 0.08 1/2 2 0.0064 0.2367 0.0015
6 0.33 0.05 1/2 2 0.0165 0.1767 0.0029
7 0.31 0.05 0.0155 0.185 0.0029

79
Dimensi Jarak thd Statis
Luas
Lebar Tinggi alas Momen
No.
b h A y A.y
(m) (m) (m2) (m) (m3)
8 0.97 0.16 0.1552 0.08 0.0124
Total 1.36 0.4600 0.2607

Momen Inersia
No. Inersia
A . y2 Io
(m4) (m4)
1 0.0285 0.0000033
2 0.1533 0.0007317
3 0.0073 0.0000014 3 3
4 0.0504 0.0073516
5 0.0004 0.0000023 4
6 0.0005 0.0000023
7 0.0005 0.0000032 5 5
6 7 6
8 0.0010 0.0003311 8
0.2420 0.0084269

Tinggi total IT-girder = 1.36 m


Tebal slab lantai = 0.20 m
Luas penampang girder = 0.460 m2
Lebar efektif = 1.85 m

Letak titik berat: - yb = A*y / A = 0.567 m


- ya = h - yb = 0.793 m
Momen inersia terhadap alas balok = Ib = A*y2 + I0 = 0.250 m4
Momen inersia terhadap berat balok = Ix = Ib A*yb2 = 0.102 m4
Tahanan momen sisi atas = Wa = Ix / ya = 0.129 m3
Tahanan momen sisi bawah = Wb = Ix / yb = 0.180 m3

80
4.2.2 Perencanaan Sandaran Jembatan
Railling atau sandaran merupakan pagar pengaman (barrier) jembatan
khususnya untuk pejalan kaki. Menurut Pedoman Perencanaan Jembatan Jalan Raya
tahun 1987 mengatakan bahwa tiang-tiang sandaran pada setiap tepi trotoar harus
diperhitungkan untuk menahan beban horizontal sebesar 100 kg/m yang bekerja
pada tinggi 90 cm di atas trotoar.

H=

SGP3"

Gambar 4.5 Perencanaan sandaran Jembatan.

A. Data Perencanaan Sandaran


Data Konstruksi pada sandaran jembatan sebagai berikut:
Berat jenis: - Baja = 7850 kg/m3
- Beton = 2400 kg/m3
Mutu Beton = K-350
= fc = 0.83*K/10 = 30 MPa
Mutu Baja = U-32
= fy = U*10 = 320 MPa
Modulus elastisitas baja Es = 200000 MPa
Faktor bentuk distribusi tegangan beton 1 = 0.85
Faktor reduksi kekuatan lentur = 0.8
Faktor reduksi kekuatan geser = 0.6

Untuk Sandaran:
Tinggi sandaran hsandaran = 32 + 50 + 54 = 136 cm
Jarak sandaran ssandaran = 2.00 m
Tebal selimut beton d = 35 mm

81
Tinggi efektif d = Lebarsandaran d = 265 mm
Ditinjai selebar 1m b = 1000 mm
Dimensi sandaran: P = 1.00 m
L = 0.30 m
T = 1.36 m
Luas = 0.30 x 1.36 = 0.408 m2
Vol. = 1.00 x 0.408 = 0.408 m3

Untuk Pipa Sandaran:


Data pipa:
Steel Galvanise Pipe 3
Tegangan ijin baja ijin = 160 MPa
Elastisitas baja Es = 200000 MPa
Data Pipa (SGP 3)
D = 7.63 cm
T = 0.4 cm
F = 9.085 cm2
G(brt)= 7.13 kg/m
I = 59.5 cm4
i = 2.6 cm
W = 15.6 cm

B. Analisis gaya dan pembebanan


1. Untuk sadaran jembatan dianalisis sesuai dengan Pedoman Peraturan
Pembebanan Jembatan 1987, sebagai berikut:
Muatan horizontal (H) = 100 kg/m (PPJJR 1987)
Letak H dari trotoar = 0.50 + 0.54 m = 1.04 m
Jarak sandaran ssandaran = 2.00 m

P = H x L = 100 kg/m x 2.00 m = 200 kg

82
Gaya Momen H sampai ujung trotoar
(h) = 1.04 + 0.32 = 1.36 m
M =Pxh
= 200 kg x 1.36 m = 272 kg.m = 2,720,000 N.mm

2. Untuk pipa sandaran


Pipa sandaran menerima beban yang diasumsikan sebagai berikut:
R = V +H
2 2

= 100.254 kg/m

Gambar 4.6 Prinsip beban yang bekerja pada pipa sandaran.

Sehingga analisis pembebanan pada pipa sebagai berikut.

Gambar 4.7 Skema pembebanan pipa sandaran Jembatan.

RAV = x q x Lsandaran
= x 100.254 x 2.00 = 100.254 kg

Momen yang terjadi pada pipa sandaran:


Mu = 1/8 x q x Lsandaran2
= 1/8 x 100.254 x 2.002 = 50.127 kg.m

83
Geser yang terjadi pada pipa sandaran:
D = q Lsandaran
= 100.254 kg

Kontrol terhadap bahan dan tengangan yang terjadi pada pipa sandaran
(a)Terhadap Momen
u < ijin
Mu/W < ijin
50.127 kg/m < 1600 kg/cm2
15.6 cm

321.326 kg / cm2 < 1600 kg/cm2 , OK

(b)Terhadap Geser
DS
= b I

D = Gaya geser max = 100.254 kg


2 3 3 2 3 3
S = stasis momen =3 ( r 2 r 1 ) =3 ( 7.63 (7.630.4) )
= 44.175 cm3
b = D2-D1 = 7.63 7.23 = 0.01 cm

4 4 4 4
I = 64 ( r 2 r 1 ) =64 ( 7.63 (7.630.4) )
= 32.22 cm4

kg
DS 100.254 44.175 cm3
= = m = 137.453kg/cm2
b I 4
0.01 cm 32.22cm

ijin = 0.58 x ijin


= 0.58 x 1600 = 928 kg/cm2

Jadi, < ijin, OK


Pipa berdiameter 76.3 mm (3 in) dapat digunakan sebagai pipa
sandaran jembatan.

84
C. Perhitungan Tulangan Sandaran Jembatan
Untuk tulangan pada sandaran jembatan dihitung bedasarkan reaksi Momen
Ultimit dari sadaran, sebagai berikut:
Momen nominal rencana Mn = Mu/ = 3.4 kN.m
= 340 kg.m
Faktor tahanan momen Rn = Mn / (b.d2) = 0.0128 kg/m2
Rasio luas tulangan seimbang (balance):
0.85 f 'c 600 b = 0.0442
b= 1
fy (600+ f y )

Faktor tahanan maksimal:

[ ]
1 Rmax = 8.3980
0.75 b f y
2
Rmax =0.75 b f y 1
Cek faktor tahanan:
( 0.85 f 'c )
Rmax > Rn, maka aman.
Rasio tulangan:
min = 1.4 = 0.0044
fy
fc ' 600
max = (
0.75 0.85 1 (
fy 600+ fy )) = 0.0331

fy
m = = 12.5490
0.85 fc '

perlu =
1
m (
1 1
2 m Rn
fy ) = 0.00004

Rasio tulangan yang dapat digunakan:


perlu < min
Jadi batas rasio tulangan adalah min = 0.0044
Luas tulangan = As = .b.d As =1159.375 mm2

Diameter tulangan yang digunakan = D13 = 13 mm

85
Jarak tulangan yang memungkinkan:
s = D2 b = 114.5322 mm
4 As

Jadi untuk tulangan pokok dapat menggunakan D13-100


As = D2 b As = 1327.8571 mm2
4 s

Untuk tulangan bagi/susut dapat diambil 50% dari tulangan pokok (RSNI
2004):
As 50% . As As = 579.6875 mm2
Diameter tulangan bagi menggunakan D13 = 13 mm
Jarak tulangan yang memungkinkan:
s = D2 b = 229.0643 mm
4 As '

Jadi untuk tulangan bagi dapat menggunakan D13-100


As = D2 b As = 663.9286 mm2
4 s

4.2.3 Perencanaan Trotoar


Trotoar atau sering disebut side walk adalah sebuah prasarana yang
diperuntukan bagi pejalan kaki. Yang dimaksud dengant rotoar di sini pertebalan dari
pelat lantai seperti gambar dibawah dan memiliki data sebagai berikut:
Lebar b = 1.00 m
Tebal t = 0.32 m

Pembebanan menurut PPPJJR 1987 ditinjau 1 meter arah memanjang, sebagai


berikut:
Gaya horizontal pada tiang sandaran H1 = 100 kg
Gaya horizontal pada tepi trotoar H2 = 500 kg
Muatan yang harus ditahan oleh trotoar q = 500 kg/m2

86
A. Data Perencanaan Sandaran
Data gambar:

Gambar 4.8 Perencanaan trotoar Jembatan.

Data konstruksi:
Berat jenis : - Baja = 7850 kg/m3
- Beton = 2400 kg/m3
Mutu Beton = K-350
= fc = 0.83*K/10 = 30 MPa
Mutu Baja = U-32
= fy = U*10 = 320 MPa
Modulus elastisitas baja Es = 200000 MPa
Faktor bentuk distribusi tegangan beton 1 = 0.85
Faktor reduksi kekuatan lentur = 0.8
Faktor reduksi kekuatan geser = 0.6
Tebal pelat lantai jembatan tslab = 0.20 m
Tebal selimut beton d = 35 mm
Tinggi efektif d = tslab d = 165 mm
Ditinjai selebar 1 m b = 1000 mm

87
B. Analisis Pembebanan dan Momen pada Trotoar
1. Akibat Beban Mati (DL)
Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 1.3
Dimensi pada trotoar yang ditinjau:

Gambar 4.9 Bagian-bagian trotoar jembatan.

Tabel 4.4 Dimensi yang ditinjau pada Trotoar untuk Beban Mati.
b h L Vol. BJ Berat
No.
(m) (m) (m) (m3) (kg/m3) (kg)
1 0.05 0.32 1 0.016 2400 38.4
2 0.75 0.32 1 0.24 2400 576
3 1.3 0.2 1 0.26 2400 624
4 0.3 0.82 1 0.246 2400 590.400
5 0.24 0.025 0.24 0.00144 7850 11.304
6 0.04 0.515 0.5 0.025 0.0002575 7850 2.021
0.08 0.515 0.025 0.00103 7850 8.086
7 SGP 3" Berat jenis = 7.13 kg/m 14.260
Tinjau = 1 m
2 SGP
Total Beban 1864.4709

Momen pada Trotoar akibat Beban Mati (DL):


MP1 = 28.4 x (1/2 x 0.05) = 0.960 kg.m
MP2 = 576 x ((1/2 x 0.75) + 0.05) = 244.800 kg.m
MP3 = 624 x (1/2 x (0.30 + 0.75 + 0.05)) = 343.200 kg.m
MP4 = 590.4 x ((1/2 x 0.30) + 0.75 + 0.05) = 560.880 kg.m

88
MP5 = 11.304 x ((1/2 x 0.24) + 0.03 + 0.75 + 0.05) = 10.739 kg.m
MP6-a = 2.012 x ((1/3 x 0.04) + 0.08 + 0.03 + 0.80) = 1.866 kg.m
MP6-b = 8.086 x ((1/2 x 0.08) + 0.03 + 0.75 + 0.05) = 7.034 kg.m
MP7 = 14.260 x ((1/2 x 7.63) + 0.75 + 0.05) = 72.227 kg.m
Jumlah akibat beban mati (DL) pada trotoar =1241.707 kg.m

2. Akibat Beban Hidup yang bekerja pada Trotoar


Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 1.8
Akibat beban yang bekerja:

Gambar 4.10 Beban yang bekerja pada trotoar jembatan.

Momen terhadap titik A:


MH1 = 100 x (0.54 + 0.5 + 0.32 + 0.20) = 156 kg.m
MH2 = 500 x (0.32 + 0.20) = 260 kg.m
Mq = 1/12 x 500 x (0.75+0.05)2 = 26.667 kg.m
Jadi akibat beban yang bekerja pada trotoar sebesar:
M = (1/12.q.L2) + (H1 . L) + ( H2 . L) = 442.667 kg.m

Jadi Momen total tada trotoar = 1.3 MDL + 1.8 MLL


= 1.3 x 1241.707+ 1.8 x 442.667
= 2411.02 kg.m

C. Perhitungan Tulangan Trotoar


Momen nominal rencana Mn = Mu/ = 30.138 kN.m

89
= 3013.775 kg.m

Faktor tahanan momen Rn = Mn / (b.d2) = 1.107 kg/mm2

Rasio luas tulangan seimbang (balance):


0.85 f 'c 600 b = 0.0442
b= 1
fy (600+ f y )

Faktor tahanan maksimal:

[ ]
1 Rmax = 8.3980
0.75 b f y
2
Rmax =0.75 b f y 1
Cek faktor tahanan:
( 0.85 f 'c )
Rmax > Rn, maka aman.

Rasio tulangan:
min = 1.4 = 0.0044
fy
fc ' 600
max = (
0.75 0.85 1 (
fy 600+ fy )) = 0.0331

fy
m = = 12.5490
0.85 fc '

perlu =
1
m (
1 1
2 m Rn
fy ) = 0.0035

Rasio tulangan yang dapat digunakan:


perlu < min

Jadi batas rasio tulangan adalah min = 0.0044


Luas tulangan = As = .b.d As = 721.875 mm2

Diameter tulangan yang digunakan = D13 = 13 mm


Jarak tulangan yang memungkinkan:
s = D2 b = 183.946 mm
4 As

90
Jadi untuk tulangan pokok dapat menggunakan D13-150
As = D2 b As = 885.238 mm2
4 s

Untuk tulangan bagi/susut dapat diambil 50% dari tulangan pokok (RSNI
2004):
As = 50% . As As = 360.938 mm2
Diameter tulangan bagi menggunakan D13 = 13 mm
Jarak tulangan yang memungkinkan:
s = D2 b = 367.891 mm
4 As '

Jadi untuk tulangan bagi dapat menggunakan D13-300


As = D2 b As = 442.619 mm2
4 s

4.2.4 Perencanaan Pelat Lantai Jembatan


Perencanaan dan pembabanan pelat lantai pada jembatan sesuai RSNI 2005
sebagai berikut:

A. Data Perencanaan
Data gambar:

Gambar 4.11 Gambar rencana pelat lantai Jembatan.

91
Spesifikasi teknis:
Berat jenis : - Baja = 7850 kg/m3
- Beton = 2400 kg/m3
- Aspal = 2240 kg/m3
- Air Hujan = 1000 kg/m3
Mutu Beton = K-350
= fc = 0.83*K/10 = 30 MPa
Mutu Baja = U-32
= fy = U*10 = 320 MPa
Modulus elastisitas baja Es = 200000 MPa
Faktor bentuk distribusi tegangan beton 1 = 0.85
Faktor reduksi kekuatan lentur = 0.8
Faktor reduksi kekuatan geser = 0.6

Bentang jembatan L = 30 m
Tebal pelat lantai jembatan tslab = 0.20 m
Tebal aspal + overlay taspal = 0.10 m
Tebal air hujan thujan = 0.05 m
Lebar jalur total B = 9.60 m
Tebal selimut beton d = 35 mm
Tinggi efektif d = tslab d = 165 mm
Ditinjai selebar 1 m b = 1000 mm
Jarak antar girder sgirder = 1.85 m
Jarak antar diafragma sdiafragma = 5.90 m

B. Analisis Pembebanan pada Pelat Lantai Jembatan


Menurut RSNI 2005 beban-beban yang bekerja pada pelat lantai sebagai
berikut:
1. Akibat Beban Mati (DL)
Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 1.3

92
Gambar 4.12 Daerah beban mati pelat lantai.

Berat sendiri pelat lantai = tslab x b x BJ beton


Ditinjau lebar 1 m = 0.20 m x 1 m x 2400 kg/m3 = 480 kg/m

Total Beban Mati (DL) = 480 kg/m


x1.3 = 624 kg/m

2. Akibat Beban Mati Tambahan (DLp)


Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 2.0

Gambar 4.13 Daerah beban mati tambahan pada pelat lantai.

Ditinjau selebar 1 m
Berat aspal + overlay = taspal x b x BJ aspal
= 0.10 m x 1 m x 2240 kg/m3 = 224 kg/m
Berat Hujan = tair x b x BJ air

93
= 0.05 m x 1 m x 1000 kg/m3 = 50 kg/m

Total Beban Mati Tambahan (DLp) = 274 kg/m


x2.0 = 548 kg/m

3. Akibat Beban Hidup (T)


Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 1.8
Diasumsikan pelat lantai jembatan menumpu pada girder (di kedua
sisinya) pada arah Lx dan menumpu pada ujung jembatan di arah Ly.

Ly/Lx = 30 / 1.85 = 16.216


Karena Ly/Lx > 2, maka dapat diasumsikan
distribusi beban menggunakan pelat 1 arah.

Beban muatan T

Gambar 4.14 Prinsip kerja beban hidup T pada pelat lantai.

Beban roda T = 100 kN = 10000 kg = 10 ton

94
Faktor Beban Dinamis atau Faktor Kejut (PPJJR 1987):
K = 1 + (20 / (50 + L))
= 1 + (20 / (50 + 30))
= 1.25
Jadi Beban T = K . 10 ton
= 1.25 x 10 ton
= 12.5 ton
x1.8 = 22.5 ton
Gambar 4.15 Prinsip kerja beban T (I-girder).

4. Akibat Beban Angin (EW)


Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 1.2

Gambar 4.16 Prinsip kerja beban angin yang mengenai truk (I-girder).

Ditinjau:
Koefisien seret (Cw) = 1.4
Kecepatan angin rencana (Vw) = 35 m/s
Untuk Cw dan Vw dapat dilihat pada RSNI T-02-2005.

Jadi beban angin tambahan yang mengenai kendaraan dari samping (TEW)
= 0.0012 x Cw x (Vw)2 = 2.058 kN = 205.8 kg

Untuk bidang vertical yang ditiup angin merupakan bidang samping


kendaraan.
Tinggi 2.00 m di atas permukaan lantai jembatan h = 2.00 m
Jarak antar roda kendaraan (truk) x = 1.75 m

95
Jadi, transfer beban angin ke lantai jembatan (PEW)
PEW = . (h/x) . TEW
PEW = 1.176 kN = 117.6 kg
x1.2 = 141.12 kg

C. Analisis Skema Gaya


Analisis skema gaya pada pelat lantai ini terjadi akibat beban-beban yang
bekerja tersebut dan berikut analisisnya.
1. Beban Mati (q DL)
Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 1.3
Beban Mati (q DL)
Beban Mati (q DL) = 480 kg/m
x1.3 = 624 kg/m

Skema pembebanan q DL sebagai berikut:

Gambar 4.17 Diagram M, D dan N akibat beban mati (q DL) pada pelat.

96
2. Beban Mati Tambahan (q DLp)
Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 2.0
Beban Mati (q DLp) = 274 kg/m
x2.0 = 548 kg/m

Skema pembebanan q DLp sebagai berikut:

Gambar 4.18 Diagram M, D dan N akibat beban mati tambahan (q DLp)


pada pelat.

3. Beban Hidup (T)


Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 1.8
Skema pembebanan beban hidup T diasumsikan memiliki 4 kondisi yang
membebani pelat lantai jembatan, ini dikarenakan untuk mendapatkan
keadaan beban maksimum yang terjadi pada pelat lantai jembatan,
berikut pembebanannya:

97
a) Kondisi 1
Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 1.8
Beban Hidup (T) = 12.5 ton
x1.8 = 22.5 ton

Skema pembebanan T1, roda truk berada di tengah pelat sisi kiri.

Gambar 4.19 Diagram M, D dan N akibat beban hidup T kondisi-1 (T1)


pada pelat.

98
b) Kondisi 2
Beban Hidup (T) = 12.5 ton
x1.8 = 22.5 ton

Skema pembebanan T2, roda truk berada di tengah pelat sisi kanan.

Gambar 4.20 Diagram M, D dan N akibat beban hidup T kondisi-2 (T2)


pada pelat.

99
c) Kondisi 3
Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 1.8
Beban Hidup (T) = 12.5 ton
x1.8 = 22.5 ton

Skema pembebanan T3, terdapat 2 buah truk dengan roda berada di


tengah pelat.

Gambar 4.21 Diagram M, D dan N akibat beban hidup T kondisi-3 (T3)


pada pelat.

100
d) Kondisi 4
Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 1.8
Beban Hidup (T) = 12.5 ton
x1.8 = 22.5 ton

Skema pembebanan T4, terdapat 2 buah truk saling berdekatan dengan


jarak roda minimum 1.00 m.

Gambar 4.22 Diagram M, D dan N akibat beban hidup T kondisi-4 (T4)


pada pelat.

101
4. Beban Angin (EW)
Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 1.2
Skema pembebanan beban angin (EW) diasumsikan memiliki 4 kondisi
pembebanan, ini dikarenakan beban angin tersebut mengikuti beban T
dan tujuannya untuk mendapatkan keadaan beban maksimum yang
terjadi pada pelat lantai jembatan, berikut pembebanannya:

a) Kondisi 1
Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 1.2
Beban Angin (EW) = 117.6 kg
x1.2 = 141.12 kg

Skema pembebanan EW1, roda truk berada di tengah pelat sisi kiri dan
terkena angin dari samping.

Gambar 4.23 Diagram M, D dan N akibat beban EW kondisi-1 (EW1)


pada pelat.

102
b) Kondisi 2
Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 1.2
Beban Angin (EW) = 117.6 kg
x1.2 = 141.12 kg

Skema pembebanan EW2, roda truk berada di tengah pelat sisi kanan dan
terkena angin dari samping.

Gambar 4.24 Diagram M, D dan N akibat beban EW kondisi-2 (EW2)


pada pelat.

103
c) Kondisi 3
Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 1.2
Beban Angin (EW) = 117.6 kg
x1.2 = 141.12 kg

Skema pembebanan EW3, terdapat 2 buah truk dengan roda berada di


tengah pelat dan terkena angin dari samping.

Gambar 4.25 Diagram M, D dan N akibat beban EW kondisi-3 (EW3)


pada pelat.

104
d) Kondisi 4
Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 1.2
Beban Angin (EW) = 117.6 kg
x1.2 = 141.12 kg

Skema pembebanan T4, terdapat 2 buah truk saling berdekatan dengan


jarak roda minimum 1.00 m dan terkena angin dari sampinng.

Gambar 4.26 Diagram M, D dan N akibat beban EW kondisi-4 (EW4)


pada pelat.

105
D. Data Momen Max
Dari analisis beban tersebut diperoleh data Momen Max yang ada di area
lapangan dan tumpuan yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5 Data momen max pada pelat lantai.
Faktor M Tump. M Lap.
No. Beban Symbols
Beban kg.m kg.m
1. Beban Mati q DL 1.3 178.164 89.082
2. Beban Mati tambahan q DLp 2.0 156.294 78.147
3. Beban Truk "T" T1 1.8 6100 5050
T2 6100 5050
T3 5450 5140
T4 5180 1400
4. Beban Angin PEW1 1.2 38.276 31.693
PEW2 38.276 31.693
PEW3 34.187 32.237
PEW4 32.508 8.76

Untuk kombinasi beban pada Momen Tumpuan Max sebagai berikut:


Tabel 4.6 Data momen tumpuan max pada pelat lantai.
No. Beban Komb. 1 Komb. 2 Komb. 3 Komb. 4
1. q DL 178.164 178.164 178.164 178.164
2. q DLp 156.294 156.294 156.294 156.294
3. T1 6100
4. T2 6100
5. T3 5450
6. T4 5180
7. PEW1 38.276
8. PEW2 38.276
9. PEW3 34.187
10. PEW4 32.508
M Tump. 6472.734 6472.734 5818.645 5546.966

Untuk kombinasi beban pada Momen Lapangan Max sebagai berikut:


Tabel 4.7 Data momen lapangan max pada pelat lantai.
No. Beban Komb. 1 Komb. 2 Komb. 3 Komb. 4
1. q DL 89.082 89.082 89.082 89.082
2. q DLp 78.147 78.147 78.147 78.147
3. T1 5050
4. T2 5050
5. T3 5140
6. T4 1400

106
No. Beban Komb. 1 Komb. 2 Komb. 3 Komb. 4
7. PEW1 31.693
8. PEW2 31.693
9. PEW3 32.237
10. PEW4 8.76
M Tump. 5248.922 5248.922 5339.466 1575.989

Dari data di atas diperloeh:


Momen Tumpuan Max = 6472.734 kg.m = 64.727 kN.m
Momen Lapangan Max = 5339.444 kg.m = 53.395 kN.m

E. Penulangan Pelat Lantai Jembatan


1. Penulangan Tumpuan
Data:
Mmax = 64.727 kN.m
= 0.80
1 = 0.85
fc = 30 MPa
fy = 320 MPa

Tebal pelat lantai tslab = 0.20 m


Tebal selimut beton d = 35 mm
Tinggi efektif d = tslab d- (1/2 tulangan) = 159 mm
Rencana peninjauan selebar 1 m b = 1000 mm
Rencana tulangan D 13
Perhitungan:
Momen nominal rencana Mn = Mu/ = 80.909 kN.m
Faktor tahanan momen Rn = Mn / (b.d2) = 3.221 kg/m2
Rasio luas tulangan seimbang (balance):
'
0.85 f c 600 b = 0.0442
b= 1
fy (600+ f y )

Faktor tahanan maksimal:

[ ]
1 Rmax = 8.3980
0.75 b f y
2
Rmax =0.75 b f y 1
( 0.85 f 'c ) 107
Cek faktor tahanan:
Rmax > Rn, maka aman.

