II-1
II.2 Seleksi Proses
Dari uraian proses diatas, akan dipilih proses yang akan digunakan dalam
produksi CPO dan PKO. Berikut adalah beberapa parameter yang digunakan
sebagai bahan pembanding, antara lain:
a. Sistem Perebusan
Sterilizer
Alat sterilizer yang dikenal terdiri dari dua tipe yaitu tipe tegak dan tipe
horizontal.
Tipe tegak memiliki kelemahan yakni:
i. Kapasitas rebusan sangat kecil, karena alat besar membutuhkan ruangan cukup
tinggi. Kapasitas rebusan rata-rata 5 ton TBS.
ii. Bejana ini memuat buah yang diisi dengan menggunakan bunch elevator,
sehingga buah mengalami tingkat kelukaan yang tinggi selama proses
transportasi, sebagai salah satu penyebab kenaikan asam lemak bebas yang
tinggi.
iii. Teknik pengoperasian yang lebih sulit dan membutuhkan tenaga yang lebih
banyak terutama pada saat menutup dan membuka. Serta mengeluarkan buah
dari dalam yang dilakukan secara manual.
Akibat kelemahan tersebut maka alat ini tidak lagi dikembangkan atau tidak
sesuai lagi dengan kebutuhan usaha pengembangan kelapa sawit yang memerlukan
kapasitas olah yang tinggi.
Tipe horizontal, yang merupakan bejana horizontal dan memiliki keuntungan
antara lain:
i. Kapasitas sterilizer antara 15-30 ton TBS.
ii. Pengoperasian lebih mudah dan praktis.
iii. Buah tidak bersinggungan langsung dengan dinding. Sehingga bahan olah tidak
mungkin menyebabkan bejana menjadi korosi. Buah diisi dalam lori dengan
kapasitas 2,5;3,5 dan 5,0 ton TBS.
iv. Pengisian uap masuk dan pembuangan uap keluar serta pembuangan air kondensat
lebih mudah dilakukan.
Oleh karena itu dipilihlah sterilizer dengan tipe horizontal karena dalam
pengaplikasiannya lebih mudah dan kapasitasnya yang besar.
II-2
2. Proses perebusan dengan dua puncak.
3. Proses perebusan dengan tiga puncak.
Dari ketiga proses perebusan tersebut yang sebaiknya digunakan adalah proses
perebusan tiga puncak.
Tujuan perebusan tiga puncak, antar lain untuk :
1. Tahap 1, penguapan air dari tandan buah (air kondensat).
2. Tahap 2, untuk pematangan dan melunakkan daging buah.
3.Tahap 3, untuk memperoleh hasil rebusan buah yang sempurna, mengingat
kerapatan brondolan dalam tandan buah semakin padat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perebusan, antara lain :
i. Perebusan terlalu lama dari waktunya
1. Warna minyak yang diperoleh terlalu tua.
2. Buah semakin kering sehingga kandungan minyak berkurang.
3. Losses minyak pada air kondensat bertambah.
ii. Perebusan yang kurang dari waktunya
1. Brondolan sukar lepas dari tandan.
2. Kehilangan brondolan di janjangan kosong semakin bertambah.
3. Buah yang kurang matang memerlukan perebusan ulang.
4. Pelumatan dalam Digester tidak sempurna, sehingga sebagian daging buah
tidak lepas dari biji sehingga losses minyak pada ampas dan biji bertambah
karena pengepresan lebih sulit.
5. Inti kurang lekang dari cangkangnya.
6. Nut tidak bersih.
7. ALB tinggi karena enzim tidak mati.
Tahapan yang biasa dilakukan dalam perebusan tiga puncak, antara lain :
1. Persiapan sterilisasi
Setelah Lori dimasukkan ke dalam Sterilizer, pintu ditutup, kemudian kran
inlet steam, exhaust, dan kondensat ditutup.
