Anda di halaman 1dari 37

4

BAB II
TINJAUAN UMUM DAN LANDASAN TEORI

2.1 Sejarah Singkat PT Mandiri Karya Makmur


PT Mandiri Karya Makmur adalah perusahaan Swasta Nasional yang
bergerak di bidang usaha penambangan dan pengolahan Batu Granit dan memiliki
Surat Izin Usaha Pertambangan (SIUP) dengan Nomor : 541.39/001/IUP-
OP/DPE/2010, Izin Usaha Pertambangan (IUP) operasi produksi seluas 15 hektar
dari Bupati Kabupaten Bangka Tengah. Penambangan dan pengolahan bahan
galian batuan beku (Granit) ini termasuk pertambangan batuan (Pasal 34) UU
No.4 (2009) , dengan metode tambang terbuka (Quarry) sistem berjenjang. Hasil
dari pengolahan Batu granit tersebut dipasarkan kebutuhan sendiri dan untuk
lokal.

(Sumber : Anonim, Universitas Bangka Belitung, 2012)


Gambar 2.1 Peta Topografi dan Blok Rencana IUP Eksplorasi

2.2 Iklim Dan Curah Hujan


Pada umumnya Kabupaten Bangka Tengah beriklim tropis dengan suhu
berkisar antara 25 - 27C. Daerah Bangka dipengaruhi oleh dua musim, yaitu
5

Musim hujan dan Musim kemarau. Menurut data PT Mandiri Karya Makmur
tahun 2015, Musim hujan rata-rata terjadi pada bulan Januari, dengan curah hujan
antara 185 mm per bulan (BMKG Bangka Belitung, 2015)

2.3 Topografi dan Morfologi


Berdasarkan keadaan topografi luas areal tambang PT Mandiri Karya
Makmur 150.000 m atau 15 Ha, dengan luas areal kerja 78.613 m. Berada pada
elevasi tertinggi 127,5 meter dan elevasi terendah 60 m. Seluruh wilayah
penambangan merupakan daerah punggung bukit yang merupakan badan cebakan
Batu Granit.
Morfologi Pulau Bangka hampir rata (peneplain) yang luasnya mencakup
sekitar 80% luas daratan yang ada, dengan elevasi bentang alam di bawah
ketinggian 100 m dari permukaan laut, dan sisanya berkisar antara 100 - 660 m
dari permukaan laut, dengan topografi yang landai memiliki kemiringan antara 0 -
15%.
Secara umum morfologi Pulau Bangka terdiri dari dataran dan perbukitan
yang dapat dibedakan menjadi tiga satuan morfologi yaitu morfologi dataran
aluvium, morfologi perbukitan bergelombang dan morfologi perbukitan terjal.
1. Morfologi Dataran Aluvium
Satuan ini memiliki daerah dataran dengan ketinggian 0 - 25 meter dari
permukaan laut dan kemiringan lereng 0 - 3. Morfologi ini ditutupi oleh
litologi yang terdiri dari material lepas berukuran lempung sampai dengan
kerakal dan ditutupi juga oleh gambut dari hasil endapan sungai atau rawa.
2. Morfologi Perbukitan Bergelombang
Kondisi ini dicirikan oleh kenampakan bentang alam yang
bergelombang lemah sampai bergelombang sedang. Kemiringan lereng antara
2 - 20 dengan ketinggian 0 - 140 meter dari permukaan laut.
3. Morfologi Perbukitan Terjal
Morfologi ini tersusun oleh batuan beku granit diorit, granodiorit,
adamelit, serta perselingan batupasir dan batulempung, dengan dengan
6

ketinggian 50 - 653 meter dari permukaan laut dan kemiringan lereng berkisar
10 - 46.