Rasio tulangan:
min = 1.4 = 0.0044
fy
fc ' 600
max = (
0.75 0.85 1 (
fy 600+ fy )) = 0.0331

fy
m = = 12.5490
0.85 fc '

perlu =
1
m (
1 1
2 m Rn
fy ) = 0.0108

Rasio tulangan yang dapat digunakan:


perlu > min
Jadi batas rasio tulangan adalah perlu = 0.0108
Luas tulangan = As = .b.d As = 1711.120 mm2

Diameter tulangan yang digunakan = D13 = 13 mm


Jarak tulangan yang memungkinkan:
s = D2 b = 77.602 mm
4 As

Jadi untuk tulangan pokok dapat menggunakan D13-100, untuk


kepraktisan.
2 b
As = D As = 1327.857 mm2
4 s

Untuk tulangan bagi/susut dapat diambil 50% dari tulangan pokok (RSNI
2004):
As = 50% . As As = 855.560 mm2

108
Diameter tulangan bagi menggunakan D13 = 13 mm
Jarak tulangan yang memungkinkan:
s = D2 b = 155.203 mm
4 As '

Jadi untuk tulangan bagi dapat menggunakan D13-150


As = D2 b As = 885.238 mm2
4 s

2. Penulangan Lapangan
Data:
Mmax = 53.395 kN.m
= 0.80
1 = 0.85
fc = 30 MPa
fy = 320 MPa

Tebal pelat lantai tslab = 0.20 m


Tebal selimut beton d = 35 mm
Tinggi efektif d = tslab d- (1/2 tulangan) = 159 mm
Rencana peninjauan selebar 1 m b = 1000 mm
Rencana tulangan D 13

Perhitungan:
Momen nominal rencana Mn = Mu/ = 66.743 kN.m
Faktor tahanan momen Rn = Mn / (b.d2) = 2.657 kg/m2
Rasio luas tulangan seimbang (balance):
0.85 f 'c 600 b = 0.0442
b= 1
Faktor tahananf ymaksimal:(600+ f y )

[ ]
1 Rmax = 8.3980
0.75 b f y
2
Rmax =0.75 b f y 1
Cek faktor tahanan:
( 0.85 f 'c )

109
Rmax > Rn, maka aman.

Rasio tulangan:
min = 1.4 = 0.0044
fy
fc ' 600
max = (
0.75 0.85 1 (
fy 600+ fy )) = 0.0331

fy
m = = 12.5490
0.85 fc '

perlu =
1
m (
1 1
2 m Rn
fy ) = 0.0088

Rasio tulangan yang dapat digunakan:


perlu > min
Jadi batas rasio tulangan adalah perlu = 0.0088
Luas tulangan = As = .b.d As = 1392.701 mm2

Diameter tulangan yang digunakan = D13 = 13 mm


Jarak tulangan yang memungkinkan:
s = D2 b = 95.344 mm
4 As

Jadi untuk tulangan pokok dapat menggunakan D13-100


As = D2 b As = 1327.857 mm2
4 s

Untuk tulangan bagi/susut dapat diambil 50% dari tulangan pokok (RSNI
2004):
As= 50% . As As = 696.350 mm2
Diameter tulangan bagi menggunakan D13 = 13 mm
Jarak tulangan yang memungkinkan:
s = D2 b = 190.688 mm
4 As '

110
Jadi untuk tulangan bagi dapat menggunakan D13-150
As = D2 b As = 885.238 mm2
4 s

4.3 Perencanaan I-Girder


4.3.1 Perencanaan Gelagar Tepi (I-girder)
Gelagar jembatan berfungsi untuk menerima beban-beban yang bekerja
diatasnya dan disalurkan ke bangunan bawah. Pembebanan pada gelagar memanjang
pada bagian tepi menurut RSNI 2005 meliputi:
(1)Beban Mati
Beban mati terdiri dari berat sendiri gelagar dan beban-beban menumpu
serta bekerja sebagai beban tetapa diatasnya, seperti pelat lantai
jembatan, deck plate, dan diafragma.
(2)Beban Mati Tambahan
Beban mati tambahan terdiri dari perkerasan dan air hujan.
(3)Beban Pejalan Kaki
Trotoar pada jembatan jalan raya direncanakan mampu memikul beban
yang bekerja. Semua elemen dari trotoar yang langsung memikul beban
pejalan kaki harus direncanakan untuk beban nominal 5 kPa sesuai
dengan RSNI T-02-2005.
(4)Beban Gempa
Gaya gempa vertical pada balok gelagar jembatan dihitung dengan
menggunakan percepatan vertical ke bawah minimal sebesar 0.10g (g =
percepatan gravitasi) atau diambil 50% koefisien gempa horizontal static
ekivalen sesuai acuan RSNI 2005.

A. Data Perencanaan
Gambar rencana:

111
Gambar 4.27 Cross section Jembatan I-girder untuk tepi.

Gambar 4.28 Area gelagar tepi jembatan (I-girder).

Gambar 4.29 Posisi gelagar tepi Jembatan I-girder.


Spesifikasi teknis:
Berat jenis : - Baja = 7850 kg/m3

112
- Beton = 2400 kg/m3
- Aspal = 2240 kg/m3
- Air Hujan = 1000 kg/m3
Mutu Beton = K-500
= fc = 0.83*K/10 = 42 MPa
Mutu Baja D32 = U-32
= fy = U*10 = 320 MPa
16 = U-24
= fy = U*10 = 240 MPa
Modulus elastisitas baja Ec = 4700fc = 30459 MPa
Modulus elastisitas baja Es = 200000 MPa
Faktor bentuk distribusi tegangan beton 1 = 0.85
Faktor reduksi kekuatan lentur = 0.8
Faktor reduksi kekuatan geser = 0.6

Bentang Jembatan L = 30 m
Lebar Total jembatan B = 9.60 m
Lebar Jalur b1 = 3.50 m
Lebar Trotoar b2 = 1.30 m
Tinggi Jembatan Total htotal = 3.23 m
Tinggi Barrier (sandaran) hbarrier = 1.63 m
TInggi I-girder hgirder = 1.60 m
Jumlah Lajur Kendaraan =2 lajur
Jumlah Lajur Trotoar =2 lajur
Jumlah I-girder n =5 buah
Tebal Pelat Lantai Kendaraan tslab = 0.20 m
Tebal Lapisan Aspal + Overlay taspal = 0.10 m
Tebal Trotoar ttrotoar = 0.32 m
Tinggi Genangan Air Hujan thujan = 0.05 m
Jarak antar Girder sgirder = 1.85 m

113
Jarak antar diafragma sdiafragma = 5.90 m
Tebal selimut beton d = 35 mm
Tinggi efektif d = tslab d = 165 mm
Diameter tulangan rencana: - Tulangan rencana= D 32
- Tulangan geser = 16

Dimensi girder:
Untuk dimensi girder pada gelagar tepi dapat dilhat pada tabel berikut:
Tabel 4.8 Dimensi I-girder untuk tepi.
Dimensi
Luas
Lebar Tinggi
No.
B h A
(m) (m) (m2)
1 0.55 0.125 0.06875
2 0.185 0.075 0.5 2 0.013875
3 0.18 1.25 0.225
4 0.235 0.1 0.5 2 0.0235
5 0.65 0.225 0.14625
Total 1.60 0.477375

Lebar efektif pelat lantai terhadap girder dihitung sebagai berikut:

Gambar 4.30 Gelagar dengan lebar efektif (I-girder).

Lebar efektif plat (beff) diambil nilai terkecil dari:


beff = 1/4 x L =1/4 x 30 = 7.50 m
beff = bw + (16 x hslab) =0.65 + (16 x 0.2) =3.85 m
beff = Jarak antara girder =1.85 m
Jadi diambil nilai beff sebesar = 1.85 m

114
Kuat tekan beton pelat lantai = fc '= 0.83 * 350/10 = 30 MPa
Kuat tekan beton balok = fc' = 0.83 * 500/10 = 42 MPa

B. Section Properties
1. Section properties I-Girder
Data section properties I-girder dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.9 Section properties I-girder (tepi).
Dimensi Jarak thd Statis
Luas
Lebar Tinggi alas Momen
No.
b h A Y A.y
(m) (m) (m2) (m) (m3)
0.105703
1 0.55 0.125 0.06875 1.5375
1
2 0.185 0.075 0.5 2 0.013875 1.45 0.0201188
3 0.18 1.25 0.225 0.85 0.19125
0.006070
4 0.235 0.1 0.5 2 0.0235 0.2583333
8
0.016453
5 0.65 0.225 0.14625 0.1125
1
0.339595
Total 1.60 0.477375
8

Momen Inersia
No. Inersia
A . y2 Io
(m4) (m4)
1 0.1625186 0.0000895
2 0.0291722 0.0000043
3 0.1625625 0.0292969
4 0.0015683 0.0000131
5 0.001851 0.0006170
0.3576725 0.0300208

Tinggi total I-girder = 1.60 m


Tebal slab lantai = 0.20 m
Luas penampang girder = 0.477 m2
Lebar efektif = 1.85 m

115
Letak titik berat: - yb = A*y / A = 0.711 m
- ya = h - yb = 0.889 m
Momen inersia terhadap alas balok = Ib = A*y2 + I0 = 0.388 m4
Momen inersia terhadap berat balok = Ix = Ib A*yb2 = 0.146 m4
Tahanan momen sisi atas = Wa = Ix / ya = 0.164 m3
Tahanan momen sisi bawah = Wb = Ix / yb = 0.205 m3

2. Section Properties I-Girder Ditambah Pelat Lantai.


Data section properties I-girder ditambah pelat lantai dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.10 Section properties I-girder ditambah Pelat Lantai.
Dimensi Jarak thd Statis
Luas
Lebar Tinggi alas Momen
No.
b h A y A.y
(m) (m) (m2) (m) (m3)
1 1.85 0.2 0.37 1.77 0.6549
2 0.18 0.07 0.0126 1.635 0.020601
3 0.55 0.125 0.06875 1.5375 0.1057031
4 0.185 0.075 0.5 2 0.013875 1.45 0.0201188
5 0.18 1.25 0.225 0.85 0.19125
6 0.235 0.1 0.5 2 0.0235 0.2583333 0.0060708
7 0.65 0.225 0.14625 0.1125 0.0164531
Total 1.87 0.859975 1.0150968

Momen Inersia
No. Inersia
A . y2 Io
(m4) (m4)
1 1.159173 0.0012333
2 0.0336826 0.0000051
3 0.1625186 0.0000895
4 0.0291722 0.0000043
5 0.1625625 0.0292969
6 0.0015683 0.0000131
7 0.001851 0.0006170
1.5505282 0.0312593

Tinggi total I-Girder ditambah pelat lantai hc = 1.87 m

116
Tebal Slab Lantai ho = 0.20 m
Luas Penampang Balok ditambah pelat lantai Ac = 0.859975 m2
Lebar efektif beff = 1.85 m

Letak titik berat: - ybc = Ac*y / Ac = 1.180 m


- yac = h - ybc = 0.690 m
Momen inersia terhadap alas balok = Ibc = Ac*y2 + Ic0 = 1.582 m4
Momen inersia terhadap berat = Ixc = Ibc A*ybc2 = 0.384 m4
Tahanan momen sisi atas pelat = Wac = Ixc / ya = 0.556 m3
Tahanan momen sisi atas balok = Wac = Ixc / (yac h0) = 0.783 m3
Tahanan momen sisi bawah balok = Wb = Ix / yb = 0.325 m3

C. Analisis Pembebanan pada I-girder (Tepi)

Gambar 4.31 Bagian gelagar tepi (I-girder).

1. Akibat Beban Mati (DL)


Beban Mati (DL) yang diterima girder tepi diperoleh dari beban mati
girder sendiri, beban pelat, beban deck plate dan diafragma.
Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 1.3

117
a) Beban Diafragma:

Gambar 4.32 Skema beban DL dari diafragma (I-girder tepi).

Diafragma Ujung:
Vol = 0.702 m3
beton = 2400 kg/m3
Jadi berat diafragma ujung = 1684.8 kg = P1

Diaframga Tengah:
Vol = 0.361 m3
beton = 2400 kg/m3
Jadi berat diafragma tengah = 865.7 kg = P2

Panjang bentang (L) = 30 m


Jarak diafragma, n = 6 buah
x P1a =0m (dari tengah bentang, B ke A)
x P2a = 6.4 m (dari tengah bentang, B ke A)
x P2b = 12.3 m (dari tengah bentang, B ke A)
x P2c = 12.3 m (dari tengah bentang, A ke B)
x P2d = 6.4 m (dari tengah bentang, A ke B)
x P1b =0m (dari tengah bentang, A ke B)

P ( Lx )
M=
2

Diambil setengah bentang, A ke B.


P b ( 3030 )
Jadi, M P1b = 1 = 0 kg.m
2

118
P2 d ( 6.4 )
M P2d = = 2770.3296 kg.m
2

P2 c ( 12.3 )
M P2c = = 5324.2272 kg.m
2

Mmax = M P2c
Mmax = 1/8 Q L2
5324.227 = 1/8 Q L2
Q = 8 x 5324.227 / 302 = 47.326 kg/m2 = qdiafragma x per
meternya = 47.326 kg/m

b) Berat Trotoar yang dipikul girder:


Skema beban trotoar yang dipikul gelagar tepi.
Beban Trotoar ( qtrotoar )

Berat trotoar = 1240.471 kg/m


Pelat lantai = 624 kg/m
qtrotoar = 1864.471 kg/m

Gambar 4.33 Skema pembebanan dari berat trotoar pada I-girder tepi.

c) Berat Pelat Lantai yang dipikul girder:


Beban Pelat ( q pelat )

Pelat Lantai = 0.20 x 0.925 x 2400


= 444 kg/m
Deck plate = 0.07 x 0.825 x 2400
= 138.6 kg/m

qpelat+deck plate = 582.6 kg/m

Gambar 4.34 Skema pembebanan dari beban mati pelat dan deck
plate pada I-girder tepi.

119
d) Berat Girder
qgirder = Luas penampang x beton
= 0.477 x 2400 = 1145.7 kg/m

Jadi beban mati total (q DL) = qdiafragma + qtrotoar + qplat+deckplate + qgirder


= 3640.097 kg/m
x Faktor beban (1.3) = 4732.127 kg/m

Analisis M dan D akibat Beban Mati (q DL)


q DL = 3649.097 kg/m
x 1.3 = 4732.127 kg/m

Mmax = 1/8 x qDL x L2


= 532364.236 kg.m

Dmax = 1/2 x q x L
= 70981.898 kg

Gambar 4.35 Diagram M dan D akibat beban sendiri pada I-girder tepi.

2. Akibat Beban Mati Tambahan (DLp)


Beban Mati Tambahan meliputi aspal ditambah overlay dan air hujan
seusai RSNI 2005.
Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 2.0

120
Skema beban mati tambahan yang dipikul gelagar tepi.
( q DLp ) Lx = 1.85 m, Ly = 5.90 m

Aspal = 0.10 x 0.925 x 2240


= 207.2 kg/m
Air hujan = 0.50 x 0.925 x 1000
= 46.25 kg/m

qpelat = 253.45 kg/m


Gambar 4.36 Skema pembebanan dari beban mati tambahan pada I-
girder tepi.

Jadi beban mati total (q DLp) = 253.450 kg/m


x faktor beban (2.0) = 506.900 kg/m

Analisis Beban Mati Tambahan (q DLp)


q DLp = 253.450 kg/m
x 2.0 = 506.900 kg/m

Mmax = 1/8 x qDL x L2


= 57026.250 kg.m

Dmax = 1/2 x q x L
= 7603.500 kg

Gambar 4.37 Diagram M dan D akibat beban mati tambahan pada I-girder
tepi.

121
3. Akibat Beban Pejalan Kaki (TP)
Sesuia dengan RSNI 2005 beban pejalan kaki dihitung sebagai berikut.
Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 1.8
Trotoar pada jembatan jalan raya direncanakan mampu memikul beban
sebagai berikut:
Beban hidup merata pada trotoar (intensitas):
Untuk A 10 m2 q = 5 kPa
Untuk 10 m2 < A 100 m2 q = 5 - 0.033*(A-10)
Untuk A > 100 m2 q = 2 kPa

Panjang bentang L = 30 m
Jarak antar girder sgirder = 1.85 m
Lebar efektif beff = 1.85 m
Lebar satu trotoar b2 = 1.00 m
Luas bidang trotoar A = 2 * (b2 * L) = 60 m2
Intensitas beban q = 5 - 0.033*(A-10) = 3.35 kPa

Jadi pembebanan utnuk trotoar QTP = q*b2 = 3.35 kN/m


Faktor Beban = 1.8 x QTP = 6.030 kN/m = 603.000 kg/m

Analisis Beban Pejalan Kaki


QTP = 3.350 kN/m
x 1.8 = 6.030 kN/m
= 603.000 kg/m

Mmax = 1/8 x QTP x L2


= 67837.500 kg.m
Dmax = 1/2 x QTP x L
= 9045.000 kg

122
Gambar 4.38 Diagram M dan D akibat beban merata TP pada I-girder
tepi.
4. Akibat Beban Gempa (EQ)
Gaya gempa vertical pada balok balok gelagar jembatan dihitung dengan
menggunkanan percepatan vertical ke bawah minimal sebesar 0.10g (g =
percepatan gravitasi) atau diambil 50% koefisien gempa horizontal static
ekivalen sesuai acuan RSNI 2005.

Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 1.0


Koefisiean beban gempa horisotal: K h=C S
Kh = Koefisien beban gempa horizontal
C = Koefisien geser dasar untuk wilayah gempa, waktu getar, dan
kondisi tanah setempat.
S = Faktor tipe struktur yang berhubungan dengan kapasitas
penyerapan energi gempa (daktilitas) dari struktur.
Waktu getar struktur dihitung dengan rumus:


T =2 [ W t / ( g K p ) ]

Wt = Berat total yang berupa berat sendiri dan beban mati tambahan.
Kp = Kekakuan struktur yang merupakan gaya horisontal yang
diperlukan untuk menimbulkan satu satuan lendutan.
g = Percepatan gravitasi bumi = 9.81 m/det2

Perhitungan beban gempa pada gelagar tepi.


Berat total yang terdiri dari berat sendiri dan beban mati tambahan :
Berat Sendiri Gelagar Tepi = 4732.127 kg/m
Beban Mati Tambahan = 506.900 kg/m
Panjang Bentang Girder = 30 m
Jadi, Wt = (QDL + QDLp) x L = 157170.81 kg = 1571.708 kN

Momen Inersia I-Girder Ixc = 0.384 m4


Modulus elastisitas beton Ec = 30459.481 MPa

123
= 30459481.283 kPa

Kekakuan Girder Kp = 48 x Ec x Ixc / L3


= 20771.360 kN/m

Waktu getar T = 2 [ W t / ( g K p ) ] = 0.552 detik

Gambar 4.39 Grafik gempa di wilayah 3 untuk koefisien geser dasar C


(I-girder tepi).

Untuk lokasi di wilayah gempa 3 di atas tanah sedang, dari kurva


diperoleh koefisien geser dasar, C = 0.13

Untuk struktur jembatan dengan daerah sendi plastis beton,


S = 1.3 x F
dengan, F = 1.25 - 0.025 x n dan F harus diambil 1
F = Faktor perangkaan gempa
n = Jumah sendi plastis yang menahan deformasi arah lateral
Untuk, n = 1 maka : F = 1.25 - 0.025 x n = 1.225
Jadi Faktor Tipe Struktur, S = 1.3 x F = 1.593

Koefisien Beban Gempa Horisontal


Kh = C x S = 0.20709
Koefisien Beban Gempa Horisontal
Kv = 50% x Kh = 0.103545 > 0.10

124
Jadi, Kv = 0.103545

Gaya Gempa Vertikal


TEQ = Kv x Wt = 162.691 kN
Beban Gempa Vertikal
QEQ = TEQ / L = 5.423 kN/m

Gambar 4.40 Skema beban gempa I-girder tepi.

Gaya Momen Max = 1/8 x QEQ x L2 = 610.093 kNm = 61009.283 kgm


Gaya Geser Max = 1/2 x QEQ x L = 81.346 kN = 8134.571 kg

D. Data Momen dan Geser pada Gelagar Tepi (I-girder)


Data momen dan geser sebelum dikalikan faktor beban dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 4.11 Data momen dan geser sebelum dikalikan faktor beban (I-girder
tepi).
Mmax Dmax
No. Beban
kg.m kg
1. Beban Mati 409510.951 54601.460
2. Beban Mati tambahan 28513.125 3801.750
3. Beban Pejalan Kaki 37687.500 5025.000
4. Beban Gempa 61009.283 8134.571

Dari hasil analisa beban diperoleh data Momen Max sebagai berikut:
Tabel 4.12 Data momen max gelagar tepi (I-girder).
Faktor Mmax
No. Beban Symbols
Beban kg.m
1. Beban Mati q DL 1.3 532364.2358
2. Beban Mati tambahan q DLp 2.0 57026.25

125
3. Beban Pejalan Kaki TP 1.8 67837.500
4. Beban Gempa EQ 1.0 61009.283

Dari hasil analisa beban diperoleh data Geser Max sebagai berikut:
Tabel 4.13 Data geser max gelagar tepi (I-girder)
Faktor Dmax
No. Beban Symbols
Beban kg
1. Beban Mati q DL 1.3 70981.898
2. Beban Mati tambahan q DLp 2.0 7603.500
3. Beban Pejalan Kaki TP 1.8 9045.000
4. Beban Gempa EQ 1.0 8134.571

Kombinasi pada keadaan Beban Ultimit dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.14 Data kombinasi momen dan geser (I-girder tepi).
Kombinasi
No. Beban
1 2 3 4
1. Beban Mati 1.3 1.3 1.3 1.3
2. Beban Mati tambahan 2.0 2.0 2.0 2.0
3. Beban Pejalan Kaki 1.8 1.0
6. Beban Gempa 1.0
Momen (kg/m) 657228.0 589390.5 627078.0 650399.8
Geser (kg) 87630.4 78585.4 83610.4 86720.0

Jadi nilai Momen Max dan Geser Max yang dipakai:


Mmax = 657227.986 kg.m = 6572.280 kNm
Dmax = 87630.398 kg = 876.304 kN

E. Penulangan Gelagar Tepi (I-girder)


1. Tulangan Utama
Data:
Mmax = 6572.280 kNm
"lentur" = 0.80
1 = 0.85
fc' = 42 MPa
fy D 32 = 320 MPa
Tinggi Girder tgirder = 1.60 m

126
Tebal selimut d' = 40 mm
Tinggi efektif d = t - d' - 1/2 sengkang = 1552.0 mm
Rencana peninjauan pada lebar girder bw = 650.0 mm
Lebar efektif beff = 1850 mm
Rencana Diameter Tulangan: - Tul. Utama = D32
- Tul. Sengkang = 16

Perhitungan tulangan
Momen nominal rencana Mn = Mu/ = 8215.3498 kN.m
Faktor tahanan momen Rn = Mn / (b.d2) = 5.247 kg/m2
Rasio luas tulangan seimbang (balance):
'
0.85 f c 600 b = 0.0618
b= 1
fy (600+ f y )

Faktor tahanan maksimal:

[ ]
1 Rmax = 11.757
0.75 b f y
2
Rmax =0.75 b f y 1 '
Cek faktor tahanan:
( 0.85 f c )

Rmax > Rn, maka aman.

Rasio tulangan:
min = 1.4 = 0.0044
fy
fc ' 600
max = (
0.75 0.85 1 (
fy 600+ fy )) = 0.0464

fy
m = = 8.9635
0.85 fc '

perlu =
1
m (
1 1
2 m Rn
fy ) = 0.0178

Rasio tulangan yang dapat digunakan:


perlu > min
Jadi batas rasio tulangan adalah perlu = 0.0178

127
Cek apakah Girder menggunakan Tulangan Tunggal atau Ganda
Periksa Momen Lentur Nominal Maksimal yang ada dibandingan dengan
Momen Ultimit yang bekerja.
Syarat sebagai berikut :
Mn-maks Mn (Mu) , tidak perlu tulangan rangkap
Mn-maks Mn (Mu) , perlu tulangan rangkap
0.588 max fy
Rn-maks = max fy 1 ( fc ' )
= 11.7584
Mn-maks = . b . d2 . Rn-maks
= 14,727,700,149.47 Nmm
= 14,727.70 kNm

Sehingga, Mn-maks > Mn (Mu) , tidak perlu tulangan ganda.

Atau menggunakan rumus berikut :


Hitung Momen nominal (Mn1)
a
Mn1 =
( )
As 1 fy d
2
= 8,215,349,822.26 Nmm
= 8,215.35 kNm
Mn1 > Mu rencana jadi, penampang bertulangan tunggal.
Maka balok atau girder dapat direncanakan tulangan tarik.