2. Deaerasi/pembuangan udara
Inlet steam dan kran kondensat dibuka untuk membuang udara yang ada di
dalam Sterilizer selama 2,5 menit.
3. Puncak I
Kran kondensat dan exhaust ditutup kemudian inlet steam dibuka sampai
mencapai tekanan 0,8 - 1,0 Kg/cm2. Setelah tekanan tercapai, kran inlet steam
ditutup sedangkan kran kondensat dibuka hingga tekanan mencapai 0 Kg/cm2.
4. Puncak II
Kran kondensat ditutup dan kran inlet steam dibuka hingga mencapai tekanan
1,5 - 2,0 Kg/cm2. Setelah mencapai tekanan 1,5 - 2,0 Kg/cm2 kran inlet steam
ditutup sedangkan kran kondensat dibuka hingga mencapai tekanan 0 Kg/cm2.
5. Puncak III
Kran kondensat ditutup dan kran inlet steam dibuka hingga mencapai tekanan
2,8 - 3,0 Kg/cm2. Setelah mencapai tekanan tersebut, semua kran ditutup dan
ditahan selama 45 - 55 menit, kemudian kran exhaust dibuka dan setelah
mencapai tekanan 1,0 Kg/cm2, kran kondensat dibuka hingga mencapai
tekanan 0 Kg/cm2.
6. Pengeluaran Lori
II-3
Pintu Sterilizer dibuka dan Lori dikeluarkan dengan menggunakan bantuan
Capstan dan tali manila.
II-4
2. stasiun menjadi bersih.
3. biaya operasional rendah
Kerugian menggunakan Hydocyclone:
1. hydro losses antara 1,5 - 2,5 %
2. harus paham mengenai adjust vortex
3. harus selalu mengecheck diameter hole cone, agar losses tdk lebih 2,5%
ClayBath
Berfungsi untuk memisahkan antara kernel dan shell dari cracked mixture
(sistem LTDS) dengan menggunakan campuran air, kalsium karbonat ditambah
tanah merah untuk proses pemisahannya.
Claybath menggunakan prinsip kerja pemisahan berdasarkan perbedaan
specific gravity antara shell dan kernel. campuran kalsium karbonat mempunyai
specific grafity (SG) 1,13 1,15. Karena SG kernel < SG kalsium karbonat,
sedangkan SG Shell > SG kalsium karbonat. maka kernel akan terapung dan shell
akan tenggelam.
Kernel yang memiliki SG lebih rendah dari SG CaCO3 terapung di permukaan
dan akan masuk ke Vibrating Screen Kernel. Selanjutnya kernel masuk kedalam
vibrating screen dan air kapur akan masuk kembali ke Drum Claybath selanjutnya
kernel akan dibawa oleh wet kernel conveyor ke drier silo atau ke kernel tray drier.
Sedangkan shell yang SG nya lebih besar dari SG CaCO3 akan tenggelam dan
masuk Vibrating screen Shell selanjutnya dibawa oleh shell conveyor ke tempat
pembuangan.
Keuntungan menggunakan claybath:
1. Mudah dalam mengendalikan losses, bisa dengan mengatur umpan CaCO3,
2. Losses rendah (namun tetap hati-hati dengan nut yang masih utuh, karena akan
menjadi losses)kecuali larutan sudah jenuh. Jika ditambah CaCO3 sebanyak-
banyaknya tetap mengakibatkan losses tinggi.
Kerugian menggunakan claybath:
1. Biaya operasional stasiun tinggi
2. terkesan sulit dan rumit
3. stsiun akan kotor akibat tanah liat
Oleh karena beberapa hal diatas, kami menggunakan tipe hydrocyclone dalam
proses pemisahan inti dari tempurung karena lebih baik saat ditinjau dari kebutuhan
biaya operasi yang lebih murah dan kebersihan stasiun.