2.4 Geologi Dan Stratigrafi


2.4.1 Kondisi Geologi Pulau Bangka
Menurut Katili (1967), ketika Zaman Poleozoikum Pulau Bangka dan laut
disekitarnya merupakan daratan. Selanjutnya pada Zaman Karbon-Trias berubah
menjadi laut dangkal. Orogenesa kedua terjadi di Zaman Mesozoikum, Pulau
Bangka dan Riau muncul ke permukaan.
Intrusi granit menerobos batuan sedimen seperti batupasir, batu lempeng,
dan lain-lain pada Trias-Yura Atas. Batas antara sedimen dan granit terjadi
metamorfosa kontak. Proses ini dengan proses hidrotermal yang menghasilkan
kasiterit yang mengisi rekahan-rekahan pada granit. Erosi intensif terjadi pada
Zaman Kenozoikum, dimana lapisan yang menutupi granit terkikis habis sehingga
batuan granit tersingkap. Selanjutnya diikuti proses pelapukan, transportasi, dan
pengendapan dilembah-lembah.
Suasana daratan Bangka berlanjut sampai tersier. Pencairan es pada masa
Pleistosen mengakibatkan beberapa daerah di Bangka menjadi laut dangkal
seperti sekarang ini. Erosi berlanjut membentuk Pulau Bangka menjadi daratan
hampir rata seperti sekarang ini. Beberapa jenis granit pulau bangka adalah
sebagai berikut :
1. Bagian utara : Granit Klabat, yang berorientasi barat-timur melewati Teluk
Klabat, granit yang ada disekitarnya terdiri atas Granit Pelangas, Granit
Menumbing, Granit Mangkol.
2. Bagian selatan : Tersusun atas pluton yang lebih kecil yaitu, Pluton Koba,
Pluton Bebuluh, Pluton Permis, dan Granit Toboali, serta pluton yang lain yang
terletak diantaranya.
Geologi penyusun Pulau Bangka disusun secara dominan batuan beku
sebagai Granit Klabat berupa granit, granodiorit, adamelit, diorit, dan diorit
kuarsa. Struktur lipatan pada satuan batupasir dan batulempung Formasi Tanjung
Genting dan Formasi Ranggam dengan kemiringan antara 18 - 75 dengan sumbu
7

lipatan berarah timur laut barat daya. Lipatan silang (cross fold) di Bangka
Utara merupakan lipatan yang berarah barat laut - tenggara terbentuk oleh
deformasi pada Jura Atas yang menyilang dengan lipatan berarah timur laut-
barat daya (Mesozoik).
Daerah Kuliah Praktek secara geologi regional berada di Formasi Granit
Klabat secara lokal batuan penyusun yang di jumpai di daerah ini adalah Granit,
pasir kuarsa dan diindikasi terdapat pasir timah. Umur dari hasil analisa
radiometri, menunjukkan umur 217-/+5 atau Trias akhir.

(Sumber : Anonim, Universitas Bangka Belitung, 2012)


Gambar 2.2 Peta Geologi Regional Daerah Pelaksanaan Kuliah Praktek

2.4.2 Stratigrafi
Batuan-batuan yang dijumpai di Pulau Bangka terdiri atas batuan Pra-
Tersier diantaranya, batupasir, batulempung, lapisan-lapisan pasir, lempung
mengandung sisa tanaman, campuran antara lempung-pasir-lanau. Kemudian
granit dan batuan metamorf seperti sekis.
Stratigrafi regional Pulau Bangka dibagi menjadi enam formasi yang
disusun berurutan dari tua ke muda. Keenam formasi tersebut dapat dilihat pada
8