Cek apakah Girder termasuk balok T murni atau T persegi


Untuk perancangan antara balok dan lantai yang dicor secara monolit
akan terjadi interaksi sebagai satu kesatuan dalam menahan momen
lentur positif. Karena peristiwa ini sehingga pelat akan bereaksi sebagai
sayap desak dan balok sebagai badannya. Interaksi ini dapat berbentuk
huruf T dan L. Analisa balok sebagai berikut:
Bila : a) a tflens , maka hitungan penampang seperti balok persegi
b) a tflens , maka hitungan penampang seperti balok T murni

As fy As' ( fy0.85 fc ' ) As1 fy


a= = = 247.9153 mm = 0.25 m
b f 0.85 fc ' 0.85 fc ' b

128
tflens = tplat = 0.2 m
Sehingga, a > tflens = tplat , balok berperilaku sebagai balok T murni.

Gambar 4.41 Penjelasan balok T-murni.

Cek Momen Tahanan (Mr) untuk melihat perilaku balok.


Mr =(0.85 . fc') . b . hflens(d - 1/2hflens)
= 5,390,985,600.000 Nmm
= 5,390.986 kNm

Mu = 6,572.280 kNm = 6,572,279,858.288 Nmm

Mr < Mu , balok berperilaku sebagai balok T murni.

Kebutuhan tulangan utama.


Syarat : MR > Mu, agar mampu menahan momen maximum yang
terjadi pada daerah tarik.
Coba : Dua lapis tulangan pada daerah tarik
As1 = 6000 mm2
As2 = 2000 mm2
a = As1 fy = 82.741 mm2
0.85 fc ' b

MR1 = 0.85 . fc' . a . beff . (d - a/2) = 8,255,009,784 Nmm


MR2 = As2 . fy . (d - d') = 967,680,000 Nmm

129
MR total = 9,222,689,784 Nmm
Mu/ = 8,215,349,826 Nmm

MRtotal > Mu, OK As1 dan As2 dapat dipakai


Jadi tulangan tarik = As1 + As2 = 8000.000 mm2
Menggunakan tulangan = D 32
As pakai = 10 D 32 = 8045.714 mm2

Jumlah tulangan tarik pada gelagar tepi lebih baik mengikuti gelagar
tengah agar mudah dan mampu menahan beban lebih baik.

2. Sengkang
Data:
Dmax = 876.304 kNm
"lentur" = 0.60
1 = 0.85
fc' = 42 MPa
fy D 32 = 240 MPa
Tinggi Girder tgirder = 1.60 m
Tebal selimut d' = 40 mm
Tinggi efektif d = t - d' - 1/2 sengkang = 1552.0 mm
Rencana peninjauan pada lebar girder bw = 650 mm
Lebar efektif beff = 1850 mm
Rencana Diameter Tulangan: - Tul. Utama = D32
- Tul. Sengkang = 16

Perhitungan tulangan geser


1
Vc = fc ' b d = 1117711.746 N = 111771.1746 kg
6

130
Vu
Vn = = 186285.291 kg

Perbandingan antara Vc dan Vn


Vn > Vc Jadi, hitung sengkang, Vs = Vn - Vc

Bila Vs diperhitungkan, maka


1
1. Vs < fc ' bw d smax = d/2
3

1
2. Vs > fc ' bw d smax = d/4
3
tetapi,
2
Vs < fc ' bw d
3

Menghitung sengkang yang digunakan


Vs = Vn Vc = 74514.11639 kg
Vs = 44708.46983 kg

2
fc ' bw d = 2682508.19 kg
3

1
fc ' bw d = 1341254.095 kg
3

1
Ternyata, Vs < fc ' bw d , OK
3

Menghitung luas tulangan geser perlu per spasi, Av/s = Avs sesuai RSNI
T-12-2004 dan nilai Avs diambil nilai terbesar antara Avs dan nilai
tulangan geser minimum (Avs min), dihitung sebagai berikut:
Avs = Vs / (fy.d) = 0.195 mm2 / mm
Untuk tulangan geser minimum :
Avs min = bw / (3.fy) = 0.903 mm2 / mm
Jadi tulangan geser yang harus dipasang per jarak spasi adalah
Avs = 0.903 mm2 / mm

131
Menentukan luas dan spasi yang digunakan sengkang sebagai berikut:
1
smax = a) Bila Vs < fc ' bw d
3
nilai terkecil dari (d/2), (0.75 h), atau 600 mm
1
b) Bila Vs 3 fc ' bw d
nilai terkecil dari (d/4), (0.375 h), atau 300 mm
smax = nilai terkecil dari (d/2), (0.75 h), atau 600 mm
= 600 mm

Diameter sengkang yang digunakan = 16 mm


Jumlah kaki sengkang nk = 2
Luas sengkang Av = nk . 0.25 . 2 = 401.920 mm2
Spasi sengkang sp = Av / Avs = 445.204 mm
Jadi spasi sengkang diambil sebesar = 400 mm

Nilai Vs
Av fy d
Vs = s = 38391.4 kg
Menggunakan sengkang, 16-400

4.3.2 Perencanaan Gelagar Tengah (I-girder)


Gelagar jembatan berfungsi untuk menerima beban-beban yang bekerja
diatasnya dan disalurkan ke bangunan bawahnya. Pembebanan pada gelagar
memanjang menururt RSNI 2005 meliputi:
(1)Beban Mati
Beban mati terdiri dari berat sendiri gelagar dan beban-beban menumpu
serta bekerja sebagai beban tetap diatasnya, seperti pelat lantai jembatan,
deck plate, dan diafragma.
(2)Beban Mati Tambahan
Beban mati tambahan terdiri dari perkerasan dan air hujan.

132
(3)Beban Hidup
Beban hidup pada gelagar jembatan dinyatakan dengan beban "D" atau
beban lajur, yang terdiri dari beban terbagi rata "q" ton per meter panjang
dan beban gari "P" ton per jalur lalu lintas tersebut.
(4)Gaya Rem
Pengaruh pengereman dari lalu lintas diperhitungkan sebagai gaya dalam
arah memanjang dan dianggap bekerja pada jaral 1.80 m di atas
permukaan lantai jembatan. Besarnya gaya rem arah memanjang
jembatan tergantung panjang total jembatan tersebut.
(5)Gaya Angin
Beban garis merata tambahan arah horizontal pada permukaan lantai
jembatan akibat angin yang meniup kendaraan di atas lantai jembatan
dihitung dengan rumus yang sudah diatur dalam RSNI 2004.
(6)Beban Gempa
Gaya gempa vertical pada balok gelagar jembatan dihitung dengan
menggunakan percepatan vertical ke bawah minimal sebesar 0.10g (g =
percepatan gravitasi) atau diambil 50% koefisien gempa horizontal static
ekivalen sesuai acuan RSNI 2005.

A. Data Perencanaan
Gambar rencana:

Gambar 4.42 Cross section Jembatan I-girder tengah.

133
Gambar 4.43 Area gelagar tengah jembatan (I-girder).

Gambar 4.44 Posisi gelagar tengah Jembatan I-girder.

Spesifikasi teknis:
Berat jenis : - Baja = 7850 kg/m3
- Beton = 2400 kg/m3
- Aspal = 2240 kg/m3
- Air Hujan = 1000 kg/m3
Mutu Beton = K-500
= fc = 0.83*K/10 = 42 MPa
Mutu Baja D32 = U-32
= fy = U*10 = 320 MPa
16 = U-24
= fy = U*10 = 240 MPa
Modulus elastisitas baja Ec = 4700fc = 30459 MPa
Modulus elastisitas baja Es = 200000 MPa
Faktor bentuk distribusi tegangan beton 1 = 0.85
Faktor reduksi kekuatan lentur = 0.8

134
Faktor reduksi kekuatan geser = 0.6

Bentang Jembatan L = 30 m
Lebar Total jembatan B = 9.60 m
Lebar Jalur b1 = 3.50 m
Lebar Trotoar b2 = 1.30 m
Tinggi Jembatan Total htotal = 3.23 m
Tinggi Barrier (sandaran) hbarrier = 1.63 m
TInggi I-girder hgirder = 1.60 m
Jumlah Lajur Kendaraan =2 lajur
Jumlah Lajur Trotoar =2 lajur
Jumlah I-girder n =5 buah
Tebal Pelat Lantai Kendaraan tslab = 0.20 m
Tebal Lapisan Aspal + Overlay taspal = 0.10 m
Tebal Trotoar ttrotoar = 0.32 m
Tinggi Genangan Air Hujan thujan = 0.05 m
Jarak antar Girder sgirder = 1.85 m
Jarak antar diafragma sdiafragma = 5.90 m
Tebal selimut beton d = 35 mm
Tinggi efektif d = tslab d = 165 mm
Diameter tulangan rencana: - Tulangan rencana= D 32
- Tulangan geser = 16

Dimensi girder:
Untuk dimensi girder pada gelagar tepi dapat dilhat pada tabel berikut:

135
Tabel 4.15 Dimensi I-girder untuk tengah.
Dimensi
Luas
Lebar Tinggi
No.
B h A
(m) (m) (m2)
1 0.55 0.125 0.06875
2 0.185 0.075 0.5 2 0.013875
3 0.18 1.25 0.225
4 0.235 0.1 0.5 2 0.0235
5 0.65 0.225 0.14625
Total 1.60 0.477375

Lebar efektif pelat lantai terhadap girder dihitung sebagai berikut:

Gambar 4.45 Gelagar dengan lebar efektif (I-girder).

Lebar efektif plat (beff) diambil nilai terkecil dari:


beff = 1/4 x L =1/4 x 30 = 7.50 m
beff = bw + (16 x hslab) =0.65 + (16 x 0.2) =3.85 m
beff = Jarak antara girder =1.85 m
Jadi diambil nilai beff sebesar = 1.85 m

Kuat tekan beton pelat lantai = fc '= 0.83 * 350/10 = 30 MPa


Kuat tekan beton balok = fc' = 0.83 * 500/10 = 42 MPa

B. Section Properties.
1. Section properties I-Girder
Data section properties I-girder dapat dilihat pada tabel berikut:

136
Tabel 4.16 Section properties I-girder (tengah).
Dimensi Jarak thd Statis
Luas
Lebar Tinggi alas Momen
No.
B h A Y A.y
(m) (m) (m2) (m) (m3)
0.105703
1 0.55 0.125 0.06875 1.5375
1
2 0.185 0.075 0.5 2 0.013875 1.45 0.0201188
3 0.18 1.25 0.225 0.85 0.19125
0.006070
4 0.235 0.1 0.5 2 0.0235 0.2583333
8
0.016453
5 0.65 0.225 0.14625 0.1125
1
0.339595
Total 1.60 0.477375
8

Momen Inersia
No. Inersia
A . y2 Io
(m4) (m4)
1 0.1625186 0.0000895
2 0.0291722 0.0000043
3 0.1625625 0.0292969
4 0.0015683 0.0000131
5 0.001851 0.0006170
0.3576725 0.0300208

Tinggi total I-girder = 1.60 m


Tebal slab lantai = 0.20 m
Luas penampang girder = 0.477 m2
Lebar efektif = 1.85 m
Letak titik berat: - yb = A*y / A = 0.711 m
- ya = h - yb = 0.889 m
Momen inersia terhadap alas balok = Ib = A*y2 + I0 = 0.388 m4
Momen inersia terhadap berat balok = Ix = Ib A*yb2 = 0.146 m4
Tahanan momen sisi atas = Wa = Ix / ya = 0.164 m3
Tahanan momen sisi bawah = Wb = Ix / yb = 0.205 m3

137
2. Section Properties I-Girder Ditambah Pelat Lantai.
Data section properties I-girder ditambah pelat lantai dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.17 Section properties I-girder ditambah Pelat Lantai.
Dimensi Jarak thd Statis
Luas
Lebar Tinggi alas Momen
No.
b h A y A.y
(m) (m) (m2) (m) (m3)
1 1.85 0.2 0.37 1.77 0.6549
2 0.18 0.07 0.0126 1.635 0.020601
3 0.55 0.125 0.06875 1.5375 0.1057031
4 0.185 0.075 0.5 2 0.013875 1.45 0.0201188
5 0.18 1.25 0.225 0.85 0.19125
6 0.235 0.1 0.5 2 0.0235 0.2583333 0.0060708
7 0.65 0.225 0.14625 0.1125 0.0164531
Total 1.87 0.859975 1.0150968

Momen Inersia
No. Inersia
A . y2 Io
(m4) (m4)
1 1.159173 0.0012333
2 0.0336826 0.0000051
3 0.1625186 0.0000895
4 0.0291722 0.0000043
5 0.1625625 0.0292969
6 0.0015683 0.0000131
7 0.001851 0.0006170
1.5505282 0.0312593

Tinggi total I-Girder ditambah pelat lantai hc = 1.87 m


Tebal Slab Lantai ho = 0.20 m
Luas Penampang Balok ditambah pelat lantai Ac = 0.859975 m2
Lebar efektif beff = 1.85 m

138
Letak titik berat: - ybc = Ac*y / Ac = 1.180 m
- yac = h - ybc = 0.690 m

Momen inersia terhadap alas balok = Ibc = Ac*y2 + Ic0 = 1.582 m4


Momen inersia terhadap berat = Ixc = Ibc A*ybc2 = 0.384 m4
Tahanan momen sisi atas pelat = Wac = Ixc / ya = 0.556 m3
Tahanan momen sisi atas balok = Wac = Ixc / (yac h0) = 0.783 m3
Tahanan momen sisi bawah balok = Wb = Ix / yb = 0.325 m3

C. Analisis Pembebanan Pada I-girder (Tengah)

Gambar 4.46 Bagian gelagar tengah (I-girder).

1. Akibat Beban Mati (DL)


Beban Mati (DL) yang diterima girder tengah diperoleh dari beban mati
girder sendiri, beban pelat, beban deck plate dan diafragma.
Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 1.3

a) Beban Diafragma

Gambar 4.47 Skema beban DL dari diafragma (I-girder tengah).

Diafragma Ujung:
Vol = 0.702 m3

139
beton = 2400 kg/m3
Jadi berat diafragma ujung = 1684.8 kg = P1

Diaframga Tengah:
Vol = 0.361 m3
beton = 2400 kg/m3
Jadi berat diafragma ujung = 865.7 kg = P2

Panjang bentang (L) = 30 m


Jarak diafragma, n = 6 buah
x P1a =0m (dari tengah bentang, B ke A)
x P2a = 6.4 m (dari tengah bentang, B ke A)
x P2b = 12.3 m (dari tengah bentang, B ke A)
x P2c = 12.3 m (dari tengah bentang, A ke B)
x P2d = 6.4 m (dari tengah bentang, A ke B)
x P1b =0m (dari tengah bentang, A ke B)

P ( Lx )
M=
2

Diambil setengah bentang, A ke B.


P b ( 3030 )
Jadi, M P1b = 1 = 0 kg.m
2

P2 d ( 6.4 )
M P2d = = 2770.3296 kg.m
2

M P2c = P2 c ( 12.3 ) = 5324.2272 kg.m


2

Mmax = M P2c
5324.227 = 1/8 Q L2
Q = 8 x 5324.227 / 302 = 47.326 kg/m2 = qdiafragma x per meter
= 47.326 kg/m

140
b) Beban Pelat dan Deck Plate
Pelat Lantai = 0.20 x 1.85 x 2400
= 888 kg/m
Deck plate = 0.07 x 1.65 x 2400
Beban Pelat ( q pelat )
= 277.2 kg/m

qpelat+deck plate = 1165.2 kg/m


Gambar 4.48 Skema pembebanan dari beban mati pelat dan deck
plate pada I-girder tengah.

c) Beban Girder Sendiri


qgirder = Luas penampang x beton
= 0.477 x 2400 = 1145.7 kg/m

Jadi beban mati total (q DL) = qdiafragma + qplat+deckplate + qgirder


= 2358.226 kg/m
x Faktor beban (1.3) = 3065.694 kg/m

Analisis Beban Mati (DL)


q DL = 2358.226 kg/m
x 1.3 = 3065.694 kg/m

Mmax = 1/8 x qDL x L2


= 344890.575 kg.m

Dmax = 1/2 x q x L
= 45985.41 kg

141
Gambar 4.49 Diagram M dan D akibat beban sendiri pada I-girder
tengah.

2. Akibat Beban Mati Tambahan (DLp)


Beban Mati Tambahan meliputi aspal ditambah overlay dan air hujan
seusai RSNI 2005.
Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 2.0

Skema beban mati tambahan yang dipikul gelagar tengah.


Lx = 1.85 m, Ly = 5.90 m
Aspal = 0.10 x 1.85 x 2240
= 414.4 kg/m
Air hujan = 0.50 x 1.85 x 1000
= 92.5 kg/m

qpelat = 506.9 kg/m

Gambar 4.50 Skema pembebanan dari beban mati tambahan pada I-


girder tengah.

Jadi beban mati total (q DLp) = 506.900 kg/m


x faktor beban (2.0) = 1013.800 kg/m

Analisis Beban Mati Tambahan (q DLp)


q DLp = 506.900 kg/m
x 2.0 = 1013.800 kg/m

Mmax = 1/8 x qDL x L2


= 114052.500 kg.m
Dmax = 1/2 x q x L

142
= 15207.000 kg

Gambar 4.51 Diagram M dan D akibat beban mati tambahan pada I-girder
tengah.
3. Akibat Beban Hidup Lajur (D)
Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 1.8

Gambar 4.52 Prinsip kerja beban lajur "D" pada I-girder tengah.

Untuk besarnya q ditentukan sebagai berikut :


Panjang bentang L = 30 m
Jarak antar girder sgirder = 1.85 m
Lebar efektif beff = 1.85 m
Jumlah lajur n = 2 lajur

Menurut RSNI 2005 beban lajur "D" terdiri dari beban terbagi merata
UDL (Uniformly Distributed Load) dan beban garis KEL (Knife Edge
Load) seperti pada Gambar, UDL mempunyai intensitas q (kPa) yang
besarnya tergantung pada panjang total (L) yang dibebani dan dinyatakan
dengan rumus di bawah.

143
Gambar 4.53 Keterangan beban lajur "D" pada I-girder tengah.

Menurut RSNI 2005 nilai q sebagai berikut :


a) q = 9.0 kPa L 30 m
b) q = 9.0 x (0.5 + 15/L) kPa L > 30 m

Karena L = 30 m, maka nilai q = 9 kPa


Untuk KEL (Knife Edge Load) menurut RSNI 2005 mempunyai
intensitas sebesar = P = 49 kN/m

Faktor Beban Dinamis (Dinamic Load Allowance) atau bisa juga Beban
Kejut untuk KEL diambil sebagai berikut :

Gambar 4.54 Grafik DLA pada I-girder tengah.

DLA = 0.40 untuk L 50 m


DLA = 0.4 - 0.0025*(L - 50) untuk 50 < L < 90 m
DLA = 0.30 untuk L 90 m
Karena L = 30 m, maka nilai DLA = 0.40

Perhitungan Momen dan Geser akibat Beban Lajur D


Data:
Panjang bentang L = 30 m
Jarak antar girder sgirder = 1.85 m

144
Lebar efektif beff = 1.85 m
Jumlah lajur n = 2 lajur

Beban merata q = 9 kPa


Beban merata pada balok QTD = q x s /(n x 2.75) = 3.027 kN/m
Beban garis p = 49 kN/m
Faktor Beban Dinamis DLA = 0.40
Beban terpusat pada balok PTD = (1 + DLA) x p x s / (n x2.75) = 23.075 kN

Faktor beban = 1.8 x QTD = 5.449 kN/m = 544.909 kg/m


1.8 x PTD = 41.534 kN = 4153.418 kg

Analisis Beban D
Untuk QTD
QTD = 3.027 kN/m
x 1.8 = 5.449 kN/m

Mmax = 1/8 x QTD x L2


= 61302.273 kg.m

Dmax = 1/2 x QTP x L


= 8173.636 kg
Gambar 4.55 Diagram M dan D akibat beban merata "D" pada I-girder
tengah.

Untuk PTD
PTD = 23.075 kN
x 1.8 = 41.534 kN
= 4153.418 kg

Mmax = 1/4 x PTD x L


= 31150.636 kg.m

145
Dmax = 1/2 x PTP
= 2076.709 kg
Gambar 4.56 Diagram M dan D akibat beban terpusat "D" pada I-girder
tengah.
Jadi Gaya Momen dan Geser Total pada balok akibat beban lajur "D":
Mmax total = Mmax QTD + Mmax PTD = 92452.909 kg.m
Dmax total = Dmax QTD + Dmax PTD = 10250.345 kg

4. Akibat Gaya Rem (TB)


Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 1.8
Menurut RSNI T-02-2005, pengaruh pengereman lalu lintas
diperhitungkan sebagai gaya dalam arah memanjang, dan dianggap
bekerja pada jarak 1.80 m di atas permukaan lantai jembatan. Besarnya
gaya rem arah memanjang jembatan tergantung panjang total jembatan
(Ltotal), berikut syaratnya :
Gaya Rem Horisontal = HTB
HTB = 250 kN untuk Ltotal 80 m
HTB = 250 + 2.5x(Ltotal - 80) untuk 80 m < Ltotal < 80 m
HTB = 500 kN untuk Ltotal 80 m

Gambar 4.57 Prinsip beban gaya rem pada I-girder tengah.

Data:
e) Panjang Girder L = 30 m
f) Gaya Rem HTB = 250 kN
g) Jumlah Girder ditinjau selebar lajur b1 nbalok = 3 buah

146
h) Jarak antar Girder sgirder = 1.85 m

Perhitungan gaya rem pada Gelagar Tengah


Gaya rem untuk Ltotal 80 m:
TTB = HTB / nbalok = 83.333 kN

Gaya Rem, TTB diambil sebesar 5% dari beban lajut "D" tanpa faktor
beban dinamis.
Jadi, Beban merata q = 9 kPa
Beban merata pada balok QTD = 3.027 kN/m
Beban garis p = 49 kN/m
Beban terpusat pada balok PTD = 23.075 kN

TTB = 0.05 x (QTD x L + PTD) = 5.695 kN


Sehingga, TTB = 5% dari beban lajur "D" < TTB = HTB / nbalok
TTB = 83.333 kN
x 1.8 = 150 kN = 15000 kg

Lengan terhadap titik berat balok :


y = 1.80 + h0 + ha + yac = 2.790 m
h0 = tpelat = 0.2 m
ha = taspal = 0.1 m
yac = 0.690 m

Momen akibat Gaya Rem


M = TTB x y = 418.443 kNm

Gaya Momen Max dan Geser Max pada Girder Tengah akibat Gaya
Rem:
Mmax = 1/2 x M = 209.222 kNm = 20922.154 kgm

147
Dmax = M / L = 13.948 kN = 1394.810 kgm

5. Akibat Gaya Angin (EW)


Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 1.2

Gambar 4.58 Prinsip beban angina pada I-girder tengah.

Ditinjau:
Koefisien seret (Cw) = 1.4
Kecepatan angin rencana (Vw) = 35 m/s
Untuk Cw dan Vw dapat dilihat pada RSNI T-02-2005.
Jadi beban angina tambahan yang mengenai kendaraan dari samping
(TEW) = 0.0012 x Cw x (Vw)2 = 2.058 kN = 205.8 kg

Untuk bidang vertical yang ditiup angin merupakan bidang samping


kendaraan.
Tinggi 2.00 m di atas permukaan lantai jembatan h = 2.00 m
Jarak antar roda kendaraan (truk) x = 1.75 m
Jadi, transfer beban angin ke lantai jembatan (PEW) = . (h/x) . TEW
PEW = 1.176 kN = 117.6 kg
Faktor Beban (1.2) = 142.12 kg

148
Analisis Momen dan Geser Akibat Beban Angin
Untuk PEW
PEW = 1.411 kN
= 141.12 kg

Mmax = 1/4 x PEW x L


= 1058.40 kg.m

Dmax = 1/2 x PEW


= 70.56 kg

Gambar 4.59 Diagram M dan D akibat beban angin pada I-girder


tengah.

6. Akibat Beban Gempa (EQ)


Menurut RSNI T-02-2005, gaya gempa vertikal pada balok dihitung
dengang menggunakan percepatan vertikal ke bawah minimum 0.10*g (g
= percepatan gravitas) atau dapat diambil 50% koefisien horisontal statik
ekivalen.

Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 1.0

Koefisiean beban gempa horisotal: K h=C S


Kh = Koefisien beban gempa horizontal

149
C = Koefisien geser dasar untuk wilayah gempa, waktu getar, dan
kondisi tanah setempat.
S = Faktor tipe struktur yang berhubungan dengan kapasitas
penyerapan energi gempa (daktilitas) dari struktur.

Waktu getar struktur dihitung dengan rumus:


T =2 [ W t / ( g K p ) ]

Wt = Berat total yang berupa berat sendiri dan beban mati tambahan.
Kp = Kekakuan struktur yang merupakan gaya horisontal yang
diperlukan untuk menimbulkan satu satuan lendutan.
g = Percepatan gravitasi bumi = 9.81 m/det2

Perhitungan beban gempa pada gelagar tengah.