II-5
II.3 Potensi dan Spesifikasi Bahan Baku
Spesifikasi Kelapa sawit :
Komposisi :
1. Buah sawit : 60,46%
Mesocarp : 73%
Minyak : 77,43%
Air : 10%
Serat : 12,57%
Cangkang : 15%
Inti : 12%
Lokasi sumber : Sanggau, Kalimantan Barat
Potensi : 171.472 ton
(http://www.kalbarprov.go.id/profil.php?id=21)
2. Tandan kosong : 39,54%
Tandan kosong : 70%
Lumpur : 30%
Lokasi sumber : Sanggau, Kalimantan Barat
Potensi :66874.08 ton
(http://www.kalbarprov.go.id/profil.php?id=21)
II-6
Standar mutu Special Prime Bleach (SPB) dibandingkam dengan mutu
Ordinary dapat dilihat pada table berikut:
Tabel II.1 Standar mutu Special Prime Bleach (SPB) dan Ordinary
N Kandungan SPB Ordinar
o y
1 Asam lemak bebas 1-2 3-5
(%)
2 Kadar air (%) 0,1 0,1
3 Kadar kotoran (%) 0,002 0,01
4 Besi (ppm) 10 10
5 Tembaga (ppm) 0,5 0,5
6 Bilangan iod 53+/ 1,5 45-56
7 Karotene (ppm) 500 500-700
8 Tokoferol (ppm) 800 400-600
Sumber : S.Ketaren(1986)
II.5 Kapasitas
Berdasarkan jumlah produksi dan jam olah pabrik maka dapatlah ditetapkan
kapasitas olah efektif :
LxP
Kapasitas olah efektif = xV = Ton TBS/jam
J
Dimana :
L = luas areal (ha)
P = Produksi TBS (ton/ha)
V = produk tertinggi (distribusi panen, %)
J = jam olah (jam/bulan)
Ditetapkan kapasitas olah pabrik yang akan dibangun dengan bahan baku
berasal dari areal 5000 ha dengan produksi 20 Ton/ha, jam olah pabrik yang
direncanakan adalah 550 jam/bulan, dengan distribusi panen puncak 12,5%. Maka
ditentukan kapasitas pabrik sebagai berikut :
Kapasitas olah efektif = 5000 ha x 20 ton/ha x 12,5%/bulan
550 jam/bulan
= 22,72 tonTBS/jam
Yang menjadi masalah dan kenyataan berkembang bahwa kapasitas olah
terpasang jarang tercapai walaupun saat serah terima ke pabrik dari pihak
kontraktor ke pemilik pabrik. Oleh sebab itu dalam perencanaan perlu
II-7
diperhitungkan kapasitas olah efektif 85% dari kapasitas terpasang, maka dibuatlah
rumus perencanaan PKS sebagai berikut :
Kapasitas olah tepasang = kapasitas efektif x 100
85
Dengan demikian kapasitas olah pabrik yang akan dibangun disebut dengan
kapasitas terpasang :
Kapasitas olah tepasang = 22,72 Ton TBS/jam x 100
85
= 26,72 Ton TBS/jam
Suatu kenyataan yang ditemukan di lapangan bahwa kapasitas olah pabrik ialah
20 30 Ton, maka dari itu kapasitas yang akan kami gunakan dalam desain pabrik
ini adalah 25 - 30 Ton. Kami memakai range ini untuk memudahkan dalam
perhitungan.
II-8
II.8.1 Pengolahan CPO
II.8.1.1 Stasiun Penerimaan TBS
1. Jembatan Timbang
2. Penyortiran
Untuk perhitungan rendemen dan penilaian mutu perlu diketahui keadaan
TBS yang masuk ke dalam pabrik. Karena itu, perlu dilakukan sortasi. Sortasi
dilakukan pada setiap kebun dengan menentukan truk yang dianggap mewakili
seluruh kebun asal, baik dari kebun sendiri maupun dari kebun pihak ketiga. Sortasi
juga dilakukan dengan memperhatikan fraksi-fraksi TBS yang telah disebutkan
sebelumnya.