Tabel 2.1, serta sebaran formasi geologi Pulau Bangka dapat terlihat pada Gambar
2.1. Keenam formasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kompleks Malihan Pemali (CPp)
Kompleks Malihan Pemali ini terdiri dari filit dan skiss dengan sisipan
kuarsit dan lensa batugamping, terkekarkan, terlipatkan, tersesarkan dan diterobos
oleh Granit Klabat. Umur satuan diduga Perm.
2. Diabas Penyabung (PTrd)
Formasi batuan terkecil di Pulau Bangka ini hanya terdapat di sebelah
timur Gunung Penyabung, pantai barat laut Pulau Bangka. Formasi ini terdiri dari
diabas yang terkekarkan dan tersesarkan, diterobos oleh Granit Klabat dan
menerobos Kompleks Malihan Pemali. Umur diperkirakan Perm.
3. Formasi Tanjung Genting (Trt)
Formasi batuan yang terluas ini memanjang dari barat laut hingga tenggara
Pulau Bangka. Pada bagian barat laut atau pada peta Geologi Lembar Bangka
Utara, formasi ini terdiri dari perselingan batupasir malihan, batupasir, batupasir
lempungan dan batulempung dengan lensa batu gamping, setempat dijumpai
oksida besi. Berlapis baik, terlipat kuat, terkekarkan dan tersesarkan, tebalnya
antara 250-1250 m.
Pada bagian tenggara atau peta Geologi Lembar Bangka Selatan, formasi
ini terdiri dari perselingan batupasir dan batulempung. Batupasir, berwarna kelabu
kecoklatan, berbutir halus-sedang, terpilah baik, tebal lapisan mulai dari 2 sampai
dengan 60 cm dengan struktur sedimen silang-siur dan laminasi bergelombang.
Pada daerah setempat ditemukan lensa batugamping setebal 1,5 m.
Batulempung, berwarna kelabu kecoklatan, berlapis baik dengan tebal 1,5 m, pada
daerah setempat dijumpai lensa batupasir halus yang kontak dengan granit
ditemukan di Lembar Utara.
Dalam lensa batugamping, Osberger (1965) menemukan fosil
Montlivaulitai molukkana J. Wanner, Peronnidella G. Willkens, Entrochus sp, dan
Enricus sp, yang menunjukkan umur Trias. Berdasarkan fosil-fosil tersebut
Formasi Tanjung Genting diduga berumur Trias-awal dan terendapkan di
lingkungan laut dangkal.
9

4. Granit Klabat (TrJkg)


Formasi Granit Klabat tersebar secara terpisah di Utara hingga Selatan
Pulau Bangka. Pada penyebaran di bagian Utara, formasi ini terdiri dari granit,
granodiorit, diorit kuarsa. Pada penyebaran di bagian Selatan Pulau Bangka,
formasi ini terdiri dari Granit biotit, Granodiorit dan Granit. Umur satuan Granit
ini adalah Trias Akhir-Yura Awal dan menerobos Formasi Tanjung Genting dan
Kompleks Malihan Pemali.
5. Formasi Ranggam (TQr)
Formasi ini terdapat secara terpisah pada bagian utara dan selatan Pulau
Bangka. Pada bagian utara, Formasi Ranggam merupakan perselingan batupasir,
batulempung dan batulempung tufaan dengan sisipan tipis batu lanau dan vahan
organik; berlapis baik, struktur sedimen berupa perairan sejajar dan perlapisan
silang-siur, tebal 150 m. Fosil yang dijumpai antara lain Moluska, Amonia sp,
Quinque loculina sp, dan Trilocullina sp, dan menunjukkan umur relatif tidak tua
dari Miosen Akhir.
Sementara itu, di bagian selatan Pulau Bangka, formasi ini terdiri dari
perselingan batupasir, batulempung dan konglomerat. Batupasir berwarna putih
kotor, berbutir halus kasar, menyudut-membundar tanggung, mudah diremas,
berlapis baik, struktur sedimen pada batupasir silang-siur, perairan sejajar dan
perlapisan bersusun, ditemukan lensa-lensa batubara dengan tebal 0,5 m dan
mengandung sisa-sisa tumbuhan dan gambut.
Berdasarkan fosil-fosil tersebut formasi Ranggam diduga berumur Miosen
akhir sampai Plistosen awal dan terendapkan di lingkungan fluvial. Tebal formasi
ini kira-kira 150 m.
6. Endapan Aluvial (Qa)
Formasi ini terdiri dari bongkah, kerakal, kerikil, pasir, lempung, lumpur
dan gambut. Pada bagian selatan Pulau Bangka, formasi ini terdapat sebagai
endapan sungai, rawa dan pantai.
Salah satu bagian dari formasi aluvium ini adalah gravel yang kaya akan
timah dengan ketebalan mencapai 2 m, bentuk butir menyudut tanggung,
10

mengandung fosil kayu, fosil buah-buahan dan fosil cangkang. Formasi ini
diperkirakan berumur Tersier Atas sampai Kuarter.
Tabel 2.1 Stratigrafi Pulau Bangka
Endapan Batuan Batuan Batuan
Kala Zaman Masa
Permukaan Sedimen Malihan Beku