Berat total yang terdiri dari berat sendiri dan beban mati tambahan :
Beban Mati Gelagar Tengah = 3065.694 kg/m
Beban Mati Tambahan = 1013.800 kg/m
Panjang Bentang Girder = 30 m
Jadi, Wt = (QDL + QDLp) x L = 122384.82 kg = 1223.848 kN

Momen Inersia I-Girder Ixc = 0.384 m4


Modulus elastisitas beton Ec = 30459.481 MPa
= 30459481.283 kPa
Kekakuan Girder Kp = 48 x Ec x Ixc / L3
= 20771.360 kN/m

Waktu getar T = 2 [ W t / ( g K p ) ] = 0.487 detik

150
Gambar 4.60 Grafik gempa di wilayah 3 untuk koefisien geser dasar C
(I-girder tengah).

Untuk lokasi di wilayah gempa 3 di atas tanah sedang, dari kurva


diperoleh koefisien geser dasar, C = 0.13

Untuk struktur jembatan dengan daerah sendi plastis beton,


S = 1.3 x F
dengan, F = 1.25 - 0.025 x n dan F harus diambil 1
F = Faktor perangkaan gempa
n = Jumah sendi plastis yang menahan deformasi arah lateral
Untuk, n = 1 maka : F = 1.25 - 0.025 x n = 1.225
Jadi Faktor Tipe Struktur, S = 1.3 x F = 1.593

Koefisien Beban Gempa Horisontal


Kh = C x S = 0.20709
Koefisien Beban Gempa Horisontal
Kv = 50% x Kh = 0.103545 > 0.10
Jadi, Kv = 0.103545

Gaya Gempa Vertikal


TEQ = Kv x Wt = 126.723 kN
Beban Gempa Vertikal
QEQ = TEQ / L = 4.224 kN/m = 422.411 kg/m

Gambar 4.61 Skema beban gempa I-girder tengah.

151
Gaya Momen Max = 1/8 x QEQ x L2 = 475.2 kNm = 47520 kgm
Gaya Geser Max = 1/2 x QEQ x L = 63.36 kN = 6336 kg

D. Data Momen dan Geser pada Gelagar Tengah


Data momen dan geser sebelum dikalikan faktor beban data dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 4.18 Data momen dan geser sebelum dikalikan faktor beban (I-girder
tengah).

Mmax Dmax
No. Beban
kg.m kg
1. Beban Mati 265300.477 35373.397
2. Beban Mati tambahan 57026.250 7603.500
3. Beban Truk "D" 51362.727 5694.636
4. Gaya Rem 11623.419 774.895
5. Beban Angin 882.000 58.800
6. Beban Gempa 47520 6336

Dari hasil analisa beban diperoleh data Momen Max sebagai berikut:
Tabel 4.19 Data momen max gelagar tengah (I-girder)
Faktor Mmax
No. Beban Symbols
Beban kg.m
1. Beban Mati q DL 1.3 344890.620
2. Beban Mati tambahan q DLp 2.0 114052.500
3. Beban Truk "D" D 1.8 92452.909
4. Gaya Rem TB 1.8 20922.154
5. Beban Angin EW 1.2 1058.400
6. Beban Gempa EQ 1.0 47520

Dari hasil analisa beban diperoleh data Geser Max sebagai berikut:
Tabel 4.20 Data geser max gelagar tengah (I-girder).
Faktor Dmax
No. Beban Symbols
Beban Kg
1. Beban Mati q DL 1.3 45985.416
2. Beban Mati tambahan q DLp 2.0 15207.000
3. Beban Truk "D" D 1.8 10250.345
4. Gaya Rem TB 1.8 1394.810

152
5. Beban Angin EW 1.2 70.560
6. Beban Gempa EQ 1.0 6336

Kombinasi Pada Keadaan Beban Ultimit


Tabel 4.21 Data kombinasi momen dan geser (I-girder tengah).
Kombinasi
No. Beban
1 2 3 4
1. Beban Mati 1.3 1.3 1.3 1.3
2. Beban Mati tambahan 2.0 2.0 2.0 2.0
3. Beban Truk "D" 1.8 1.0 1.0
4. Gaya Rem 1.8 1.0 1.0
5. Beban Angin 1.0 1.2
6. Beban Gempa 1.0
Momen (kg/m) 573200.2 521929.3 522987.7 506449.5
Geser (kg) 72896.4 67661.9 67732.5 67526.6

Jadi nilai Momen Max dan Geser Max yang dipakai:


Mmax = 573200.183 kg.m = 5732.002 kNm
Dmax = 72896.372 kg = 728.964 kN

E. Penulangan Gelagar Tengah (I-Girder)


1. Tulangan Utama
Data:
i) Mmax = 5732.002 kNm
j) "lentur" = 0.80
k) 1 = 0.85
l) fc' = 42 MPa
m) fy D 32 = 320 MPa
n) Tinggi Girder tgirder = 1.60 m
o) Tebal selimut d' = 40 mm
p) Tinggi efektif d = t - d' - 1/2 sengkang = 1552.0 mm
q) Rencana peninjauan pada lebar girder bw = 650.0 mm

153
r) Lebar efektif beff = 1850 mm
s) Rencana Diameter Tulangan: - Tul. Utama = D32
- Tul. Sengkang = 16

Perhitungan tulangan
Momen nominal rencana Mn = Mu/ = 7165.002 kN.m
Faktor tahanan momen Rn = Mn / (b.d2) = 4.5764 kg/m2
Rasio luas tulangan seimbang (balance):
0.85 f 'c 600 b = 0.0618
b= 1
fy (600+ f y )

Faktor tahanan maksimal:

[ ]
1 Rmax = 11.757
0.75 b f y
2
Rmax =0.75 b f y 1
( 0.85 f 'c )
Cek faktor tahanan:
Rmax > Rn, maka aman.

Rasio tulangan:
min = 1.4 = 0.0044
fy
fc ' 600
max = (
0.75 0.85 1 (
fy 600+ fy )) = 0.0464

fy
m = = 8.9635
0.85 fc '

perlu =
1
m (
1 1
2 m Rn
fy ) = 0.0154

Rasio tulangan yang dapat digunakan:


perlu > min
Jadi batas rasio tulangan adalah perlu = 0.0154
Luas tulangan = As = .b.d As =15493.403 mm2

154
Diameter tulangan yang digunakan = D32 = 32 mm

Cek apakah Girder menggunakan Tulangan Tunggal atau Ganda


Periksa Momen Lentur Nominal Maksimal yang ada dibandingan dengan
Momen Ultimit yang bekerja.
Syarat sebagai berikut :
Mn-maks Mn (Mu) , tidak perlu tulangan rangkap
Mn-maks Mn (Mu) , perlu tulangan rangkap

0.588 max fy
Rn-maks = (
max fy 1
fc ' ) = 11.7584

Mn-maks = . b . d2 . Rn-maks
= 14,727,700,149.47 Nmm = 14,727.70 kNm

Sehingga, Mn-maks > Mn (Mu) , tidak perlu tulangan ganda.


Atau menggunakan rumus berikut :
Hitung Momen nominal (Mn1)
a
Mn1 =
( )
As 1 fy d
2
= 7,165,022,292.97 Nmm
= 7,165.00 kNm
Mn1 > Mu rencana jadi, penampang bertulangan tunggal.
Maka balok atau girder dapat direncanakan tulangan tarik.

Cek apakah Girder termasuk balok T


Untuk perancangan antara balok dan lantai yang dicor secara monolit
akan terjadi interaksi sebagai satu kesatuan dalam menahan momen
lentur positif. Karena peristiwa ini sehingga pelat akan bereaksi sebagai
sayap desak dan balok sebagai badannya. Interaksi ini dapat berbentuk
huruf T dan L. Analisa balok sebagai berikut:
Bila : a) a tflens , maka hitungan penampang seperti balok persegi
b) a tflens , maka hitungan penampang seperti balok T murni

As fy As' ( fy0.85 fc ' ) As1 fy


a= = = 213.656 mm = 0.21 m
b f 0.85 fc ' 0.85 fc ' b

155
tflens = tplat = 0.2 m
Sehingga, a > tflens = tplat , balok berperilaku sebagai balok T murni.

Gambar 4.62 Penjelasan balok T-murni.

Cek Momen Tahanan (Mr) untuk melihat perilaku balok.


Mr = (0.85 . fc') . b . hflens(d - 1/2hflens)
= 5,390,985,600.000 Nmm = 5,390.986 kNm
Mu = 5,732.00 kNm = 5,732,001,834.38 Nmm

Mr < Mu , balok berperilaku sebagai balok T murni.

Kebutuhan tulangan utama.


Syarat : MR > Mu, agar mampu menahan momen maximum yang
terjadi pada daerah tarik.
Coba : Dua lapis tulangan pada daerah tarik
As1 = 10000 mm2
As2 = 2000 mm2
a = As1 fy = 62.056 mm2
0.85 fc ' b

MR1 = 0.85 . fc' . a . beff . (d - a/2) = 13,507,157,091 Nmm


MR2 = As2 . fy . (d - d') = 967,680,000 Nmm

MR-total = 14,474,837,091 Nmm


Mu/ = 7,165,022,293 Nmm

156
MRtotal > Mu, OK As1 dan As2 dapat dipakai
Jadi tulangan tarik = As1 + As2 = 12000.000 mm2

Menggunakan tulangan = D 32
As pakai = 16 D 32 = 12873.143 mm2

Jadi menggunakan tulangan yang dipakai untuk girder 16 D32.

2. Sengkang
Data:
Dmax = 728.964 kNm
"lentur" = 0.60
1 = 0.85
fc' = 42 MPa
fy D 32 = 240 MPa
Tinggi Girder tgirder = 1.60 m
Tebal selimut d' = 40 mm
Tinggi efektif d = t - d' - 1/2 sengkang = 1552.0 mm
Rencana peninjauan pada lebar girder bw = 650 mm
Lebar efektif beff = 1850 mm
Rencana Diameter Tulangan: - Tul. Utama = D32
- Tul. Sengkang = 16

Perhitungan tulangan geser


1
Vc = 6 fc ' b d = 1117711.746 N = 111771.1746 kg
Vu
Vn = = 186285.291 kg

Perbandingan antara Vc dan Vn


Vn > Vc Jadi, hitung sengkang, Vs = Vn - Vc

157
Bila Vs diperhitungkan, maka
1
3. Vs < fc ' bw d smax = d/2
3

1
4. Vs > fc ' bw d smax = d/4
3
tetapi,
2
Vs < fc ' bw d

3
Menghitung sengkang yang digunakan.
Vs = Vn Vc = 74514.116 kg
Vs = 44708.470 kg

2
fc ' bw d = 2682508.19 kg
3

1
fc ' bw d = 1341254.095 kg
3

1
Ternyata, Vs < fc ' bw d , OK
3

Menghitung luas tulangan geser perlu per spasi, Av/s = Avs sesuai RSNI
T-12-2004 dan nilai Avs diambil nilai terbesar antara Avs dan nilai
tulangan geser minimum (Avs min), dihitung sebagai berikut:
Avs = Vs / (fy.d) = 0.195 mm2 / mm
Untuk tulangan geser minimum :
Avs min = bw / (3.fy) = 0.903 mm2 / mm
Jadi tulangan geser yang harus dipasang per jarak spasi adalah
Avs = 0.903 mm2 / mm

Menentukan luas dan spasi yang digunakan sengkang sebagai berikut:


1
smax = a) Bila Vs < 3 fc ' bw d

158
nilai terkecil dari (d/2), (0.75 h), atau 600 mm
1
b) Bila Vs 3 fc ' bw d
nilai terkecil dari (d/4), (0.375 h), atau 300 mm

smax = nilai terkecil dari (d/2), (0.75 h), atau 600 mm


= 600 mm

Diameter sengkang yang digunakan = 16 mm


Jumlah kaki sengkang nk = 2
Luas sengkang Av = nk . 0.25 . 2 = 401.920 mm2
Spasi sengkang perlu sp = Av / Avs = 445.204 mm
Jadi spasi sengkang diambil sebesar = 400 mm

Nilai Vs
Av fy d
Vs = s = 38391.4 kg
Menggunakan sengkang, 16-400

4.3.3 Kontrol Lendutan I-girder


Data:
Mutu Beton K-500
Mutu Baja U-32
Kuat Tekan beton fc' = 42 MPa
Teg. Leleh Baja fy = 320 MPa
Modulus Elastisitas Beton Ec = 4700 * fc' = 30459 MPa
Modulus Elastisitas Baja Es = 200000 MPa

Tinggi I-Girder hgirder = 1.60 m


Jarak Tulangan Terhadap sisi luar beton d' = 40 mm
Tinggi Efektif d = hgirder - d' = 1560 mm
Luas Tulangan As = 9654.857 mm2
Panjang Girder L = 30.00 m = 30000 mm

159
Lebar Girder bflens = 650 mm

Data beban diambil pada gelagar tengah karena menerima beban yang besar.
Beban Terpusat :
Gelagar Tengah yang menentukan dengan Momen Max.
Ptotal = PTD + TTB + PEW
= 19294.5 kg = 192.945 kN = 192945.4 N

Beban Merata :
Gelagar Tengah yang menentukan dengan Momen Max
Q = QDL + QDLp + QTD + QEW
= 5046.682 kg/m = 50.467 kN/m = 50.5 N/mm

Batas Lendutan akibat beban rencana sesuai dengan peraturan RSNI T-12-2004.
ijin = L/250 = 120.00 mm
Inersia I-Girder
I = 383587947104.31 mm4

Perhitungan Kontrol Lendutan


Lendutas akibat beban mati dan hidup:
4 3
e = 5 Q L + 1 P L
384 ( E c I ) 48 ( Ec I )

Analisis skema pembebanan untuk control Lendutan pada I-Girder.


Untuk panjang bentang jembatan 30 m memiliki diagram Momen, Lintang dan
Lendutan sebagai berikut:
a) Beban Terpusat (I-girder Tengah)

160
Gambar 4.63 Diagram M, D dan lendutan akibat beban terpusat pada I-
girder tengah.
Mmax = 1/4 x P x L
= x 19294.5 kg x 30m
= 144709.04 kgm

Dmax = 1/2 x P
= 1/2 x 19294.5 kg
= 9647.2691 kg

b) Beban Terbagi Rata (I-girder Tengah)

Gambar 4.64 Gambar diagram M, D dan lendutan akibat beban merata


pada I-girder tengah.

Mmax = 1/8 x Q x L2

161
= 1/8 x 5046.682 kg/m x (30m)2
= 1135503.5 kgm
Dmax = 1/2 x Q x L
= 75700.232 kg

Lendutan total akibat beban mati dan beban hidup:


= 5 Q L4 1 P L3
+
384 ( E c I ) 48 ( Ec I )
4 3
5 5046.682 kg / m(30 m) 1 19294.5 kg (30 m)
= +
384 ( 30459 MPa 3.84 x 10 mm ) 48 ( 30459 MPa 3.84 x 1011 mm 4 )
11 4

= 54.81 mm , sehingga yang terjadi < ijin = 120 mm , maka aman.

4.3.4 Perencanaan Diafragma (I-girder)


Diafragma adalah elemen struktural pada jembatan berupa sebuah balok
melintang yang berfungsi sebagai penyatu girder utama pada jembatan supaya
bekerja bersamaan menerima beban yang ada. Dalam pembebanannya pada kasus ini
diafragma menahan berat sendiri dan beban pelat lantai.
A. Data Perencanaan
Data Gambar:

Gambar 4.65 Posisi diafragma untuk I-girder.

162
Gambar 4.66 Cross section posisi diafragma I-girder.

Gambar 4.67 Cross section diafragma ujung I-girder.

Gambar 4.68 Cross section diafragma tengah I-girder.

Spesifikasi teknis:
Berat jenis : - Baja = 7850 kg/m3
- Beton = 2400 kg/m3
- Aspal = 2240 kg/m3
- Air Hujan = 1000 kg/m3

163
Mutu Beton = K-350
= fc = 0.83*K/10 = 30 MPa
Mutu Baja 16 = U-24
= fy = U*10 = 240 MPa
12 = U-24
= fy = U*10 = 240 MPa

Modulus elastisitas beton Ec = 4700fc = 30459 MPa


Modulus elastisitas baja Es = 200000 MPa
Faktor bentuk distribusi tegangan beton 1 = 0.85
Faktor reduksi kekuatan lentur = 0.8
Faktor reduksi kekuatan geser = 0.6

Bentang Jembatan L = 30 m
Lebar Total jembatan B = 9.60 m
Tebal Pelat Lantai Kendaraan tslab = 0.20 m
Tebal Lapisan Aspal + Overlay taspal = 0.10 m
Tebal Trotoar ttrotoar = 0.32 m
Tinggi Genangan Air Hujan thujan = 0.05 m
Jarak antar Girder sgirder = 1.85 m
Jarak antar diafragma sdiafragma = 5.90 m
Tebal selimut beton d = 35 mm
Tinggi efektif Diaf. Ujung dujung = tslab d = 1045 mm
Tinggi efektif Diaf. Tengah dtengah = tslab d = 1045 mm
Diafragma Ujung:
- Tinggi td-ujung = 1.08 m
- Lebar bd-ujung = 0.50 m
- Panjang Ld-ujung = 1.30 m
Daifragma Tengah:

164
- Tinggi td-ujung = 1.08 m
- Lebar bd-ujung = 0.20 m
- Panjang Ld-ujung = 1.67 m

Diameter tulangan rencana: - Tulangan rencana = 16


- Tulangan geser = 12

B. Analisis Pembebanan pada Diafragma (I-girder)


1. Diafragma Ujung
Vol. Diafragma Ujung = (b x h) x t
= (1.3 x 1.08 m) x 0.5 m
= 0.702 m3

Berat Diafragma Ujung = Vol. x beton


= 0.702 m3 x 2400 kg/m3
= 1684.8 kg

Beban merata dari diafragma ujung = 1684.4 kg / 1.30 m = 1296 kg/m

2. Diafragma Tengah
Vol. Diafragma Ujung = (b x h) x t
= (1.67 x 1.08 m) x 0.5 m
= 0.361 m3

Berat Diafragma Ujung = Vol. x beton


= 0.361 m3 x 2400 kg/m3
= 865.728 kg

Beban merata dari diafragma ujung = 865.728 kg / 1.67 m = 518.4 kg/m

165
C. Analisis M, D dan N pada Diafragma (I-girder)
Akibat Beban Mati
Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 1.3
Diafragma Ujung
Beban Mati (q DL) q DL = 1296 kg/m
(1.3) x q DL = 1684.8 kg/m

Skema Pembebanan q DL (diafragma ujung)


q DL Mmax = 1/24 x qDL x L2
= 1/24 x 1684.4 x 1.852
= 240.203 kg.m
Ma = Mb
= - 1/12 x qDL x L2
= -480.405 kg.m

Dmax = 1/2 x qDL x L


= 1/2 x 1684.4 x 1.85
= 1558.07 kg

N =0

Gambar 4.69 Diagram M, D, dan N akibat q DL pada diafragma ujung


( I-girder).

Diafragma Tengah
Beban Mati (q DL) q DL = 518.4 kg/m

166
(1.3) x q DL = 673.92 kg/m

Skema Pembebanan q DL (diafragma tengah)


q DL

Mmax = 1/24 x qDL x L2


= 1/24 x 673.92 x 1.852
= 96.104 kg.m
Ma = Mb
= - 1/12 x qDL x L2
= - 192.208 kg.m
Dmax = 1/2 x qDL x L
= 1/2 x 673.92 x 1.85
= 623.376 kg

N =0

Gambar 4.70 Diagram M, D, dan N akibat q DL pada diafragma tengah (I-


girder).

D. Data Momen dan Geser Max dari Diafragma (I-Girder)


Dari perhitungan di atas diperoleh data sebagai berikut:
Mmax = Diafragma Ujung = 240.203 kg.m = 62.693 kNm
Diafragma Tengah = 96.104 kg.m = 64.263 kNm
Dmax = Diafragma Ujung = 1558.07 kg = 180.244 kN
Diafragma Tengah = 623.376 kg = 190.433 kN

E. Penulangan Diafragma (I-Girder)


1. Diafragma Ujung
a) Tulangan Utama
Data:

167
Mmax = 2.402 kNm
"lentur" = 0.80
1 = 0.85
fc' = 30 MPa
fy 16 = 320 MPa
Tinggi diafragma tdiafragma = 1.60 m
Tebal selimut d' = 35 mm
Tinggi efektif d = t - d' - 1/2 sengkang = 1039 mm
Rencana peninjauan pada lebar diafragma bw = 500 mm
Lebar efektif pelat beff = 1850 mm
Rencana Diameter Tulangan: - Tul. Utama = 16
- Tul. Sengkang = 12

Perhitungan tulangan
Momen nominal rencana Mn = Mu/ = 3.003 kN.m
Faktor tahanan momen Rn = Mn / (b.d2) = 0.006 kg/m2
Rasio luas tulangan seimbang (balance):
0.85 f 'c 600 b = 0.0442
b= 1
fy (600+ f y )

Faktor tahanan maksimal:

[ ]
1 Rmax = 8.398
0.75 b f y
2
Rmax =0.75 b f y 1 '

Cek faktor tahanan:


( 0.85 f c )

Rmax > Rn, maka aman.

Rasio tulangan:
min = 1.4 = 0.0044
fy
fc ' 600
max = (
0.75 0.85 1 (
fy 600+ fy )) = 0.0331

fy
m = = 12.549
0.85 fc '

168
perlu =
1
m (
1 1
2 m Rn
fy ) = 0.000002

Rasio tulangan yang dapat digunakan:


perlu < min
Jadi batas rasio tulangan adalah perlu = 0.0044
Luas tulangan = As = .b.d As = 2272.813 mm2
Diameter tulangan yang digunakan = 16 = 16 mm

Cek apakah menggunakan Tulangan Tunggal atau Ganda


As1 fy
Nilai a = = 57.043 mm
0.85 fc ' b

Hitung Momen nominal (Mn1)


Mn1 = As 1 fy d a
( )2
= 734920963.14 Nmm
= 734.92 kNm

Mn1 > Mu rencana, jadi penampang bertulangan tunggal

Kebutuhan tulangan
Tulangan utama yang dipakai As1 = * b * d = 2272.8125 mm2
As pakai = 12 16 = 2413.714 mm2

b) Sengkang
Data:
Dmax = 15.581 kNm
"geser" = 0.60
1 = 0.85
fc' = 30 MPa
fy 16 = 240 MPa
Tinggi Girder tdiafragma = 1.60 m

169
Tebal selimut d' = 35 mm
Tinggi efektif d = t - d' - 1/2 sengkang = 1039 mm
Rencana peninjauan pada lebar diafragma bw = 500 mm
Lebar efektif pelat beff = 1850 mm
Rencana Diameter Tulangan: - Tul. Utama = 16
- Tul. Sengkang = 12

Perhitungan tulangan geser


1
Vc = 6 fc ' b d = 454236.45 N = 47423.645 kg

Vu
Vn = = 79039.408 kg

Perbandingan antara Vc dan Vn


Vn > Vc Jadi, hitung sengkang, Vs = Vn - Vc

Bila Vs diperhitungkan, maka


1
(1) Vs < fc ' bw d smax = d/2
3

1
(2) Vs > fc ' bw d smax = d/4
3
tetapi,
2
Vs < fc ' bw d
3

Menghitung sengkang yang digunakan.


Vs = Vn Vc = 31615.763 kg
Vs = 1896.458 kg

2
fc ' bw d = 1138167.5 kg
3

1
fc ' bw d
3
170
= 569083.74 kg

1
Ternyata, Vs < fc ' bw d , OK
3

Menghitung luas tulangan geser perlu per spasi, Av/s = Avs sesuai RSNI
T-12-2004 dan nilai Avs diambil nilai terbesar antara Avs dan nilai
tulangan geser minimum (Avs min), dihitung sebagai berikut:
Avs = Vs / (fy.d) = 0.127 mm2 / mm

Untuk tulangan geser minimum :


Avs min = bw / (3.fy) = 0.694 mm2 / mm

Jadi tulangan geser yang harus dipasang per jarak spasi adalah
Avs = 0.694 mm2 / mm

Menentukan luas dan spasi yang digunakan sengkang sebagai berikut:


1
smax = a) Bila Vs < 3 fc ' bw d
nilai terkecil dari (d/2), (0.75 h), atau 600 mm
1
b) Bila Vs 3 fc ' bw d
nilai terkecil dari (d/4), (0.375 h), atau 300 mm
smax = nilai terkecil dari (d/2), (0.75 h), atau 600 mm
= 600 mm

Diameter sengkang yang digunakan = 12 mm


Jumlah kaki sengkang nk = 2
Luas sengkang Av = nk . 0.25 . 2 = 226.080 mm2
Spasi sengkang perlu sp = Av / Avs = 325.555 mm
Jadi spasi sengkang diambil sebesar = 200 mm

Nilai Vs
Av fy d
Vs = s = 42295.0 kg

171
Menggunakan sengkang, 12-200

2. Diafragma Tengah
a) Tulangan Utama
Data:
Mmax = 0.961 kNm
"lentur" = 0.80
1 = 0.85
fc' = 30 MPa
fy 16 = 320 MPa
Tinggi diafragma tdiafragma = 1.60 m
Tebal selimut d' = 35 mm
Tinggi efektif d = t - d' - 1/2 sengkang = 1039 mm
Rencana peninjauan pada lebar diafragma bw = 500 mm
Lebar efektif pelat beff = 1850 mm
Rencana Diameter Tulangan: - Tul. Utama = 16
- Tul. Sengkang = 12

Perhitungan tulangan
Momen nominal rencana Mn = Mu/ = 1.201 kN.m
Faktor tahanan momen Rn = Mn / (b.d2) = 0.006 kg/m2
Rasio luas tulangan seimbang (balance):
0.85 f 'c 600 b = 0.0442
b= 1
fy (600+ f y )

Faktor tahanan maksimal:

[ ]
1 Rmax = 8.398
0.75 b f y
2
Rmax =0.75 b f y 1
( 0.85 f 'c )
Cek faktor tahanan:
Rmax > Rn, maka aman.