Kualitas buah yang diterima pabrik harus diperiksa tingkat kematangannya.
Jenis buah yang masuk ke PKS pada umumnya jenis Tenera dan jenis Dura. Kriteria
II-9
matang panen merupakan faktor penting dalam pemeriksaan kualitas buah distasiun
penerimaan TBS (Tandan Buah Segar).
Pematangan buah mempengaruhi terhadap rendamen minyak dan ALB (Asam Lemak
Buah) yang dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel II.2 Pengaruh kematangan buah terhadap rendemen minyak dan ALB
II-10
II.8.1.2 Stasiun Rebusan (Sterilizer)
Tujuan perebusan :
1. Mengurangi peningkatan asam lemak bebas.
2. Mempermudah proses pembrodolan pada threser.
3. Menurunkan kadar air.
4. Melunakan daging buah, sehingga daging buah mudah lepas dari biji.
5. menonaktifkan enzim lipase yang dapat menstimulir pembekuan freefatty acid
6. memudahkan ekstraksi minyak pada proses pengempaan
Dalam proses perebusan minyak yang terbuang 0,7%. Dalam melakukan proses
perebusan diperlukan uap untuk memanaskan sterilizer yang disalurkan dari boiler.
Uap yang masuk ke sterilizer 2,8 - 3 kg/cm 2 , 140C dan direbus selama 90 menit.
II-11
Gambar II.5 Horizontal Sterilizer
II.8.1.3 Stasiun Penebah (Threshing Station)
II-12
pengoperasian peralatan mempengarui efisiensi pengutipan minyak. Proses ini
terdiri dari :
1. Digester
Di dalam digester buah diaduk dan dilumat untuk memudahkan daging buah
terpisah dari biji.Digester terdiri dari tabung silinder yang berdiri tegak yang di
dalamnya dipasang pisau-pisau pengaduk sebanyak 6 tingkat yang diikatkan pada
pros dan digerakkan oleh motor listrik. Didalam digester tersebut buah atau
berondolan yang sudah terisi penuh diputar atau diaduk dengan menggunakan pisau
pengaduk yang terpasang pada bagian poros II, sedangkan pisau bagian dasar
sebagai pelempar atau mengeluarkan buah dari digester ke screw press.
Fungsi Digester :
1. Melumatkan daging buah.
2. Memisahkan daging buah dengan biji.
3. Mempersiapkan Feeding Press.
4. Mempermudah proses di Press.
5. Menaikkan Temperatur.
2. Screw Press
Fungsi dari Screw Press adalah untuk memeras berondolan yang telah
dicincang, dilumat dari digester untuk mendapatkan minyak kasar. Buah buah
yang telah diaduk secara bertahap dengan bantuan pisau pisau pelempar
dimasukkan kedalam feed screw conveyor dan mendorongnya masuk kedalam mesin
pengempa ( twin screw press ). Oleh adanya tekanan screw yang ditahan oleh cone,
massa tersebut diperas sehingga melalui lubang lubang press cageminyak
dipisahkan dari serabut dan biji. Selanjutnya minyak menuju stasiun klarifikasi,
sedangkan ampas dan biji masuk ke stasiun kernel.
II-13
Minyak kasar (crude oil) yang dihasilkan kemudian disaring menggunakan
Vibrating screen. Penyaringan bertujuan untuk memisahkan beberapa bahan asing
seperti pasir, serabut dan bahan-bahan lain yang masih mengandung minyak dan
dapat dikembalikan ke digester. Vibrating screen terdiri dari 2 tingkat saringan
dengan luas permukaan 2 m2 . Tingkat atas memakai saringan ukuran 20 mesh,
sedangkan tingkat bawah memakai saringan 40 mesh. Minyak yang telah disaring
kemudian ditampung kedalam Crude Oil Tank (COT). Di dalam COT suhu
dipertahankan 90-95C agar kualitas minyak yang terbentuk tetap baik.