Qa
Holosen

Kuarter
Plistosen

Pliosen
TQr

Kenozoikum
Miosen

Tersier
Oligosen

Eosen

Paleosen

Kapur
Mesozoikum

Jura
TrJkg

Trt Trias

PTrd
Perm
CPp
Karbon

(Sumber : Mangga dan Djamal, 1994)


11

2.5 Teknik Peledakan


Peledakan adalah merupakan kegiatan pemecahan suatu material (batuan)
dengan menggunakan bahan peledak atau proses terjadinya ledakan. Dalam
membicarakan perlengkapan dan peralatan peledakan perlu terlebih dahulu
dibedakan pengertian antara kedua hal tersebut. Peralatan peledakan (Blasting
equipment) adalah alat-alat yang dapat digunakan berulang kali, misalnya blasting
machine, crimper dan sebagainya. Sedangkan perlengkapan peledakan hanya
dipergunakan dalam satu kali proses peledakan atau tidak bisa digunakan berulang
kali.
Adapun pengertian bahan peledak adalah zat yang berbentuk padat, cair,
gas ataupun campurannya yang apabila terkena suatu aksi, berupa panas,
benturan, tekanan, hentakan atau gesekan akan berupa secara fisik maupun
kimiawi menjadi zat lain yang lebih stabil. Perubahan tersebut berlangsung dalam
waktu yang singkat disertai dengan tekanan yang sangat tinggi. Pada bahan
peledak industri perubahan secara kimiawi sebagian besar (hampir seluruhnya)
berbentuk gas.

2.5.1 Sifat Umum Bahan Peledak


1) Kekuatan / strength
Adalah jumlah energi yang dilepaskan saat peledakan. Cara pengukuran
kekuatan :
1. Weight Strength, berdasarkan berat jenis bahan peledak
2. Volume Strength, berdasarkan volume bahan peledak
2) Berat jenis / density
Adalah berat per satuan volume. Density bisa dinyatakan dalam 3 (tiga)
cara:
1. Berat per unit volume
2. Loading density (berat bahan peledak per unit panjang kolom isian, lb/ft)
3. Cartidge count, banyaknya cartridge atau batang bahan peledak dengan
ukuran 1 x 8 inci dalam peti seberat 22,5 kg
12

3) Kepekaan / sensitivity
Adalah ukuran mudah atau tidaknya suatu reaksi peledakkan dari bahan
peledak akan terjadi / mulai dan relatif mudah atau tidaknya reaksi peledakkan
dirambatkan ke seluruh muatan. Macam-macam sensitivity / kepekaan, yaitu :
1. Sensitivity to shock / kepekaan terhadap benturan
2. Sensitivity to friction / kepekaan terhadap gesekan
3. Sensitivity to heat / kepekaan terhadap panas
4. Sensitivity to initiation / kepekaan terhadap ledakan pendahulu
5. Sensitivity to cap / kepekaan terhadap gelombang ledakan lain yang jaraknya
berjauhan.
4) Cepat rambat / velocity of detonation
Adalah kecepatan perambatan dari bahan peledak. Kecepatan perambatan
peledakan dapat diukur dengan menggunakan alat micro timer secara langsung
dan dapat juga dengan cara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan sepotong
sumbu ledak yang telah diketahui kecepatannya (metode ini dikenal sebagi
metode dauctriche)
5) Sifat gas beracun / fumes characteristic
Adalah sifat bahan peledak yang menggambarkan banyak sedikitnya gas
beracun yang terjadi sesudah peledakan, seperti CO (Carbon Monoksida), NOx
(Nitrogen Oksida). Fumes terbentuk apabila campuran bahan peledak tidak
balance atau karena bahan peledaknya telah rusak. Fumes sangat membahayakan
untuk pekerjaan di bawah tanah (underground mining).
6) Daya tahan terhadap air / water resistance
Adalah kemampuan dari suatu bahan peledak untuk menahahan
perembesan air. Ketahanan air suatu bahan peledak dinyatakan dalam jumlah jam
lamanya suatu bahan peledak dicelupkan dalam air dan masih dapat di ledakan
dengan baik.
7) Kebolehan / permisibility
Adalah sifat bahan peledak yang menggambarkan dapat tidaknya bahan
peledak tersebut dipakai untuk peledakan dalam tambang batubara, dimana pada
13