Rasio tulangan:
1.4
fy
172
min = = 0.0044

fc ' 600
max = (
0.75 0.85 1 (
fy 600+ fy )) = 0.0331

fy
m = = 12.549
0.85 fc '

perlu =
1
m (
1 1
2 m Rn
fy ) = 0.00002

Rasio tulangan yang dapat digunakan:


perlu < min
Jadi batas rasio tulangan adalah perlu = 0.0044
Luas tulangan = As = .b.d As = 909.125 mm2
Diameter tulangan yang digunakan = 16 = 16 mm

Cek apakah menggunakan Tulangan Tunggal atau Ganda


As1 fy
Nilai a = = 57.043 mm
0.85 fc ' b

Hitung Momen nominal (Mn1)


Mn1 = As 1 fy d a
( )2
= 293968385.25 Nmm
= 293.97 kNm

Mn1 > Mu rencana, jadi penampang bertulangan tunggal

Kebutuhan tulangan
Tulangan utama yang dipakai As1 = * b * d = 909.125 mm2
As pakai = 5 16 = 1005.714 mm2

b) Sengkang
Data:
Dmax = 8.234 kNm

173
"geser" = 0.60
1 = 0.85
fc' = 30 MPa
fy 16 = 240 MPa
Tinggi Girder tdiafragma = 1.60 m
Tebal selimut d' = 35 mm
Tinggi efektif d = t - d' - 1/2 sengkang = 1039 mm
Rencana peninjauan pada lebar diafragma bw = 500 mm
Lebar efektif pelat beff = 1850 mm

Rencana Diameter Tulangan: - Tul. Utama = 16


- Tul. Sengkang = 12

Perhitungan tulangan geser


1
Vc = 6 fc ' b d = 189694.58 N = 18969.46 kg

Vu
Vn = = 31615.763 kg

Perbandingan antara Vc dan Vn


Vn > Vc Jadi, hitung sengkang, Vs = Vn - Vc

Bila Vs diperhitungkan, maka


1
(1) Vs < fc ' bw d smax = d/2
3

1
(2) Vs > fc ' bw d smax = d/4
3
tetapi,
2
Vs < fc ' bw d
3

Menghitung sengkang yang digunakan.


Vs = Vn Vc = 12646.305 kg
Vs = 7587.783 kg

174
2
fc ' bw d = 455266.99 kg
3

1
fc ' bw d = 227633.5 kg
3

1
Ternyata, Vs < fc ' bw d , OK
3

Menghitung luas tulangan geser perlu per spasi, Av/s = Avs sesuai RSNI
T-12-2004 dan nilai Avs diambil nilai terbesar antara Avs dan nilai
tulangan geser minimum (Avs min), dihitung sebagai berikut:
Avs = Vs / (fy.d) = 0.051 mm2 / mm
Untuk tulangan geser minimum :
Avs min = bw / (3.fy) = 0.278 mm2 / mm

Jadi tulangan geser yang harus dipasang per jarak spasi adalah
Avs = 0.278 mm2 / mm

Menentukan luas dan spasi yang digunakan sengkang sebagai berikut:


1
smax = a) Bila Vs < 3 fc ' bw d
nilai terkecil dari (d/2), (0.75 h), atau 600 mm
1
b) Bila Vs 3 fc ' bw d
nilai terkecil dari (d/4), (0.375 h), atau 300 mm
smax = nilai terkecil dari (d/2), (0.75 h), atau 600 mm
= 520 mm

Diameter sengkang yang digunakan = 12 mm


Jumlah kaki sengkang nk = 2
Luas sengkang Av = nk . 0.25 . 2 = 226.080 mm2
Spasi sengkang sp = Av / Avs = 813.888 mm
Jadi spasi sengkang diambil sebesar = 200 mm

175
Nilai Vs
Av fy d
Vs = s = 28187.7 kg
Menggunakan sengkang, 12-200

4.3.5 Perencanaan Deck Plate


Deck Plate digunakan dalam struktur jembatan untuk pengganti bekesting
yang terbuat dari beton dengan mutu K-250. Deck Plate / Slab ini disebut juga
sebagai Precast Concret Plat, karena pembuatannya dicetak terlebih dahulu ditempat
lain sehingga dapat dipasang dengan mudah di atas gelagar jembatan. Deck Plate /
Slab ini diasumsikan menerima beban dari beban mati pelat jembatan dan berat
sendiri deck plate ini.

A. Data Perencanaan
Gambar rencana:

Gambar 4.71 Posisi deck plate untuk I-girder.

176
Gambar 4.72 Dimensi deck plate untuk I-girder.
Spesifikasi teknis:
Berat jenis : - Baja = 7850 kg/m3
- Beton = 2400 kg/m3
- Aspal = 2240 kg/m3
- Air Hujan = 1000 kg/m3
Mutu Beton = K-250
= fc = 0.83*K/10 = 21 MPa
Mutu Baja 12 = U-24
= fy = U*10 = 240 MPa

Modulus elastisitas beton Ec = 4700fc = 30459 MPa


Modulus elastisitas baja Es = 200000 MPa
Faktor bentuk distribusi tegangan beton 1 = 0.85
Faktor reduksi kekuatan lentur = 0.8

Bentang Jembatan L = 30 m
Lebar Total jembatan B = 9.60 m
Tebal Pelat Lantai Kendaraan tslab = 0.20 m
Tebal Lapisan Aspal + Overlay taspal = 0.10 m
Tinggi Genangan Air Hujan thujan = 0.05 m
Jarak antar Girder sgirder = 1.85 m
Jarak antar diafragma sdiafragma = 5.90 m

177
Tebal selimut beton d = 35 mm
Tinggi efektif dplate = t d = 35 mm

Diafragma Ujung:
- Tinggi tplate = 0.07 m
- Lebar bplate = 1.65 m
- Panjang Lplate = 2.00 m

Diameter tulangan rencana: - Tulangan rencana = 12


B. Analisis Pembebanan pada Deck Plate I-Girder
Deck plate merupakan sebuah pengganti bekisting, direncanakan menerima
beban sendiri dan plat lantai.
Akibat Beban Mati (DL)
Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 1.3

Deck plate = 0.07 x 1.65 x 2400 = 277.2 kg/m


Pelat lantai = 0.20 x 1.65 x 2400 = 792 kg/m

Total Beban Mati (DL) = 1069.2 kg/m

C. Analisis Skema Pembebanan


Beban Mati (DL) = 1069.2 kg/m
x 1.3 = 1389.96 kg/m
q DL
Mmax = 1/8 q L2
= 1/8 . 1389.96 x 1.652
= 473.021 kg.m
= 4730207.625 Nmm

178
Gambar 4.73 Diagram M akibat beban mati (DL) pada deck plate.

D. Perhitungan Tulangan
1. Tulangan Utama
Data:
Mmax = 4.720 kN.m
= 0.80
1 = 0.85
fc = 21 MPa
fy = 240 MPa

Tebal deck plate t = 0.07 m


Tebal selimut beton d = 35 mm
Tinggi efektif d = tslab d = 35 mm
Rencana peninjauan selebar 1 m b = 1650 mm
Rencana tulangan 12

Perhitungan:
Momen nominal rencana Mn = Mu/ = 5.923 kN.m
Faktor tahanan momen Rn = Mn / (b.d2) = 2.925 kg/m2
Rasio luas tulangan seimbang (balance):
0.85 f 'c 600 b = 0.0442
b= 1
fy (600+ f y )

Faktor tahanan maksimal:

[ ]
1 Rmax = 6.278
0.75 b f y
2
Rmax =0.75 b f y 1
Cek faktor tahanan:
( 0.85 f 'c )
Rmax > Rn, maka aman.

179
Rasio tulangan:
min = 1.4 = 0.0058
fy
fc ' 600
max = (
0.75 0.85 1 (
fy 600+ fy )) = 0.0339

fy
m = = 13.445
0.85 fc '

perlu =
1
m (
1 1
2 m Rn
fy ) = 0.0134

Rasio tulangan yang dapat digunakan:


perlu > min
Jadi batas rasio tulangan adalah perlu = 0.0134
Luas tulangan = As = .b.d As = 773.559 mm2

Diameter tulangan yang digunakan = 12 = 12 mm


Jarak tulangan yang memungkinkan:
s = D2 b = 241.334 mm
4 As

Jadi untuk tulangan pokok dapat menggunakan 12-100.

2 b
As = 4 D s As = 1866.8571 mm2

Untuk tulangan bagi/susut dapat diambil 50% dari tulangan pokok (RSNI
2004):
As = 50% . As As = 386.780 mm2

Diameter tulangan bagi menggunakan 12 = 12 mm


Jarak tulangan yang memungkinkan:
s = D2 b = 482.667 mm
4 As '

180
Jadi untuk tulangan bagi dapat menggunakan -200
2 b
As = D As = 933.429 mm2
4 s

4.4 Perencanaan Inverted T-Girder


4.4.1 Perencanaan Gelagar Tepi (IT-girder)
Gelagar jembatan berfungsi untuk menerima beban-beban yang bekerja
diatasnya dan disalurkan ke bangunan bawah. Pembebanan pada gelagar memanjang
pada bagian tepi menurut RSNI 2005 meliputi:
(1) Beban Mati
Beban mati terdiri dari berat sendiri gelagar dan beban-beban menumpu
serta bekerja sebagai beban tetapa diatasnya, seperti pelat lantai
jembatan, deck plate, dan diafragma.
(2)Beban Mati Tambahan
Beban mati tambahan terdiri dari perkerasan dan air hujan.
(3)Beban Pejalan Kaki
Trotoar pada jembatan jalan raya direncanakan mampu memikul beban
yang bekerja. Semua elemen dari trotoar yang langsung memikul beban
pejalan kaki harus direncanakan untuk beban nominal 5 kPa sesuai
dengan RSNI T-02-2005.
(4)Beban Gempa
Gaya gempa vertical pada balok gelagar jembatan dihitung dengan
menggunakan percepatan vertical ke bawah minimal sebesar 0.10g (g =
percepatan gravitasi) atau diambil 50% koefisien gempa horizontal static
ekivalen sesuai acuan RSNI 2005.

181
A. Data Perencanaan
Gambar rencana:

Gambar 4.74 Cross section Jembatan IT-girder untuk tepi.

Gambar 4.75 Area gelagar tepi jembatan (IT-girder).

Gambar 4.76 Posisi gelagar tepi Jembatan IT-girder.

Spesifikasi teknis:
Berat jenis : - Baja = 7850 kg/m3
- Beton = 2400 kg/m3

182
- Aspal = 2240 kg/m3
- Air Hujan = 1000 kg/m3
Mutu Beton = K-500
= fc = 0.83*K/10 = 42 MPa
Mutu Baja D32 = U-32
= fy = U*10 = 320 MPa
16 = U-24
= fy = U*10 = 240 MPa
Modulus elastisitas baja Ec = 4700fc = 30459 MPa
Modulus elastisitas baja Es = 200000 MPa
Faktor bentuk distribusi tegangan beton 1 = 0.85
Faktor reduksi kekuatan lentur = 0.8
Faktor reduksi kekuatan geser = 0.6

Bentang Jembatan L = 30 m
Lebar Total jembatan B = 9.60 m
Lebar Jalur b1 = 3.50 m
Lebar Trotoar b2 = 1.30 m
Tinggi Jembatan Total htotal = 2.99 m
Tinggi Barrier (sandaran) hbarrier = 1.63 m
TInggi IT-girder hgirder = 1.36 m
Jumlah Lajur Kendaraan =2 lajur
Jumlah Lajur Trotoar =2 lajur
Jumlah IT-girder n =5 buah
Tebal Pelat Lantai Kendaraan tslab = 0.20 m
Tebal Lapisan Aspal + Overlay taspal = 0.10 m
Tebal Trotoar ttrotoar = 0.32 m
Tinggi Genangan Air Hujan thujan = 0.05 m
Jarak antar Girder sgirder = 1.85 m
Jarak antar diafragma sdiafragma = 5.90 m

183
Tebal selimut beton d = 35 mm
Tinggi efektif d = tslab d = 165 mm
Diameter tulangan rencana: - Tulangan rencana= D 32
- Tulangan geser = 16

Dimensi girder:
Untuk dimensi girder pada gelagar tepi dapat dilhat pada tabel berikut:
Tabel 4.22 Dimensi IT-girder untuk tepi.
Dimensi
Luas
Lebar Tinggi
No.
b h A
(m) (m) (m2)
1 0.32 0.05 0.016
2 0.4 0.28 0.112
3 0.12 0.06 1/2 2 0.0072
4 0.16 0.82 0.1312
5 0.08 0.08 1/2 2 0.0064
6 0.33 0.05 1/2 2 0.0165
7 0.31 0.05 0.0155
8 0.97 0.16 0.1552
Total 1.36 0.460

Lebar efektif pelat lantai terhadap girder dihitung sebagai berikut:

Gambar 4.76 Gelagar dengan lebar efektif (IT-girder).

184
Lebar efektif plat (beff) diambil nilai terkecil dari:
beff = 1/4 x L =1/4 x 30 = 7.50 m
beff = bw + (16 x hslab) =0.65 + (16 x 0.2) =3.85 m
beff = Jarak antara girder =1.85 m
Jadi diambil nilai beff sebesar = 1.85 m

Kuat tekan beton pelat lantai = fc '= 0.83 * 350/10 = 30 MPa


Kuat tekan beton balok = fc' = 0.83 * 500/10 = 42 MPa

B. Section Properties
1. Section properties IT-Girder
Data section properties IT-girder dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.23 Section properties IT-girder (tepi).
Dimensi Jarak thd Statis
Luas
Lebar Tinggi alas Momen
No.
b h A y A.y
(m) (m) (m2) (m) (m3)
1 0.32 0.05 0.016 1.335 0.0214
2 0.4 0.28 0.112 1.17 0.1310
3 0.12 0.06 1/2 2 0.0072 1.01 0.0073
4 0.16 0.82 0.1312 0.62 0.0813
5 0.08 0.08 1/2 2 0.0064 0.2367 0.0015
6 0.33 0.05 1/2 2 0.0165 0.1767 0.0029
7 0.31 0.05 0.0155 0.185 0.0029
8 0.97 0.16 0.1552 0.08 0.0124
Total 1.36 0.4600 0.2607

185
Momen Inersia
No. Inersia
A . y2 Io
(m4) (m4)
1 0.0285 0.0000033
2 0.1533 0.0007317
3 0.0073 0.0000014
4 0.0504 0.0073516
5 0.0004 0.0000023
6 0.0005 0.0000023
7 0.0005 0.0000032
8 0.0010 0.0003311
0.2420 0.0084270

Tinggi total IT-girder = 1.36 m


Tebal slab lantai = 0.20 m
Luas penampang girder = 0.46 m2
Lebar efektif = 1.85 m

Letak titik berat: - yb = A*y / A = 0.567 m


- ya = h - yb = 0.793 m
Momen inersia terhadap alas balok = Ib = A*y2 + I0 = 0.205 m4
Momen inersia terhadap berat balok = Ix = Ib A*yb2 = 0.102 m4
Tahanan momen sisi atas = Wa = Ix / ya = 0.129 m3
Tahanan momen sisi bawah = Wb = Ix / yb = 0.180 m3

2. Section Properties IT-Girder Ditambah Pelat Lantai.


Data section properties IT-girder ditambah pelat lantai dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.24 Section properties IT-girder ditambah Pelat Lantai.
Dimensi Jarak thd Statis
Luas
Lebar Tinggi alas Momen
No.
b h A y A.y
(m) (m) (m2) (m) (m3)
1 1.85 0.2 0.37 1.48 0.5476
2 0.32 0.02 0.0064 1.37 0.0088
3 0.32 0.05 0.016 1.335 0.0214
4 0.4 0.28 0.112 1.17 0.1310
5 0.12 0.06 1/2 2 0.0072 1.01 0.0073

186
6 0.16 0.82 0.1312 0.62 0.0813
7 0.08 0.08 1/2 2 0.0064 0.2367 0.0015
8 0.33 0.05 1/2 2 0.0165 0.1767 0.0029
9 0.31 0.05 0.0155 0.185 0.0029
10 0.97 0.16 0.1552 0.08 0.0124
Total 1.36 0.8364 0.8171

Momen Inersia
No. Inersia
A . y2 Io
Tinggi total IT-Girder ditambah pelat lantai hc
(m4) (m4)
1 0.8104 0.0012333 = 1.58 m
2 0.0120 0.0000002 Tebal Slab Lantai ho = 0.20 m
3 0.0285 0.0000033
4 0.1533 0.0007317 Luas Penampang Balok ditambah
5 0.0073 0.0000014 pelat lantai Ac = 0.836 m2
6 0.0504 0.0073516
7 0.0004 0.0000023 Lebar efektif beff = 1.85 m
8 0.0005 0.0000023
9 0.0005 0.0000032
10 0.0010 0.0003311 Letak titik berat: - ybc = Ac*y /
1.0645 0.0096605 Ac = 0.977 m
- yac = h - ybc = 0.603 m
Momen inersia terhadap alas balok = Ibc = Ac*y2 + Ic0 = 1.074 m4
Momen inersia terhadap berat = Ixc = Ibc A*ybc2 = 0.276 m4
Tahanan momen sisi atas pelat = Wac = Ixc / ya = 0.457 m3
Tahanan momen sisi atas balok = Wac = Ixc / (yac h0) = 0.684 m3
Tahanan momen sisi bawah balok = Wb = Ix / yb = 0.282 m3

C. Analisis Pembebanan pada IT-girder (Tepi)

187
Gambar 4.78 Bagian gelagar tepi (IT-girder).

1. Akibat Beban Mati (DL)


Beban Mati (DL) yang diterima girder tepi diperoleh dari beban mati
girder sendiri, beban pelat, beban deck plate dan diafragma.
Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 1.3

a) Beban Diafragma:

Gambar 4.79 Skema beban DL dari diafragma (IT-girder tepi).

Diafragma Ujung:
Vol = 0.918 m3
beton = 2400 kg/m3
Jadi berat diafragma ujung = 1715.28 kg = P1

Diaframga Tengah:
Vol = 0.367 m3

188
beton = 2400 kg/m3
Jadi berat diafragma tengah = 686.112 kg = P2

Panjang bentang (L) = 30 m


Jarak diafragma, n = 6 buah
x P1a =0m (dari tengah bentang, B ke A)
x P2a = 6.4 m (dari tengah bentang, B ke A)
x P2b = 12.3 m (dari tengah bentang, B ke A)
x P2c = 12.3 m (dari tengah bentang, A ke B)
x P2d = 6.4 m (dari tengah bentang, A ke B)
x P1b =0m (dari tengah bentang, A ke B)

P ( Lx )
M=
2

Diambil setengah bentang, A ke B.


P b ( 3030 )
Jadi, M P1b = 1 = 0 kg.m
2

M P2d = P2 d ( 6.4 ) = 2819.175 kg.m


2

M P2c = P2 c ( 12.3 ) = 5418.101 kg.m


2

Mmax = M P2c
Mmax = 1/8 Q L2
5418.101 = 1/8 Q L2
Q = 8 x 5418.101 / 302 = 48.161 kg/m2 = qdiafragma x per
meternya = 48.161 kg/m

b) Berat Trotoar yang dipikul girder:


Skema beban trotoar yang dipikul gelagar tepi.
Beban Trotoar ( qtrotoar )

Berat trotoar = 1240.471 kg/m

189
Pelat lantai = 624 kg/m
qtrotoar = 1864.471 kg/m

Gambar 4.80 Skema pembebanan dari berat trotoar pada IT-girder


tepi.

c) Berat Pelat Lantai yang dipikul girder:


Beban Pelat ( q pelat )

Pelat Lantai = 0.20 x 0.925 x 2400


= 444 kg/m
Deck plate = 0.07 x 0.825 x 2400
= 138.6 kg/m
qpelat+deck plate = 582.6 kg/m

Gambar 4.81 Skema pembebanan dari beban mati pelat dan deck
plate pada IT-girder tepi.
d) Berat Girder
qgirder = Luas penampang x beton
= 0.460 x 2400 = 1104 kg/m

Jadi beban mati total (q DL) = qdiafragma + qtrotoar + qplat+deckplate + qgirder


= 2317.361 kg/m
x Faktor beban (1.3) = 3012.569 kg/m

Analisis M dan D akibat Beban Mati (q DL)


q DL = 2317.361 kg/m
x 1.3 = 3012.569 kg/m

Mmax = 1/8 x qDL x L2


= 338914.031 kg.m
Dmax = 1/2 x q x L

190
= 45188.537 kg

Gambar 4.82 Diagram M dan D akibat beban sendiri pada IT-girder tepi.

2. Akibat Beban Mati Tambahan (DLp)


Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 2.0
Skema beban mati tambahan yang dipikul gelagar tepi.
( q DLp ) Lx = 1.85 m, Ly = 5.90 m
Aspal = 0.10 x 0.925 x 2240
= 207.2 kg/m
Air hujan = 0.50 x 0.925 x 1000
= 46.25 kg/m
qpelat = 253.45 kg/m
Gambar 4.83 Skema pembebanan dari beban mati tambahan pada IT-
girder tepi.

Jadi beban mati total (q DLp) = 253.450 kg/m


x faktor beban (2.0) = 506.900 kg/m

Analisis Beban Mati Tambahan (q DLp)


q DLp = 253.450 kg/m
x 2.0 = 506.900 kg/m

Mmax = 1/8 x qDL x L2


= 57026.250 kg.m

Dmax = 1/2 x q x L
= 7603.500 kg

Gambar 4.84 Diagram M dan D akibat beban mati tambahan pada IT-girder
tepi.

191
3. Akibat Beban Pejalan Kaki (TP)
Sesuia dengan RSNI 2005 beban pejalan kaki dihitung sebagai berikut.

Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 1.8


Trotoar pada jembatan jalan raya direncanakan mampu memikul beban
sebagai berikut:
Beban hidup merata pada trotoar (intensitas):
Untuk A 10 m2 q = 5 kPa
Untuk 10 m2 < A 100 m2 q = 5 - 0.033*(A-10)
Untuk A > 100 m2 q = 2 kPa

Panjang bentang L = 30 m
Jarak antar girder sgirder = 1.85 m
Lebar efektif beff = 1.85 m
Lebar satu trotoar b2 = 1.00 m
Luas bidang trotoar A = 2 * (b2 * L) = 60 m2
Intensitas beban q = 5 - 0.033*(A-10) = 3.35 kPa

Jadi pembebanan utnuk trotoar QTP = q*b2 = 3.35 kN/m


Faktor Beban = 1.8 x QTP = 6.030 kN/m = 603.000 kg/m

Analisis Beban Pejalan Kaki


QTP = 3.350 kN/m
x 1.8 = 6.030 kN/m
= 603.000 kg/m

Mmax = 1/8 x QTP x L2


= 67837.500 kg.m
Dmax = 1/2 x QTP x L
= 9045.000 kg
Gambar 4.85 Diagram M dan D akibat beban merata TP pada IT-girder tepi.

192
4. Akibat Beban Gempa (EQ)
Gaya gempa vertical pada balok gelagar jembatan dihitung dengan
menggunakan percepatan vertical ke bawah minimal sebesar 0.10g (g =
percepatan gravitasi) atau diambil 50% koefisien gempa horizontal static
ekivalen sesuai acuan RSNI 2005.

Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 1.0


Koefisiean beban gempa horisotal: K h=C S
Kh = Koefisien beban gempa horizontal
C = Koefisien geser dasar untuk wilayah gempa, waktu getar, dan
kondisi tanah setempat.
S = Faktor tipe struktur yang berhubungan dengan kapasitas
penyerapan energi gempa (daktilitas) dari struktur.

Waktu getar struktur dihitung dengan rumus:


T =2 [ W t / ( g K p ) ]

Wt = Berat total yang berupa berat sendiri dan beban mati tambahan.
Kp = Kekakuan struktur yang merupakan gaya horisontal yang
diperlukan untuk menimbulkan satu satuan lendutan.
g = Percepatan gravitasi bumi = 9.81 m/det2

Perhitungan beban gempa pada gelagar tepi.


Berat total yang terdiri dari berat sendiri dan beban mati tambahan :
Berat Sendiri Gelagar Tepi = 3012.569 kg/m
Beban Mati Tambahan = 506.900 kg/m
Panjang Bentang Girder = 30 m
Jadi, Wt = (QDL + QDLp) x L = 105584.075 kg = 1055.841 kN

Momen Inersia I-Girder Ixc = 0.276 m4

193
Modulus elastisitas beton Ec = 30459.481 MPa
= 30459481.283 kPa

Kekakuan Girder Kp = 48 x Ec x Ixc / L3


= 14939.414 kN/m

Waktu getar T = 2 [ W t / ( g K p ) ] = 0.534 detik

Gambar 4.86 Grafik gempa di wilayah 3 untuk koefisien geser dasar C


(IT-girder tepi).

Untuk lokasi di wilayah gempa 3 di atas tanah sedang, dari kurva


diperoleh koefisien geser dasar, C = 0.13

Untuk struktur jembatan dengan daerah sendi plastis beton,


S = 1.3 x F
dengan, F = 1.25 - 0.025 x n dan F harus diambil 1
F = Faktor perangkaan gempa
n = Jumah sendi plastis yang menahan deformasi arah lateral
Untuk, n = 1 maka : F = 1.25 - 0.025 x n = 1.225
Jadi Faktor Tipe Struktur, S = 1.3 x F = 1.593

Koefisien Beban Gempa Horisontal


Kh = C x S = 0.207025
Koefisien Beban Gempa Horisontal
Kv = 50% x Kh = 0.1035125 > 0.10

194
Jadi, Kv = 0.1035125

Gaya Gempa Vertikal


TEQ = Kv x Wt = 109.293 kN
Beban Gempa Vertikal
QEQ = TEQ / L = 3.643 kN/m

Gambar 4.87 Skema beban gempa IT-girder tepi.