3. Sludge Tank
II-14
air yang berat jenisnya lebih berat daripada minyak akan berada di bagian luar.
Minyak yang ada di bagian tengah dapat ke luar menuju ke spray drier.
2. Spray Dryer
Minyak yang keluar dari purifier masih mengandung air, maka untuk
mengurangi kadar air tersebut, minyak dipompakan ke spray dryer. Di sini minyak
disemprot dengan menggunakan nozzle sehingga campuran minyak dan air tersebut
akan pecah. Hal ini akan mempermudah pemisahan air dalam minyak, dimana
minyak yang memiliki tekanan uap lebih rendah dari air akan turun ke bawah dan
kemudian dialirkan ke storage tank.
Crude Palm Oil yang dihasilkan kemudian dialirkan ke dalam Storage tank
(tangki timbun). Suhu simpan dalam Storage Tank dipertahankan sntara 45-55C.
Hal ini bertujuan agar kualitas CPO yang dihasilkan tetap terjamin sampai tiba
waktunya pengiriman.
1. Depericarper
Berfungsi untuk memisahkan antara biji (nut) dengan serabut / ampas
(fiber) sehingga biji yang keluar dari drum depericarper benar - benar bersih dari
serabut / ampas (fiber). Di dalam depericarper ini terdapat penghisap dan dibantu
oleh fiber cyclone untuk menghisap fiber yang ringan sebagai bahan bakar untuk
unit boiler, sedangkan nut yang lebih berat akan jatuh ke bawah dan masuk ke nut
polishing drum.
2. Fermentasi Biji (Nut Silo)
Biji mengandung pektin, yang terdapat antara tempurung dengan inti.Untuk
mempermudah pemecahan biji dalam cracker. Maka pektin yang berfungsi sebagai
perekat inti pada tempurung perlu dirombak dengan proses kimia seperti
fermentasi. Waktu tunggu pemeraman berpengaruh terhadap proses hidrolisis yang
II-15
cukup berpengaruh langsung terhadap keberhasilan cracker. Lamanya pemeraman
antara 24 - 48 jam. Dengan kadar air biji 15%. Suhu silo berkisar antara 40-60C.
3. Nut cracker
Alat pemecah biji disebut dengan nut cracker. Biji yang telah diperam
dalam nut silo akan dipecah daam nut cracker. Sebelum proses pemecahan biji
terlebih dahulu dilakukan seleksi berdasarkan ukuran biji dengan alat menggunakan
nut grading yaitu drum berputar terdiri dari ukuran lubang yang berbeda-beda.
Biji dibagi dalam tiga fraksi yaitu kecil (8-14 mm), sedang (15-17 mm) dan besar
(18mm).
Alat ini berfungsi memecahkan biji dengan system lemparan biji ke dinding
yang keras. Mekanisme pemecahan ini didasarkan pada kecepatan putar, radius dan
massa biji yang dipecahkan.
4. Hidrosiklon
Hasil olahan cracker sebelum memasuki hidrosiklon mengalami pemisahan
fraksi halus oleh Winnowing. Sampah halus akan terpisah and fraksi berat akan
dicampur dengan air yang kemudian inti dipisahkan dari tempurung berdasarkan
berat jenis. Untuk memperbesar selisih berat jenis inti dengan tempurung maka
campuran dilewatkan melalui siklon. Sehingga inti akan keluar dari atas permukaan
cyclone dan tempurung dari bagian bawah yang kemudian masing-masing fraksi
diangkut ke pengolahan yang lebih lanjut. Keberhasilan pemisah inti dengan
hydrocyclone dapat diketahui dari jumlah kandungan kotoran (cangkang) dalam inti
sawit. Kadar cangkang <6.0%.dan kadar inti dalam tumpukan cangkang tidak lebih
dari 2%.