umumnya banyak terdapat gas CH4 (gas methane) dan debu-debu batubara yang
mudah terbakar
8) Stabilitas kimia / chemical stability
Adalah ukuran kestabilan bahan peledak dalam penyimpanan / hadling.
Makin stabil bahan peledak berarti tidak mudah mengurai, akibatnya makin aman.
Pengukuran stabilitas kimia adalah dengan mencatat waktu yang diperlukan
sebelum suatu bahan peledak mengurai pada suhu standar (80oC).
9) Kemasan / Packaging
Adalah pembungkusan bahan peledak (pembungkusan dodolnya, bukan
kotaknya) juga harus dianggap sebagai bagian dari bahan peledak dan
diperhitungkan dalam campuran. Jenis pembungkus ini juga mempengaruhi
terhadap gas-gas yang dihasilkan dalam peledakan.

2.5.2 Klasifikasi Bahan Peledak


1) Berdasarkan pemakaiannya
Bahan peledak militer, umumnya dipakai dalam operasi militer misal
untuk peperangan, demolation, melukai, membunuh, bom napalm, granat, dan
sebagainya. Bahan peledak sipil / komersial yaitu bahan peledak dalam
pemakaian industri, konstruksi dan lain-lain.
2) Berdasarkan kecepatan rambatnya
a. Detonation Low Explosive (slow action explosive), mempunyai karakteristik
dengan:
1. Kecepatan peledakan (vod) yang tinggi > 4000 m/s. Tekanan impact tinggi,
density tinggi dan sensitive the cap
2. High compressibility sampai dengan 100 kbar.Low Explosive atau Blasting
agent, umumnya berupa campuran antara fuel dengan oxidizer system.
b. Deflagration High explosive mempunyai karakteristik dengan:
1. Perubahan kimia dibawah kecepatan suara (<4000m/s)
2. Low compressibility (<3500 bar)
3) Berdasarkan komposisinya
Dibagi menjadi dua macam yaitu :
14

a. Bahan peledak senyawa tunggal, yaitu bahan peledak yang terdiri dari satu
senyawa misal, PETN (Penta Erythritol Tetra Nitrat), TNT (Tri Nitro
Toluena).
b. Bahan peledak Campuran, yaitu bahan peledak yang terdiri dari berbagai
senyawa tunggal seperti: Dinamit (Booster) Black powder, ANFO (Ammonium
Nitrate Fuel Oil).
4) Berdasarkan kepekaannya
Dibagi menjadi dua macam yaitu :
a. Initiating explosive, yaitu bahan peledak yang mudah meledak karena adanya
api, panas, benturan, gesekan misal: bahan-bahan isian detonator (PbN6,
Hg(ONC)2.
b. Non Initiating explosive, yaitu bahan peledak yang sukar meledak yang akan
meledak setelah terjadi peledakan sebelumnya misal: ANFO, Dinamit.
5) Pengelompokan berdasarkan daya ledak
a. High explosive
Adalah bahan peledak berkekuatan tinggi. High explosive adalah peledak
berbahan kimia yang memiliki laju reaksi yang sangat tinggi serta menciptakan
tekanan pembakaran yang sangat tinggi, tidak seperti bahan peledak rendah yang
memiliki tingkat reaksi yang jauh lebih rendah.
b. Low explosive
Adalah bahan peledak berdaya ledak rendah yang mempunyai kecepatan
detonasi (velocity of detonation) antara 400-800 meter per detik. Bandingkan
dengan bahan peledak high explosive yang mempunyai kecepatan detonasi antara
1.000-8.500 meter per detik. Bahan peledak low explosive ini sering disebut
propelan (pendorong).
6) Berdasarkan penggunanya
Berdasarkan kegunaannya, dibedakan menjadi 5 golongan, yaitu:
a. Bahan peledak Blasting, yaitu bahan peledak yang digunakan untuk
pertambangan.
b. Bahan peledak Catridge, digunakan sebagai pembentuk metal projectile
yang berkemampuan tembus atau potong.
15