Gaya Momen Max = 1/8 x QEQ x L2 = 409.848 kNm = 40984.768 kgm


Gaya Geser Max = 1/2 x QEQ x L = 54.646 kN = 5464.636 kg

D. Data Momen dan Geser pada Gelagar Tepi (IT-girder)


Data momen dan geser dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.25 Data momen dan geser sebelum dikalikan faktor beban (IT-
girder tepi).
Mmax Dmax
No. Beban
kg.m kg
1. Beban Mati 260703.101 34760.413
2. Beban Mati tambahan 28513.125 3801.750
3. Beban Pejalan Kaki 37687.500 5025.000
4. Beban Gempa 40984.768 5464.636

Dari hasil analisa beban diperoleh data Momen Max sebagai berikut:
Tabel 4.26 Data momen max gelagar tepi (IT-girder).
Faktor Mmax
No. Beban Symbols
Beban kg.m
1. Beban Mati q DL 1.3 338914.031
2. Beban Mati tambahan q DLp 2.0 57026.25
3. Beban Pejalan Kaki TP 1.8 67837.500
4. Beban Gempa EQ 1.0 40984.768

195
Dari hasil analisa beban diperoleh data Geser Max sebagai berikut:
Tabel 4.27 Data geser max gelagar tepi (IT-girder)
Faktor Dmax
No. Beban Symbols
Beban kg
1. Beban Mati q DL 1.3 45188.537
2. Beban Mati tambahan q DLp 2.0 7603.500
3. Beban Pejalan Kaki TP 1.8 9045.000
4. Beban Gempa EQ 1.0 5464.636

Kombinasi pada keadaan Beban Ultimit dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.28 Data kombinasi momen dan geser (IT-girder tepi).
Kombinasi
No. Beban
1 2 3 4
1. Beban Mati 1.3 1.3 1.3 1.3
2. Beban Mati tambahan 2.0 2.0 2.0 2.0
3. Beban Pejalan Kaki 1.8 1.0
6. Beban Gempa 1.0
Momen (kg/m) 463777.8 395940.3 433627.8 436925.0
Geser (kg) 61837.0 52792.0 57817.0 58256.7
Jadi nilai Momen Max dan Geser Max yang dipakai:
Mmax = 463777.781 kg.m = 4637.778 kNm
Dmax = 61837.037 kg = 618.370 kN

E. Penulangan Gelagar Tepi (IT-girder)


1. Tulangan Utama
Data:
Mmax = 4637.778 kNm
"lentur" = 0.80
1 = 0.85
fc' = 42 MPa
fy D 32 = 320 MPa
Tinggi Girder tgirder = 1.36 m
Tebal selimut d' = 40 mm
Tinggi efektif d = t - d' - 1/2 sengkang = 1312.0 mm
Rencana peninjauan pada lebar girder bw = 970.0 mm

196
Lebar efektif beff = 1850 mm
Rencana Diameter Tulangan: - Tul. Utama = D32
- Tul. Sengkang = 16

Perhitungan tulangan
Momen nominal rencana Mn = Mu/ = 5797.222 kN.m
Faktor tahanan momen Rn = Mn / (b.d2) = 3.472 kg/m2
Rasio luas tulangan seimbang (balance):
0.85 f 'c 600 b = 0.0618
b= 1
fy (600+ f y )

Faktor tahanan maksimal:

[ ]
1 Rmax = 11.757
0.75 b f y
2
Rmax =0.75 b f y 1
Cek faktor tahanan:
( 0.85 f 'c )
Rmax > Rn, maka aman.
Rasio tulangan:
min = 1.4 = 0.0044
fy
fc ' 600
max = (
0.75 0.85 1 (
fy 600+ fy )) = 0.0464

fy
m = = 8.9635
0.85 fc '

perlu =
1
m (
1 1
2 m Rn
fy ) = 0.0114

Rasio tulangan yang dapat digunakan:


perlu > min
Jadi batas rasio tulangan adalah perlu = 0.0114

Cek apakah Girder menggunakan Tulangan Tunggal atau Ganda


Periksa Momen Lentur Nominal Maksimal yang ada dibandingan dengan
Momen Ultimit yang bekerja.

197
Syarat sebagai berikut :
Mn-maks Mn (Mu) , tidak perlu tulangan rangkap
Mn-maks Mn (Mu) , perlu tulangan rangkap

0.588 max fy
Rn-maks (
= max fy 1
fc ' ) = 11.7584
Mn-maks = . b . d2 . Rn-maks
= 15,706,432,324.35 Nmm
= 15,706.43 kNm

Sehingga, Mn-maks > Mn (Mu) , tidak perlu tulangan ganda.

Atau menggunakan rumus berikut :


Hitung Momen nominal (Mn1)
a
Mn1 = As 1 fy d
2( ) = 5,797,222,263.00 Nmm
= 5,797.22 kNm
Mn1 > Mu rencana jadi, penampang bertulangan tunggal.
Maka balok atau girder dapat direncanakan tulangan tarik.

Cek apakah Girder termasuk balok T murni atau T persegi


Untuk perancangan antara balok dan lantai yang dicor secara monolit
akan terjadi interaksi sebagai satu kesatuan dalam menahan momen
lentur positif. Karena peristiwa ini sehingga pelat akan bereaksi sebagai
sayap desak dan balok sebagai badannya. Interaksi ini dapat berbentuk
huruf T dan L. Analisa balok sebagai berikut:
Bila : a) a tflens , maka hitungan penampang seperti balok persegi
b) a tflens , maka hitungan penampang seperti balok T murni

As fy As' ( fy0.85 fc ' ) As1 fy


a= = = 134.492 mm = 0.135 m
b f 0.85 fc ' 0.85 fc ' b

tflens = tplat = 0.2 m


Sehingga, a > tflens = tplat , balok berperilaku sebagai balok T murni.

198
Gambar 4.88 Penjelasan balok T-murni.

Cek Momen Tahanan (Mr) untuk melihat perilaku balok.


Mr =(0.85 . fc') . b . hflens(d - 1/2hflens)
= 6,715,255,680.000 Nmm
= 6,715.256 kNm

Mu = 4,637.778 kNm = 4,637,777,810.400 Nmm


Mr < Mu , balok berperilaku sebagai balok T murni.

Kebutuhan tulangan utama.


Syarat : MR > Mu, agar mampu menahan momen maximum yang
terjadi pada daerah tarik.
Coba : Dua lapis tulangan pada daerah tarik
As1 = 10000 mm2
As2 = 2000 mm2
a = As1 fy = 92.408 mm2
0.85 fc ' b

MR1 = 0.85 . fc' . a . beff . (d - a/2) = 7,725,270,136 Nmm


MR2 = As2 . fy . (d - d') = 814,080,000 Nmm
MR total = 8,539,350,136 Nmm
Mu/ = 5,797,222,263 Nmm

MRtotal > Mu, OK As1 dan As2 dapat dipakai


Jadi tulangan tarik = As1 + As2 = 12000 mm2

199
Menggunakan tulangan = D 32
As pakai = 16 D 32 = 12873.143 mm2

Jumlah tulangan tarik pada gelagar tepi lebih baik mengikuti gelagar
tengah agar mudah dan mampu menahan beban lebih baik.

2. Sengkang
Data:
Dmax = 618.3704 kNm
"lentur" = 0.60
1 = 0.85
fc' = 42 MPa
fy D 32 = 240 MPa
Tinggi Girder tgirder = 1.36 m
Tebal selimut d' = 40 mm
Tinggi efektif d = t - d' - 1/2 sengkang = 1352.0 mm
Rencana peninjauan pada lebar girder bw = 970 mm
Lebar efektif beff = 1850 mm
Rencana Diameter Tulangan: - Tul. Utama = D32
- Tul. Sengkang = 16

Perhitungan tulangan geser


1
Vc = fc ' b d = 1416517.097 N = 141651.7097 kg
6

Vu
Vn = = 236086.1828 kg

Perbandingan antara Vc dan Vn


Vn > Vc Jadi, hitung sengkang, Vs = Vn - Vc

Bila Vs diperhitungkan, maka


1
5. Vs < fc ' bw d smax = d/2
3

200
1
6. Vs > fc ' bw d smax = d/4
3
tetapi,
2
Vs < fc ' bw d
3

Menghitung sengkang yang digunakan


Vs = Vn Vc = 94434.47313 kg
Vs = 56660.68388 kg

2
fc ' bw d = 3399641.033 kg
3

1
fc ' bw d = 1699820.516 kg
3

1
Ternyata, Vs < fc ' bw d , OK
3

Menghitung luas tulangan geser perlu per spasi, Av/s = Avs sesuai RSNI
T-12-2004 dan nilai Avs diambil nilai terbesar antara Avs dan nilai
tulangan geser minimum (Avs min), dihitung sebagai berikut:
Avs = Vs / (fy.d) = 0.291 mm2 / mm
Untuk tulangan geser minimum :
Avs min = bw / (3.fy) = 0.137 mm2 / mm
Jadi tulangan geser yang harus dipasang per jarak spasi adalah
Avs = 1.347 mm2 / mm

Menentukan luas dan spasi yang digunakan sengkang sebagai berikut:


1
smax = a) Bila Vs < fc ' bw d
3
nilai terkecil dari (d/2), (0.75 h), atau 600 mm
1
b) Bila Vs 3 fc ' bw d
nilai terkecil dari (d/4), (0.375 h), atau 300 mm
smax = nilai terkecil dari (d/2), (0.75 h), atau 600 mm
= 600 mm

201
Diameter sengkang yang digunakan = 16 mm
Jumlah kaki sengkang nk = 2
Luas sengkang Av = nk . 0.25 . 2 = 401.920 mm2
Spasi sengkang sp = Av / Avs = 445.204 mm
Jadi spasi sengkang diambil sebesar = 400 mm

Nilai Vs
Av fy d
Vs = s = 32603.8 kg
Menggunakan sengkang, 16-400

4.4.2 Perencanaan Gelagar Tengah (IT-girder)


Gelagar jembatan berfungsi untuk menerima beban-beban yang bekerja
diatasnya dan disalurkan ke bangunan bawahnya. Pembebanan pada gelagar
memanjang menururt RSNI 2005 meliputi:
(1)Beban Mati
Beban mati terdiri dari berat sendiri gelagar dan beban-beban menumpu
serta bekerja sebagai beban tetap diatasnya, seperti pelat lantai jembatan,
deck plate, dan diafragma.
(2)Beban Mati Tambahan
Beban mati tambahan terdiri dari perkerasan dan air hujan.
(3)Beban Hidup
Beban hidup pada gelagar jembatan dinyatakan dengan beban "D" atau
beban lajur, yang terdiri dari beban terbagi rata "q" ton per meter panjang
dan beban gari "P" ton per jalur lalu lintas tersebut.
(4)Gaya Rem
Pengaruh pengereman dari lalu lintas diperhitungkan sebagai gaya dalam
arah memanjang dan dianggap bekerja pada jaral 1.80 m di atas

202
permukaan lantai jembatan. Besarnya gaya rem arah memanjang
jembatan tergantung panjang total jembatan tersebut.
(5)Gaya Angin
Beban garis merata tambahan arah horizontal pada permukaan lantai
jembatan akibat angin yang meniup kendaraan di atas lantai jembatan
dihitung dengan rumus yang sudah diatur dalam RSNI 2004.
(6)Beban Gempa
Gaya gempa vertical pada balok gelagar jembatan dihitung dengan
menggunakan percepatan vertical ke bawah minimal sebesar 0.10g (g =
percepatan gravitasi) atau diambil 50% koefisien gempa horizontal static
ekivalen sesuai acuan RSNI 2005.

A. Data Perencanaan
Gambar rencana:

Gambar 4.89 Cross section Jembatan IT-girder tengah.

203
Gambar 4.90 Area gelagar tengah jembatan (IT-girder).

Gambar 4.91 Posisi gelagar tengah Jembatan IT-girder.

Spesifikasi teknis:
Berat jenis : - Baja = 7850 kg/m3
- Beton = 2400 kg/m3
- Aspal = 2240 kg/m3
- Air Hujan = 1000 kg/m3
Mutu Beton = K-500
= fc = 0.83*K/10 = 42 MPa
Mutu Baja D32 = U-32
= fy = U*10 = 320 MPa
16 = U-24
= fy = U*10 = 240 MPa

204
Modulus elastisitas baja Ec = 4700fc = 30459 MPa
Modulus elastisitas baja Es = 200000 MPa
Faktor bentuk distribusi tegangan beton 1 = 0.85
Faktor reduksi kekuatan lentur = 0.8
Faktor reduksi kekuatan geser = 0.6

Bentang Jembatan L = 30 m
Lebar Total jembatan B = 9.60 m
Lebar Jalur b1 = 3.50 m
Lebar Trotoar b2 = 1.30 m
Tinggi Jembatan Total htotal = 2.94 m
Tinggi Barrier (sandaran) hbarrier = 1.63 m
TInggi I-girder hgirder = 1.36 m
Jumlah Lajur Kendaraan =2 lajur
Jumlah Lajur Trotoar =2 lajur
Jumlah I-girder n =5 buah
Tebal Pelat Lantai Kendaraan tslab = 0.20 m
Tebal Lapisan Aspal + Overlay taspal = 0.10 m
Tebal Trotoar ttrotoar = 0.32 m
Tinggi Genangan Air Hujan thujan = 0.05 m
Jarak antar Girder sgirder = 1.85 m
Jarak antar diafragma sdiafragma = 5.90 m
Tebal selimut beton d = 35 mm
Tinggi efektif d = 1352 mm
Diameter tulangan rencana: - Tulangan rencana= D 32
- Tulangan geser = 16

Dimensi girder:
Untuk dimensi girder pada gelagar tepi dapat dilhat pada tabel berikut:
Tabel 4.29 Dimensi IT-girder untuk tepi.

205
Dimensi
Luas
Lebar Tinggi
No.
B h A
(m) (m) (m2)
1 0.32 0.05 0.016
2 0.4 0.28 0.112
3 0.12 0.06 1/2 2 0.0072
4 0.16 0.82 0.1312
5 0.08 0.08 1/2 2 0.0064
6 0.33 0.05 1/2 2 0.0165
7 0.31 0.05 0.0155
8 0.97 0.16 0.1552
Total 1.36 0.460

Lebar efektif pelat lantai terhadap girder dihitung sebagai berikut:

Gambar 4.92 Gelagar dengan lebar efektif (IT-girder).

Lebar efektif plat (beff) diambil nilai terkecil dari:


beff = 1/4 x L =1/4 x 30 = 7.50 m
beff = bw + (16 x hslab) =0.65 + (16 x 0.2) =3.85 m
beff = Jarak antara girder =1.85 m
Jadi diambil nilai beff sebesar = 1.85 m

Kuat tekan beton pelat lantai = fc '= 0.83 * 350/10 = 30 MPa


Kuat tekan beton balok = fc' = 0.83 * 500/10 = 42 MPa

B. Section Properties.
1. Section properties IT-Girder
Data section properties IT-girder dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.30 Section properties IT-girder (tengah).

206
Dimensi Jarak thd Statis
Luas
Lebar Tinggi alas Momen
No.
B h A y A.y
(m) (m) (m2) (m) (m3)
1 0.32 0.05 0.016 1.335 0.0214
2 0.4 0.28 0.112 1.17 0.1310
3 0.12 0.06 1/2 2 0.0072 1.01 0.0073
4 0.16 0.82 0.1312 0.62 0.0813
5 0.08 0.08 1/2 2 0.0064 0.2367 0.0015
6 0.33 0.05 1/2 2 0.0165 0.1767 0.0029
7 0.31 0.05 0.0155 0.185 0.0029
8 0.97 0.16 0.1552 0.08 0.0124
Total 1.36 0.4600 0.2607

Momen Inersia
No. Inersia
A . y2 Io
(m4) (m4)
1 0.0285 0.0000033
2 0.1533 0.0007317
3 0.0073 0.0000014
4 0.0504 0.0073516
5 0.0004 0.0000023
6 0.0005 0.0000023
7 0.0005 0.0000032
8 0.0010 0.0003311
0.2420 0.0084270

Tinggi total IT-girder = 1.36 m


Tebal slab lantai = 0.20 m
Luas penampang girder = 0.46 m2
Lebar efektif = 1.85 m
Letak titik berat: - yb = A*y / A = 0.567 m
- ya = h - yb = 0.793 m
Momen inersia terhadap alas balok = Ib = A*y2 + I0 = 0.250 m4
Momen inersia terhadap berat balok = Ix = Ib A*yb2 = 0.103 m4
Tahanan momen sisi atas = Wa = Ix / ya = 0.129 m3
Tahanan momen sisi bawah = Wb = Ix / yb = 0.180 m3

2. Section Properties IT-Girder Ditambah Pelat Lantai.

207
Data section properties IT-girder ditambah pelat lantai dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.31 Section properties IT-girder ditambah Pelat Lantai.
Dimensi Jarak thd Statis
Luas
Lebar Tinggi alas Momen
No.
b h A y A.y
(m) (m) (m2) (m) (m3)
1 1.85 0.2 0.37 1.48 0.5476
2 0.32 0.02 0.0064 1.37 0.0088
3 0.32 0.05 0.016 1.335 0.0214
4 0.4 0.28 0.112 1.17 0.1310
5 0.12 0.06 1/2 2 0.0072 1.01 0.0073
6 0.16 0.82 0.1312 0.62 0.0813
7 0.08 0.08 1/2 2 0.0064 0.2367 0.0015
8 0.33 0.05 1/2 2 0.0165 0.1767 0.0029
9 0.31 0.05 0.0155 0.185 0.0029
10 0.97 0.16 0.1552 0.08 0.0124
Total 1.36 0.8364 0.8171

Tabel 4.31Lanjutan.
Momen Inersia
No. Inersia
A . y2 Io
(m4) (m4)
1 0.8104 0.0012333 Tinggi total IT-Girder ditambah pelat lantai hc
2 0.0120 0.0000002 = 1.58 m
3 0.0285 0.0000033
4 0.1533 0.0007317 Tebal Slab Lantai ho = 0.20 m
5 0.0073 0.0000014 Luas Penampang Balok ditambah
6 0.0504 0.0073516
7 0.0004 0.0000023 pelat lantai Ac = 0.836 m2
8 0.0005 0.0000023 Lebar efektif beff = 1.85 m
9 0.0005 0.0000032
10 0.0010 0.0003311
1.0645 0.0096605 Letak titik berat: - ybc = Ac*y /
Ac = 0.977 m

208
- yac = h - ybc = 0.603 m
Momen inersia terhadap alas balok = Ibc = Ac*y2 + Ic0 = 1.074 m4
Momen inersia terhadap berat = Ixc = Ibc A*ybc2 = 0.276 m4
Tahanan momen sisi atas pelat = Wac = Ixc / ya = 0.457 m3
Tahanan momen sisi atas balok = Wac = Ixc / (yac h0) = 0.684 m3
Tahanan momen sisi bawah balok = Wb = Ix / yb = 0.282 m3

C. Analisis Pembebanan Pada IT-girder (Tengah)


1. Akibat Beban Mati (DL)
Beban Mati (DL) yang diterima girder tengah diperoleh dari beban mati
girder sendiri, beban pelat, beban deck plate dan diafragma.
Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 1.3

a) Beban Diafragma

Gambar 4.93 Skema beban DL dari diafragma (IT-girder tengah).

Diafragma Ujung:
Vol = 0.918 m3
beton = 2400 kg/m3
Jadi berat diafragma ujung = 1715.28 kg = P1

Diaframga Tengah:
Vol = 0.367 m3
beton = 2400 kg/m3
Jadi berat diafragma tengah = 686.112 kg = P2

209
Panjang bentang (L) = 30 m
Jarak diafragma, n = 6 buah
x P1a =0m (dari tengah bentang, B ke A)
x P2a = 6.4 m (dari tengah bentang, B ke A)
x P2b = 12.3 m (dari tengah bentang, B ke A)
x P2c = 12.3 m (dari tengah bentang, A ke B)
x P2d = 6.4 m (dari tengah bentang, A ke B)
x P1b =0m (dari tengah bentang, A ke B)

P ( Lx )
M=
2

Diambil setengah bentang, A ke B.


P b ( 3030 )
Jadi, M P1b = 1 = 0 kg.m
2

P2 d ( 6.4 )
M P2d = = 2819.175 kg.m
2

M P2c = P2 c ( 12.3 ) = 5418.101 kg.m


2

Mmax = M P2c
Mmax = 1/8 Q L2
5418.101 = 1/8 Q L2
Q = 8 x 5418.101 / 302 = 48.161 kg/m2 = qdiafragma x per
meternya = 48.161 kg/m

b) Beban Pelat dan Deck Plate


Pelat Lantai = 0.20 x 1.85 x 2400
= 888 kg/m
Deck plate = 0.07 x 1.65 x 2400
Beban Pelat ( q pelat )
= 277.2 kg/m

qpelat+deck plate = 1165.2 kg/m

210
Gambar 4.94 Skema pembebanan dari beban mati pelat dan deck
plate pada IT-girder tengah.

c) Beban Girder Sendiri


qgirder = Luas penampang x beton
= 0.460 x 2400 = 1104 kg/m

Jadi beban mati total (q DL) = qdiafragma + qplat+deckplate + qgirder


= 2317.361 kg/m
x Faktor beban (1.3) = 3012.569 kg/m

Analisis Beban Mati (DL)


q DL = 2317.361kg/m
x 1.3 = 3012.569 kg/m

Mmax = 1/8 x qDL x L2


= 338914.688 kg.m

Dmax = 1/2 x q x L
= 45188.625 kg

Gambar 4.95 Diagram M dan D akibat beban sendiri pada IT-girder


tengah

2. Akibat Beban Mati Tambahan (DLp)


Beban Mati Tambahan meliputi aspal ditambah overlay dan air hujan
seusai RSNI 2005.
Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 2.0

211
Skema beban mati tambahan yang dipikul gelagar tengah.
Lx = 1.85 m, Ly = 5.90 m
Aspal = 0.10 x 1.85 x 2240
= 414.4 kg/m
Air hujan = 0.50 x 1.85 x 1000
= 92.5 kg/m

qpelat = 506.9 kg/m

Gambar 4.96 Skema pembebanan dari beban mati tambahan pada IT-
girder tengah.

Jadi beban mati total (q DLp) = 506.900 kg/m


x faktor beban (2.0) = 1013.800 kg/m

Analisis Beban Mati Tambahan (q DLp)


q DLp = 506.900 kg/m
x 2.0 = 1013.800 kg/m

Mmax = 1/8 x qDL x L2


= 114052.500 kg.m

Dmax = 1/2 x q x L
= 15207.000 kg
Gambar 4.97 Diagram M dan D akibat beban mati tambahan pada IT-
girder tengah.

3. Akibat Beban Hidup Lajur (D)


Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 1.8

212
Gambar 4.98 Prinsip kerja beban lajur "D" pada IT-girder tengah.

Untuk besarnya q ditentukan sebagai berikut :


Panjang bentang L = 30 m
Jarak antar girder sgirder = 1.85 m
Lebar efektif beff = 1.85 m
Jumlah lajur n = 2 lajur

Menurut RSNI 2005 beban lajur "D" terdiri dari beban terbagi merata
UDL (Uniformly Distributed Load) dan beban garis KEL (Knife Edge
Load) seperti pada Gambar, UDL mempunyai intensitas q (kPa) yang
besarnya tergantung pada panjang total (L) yang dibebani dan dinyatakan
dengan rumus di bawah.

Gambar 4.99 Keterangan beban lajur "D" pada IT-girder tengah.

Menurut RSNI 2005 nilai q sebagai berikut :


a) q = 9.0 kPa L 30 m
b) q = 9.0 x (0.5 + 15/L) kPa L > 30 m

213
Karena L = 30 m, maka nilai q = 9 kPa
Untuk KEL (Knife Edge Load) menurut RSNI 2005 mempunyai
intensitas sebesar = P = 49 kN/m

Faktor Beban Dinamis (Dinamic Load Allowance) atau bisa juga Beban
Kejut untuk KEL diambil sebagai berikut :

Gambar 4.100 Grafik DLA pada IT-girder tengah.

DLA = 0.40 untuk L 50 m


DLA = 0.4 - 0.0025*(L - 50) untuk 50 < L < 90 m
DLA = 0.30 untuk L 90 m
Karena L = 30 m, maka nilai DLA = 0.40

Perhitungan Momen dan Geser akibat Beban Lajur D


Data:
Panjang bentang L = 30 m
Jarak antar girder sgirder = 1.85 m
Lebar efektif beff = 1.85 m
Jumlah lajur n = 2 lajur

Beban merata q = 9 kPa


Beban merata pada balok QTD = q x s /(n x 2.75) = 3.027 kN/m
Beban garis p = 49 kN/m
Faktor Beban Dinamis DLA = 0.40

214
Beban terpusat pada balok PTD = (1 + DLA) x p x s / (n x2.75) = 23.075 kN

Faktor beban = 1.8 x QTD = 5.449 kN/m = 544.909 kg/m


1.8 x PTD = 41.534 kN = 4153.418 kg

Analisis Beban D
Untuk QTD
QTD = 3.027 kN/m
x 1.8 = 5.449 kN/m

Mmax = 1/8 x QTD x L2


= 61302.273 kg.m
Dmax = 1/2 x QTP x L
= 8173.636 kg

Gambar 4.101 Diagram M dan D akibat beban merata "D" pada IT-
Untuk PTD girder tengah.
PTD = 23.075 kN
x 1.8 = 41.534 kN
= 4153.418 kg

Mmax = 1/4 x PTD x L


= 31150.636 kg.m
Dmax = 1/2 x PTP
= 2076.709 kg

Gambar 4.102 Diagram M dan D akibat beban terpusat "D" pada IT-
girder tengah.