5. Silo Dryer
alat ini berfungsi untuk mengeringkan inti dengan cara mengalirkan uap panas
ke kernel silo dengan kapsitas 30 ton kernel yang masih mengandung air di
keringkan sampai kadar airnya 7%. Pengeringan ini dilakukan selama 5-7 jam
dengan suhu 50 C 70 C dengan menggunakan steam sebagai bahan pemanas
dalam membantu proses pengeringan.
6. Screw Press
Fungsi dari Screw Press adalah memeras biji (inti kernel) dengan mekanisme inti
kernel dimasukkan kedalam mesin pengempa (roll mill). Dan diperoleh kandungan
minyak kurang lebih 50% dari pemerasan ini.
7. Screening
Minyak kasar (kernel oil) yang dihasilkan kemudian disaring menggunakan
Vibrating screen. diharapkan untuk memperoleh minyak yang benar tidak terikut
II-16
kotoran didalamnya. Dan dapat meningkatkan kualitas minyak itu sendiri. Adapun
kotoran yang dimaksud adalah berupa ampas yang halus yang nantinya akan
dikembalikan menuju stasiun superkritis.
8. Oil Purifier
Proses ini merupakan pembersihan lanjutan berdasarkan perbedaan berat jenis
dan gaya-gaya sentrifugal. Dengan gerakan 7.500 putaran per menit, kotoran dan
air yang berat jenisnya lebih berat daripada minyak akan berada di bagian luar.
Digunakan untuk menghilangkan kandungan air dan kotoran lainnya.
Ekstraktor
Ekstraktor yang digunakan berbentuk Vessel dengan standard dish head
berbahan stainless steel. Ekstraktor yang dilengkapi dengan filter di kedua sisinya
sehingga cake tidak akan keluar dari tangki dan tetap terjaga. Adapun jumlah
Ekstraktor yang digunakan ada 2 unit. Satu untuk stand by dan satu untuk
digunakan. Ekstaktor terjadi pencampuran antara cake dengan CO2 superkritis.
Yang kemudian akan mengambil ekstrak minyak yang masih terdapat dalam cake.
Adapun jumlah minyak yang bisa terambil dalam cake mencapai 50%. Sehingga
diharapkan dengan menggunakan superkritis CO2 jumlah minyak yang akan
terambil bisa lebih banyak.
Purification
Purifikasi berfungsi untuk memisahkan ekstrak minyak yang didapat dari
cake untuk dibawamenuju PKO storage yang kemudian bisa digunakan. CO 2 yang
terpisah dari ekstrak kemudian dilakukan recovery untuk penggunaan CO 2 kembali
dengan fase cair dengan cara di kompresi dan di pompa
Compressor CO2
II-17
Kompresor CO2 berfungsi untuk mengkompresi CO2 supaya tekanan
menjadi naik sehingga CO2 pada fasa gas berubah menjadi fasa cair.
Separator
Digunakan untuk memisahkan antara CO2 dan minyak agar CO2 dapat
digunakan kembali. Kemudian minyaknya langsung digabungkan dengan hasil Oil
Purifier kemudian masuk ke CPO storage.
Refrigerant
Refrigerant ini berfungsi sebagai pendingin bagi karbondioksia sebelum
masuk pompa.Hal ini dimaksudkan agar karbondioksida sebelum masuk kedalam
kolom fraksinasi tetap dalam keadaan cair.
Pompa Karbondioksida
Pompa ini digunakan untuk memompa karbondioksida sampai pada tekanan
operasi yang diinginkan.Pompa mempunyai tekanan maksimum 50 MPa.
Gas Flowmeter
Gas Flowmeter berfungsi sebagai pengukur banyaknya karbondioksida
yang terpakai selama proses berlangsung. Pengukur ini dalam satusn m3dan liter.
II-18