Jadi Gaya Momen dan Geser Total pada balok akibat beban lajur "D":
Mmax total = Mmax QTD + Mmax PTD = 92452.909 kg.m
Dmax total = Dmax QTD + Dmax PTD = 10250.345 kg

4. Akibat Gaya Rem (TB)

215
Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 1.8
Menurut RSNI T-02-2005, pengaruh pengereman lalu lintas
diperhitungkan sebagai gaya dalam arah memanjang, dan dianggap
bekerja pada jarak 1.80 m di atas permukaan lantai jembatan. Besarnya
gaya rem arah memanjang jembatan tergantung panjang total jembatan
(Ltotal), berikut syaratnya :
Gaya Rem Horisontal = HTB
HTB = 250 kN untuk Ltotal 80 m
HTB = 250 + 2.5x(Ltotal - 80) untuk 80 m < Ltotal < 80 m
HTB = 500 kN untuk Ltotal 80 m

Gambar 4.103 Prinsip beban gaya rem pada IT-girder tengah.


Data:
e) Panjang Girder L = 30 m
f) Gaya Rem HTB = 250 kN
g) Jumlah Girder ditinjau selebar lajur b1 nbalok = 3 buah
h) Jarak antar Girder sgirder = 1.85 m

Perhitungan gaya rem pada Gelagar Tengah


Gaya rem untuk Ltotal 80 m:
TTB = HTB / nbalok = 83.333 kN

Gaya Rem, TTB diambil sebesar 5% dari beban lajut "D" tanpa faktor
beban dinamis.
Jadi, Beban merata q = 9 kPa
Beban merata pada balok QTD = 3.027 kN/m
Beban garis p = 49 kN/m
Beban terpusat pada balok PTD = 23.075 kN

216
TTB = 0.05 x (QTD x L + PTD) = 5.695 kN
Sehingga, TTB = 5% dari beban lajur "D" < TTB = HTB / nbalok
TTB = 83.333 kN
x 1.8 = 150 kN = 15000 kg

Lengan terhadap titik berat balok :


y = 1.80 + h0 + ha + yac = 2.790 m
h0 = tpelat = 0.2 m
ha = taspal = 0.1 m
yac = 0.690 m

Momen akibat Gaya Rem


M = TTB x y = 418.443 kNm

Gaya Momen Max dan Geser Max pada Girder Tengah akibat Gaya
Rem:
Mmax = 1/2 x M = 209.222 kNm = 20922.154 kgm
Dmax = M / L = 13.948 kN = 1394.810 kgm

5. Akibat Gaya Angin (EW)


Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 1.2

Gambar 4.104 Prinsip beban angin pada IT-girder tengah.

Ditinjau:
Koefisien seret (Cw) = 1.4

217
Kecepatan angin rencana (Vw) = 35 m/s
Untuk Cw dan Vw dapat dilihat pada RSNI T-02-2005.
Jadi beban angina tambahan yang mengenai kendaraan dari samping
(TEW) = 0.0012 x Cw x (Vw)2 = 2.058 kN = 205.8 kg

Untuk bidang vertical yang terkena angin merupakan bidang samping


kendaraan.
Tinggi 2.00 m di atas permukaan lantai jembatan h = 2.00 m
Jarak antar roda kendaraan (truk) x = 1.75 m
Jadi, transfer beban angin ke lantai jembatan (PEW) = . (h/x) . TEW
PEW = 1.176 kN = 117.6 kg
Faktor Beban (1.2) = 142.12 kg

Analisis Momen dan Geser Akibat Beban Angin


Untuk PEW

PEW = 1.411 kN
= 141.12 kg

Mmax = 1/4 x PEW x L


= 1058.40 kg.m

Dmax = 1/2 x PEW


= 70.56 kg

Gambar 4.105 Diagram M dan D akibat beban angin pada IT-girder


tengah.

218
6. Akibat Beban Gempa (EQ)
Menurut RSNI T-02-2005, gaya gempa vertikal pada balok dihitung
dengan menggunakan percepatan vertikal ke bawah minimum 0.10*g (g
= percepatan gravitas) atau dapat diambil 50% koefisien horisontal statik
ekivalen.

Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 1.0

Koefisiean beban gempa horisotal: K h=C S


Kh = Koefisien beban gempa horizontal
C = Koefisien geser dasar untuk wilayah gempa, waktu getar, dan
kondisi tanah setempat.
S = Faktor tipe struktur yang berhubungan dengan kapasitas
penyerapan energi gempa (daktilitas) dari struktur.

Waktu getar struktur dihitung dengan rumus:


T =2 [ W t / ( g K p ) ]

Wt = Berat total yang berupa berat sendiri dan beban mati tambahan.
Kp = Kekakuan struktur yang merupakan gaya horisontal yang
diperlukan untuk menimbulkan satu satuan lendutan.
g = Percepatan gravitasi bumi = 9.81 m/det2

Perhitungan beban gempa pada gelagar tengah.


Berat total yang terdiri dari berat sendiri dan beban mati tambahan :
Beban Mati Gelagar Tengah = 3012.569 kg/m
Beban Mati Tambahan = 1013.800 kg/m
Panjang Bentang Girder = 30 m
Jadi, Wt = (QDL + QDLp) x L = 120791.075 kg = 1207.911 kN

Momen Inersia IT-Girder Ixc = 0.276 m4

219
Modulus elastisitas beton Ec = 30459.481 MPa
= 30459481.283 kPa
Kekakuan Girder Kp = 48 x Ec x Ixc / L3
= 14939.414 kN/m

Waktu getar T = 2 [ W t / ( g K p ) ] = 0.571 detik

Gambar 4.106 Grafik gempa di wilayah 3 untuk koefisien geser dasar C


(IT-girder tengah).

Untuk lokasi di wilayah gempa 3 di atas tanah sedang, dari kurva


diperoleh koefisien geser dasar, C = 0.13

Untuk struktur jembatan dengan daerah sendi plastis beton,


S = 1.3 x F
dengan, F = 1.25 - 0.025 x n dan F harus diambil 1
F = Faktor perangkaan gempa
n = Jumah sendi plastis yang menahan deformasi arah lateral
Untuk, n = 1 maka : F = 1.25 - 0.025 x n = 1.225
Jadi Faktor Tipe Struktur, S = 1.3 x F = 1.593

Koefisien Beban Gempa Horisontal


Kh = C x S = 0.207025
Koefisien Beban Gempa Horisontal
Kv = 50% x Kh = 0.1035125 > 0.10
Jadi, Kv = 0.1035125

220
Gaya Gempa Vertikal
TEQ = Kv x Wt = 125.038 kN
Beban Gempa Vertikal
QEQ = TEQ / L = 4.168 kN/m = 416.780 kg/m

Gambar 4.107 Skema beban gempa IT-girder tengah.

Gaya Momen Max = 1/8 x QEQ x L2 = 468.877 kNm = 46887.698 kgm


Gaya Geser Max = 1/2 x QEQ x L = 62.517 kN = 6251.693 kg

D. Data Momen dan Geser pada Gelagar Tengah


Data momen dan geser sebelum dikalikan faktor beban data dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 4.32 Data momen dan geser sebelum dikalikan faktor beban (IT-
girder tengah).

Mmax Dmax
No. Beban
kg.m kg
1. Beban Mati 260703.101 34760.413
2. Beban Mati tambahan 57026.250 7603.500
3. Beban Truk "D" 51362.727 5694.636
4. Gaya Rem 11623.419 774.895
5. Beban Angin 882.000 58.800
6. Beban Gempa 46887.698 6251.693

Dari hasil analisa beban diperoleh data Momen Max sebagai berikut:
Tabel 4.33 Data momen max gelagar tengah (IT-girder)
Faktor Mmax
No. Beban Symbols
Beban kg.m
1. Beban Mati q DL 1.3 338914.031
2. Beban Mati tambahan q DLp 2.0 114052.500

221
Faktor Mmax
No. Beban Symbols
Beban kg.m
3. Beban Truk "D" D 1.8 92452.909
4. Gaya Rem TB 1.8 20922.154
5. Beban Angin EW 1.2 1058.400
6. Beban Gempa EQ 1.0 46887.698

Dari hasil analisa beban diperoleh data Geser Max sebagai berikut:
Tabel 4.34 Data geser max gelagar tengah (IT-girder).
Faktor Dmax
No. Beban Symbols
Beban kg
1. Beban Mati q DL 1.3 45188.537
2. Beban Mati tambahan q DLp 2.0 15207.000
3. Beban Truk "D" D 1.8 10250.345
4. Gaya Rem TB 1.8 1394.810
5. Beban Angin EW 1.2 70.560
6. Beban Gempa EQ 1.0 6251.693

Kombinasi Pada Keadaan Beban Ultimit


Tabel 4.35 Data kombinasi momen dan geser (IT-girder tengah).
Kombinasi
No. Beban
1 2 3 4
1. Beban Mati 1.3 1.3 1.3 1.3
2. Beban Mati tambahan 2.0 2.0 2.0 2.0
3. Beban Truk "D" 1.8 1.0 1.0
4. Gaya Rem 1.8 1.0 1.0
5. Beban Angin 1.0 1.2
6. Beban Gempa 1.0
Momen (kg/m) 566574.5 515592.1 516650.5 499854.2
Geser (kg) 72056.2 66841.0 66911.6 66647.2

Jadi nilai Momen Max dan Geser Max yang dipakai:


Mmax = 566574.529 kg.m = 5665.745 kNm
Dmax = 72056.222 kg = 720.562 kN

E. Penulangan Gelagar Tengah (IT-Girder)

222
3. Tulangan Utama
Data:
i) Mmax = 5665.745 kNm
j) "lentur" = 0.80
k) 1 = 0.85
l) fc' = 42 MPa
m) fy D 32 = 320 MPa
n) Tinggi Girder tgirder = 1.36 m
o) Tebal selimut d' = 40 mm
p) Tinggi efektif d = t - d' - 1/2 sengkang = 1312.0 mm
q) Rencana peninjauan pada lebar girder bw = 970.0 mm
r) Lebar efektif beff = 1850 mm
s) Rencana Diameter Tulangan: - Tul. Utama = D32
- Tul. Sengkang = 16

Perhitungan tulangan
Momen nominal rencana Mn = Mu/ = 7082.182 kN.m
Faktor tahanan momen Rn = Mn / (b.d2) = 4.242 kg/m2
Rasio luas tulangan seimbang (balance):
'
0.85 f c 600 b = 0.0618
b= 1
fy (600+ f y )

Faktor tahanan maksimal:

[ ]
1 Rmax = 11.757
0.75 b f y
2
Rmax =0.75 b f y 1
( 0.85 f 'c )
Cek faktor tahanan:
Rmax > Rn, maka aman.

Rasio tulangan:
min = 1.4 = 0.0044
fy

223
fc ' 600
max = (
0.75 0.85 1 (
fy 600+ fy )) = 0.0464

fy
m = = 8.9635
0.85 fc '

perlu =
1
m (
1 1
2 m Rn
fy ) = 0.0142

Rasio tulangan yang dapat digunakan:


perlu > min
Jadi batas rasio tulangan adalah perlu = 0.0142
Luas tulangan = As = .b.d As =18011.198 mm2
Diameter tulangan yang digunakan = D32 = 32 mm

Cek apakah Girder menggunakan Tulangan Tunggal atau Ganda


Periksa Momen Lentur Nominal Maksimal yang ada dibandingan dengan
Momen Ultimit yang bekerja.
Syarat sebagai berikut :
Mn-maks Mn (Mu) , tidak perlu tulangan rangkap
Mn-maks Mn (Mu) , perlu tulangan rangkap

0.588 max fy
Rn-maks = (
max fy 1
fc ' ) = 11.7584

Mn-maks = . b . d2 . Rn-maks
= 15,706,432,324.35 Nmm = 15,706.43 kNm

Sehingga, Mn-maks > Mn (Mu) , tidak perlu tulangan ganda.


Atau menggunakan rumus berikut :
Hitung Momen nominal (Mn1)
a
Mn1 =
( )
As 1 fy d
2
= 7,082,181,608.31 Nmm
= 7,082.18 kNm
Mn1 > Mu rencana jadi, penampang bertulangan tunggal.

224
Maka balok atau girder dapat direncanakan tulangan tarik.

Cek apakah Girder termasuk balok T


Untuk perancangan antara balok dan lantai yang dicor secara monolit
akan terjadi interaksi sebagai satu kesatuan dalam menahan momen
lentur positif. Karena peristiwa ini sehingga pelat akan bereaksi sebagai
sayap desak dan balok sebagai badannya. Interaksi ini dapat berbentuk
huruf T dan L. Analisa balok sebagai berikut:
Bila : a) a tflens , maka hitungan penampang seperti balok persegi
b) a tflens , maka hitungan penampang seperti balok T murni

As fy As' ( fy0.85 fc ' ) As1 fy


a= = = 166.438 mm = 0.17 m
b f 0.85 fc ' 0.85 fc ' b

tflens = tplat = 0.2 m


Sehingga, a > tflens = tplat , balok berperilaku sebagai balok T murni.

Gambar 4.108 Penjelasan balok T-murni.

Cek Momen Tahanan (Mr) untuk melihat perilaku balok.


Mr = (0.85 . fc') . b . hflens(d - 1/2hflens)
= 6,715,255,680.000 Nmm = 6,715.256 kNm
Mu = 5,665.745 kNm = 5,665,745,286.65 Nmm

Mr < Mu , balok berperilaku sebagai balok T murni.

225
Kebutuhan tulangan utama.
Syarat : MR > Mu, agar mampu menahan momen maximum yang
terjadi pada daerah tarik.
Coba : Dua lapis tulangan pada daerah tarik
As1 = 10000 mm2
As2 = 2000 mm2
a = As1 fy = 62.056 mm2
0.85 fc ' b

MR1 = 0.85 . fc' . a . beff . (d - a/2) = 7,725,270,136 Nmm


MR2 = As2 . fy . (d - d') = 814,080,000 Nmm

MR-total = 8,539,350,136 Nmm


Mu/ = 7,082,181,608 Nmm

MRtotal > Mu, OK As1 dan As2 dapat dipakai


Jadi tulangan tarik = As1 + As2 = 12000.000 mm2
Menggunakan tulangan = D 32
As pakai = 16 D 32 = 12873.143 mm2

Jadi menggunakan tulangan yang dipakai untuk girder 16 D32.

4. Sengkang
Data:
Dmax = 720.5622 kNm
"lentur" = 0.60
1 = 0.85
fc' = 42 MPa
fy D 32 = 240 MPa
Tinggi Girder tgirder = 1.60 m
Tebal selimut d' = 40 mm

226
Tinggi efektif d = t - d' - 1/2 sengkang = 1352.0 mm
Rencana peninjauan pada lebar girder bw = 970 mm
Lebar efektif beff = 1850 mm
Rencana Diameter Tulangan: - Tul. Utama = D32
- Tul. Sengkang = 16

Perhitungan tulangan geser


1
Vc = 6 fc ' b d = 1416517.09 N = 141651.7097 kg

Vu
Vn = = 236086.1828 kg

Perbandingan antara Vc dan Vn


Vn > Vc Jadi, hitung sengkang, Vs = Vn - Vc

Bila Vs diperhitungkan, maka


1
7. Vs < fc ' bw d smax = d/2
3

1
8. Vs > fc ' bw d smax = d/4
3
tetapi,
2
Vs < fc ' bw d
3

Menghitung sengkang yang digunakan.


Vs = Vn Vc = 94434.47313 kg
Vs = 56660.68388 kg

2
fc ' bw d = 3399641.033 kg
3

1
fc ' bw d = 1699820.516 kg
3

227
1
Ternyata, Vs < fc ' bw d , OK
3

Menghitung luas tulangan geser perlu per spasi, Av/s = Avs sesuai RSNI
T-12-2004 dan nilai Avs diambil nilai terbesar antara Avs dan nilai
tulangan geser minimum (Avs min), dihitung sebagai berikut:
Avs = Vs / (fy.d) = 0.291 mm2 / mm
Untuk tulangan geser minimum :
Avs min = bw / (3.fy) = 1.347 mm2 / mm
Jadi tulangan geser yang harus dipasang per jarak spasi adalah
Avs = 1.347 mm2 / mm

Menentukan luas dan spasi yang digunakan sengkang sebagai berikut:


1
smax = a) Bila Vs < 3 fc ' bw d
nilai terkecil dari (d/2), (0.75 h), atau 600 mm
1
b) Bila Vs 3 fc ' bw d
nilai terkecil dari (d/4), (0.375 h), atau 300 mm
smax = nilai terkecil dari (d/2), (0.75 h), atau 600 mm
= 600 mm

Diameter sengkang yang digunakan = 16 mm


Jumlah kaki sengkang nk = 2
Luas sengkang Av = nk . 0.25 . 2 = 401.920 mm2
Spasi sengkang perlu sp = Av / Avs = 445.204 mm
Jadi spasi sengkang diambil sebesar = 400 mm

Nilai Vs
Av fy d
Vs = s = 32603.8 kg
Menggunakan sengkang, 16-400

4.4.3 Kontrol Lendutan IT-girder

228
Data:
Mutu Beton K-500
Mutu Baja U-32
Kuat Tekan beton fc' = 42 MPa
Teg. Leleh Baja fy = 320 MPa
Modulus Elastisitas Beton Ec = 4700 * fc' = 30459 MPa
Modulus Elastisitas Baja Es = 200000 MPa

Tinggi I-Girder hgirder = 1.36 m


Jarak Tulangan Terhadap sisi luar beton d' = 40 mm
Tinggi Efektif d = hgirder - d' = 1320 mm
Luas Tulangan As = 12873.143 mm2
Panjang Girder L = 30.00 m = 30000 mm
Lebar Girder bflens = 970 mm

Data beban diambil pada gelagar tengah karena menerima beban yang besar.
Beban Terpusat :
Gelagar Tengah yang menentukan dengan Momen Max.
Ptotal = PTD + TTB + PEW
= 4153.418 + 15000 + 141.12
= 19294.5 kg = 192.945 kN = 192945.4 N

Beban Merata :
Gelagar Tengah yang menentukan dengan Momen Max
Q = QDL + QDLp + QTD + QEW
= 3012.469 + 1013.8 + 544.909 + 416.780
= 4988.058 kg/m = 49.881 kN/m = 49.9 N/mm

Batas Lendutan akibat beban rencana sesuai dengan peraturan RSNI T-12-2004.

229
ijin = L/250 = 120.00 mm

Inersia IT-Girder
I = 25000000000 mm4

Perhitungan Kontrol Lendutan


Lendutas akibat beban mati dan hidup:
4 3
e = 5 Q L + 1 P L
384 ( E c I ) 48 ( Ec I )

Analisis skema pembebanan untuk control Lendutan pada IT-Girder.


Untuk panjang bentang jembatan 30 m memiliki diagram Momen, Lintang dan
Lendutan sebagai berikut:

c) Beban Terpusat (IT-girder Tengah)

Gambar 4.109 Diagram M, D dan lendutan akibat beban terpusat pada


IT-girder tengah.

Mmax = 1/4 x P x L
= x 19294.5 kg x 30m
= 144709.04 kgm

Dmax = 1/2 x P

230
= 1/2 x 19294.5 kg
= 9647.2691 kg

d) Beban Terbagi Rata (IT-girder Tengah)

Gambar 4.110 Gambar diagram M, D dan lendutan akibat beban merata


pada IT-girder tengah.

Mmax = 1/8 x Q x L2
= 1/8 x 4988.058 kg/m x (30m)2
= 561156.525 kgm

Dmax = 1/2 x Q x L
= 74820.87 kg

Lendutan total akibat beban mati dan beban hidup:


4 3
= 5 Q L 1 P L
+
384 ( E c I ) 48 ( Ec I )
5 4988.1kg /m(30 m)4 1 19294.5 kg (30 m)3
= +
384 ( 30459 MPa 2.5 x 1011 mm4 ) 48 ( 30459 MPa 2.5 x 1011 mm 4 )

= 83.19 mm , sehingga yang terjadi < ijin = 120 mm , maka aman.

4.4.4 Perencanaan Diafragma (IT-girder)


Diafragma adalah elemen struktural pada jembatan berupa sebuah balok
melintang yang berfungsi sebagai penyatu girder utama pada jembatan agar bekerja
bersamaan menerima beban yang ada. Dalam pembebanannya pada kasus ini
diafragma menahan berat sendiri dan beban pelat lantai.

231
A. Data Perencanaan
Data Gambar:

Gambar 4.111 Posisi diafragma untuk IT-girder.

Gambar 4.112 Cross section posisi diafragma IT-girder.

Gambar 4.113 Cross section diafragma ujung IT-girder.

232
Gambar 4.114 Cross section diafragma tengah IT-girder.

Spesifikasi teknis:
Berat jenis : - Baja = 7850 kg/m3
- Beton = 2400 kg/m3
- Aspal = 2240 kg/m3
- Air Hujan = 1000 kg/m3
Mutu Beton = K-350
= fc = 0.83*K/10 = 30 MPa
Mutu Baja 16 = U-24
= fy = U*10 = 240 MPa
12 = U-24
= fy = U*10 = 240 MPa

Modulus elastisitas beton Ec = 4700fc = 30459 MPa


Modulus elastisitas baja Es = 200000 MPa
Faktor bentuk distribusi tegangan beton 1 = 0.85
Faktor reduksi kekuatan lentur = 0.8
Faktor reduksi kekuatan geser = 0.6

Bentang Jembatan L = 30 m

233
Lebar Total jembatan B = 9.60 m
Tebal Pelat Lantai Kendaraan tslab = 0.20 m
Tebal Lapisan Aspal + Overlay taspal = 0.10 m
Tebal Trotoar ttrotoar = 0.32 m
Tinggi Genangan Air Hujan thujan = 0.05 m
Jarak antar Girder sgirder = 1.85 m
Jarak antar diafragma sdiafragma = 5.90 m
Tebal selimut beton d = 35 mm
Tinggi efektif Diaf. Ujung dujung = t d = 1115 mm
Tinggi efektif Diaf. Tengah dtengah = t d = 1115 mm

Diafragma Ujung:
- Tinggi td-ujung = 1.15 m
- Lebar bd-ujung = 0.50 m
- Panjang Ld-ujung = 1.69 m
Daifragma Tengah:
- Tinggi td-ujung = 1.15 m
- Lebar bd-ujung = 0.20 m
- Panjang Ld-ujung = 1.69 m

Diameter tulangan rencana: - Tulangan rencana = 16


- Tulangan geser = 12

B. Analisis Pembebanan pada Diafragma (IT-girder)


1. Diafragma Ujung
Vol. Diafragma Ujung dapat dilihat pada gambar dan tabel berikut.

234
Gambar 4.115 Penampang Diafragma Ujung (IT-girder).

Tabel 4.36 Perhitungan Volume Diafragma Ujung.


Dimensi
Luas Tebal Vol.
Lebar Tinggi
No.
b h A t Vol.
(m) (m) (m2) (m) (m3)
1 1.45 0.06 0.087 0.0435
2 0.12 0.06 0.5 2 0.0072 0.0036
3 1.69 0.68 1.1492 0.5746
4 0.08 0.07 0.5 2 0.0056 0.5 0.0028
5 0.33 0.06 0.5 2 0.0198 0.0099
6 1.54 0.07 0.1078 0.0539
7 0.88 0.06 0.0528 0.0264
Total 1.429 0.715

Berat Diafragma Ujung = Vol. x beton


= 0.715 m3 x 2400 kg/m3
= 1715.28 kg

Beban merata dari diafragma ujung = 1715.28 kg / 1.69 m = 1014.959 kg/m

2. Diafragma Tengah

235
Vol. Diafragma Tengah dapat dilihat pada gambar dan tabel berikut.

Gambar 4.116 Penampang Diafragma Tengah (IT-girder).

Tabel 4.37 Perhitungan Volume Diafragma Tengah.


Dimensi
Luas Tebal Vol.
Lebar Tinggi
No.
b h A t Vol.
(m) (m) (m2) (m) (m3)
1 1.45 0.06 0.087 0.0174
2 0.12 0.06 0.5 2 0.0072 0.00144
3 1.69 0.68 1.1492 0.22984
4 0.08 0.07 0.5 2 0.0056 0.2 0.00112
5 0.33 0.06 0.5 2 0.0198 0.00396
6 1.54 0.07 0.1078 0.02156
7 0.88 0.06 0.0528 0.01056
Total 1.429 0.286

Berat Diafragma Tengah = Vol. x beton


= 0.286 m3 x 2400 kg/m3
= 686.112 kg

Beban merata dari diafragma ujung = 686.112 kg / 1.69 m = 405.983 kg/m

C. Analisis M, D dan N pada Diafragma (IT-girder)

236
Akibat Beban Mati
Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 1.3
Diafragma Ujung
Beban Mati (q DL) q DL = 1014.959 kg/m
(1.3) x q DL = 1319.447 kg/m

Skema Pembebanan q DLq(diafragma


DL ujung)
Mmax = 1/24 x qDL x L2
= 1/24 x 1319.447 x 1.852
= 188.159 kg.m
Ma = Mb
= - 1/12 x qDL x L2
= -376.317 kg.m

Dmax = 1/2 x qDL x L


= 1/2 x 1319.447 x 1.85
= 1220.489 kg

N =0

Gambar 4.117 Diagram M, D, dan N akibat q DL pada diafragma ujung


(IT-girder).

237
Diafragma Tengah
Beban Mati (q DL) q DL = 405.983 kg/m
(1.3) x q DL = 527.778 kg/m

Skema Pembebanan q DL (diafragma tengah)

q DL

Mmax = 1/24 x qDL x L2


= 1/24 x 527.778 x 1.852
= 75.263 kg.m
Ma = Mb
= - 1/12 x qDL x L2
= - 105.527 kg.m

Dmax = 1/2 x qDL x L


= 1/2 x 527.778 x 1.85
= 488.195 kg

N =0

Gambar 4.118 Diagram M, D, dan N akibat q DL pada diafragma tengah


(IT-girder).

D. Data Momen dan Geser Max dari Diafragma (IT-Girder)


Dari perhitungan di atas diperoleh data sebagai berikut:
Mmax = Diafragma Ujung = 188.159 kg.m = 1.882 kNm
Diafragma Tengah = 75.26 kg.m = 0.753 kNm
Dmax = Diafragma Ujung = 488.195 kg = 4.882 kN
Diafragma Tengah = 16782.865 kg = 167.829 kN

238
E. Penulangan Diafragma (IT-Girder)
3. Diafragma Ujung
c) Tulangan Utama
Data:
Mmax = 1.882 kNm
"lentur" = 0.80
1 = 0.85
fc' = 30 MPa
fy 16 = 320 MPa
Tinggi diafragma tdiafragma = 1.15 m
Tebal selimut d' = 35 mm
Tinggi efektif d = t - d' - 1/2 sengkang = 1109 mm
Rencana peninjauan pada lebar diafragma bw = 500 mm
Lebar efektif pelat beff = 1850 mm
Rencana Diameter Tulangan: - Tul. Utama = 16
- Tul. Sengkang = 12

Perhitungan tulangan
Momen nominal rencana Mn = Mu/ = 2.352 kN.m
Faktor tahanan momen Rn = Mn / (b.d2) = 0.004 kg/m2
Rasio luas tulangan seimbang (balance):
0.85 f 'c 600 b = 0.0442
b= 1
fy (600+ f y )

Faktor tahanan maksimal:

[ ]
1 Rmax = 8.398
0.75 b f y
2
Rmax =0.75 b f y 1
Cek faktor tahanan:
( 0.85 f 'c )
Rmax > Rn, maka aman.

Rasio tulangan:
min = 1.4 = 0.0044
fy

239
fc ' 600
max = (
0.75 0.85 1 (
fy 600+ fy )) = 0.0331

fy
m = = 12.549
0.85 fc '

perlu =
1
m (
1 1
2 m Rn
fy ) = 0.00001

Rasio tulangan yang dapat digunakan:


perlu < min
Jadi batas rasio tulangan adalah perlu = 0.0044
Luas tulangan = As = .b.d As =2425.9375 mm2
Diameter tulangan yang digunakan = 16 = 16 mm

Cek apakah menggunakan Tulangan Tunggal atau Ganda


As1 fy
Nilai a = = 60.886 mm
0.85 fc ' b

Hitung Momen nominal (Mn1)


Mn1 = As 1 fy d a
( )2
= 837283692.55 Nmm
= 837.28 kNm

Mn1 > Mu rencana, jadi penampang bertulangan tunggal

Kebutuhan tulangan
Tulangan utama yang dipakai As1 = * b * d = 2425.9375 mm2
As pakai = 12 16 = 2413.714 mm2

d) Sengkang
Data:
Dmax = 4.882 kNm
"geser" = 0.60

240
1 = 0.85
fc' = 30 MPa
fy 16 = 240 MPa
Tinggi Girder tdiafragma = 1.15 m
Tebal selimut d' = 35 mm
Tinggi efektif d = t - d' - 1/2 sengkang = 1109 mm
Rencana peninjauan pada lebar diafragma bw = 500 mm
Lebar efektif pelat beff = 1850 mm
Rencana Diameter Tulangan: - Tul. Utama = 16
- Tul. Sengkang = 12

Perhitungan tulangan geser


1
Vc = 6 fc ' b d = 506186.9302 N = 50618.69302 kg

Vu
Vn = = 84364.48837 kg

Perbandingan antara Vc dan Vn


Vn > Vc Jadi, hitung sengkang, Vs = Vn - Vc

Bila Vs diperhitungkan, maka


1
(3) Vs < fc ' bw d smax = d/2
3

1
(4) Vs > fc ' bw d smax = d/4
3
tetapi,
2
Vs < fc ' bw d
3

Menghitung sengkang yang digunakan.


Vs = Vn Vc = 33745.79535 kg

241
Vs = 20247.47721 kg

2
fc ' bw d = 1214848.633 kg
3

1
fc ' bw d = 607424.3163 kg
3

1
Ternyata, Vs < fc ' bw d , OK
3

Menghitung luas tulangan geser perlu per spasi, Av/s = Avs sesuai RSNI
T-12-2004 dan nilai Avs diambil nilai terbesar antara Avs dan nilai
tulangan geser minimum (Avs min), dihitung sebagai berikut:
Avs = Vs / (fy.d) = 0.127 mm2 / mm

Untuk tulangan geser minimum :


Avs min = bw / (3.fy) = 0.694 mm2 / mm

Jadi tulangan geser yang harus dipasang per jarak spasi adalah
Avs = 0.694 mm2 / mm

Menentukan luas dan spasi yang digunakan sengkang sebagai berikut:


1
smax = a) Bila Vs < 3 fc ' bw d
nilai terkecil dari (d/2), (0.75 h), atau 600 mm
1
b) Bila Vs 3 fc ' bw d
nilai terkecil dari (d/4), (0.375 h), atau 300 mm
smax = nilai terkecil dari (d/2), (0.75 h), atau 600 mm
= 555 mm

Diameter sengkang yang digunakan = 12 mm


Jumlah kaki sengkang nk = 2
Luas sengkang Av = nk . 0.25 . 2 = 226.080 mm2

242
Spasi sengkang perlu sp = Av / Avs = 325.555 mm
Jadi spasi sengkang diambil sebesar = 200 mm

Nilai Vs
Av fy d
Vs = s = 30086.7 kg
Menggunakan sengkang, 12-200

4. Diafragma Tengah
a) Tulangan Utama
Data:
Mmax = 0.753 kNm
"lentur" = 0.80
1 = 0.85
fc' = 30 MPa
fy 16 = 320 MPa
Tinggi diafragma tdiafragma = 1.15 m
Tebal selimut d' = 35 mm
Tinggi efektif d = t - d' - 1/2 sengkang = 1109 mm
Rencana peninjauan pada lebar diafragma bw = 500 mm
Lebar efektif pelat beff = 1850 mm
Rencana Diameter Tulangan: - Tul. Utama = 16
- Tul. Sengkang = 12

Perhitungan tulangan
Momen nominal rencana Mn = Mu/ = 0.941 kN.m
Faktor tahanan momen Rn = Mn / (b.d2) = 0.004 kg/m2
Rasio luas tulangan seimbang (balance):
0.85 f 'c 600 b = 0.0442
b= 1
fy (600+ f y )

Faktor tahanan maksimal:

[ ]
1 Rmax = 8.398
0.75 b f y
2
Rmax =0.75 b f y 1
( 0.85 f 'c ) 243
Cek faktor tahanan:
Rmax > Rn, maka aman.

Rasio tulangan:
min = 1.4 = 0.0044
fy
fc ' 600
max = (
0.75 0.85 1 (
fy 600+ fy )) = 0.0331

fy
m = = 12.549
0.85 fc '

perlu =
1
m (
1 1
2 m Rn
fy ) = 0.00001

Rasio tulangan yang dapat digunakan:


perlu < min
Jadi batas rasio tulangan adalah perlu = 0.0044
Luas tulangan = As = .b.d As = 970.375 mm2
Diameter tulangan yang digunakan = 16 = 16 mm

Cek apakah menggunakan Tulangan Tunggal atau Ganda


As1 fy
Nilai a = = 68.886 mm
0.85 fc ' b

Hitung Momen nominal (Mn1)


Mn1 = As 1 fy d a
( )
2
= 334913477.02 Nmm
= 334.91 kNm

Mn1 > Mu rencana, jadi penampang bertulangan tunggal

Kebutuhan tulangan
Tulangan utama yang dipakai As1 = * b * d = 970.375 mm2

244
As pakai = 5 16 = 1005.714 mm2

b) Sengkang
Data:
Dmax = 167.829 kNm
"geser" = 0.60
1 = 0.85
fc' = 30 MPa
fy 16 = 240 MPa
Tinggi Girder tdiafragma = 1.15 m
Tebal selimut d' = 35 mm
Tinggi efektif d = t - d' - 1/2 sengkang = 1109 mm
Rencana peninjauan pada lebar diafragma bw = 500 mm
Lebar efektif pelat beff = 1850 mm

Rencana Diameter Tulangan: - Tul. Utama = 16


- Tul. Sengkang = 12

Perhitungan tulangan geser


1
Vc = 6 fc ' b d = 506186.9302 N = 50618.69302 kg

Vu
Vn = = 84364.48837 kg

Perbandingan antara Vc dan Vn


Vn > Vc Jadi, hitung sengkang, Vs = Vn - Vc

Bila Vs diperhitungkan, maka


1
(3) Vs < fc ' bw d smax = d/2
3

1
(4) Vs > fc ' bw d smax = d/4
3
tetapi,
2
fc ' bw d
3
245
Vs <

Menghitung sengkang yang digunakan.


Vs = Vn Vc = 33745.79535 kg
Vs = 20247.47721 kg

2
fc ' bw d = 1214848.633 kg
3

1
fc ' bw d = 607424.32 kg
3

1
Ternyata, Vs < fc ' bw d , OK
3

Menghitung luas tulangan geser perlu per spasi, Av/s = Avs sesuai RSNI
T-12-2004 dan nilai Avs diambil nilai terbesar antara Avs dan nilai
tulangan geser minimum (Avs min), dihitung sebagai berikut:
Avs = Vs / (fy.d) = 0.127 mm2 / mm
Untuk tulangan geser minimum :
Avs min = bw / (3.fy) = 0.649 mm2 / mm

Jadi tulangan geser yang harus dipasang per jarak spasi adalah
Avs = 0.649 mm2 / mm

Menentukan luas dan spasi yang digunakan sengkang sebagai berikut:


1
smax = a) Bila Vs < 3 fc ' bw d
nilai terkecil dari (d/2), (0.75 h), atau 600 mm
1
b) Bila Vs 3 fc ' bw d
nilai terkecil dari (d/4), (0.375 h), atau 300 mm
smax = nilai terkecil dari (d/2), (0.75 h), atau 600 mm
= 555 mm

Diameter sengkang yang digunakan = 12 mm

246
Jumlah kaki sengkang nk = 2
Luas sengkang Av = nk . 0.25 . 2 = 226.080 mm2
Spasi sengkang sp = Av / Avs = 813.888 mm
Jadi spasi sengkang diambil sebesar = 200 mm

Nilai Vs
Av fy d
Vs = s = 28187.7 kg
Menggunakan sengkang, 12-200

4.4.5 Perencanaan Deck Plate


Deck Plate digunakan dalam struktur jembatan untuk pengganti bekesting yang
terbuat dari beton dengan mutu K-250. Deck Plate / Slab ini disebut juga sebagai
Precast Concret Plat, karena pembuatannya dicetak terlebih dahulu ditempat lain
sehingga dapat dipasang dengan mudah di atas gelagar jembatan. Deck Plate / Slab
ini diasumsikan menerima beban dari beban mati pelat jembatan dan berat sendiri
deck plate ini.

A. Data Perencanaan
Gambar rencana:

Gambar 4.119 Posisi deck plate untuk IT-girder.

247
Gambar 4.120 Dimensi deck plate untuk IT-girder.

Spesifikasi teknis:
Berat jenis : - Baja = 7850 kg/m3
- Beton = 2400 kg/m3
- Aspal = 2240 kg/m3
- Air Hujan = 1000 kg/m3
Mutu Beton = K-250
= fc = 0.83*K/10 = 21 MPa
Mutu Baja 12 = U-24
= fy = U*10 = 240 MPa

Modulus elastisitas beton Ec = 4700fc = 30459 MPa


Modulus elastisitas baja Es = 200000 MPa
Faktor bentuk distribusi tegangan beton 1 = 0.85
Faktor reduksi kekuatan lentur = 0.8

Bentang Jembatan L = 30 m
Lebar Total jembatan B = 9.60 m
Tebal Pelat Lantai Kendaraan tslab = 0.20 m
Tebal Lapisan Aspal + Overlay taspal = 0.10 m
Tinggi Genangan Air Hujan thujan = 0.05 m
Jarak antar Girder sgirder = 1.85 m
Jarak antar diafragma sdiafragma = 5.90 m

248
Tebal selimut beton d = 35 mm
Tinggi efektif dplate = t d = 35 mm

Diafragma Ujung:
- Tinggi tplate = 0.07 m
- Lebar bplate = 1.53 m
- Panjang Lplate = 2.00 m

Diameter tulangan rencana: - Tulangan rencana = 12

B. Analisis Pembebanan pada Deck Plate IT-Girder


Deck plate merupakan sebuah pengganti bekisting, direncanakan menerima
beban sendiri dan plat lantai.
Akibat Beban Mati (DL)
Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 1.3

Deck plate = 0.07 x 1.53 x 2400 = 257.04 kg/m


Pelat lantai = 0.20 x 1.53 x 2400 = 734.4 kg/m

Total Beban Mati (DL) = 991.44 kg/m

C. Analisis Skema Pembebanan


Beban Mati (DL) = 991.44 kg/m
x 1.3 = 1288.872 kg/m
q DL
Mmax = 1/8 q L2
= 1/8 . 1288.872 x 1.592
= 407.3 kg.m
= 40730000 Nmm

249
Gambar 4.122 Diagram M akibat beban mati (DL) pada deck plate.

D. Perhitungan Tulangan
1. Tulangan Utama
Data:
Mmax = 4.072 kN.m
= 0.80
1 = 0.85
fc = 21 MPa
fy = 240 MPa

Tebal deck plate t = 0.07 m


Tebal selimut beton d = 35 mm
Tinggi efektif d = tslab d = 35 mm
Rencana peninjauan selebar 1 m b = 1530 mm
Rencana tulangan 12

Perhitungan:
Momen nominal rencana Mn = Mu/ = 5.09 kN.m
Faktor tahanan momen Rn = Mn / (b.d2) = 2.716 kg/m2
Rasio luas tulangan seimbang (balance):
0.85 f 'c 600 b = 0.0452
b= 1
fy (600+ f y )

Faktor tahanan maksimal:

[ ]
1 Rmax = 6.278
0.75 b f y
2
Rmax =0.75 b f y 1
( 0.85 f 'c )
250
Cek faktor tahanan:
Rmax > Rn, maka aman.

Rasio tulangan:
min = 1.4 = 0.0058
fy
fc ' 600
max = (
0.75 0.85 1 (
fy 600+ fy )) = 0.0339

fy
m = = 13.445
0.85 fc '

perlu =
1
m (
1 1
2 m Rn
fy ) = 0.0123

Rasio tulangan yang dapat digunakan:


perlu > min
Jadi batas rasio tulangan adalah perlu = 0.0123
Luas tulangan = As = .b.d As = 660.7646 mm2

Diameter tulangan yang digunakan = 12 = 12 mm


Jarak tulangan yang memungkinkan:
s = D2 b = 261.982 mm
4 As

Jadi untuk tulangan pokok dapat menggunakan 12-100.

2 b
As = 4 D s As = 1731.086 mm2

Untuk tulangan bagi/susut dapat diambil 50% dari tulangan pokok (RSNI
2004):
As = 50% . As As = 330.382 mm2

251
Diameter tulangan bagi menggunakan 12 = 12 mm
Jarak tulangan yang memungkinkan:
s = D2 b = 523.9645 mm
4 As '

Jadi untuk tulangan bagi dapat menggunakan 12-200


2 b
As = D As = 865.5429 mm2
4 s

4.5 Perbandingan Lendutan Girder


Perbandingan lendutan antara I-girder dan Inverted T-girder diperoleh dari
hasil analisis kemampuan girder menerima beban jembatan sesuai peraturan
pembebanan jembatan yang mengacu padap RSNI T-02-2005. Berikut data lendutan
yang terjadi antara I-girder dan Inverted T-girder:
a) I-girder = 54.81 mm
b) Inverted T-girder = 83.19 mm
Jadi dari data tersebut dapat terlihat bahwa I-girder lebih baik dalam menerima
beban bangunan atas yang terjadi pada Jembatan Kaliasem Lumajang (Jembatan
Kelas I) dengan nilai lendutan sebesar 54.81 mm lebih kecil dari batas lendutan yang
disyaratkan di dalam peraturan RSNI T-12-2004 untuk akibat beban tetap pada
jembatan sebesar L/300 = 100 mm dan untuk akibat beban rencara dalam batas layan
jembatan sebesar L/250 = 120 mm. Untuk data perbandingan lengkap dapat dilihat
pada Lampiran 9.

4.6 Rencana Anggaran Biaya (belum selesai direvisi)


Rencana Anggaran Biaya (RAB) dihitung berdasarkan struktur gelagar yang
mampu menghasilkan lendutan terkecil, yaitu struktur bangunan atas jembatan yang

252
menggunakan gelagar tipe I-girder dan menghasilkan lendutan sebesar 54.81 mm.
Berikut adalah Rencana Anggaran Biaya pada Bangunan Atas Jembatan Kaliasem
Lumajang yang menggunakan I-girder seperti ditunjukkan Tabel 4.38. Perhitungan
lengkap untuk Rencana Anggaran Biaya (RAB) Jembatan Kaliasem Lumajang
menggunakan I-girder dapat dilihat pada Lampiran 4 dan 5.
Tabel 4.38 Rencana Anggaran Biaya pada Bangunan Atas Jembatan Kaliasem
Lumajang yang menggunakan I-girder.

HARGA SATUAN JUMLAH HARGA


NO. URAIAN SATUAN KUANTITAS
(Rupiah) (Rupiah)
A b c d e f=dxe

1 UMUM

1.0 Mobilisasi - Demobilisasi LS 1.00 1,032,539,130.94 1,032,539,130.94

2 PEKERASAN

2.1 Prime Coat Lt 64.260 4,867.08 312,758.72


2.2 Asphalt Concrete (AC) t = 5 cm M3 10.500 870,957.00 9,145,048.55

3 STRUKTUR

Beton
3.1 I-GIRDER K-500 (30 m) Unit 5.00 277,912,102.40 1,389,560,512.01
3.2 Trotoar (K-175) M3 15.360 978,791.00 15,034,229.76
3.3 Deck Plate (K-250) M3 17.556 953,818.00 16,745,228.81
3.4 Pelat Lantai (K-350) M3 57.600 1,269,264.00 73,109,606.40
3.5 Sandaran (K-350) M3 14.760 1,269,264.00 18,734,336.64
3.6 Diafragma Ujung (K-350) M3 5.616 1,269,264.00 7,128,186.62
3.7 Diafragma Tengah (K-350) M3 5.776 1,269,264.00 7,331,268.86
3.8 Kerb M' 60.000 151,382.00 9,082,920.00
3.9 Railling Post M' 60.000 253,156.00 15,189,360.00

Baja Tulangan
3.7 Deck Plate
Diameter 12 kg 3730.080 105,810.00 394,679,764.80
3.8 Diafragma Ujung
Diameter 16 kg 363.576 197,090.00 71,657,193.84
Diameter 12 kg 142.720 105,810.00 15,101,203.20
3.9 Diafragma Tengah
Diameter 16 kg 565.568 197,090.00 111,467,797.12
Diameter 12 kg 290.272 105,810.00 30,713,680.32

253
HARGA SATUAN JUMLAH HARGA
NO. URAIAN SATUAN KUANTITAS
(Rupiah) (Rupiah)
A b c d e f=dxe
4.0 Pelat Lantai
Diameter 13 (Deform) kg 11920.770 296,824.00 3,538,370,634.48
4.1 Sandaran
Diameter 13 (Deform) kg 2508.540 296,824.00 744,594,876.96

Bekisting
4.2 Deck Plate M2 342.990 258,029.00 88,501,366.71
4.3 Diafragma Ujung M2 27.664 530,646.00 14,679,790.94
4.4 Diafragma Tengah M2 63.056 530,646.00 33,460,414.18
4.5 Pelat Lantai M2 17.104 510,589.00 8,733,114.26
4.6 Sandaran M2 94.480 420,208.00 39,701,251.84

Total Biaya 7,685,573,675.96

Untuk hasil rekapitulasi biaya berdasarkan item pekerjaan pada bangunan atas
jembatan saja dan ditampilkan pada Tabel 4.39 berikut.
Tabel 4.39 Rekapitulasi Biaya Proyek Pembangunan Bangunan Atas Jembatan
Kaliasem Lumajang (I-Girder).

JUMLAH HARGA
NO. URAIAN
(Rupiah)

1 UMUM 1,032,539,130.94
2 PEKERASAN 9,457,807.27
3 STRUKTUR 6,643,576,737.75

TOTAL BIAYA 7,685,573,675.96


PPN 10% 768,557,367.60
JUMLAH 8,454,131,043.55

Berdasarkan Tabel 4.39 didapat total biaya Proyek Pembangunan Bangunan


Atas Jembatan Kaliasem Lumajang (I-Girder) adalah Rp. 7.685.573.675,96 ditambah
PPN 10% sebesar Rp. 768.557.367,60, maka jumlah biaya total adalah sebesar Rp
8.454.131.043,55.

254
4.7 Metoda Pelaksanaan Konstruksi (Erection Girder)
Metoda Pelaksanaan untuk Erection Girder menggunakan Metoda Launcher
mengingat area pada proyek berada di tengah kota yang memiliki keterbatasan area
konstruksi. Prinsip metoda pelaksanaan erection girder menggunakan launcher dapat
dilihat pada gambar metoda pelaksanaan untuk simple span berikut:

Gambar 4.122 Launcher beam sudah terinstal.

Gambar 4.123 Girder menuju launcher.

255
Gambar 4.124 Girder diangkat dengan katrol pada Launcher.

Gambar 4.125 Girder diposisikan sesuai letak rencana.

Gambar 4.126 Girder sudah terinstal, untuk girder berikutnya sama.

256
Gambar 4.127 Gider telah terpasang semua.

4.8 Desain yang diusulkan


Desain yang diusulkan pada Jembatan Kaliasem memiliki syarat lendutan yang
terjadi harus lebih kecil dari lendutan ijin dan berikut data perbandingan girder yang
telah ditinjau.
Tabel 4.40 Data perbandingan girder.
I-girder Inverted T-girder
Penampang: Penampang:
I-girder (30 m) IT-girder (30 m)

257
I-girder Inverted T-girder
Geometri: Geometri:
2
1. Luas penampang = 0.477 m 1. Luas penampang = 0.459 m2
2. Panjang = 30.6 m 2. Panjang = 30.6 m
3. Volume = 14.74 m3 3. Volume = 14.04 m3
4. Berat girder = 35381.268 kg 4. Berat girder = 33694.272 kg
5. Inersia = 3.8 x 1011 mm4 5. Inersia = 2.5 x 1011 mm4

Kelebihan: Kelebihan:
1. Ditinjau dari bentuk penampang 1. Ditinjau dari bentuk penampang
geometrinya dapat dilihat I-girder menunjukkan bahwa lebar sayap bawah
memiliki Inersia lebih besar, sehingga yang besar, sehingga mampu menahan
lendutan yang dihasilkan dapat lebih buckling pada balok dan untuk
kecil. penempatan tulangan yang lebih luas.
2. Banyak ditemukan dipasaran. 2. Biaya 1 unit girder lebih murah dari pada
3. Para engineer sudah mengenal betuk I-
I-girder.
girder. 3. Bila digunakan dalam perletakan girder
4. Pada bentang sederhana (30 m) dan
yang rapat, penggunaan diafragma dapat
panjang (>30 m) penggunaan I-girder
diabaikan (dalam bentang pendek 15-20
lebih baik.
m).
Lendutan yang dihasilkan dengan indikator Lendutan yang dihasilkan dengan indikator
sama (Beban atas jembatan, jumlah girder, sama (Beban atas jembatan, jumlah girder,
jarak girder). jarak girder).

Lendutan sebesar = 54.81 mm Lendutan sebesar = 81.19 mm


Harga 1 unit I-girder (beton bertulang bentang Harga 1 unit Inverted T-girder (beton
30 m). bertulang bentang 30 m).

Harga = Rp. 277,912,102.40 Harga = Rp. 253,929,653.46

Dari data perbandingan diatas, yang memiliki lendutan terkecil adalah I-girder,
jadi desain perencanaan yang dipakai adalah I-girder dengan lendutan yang terjadi
sebesar 54.81 mm.

258

Anda mungkin juga menyukai