c. Bahan peledak Propellant, digunakan sebagai pembentuk gas pendorong


dalam peluru senjata atau motor roket.
d. Bahan peledak Fuse, bahan peledak yang dipergunakan sebagai pembentuk
panas, gas, warna dan sebagainya.
e. Bahan peledak Pyrotechnic, bahan peledak yang digunakan sebagai pemula
suatu rangkaian proses peledakan.

2.5.3 Peralatan Peledakan


Peralatan peledakan adalah perangkat pembantu peledakan yang nantinya
dapat dipakai berulang kali. Peralatan peledakan dapat dikelompokan menjadi 2 :
a. Peralatan yang langsung berhubungan dengan teknik peledakan
b. Peralatan pendukung peledakan
Peralatan yang berhubungan langsung dengan peledakan adalah :
1. Alat Pemicu ledak, yaitu :
a. Pada peledakan listrik ( blasting machine ).
b. Pada peledakan nonel ( shot gun / short fire ).
2. Alat Bantu ledak listrik, yaitu :
a. Blasting Ohmmeter ( BOM )
b. Pengukur kebocoran arus listrik .
c. Multimeter peledakan.
d. Pengukur kekuatan blasting machine.
e. Pelacak kilat ( lightning detector ) .
3. Alat Bantu peledakan lain, yaitu :
a. Kabel listrik utama ( lead wire ) atau sumbu nonel utama ( lead in line) .
b. Cramper ( penjepit sambungan sumbu api dengan detonator biasa ).
c. Meteran (50 ml) dan tongkat bambu ( 7 m).

2.5.4 Perlengkapan Peledakan


a. Detonator
Adalah alat pemicu awal yang menimbulkan inisiasi dalam bentuk letupan
(ledakan kecil) sebagai bentuk aksi yang memberikan efek kejut terhadap bahan
16

peledak peka detonator atau primer. Terdapat dua jenis muatan bahan peledak
dalam detonator yang masing-masing fungsinya berbeda, yaitu:
1. Isian utama (primary charge) berupa bahan peledak kuat yang peka (sensitive),
fungsinya untuk menerima efek panas dengan sangat cepat dan meledak
sehingga menimbulkan gelombang kejut.
2. Isian dasar (base charge) disebut juga isian sekunder adalah bahan peledak kuat
dengan Vod tinggi. Fungsinya adalah menerima gelombang kejut dan meledak
dengan kekuatan, besarnya tergantung pada berat isian dasar tersebut.
Kekuatan ledak (strength) detonator ditentukan oleh jumlah isian dasarnya.
Jenis-jenis detonator :
a. Detonator biasa ( plain detonator )
b. Detonator listrik ( electric detonator )
c. Detonator nonel ( nonel detonator )
d. Detonator elektronik ( electronic detonator )
b. Sumbu Peledakan
Yang dimaksud dengan sumbu peledakan disini adalah sumbu api dan
sumbu ledak. Sumbu api adalah sumbu yang disambung ke detonator biasa pada
peledakan dengan menggunakan detonator biasa. Fungsi sumbu api adalah untuk
merambatkan api dengan kecepatan tetap pada detonator biasa. Sedangkan sumbu
ledak adalah sumbu yng pada bagian intinya terdapat bahan peledak PETN.
Fungsi sumbu ledak adalah untuk merangkai suatu sistem peledakan tanpa
menggunakan detonator didalam lubang ledak.

2.6 Pemboran
Maksud dan tujuan pemboran adalah menyiapkan lubang ledak yang
nantinya akan diisi oleh bahan peledak untuk selanjutnya diledakkan.
Kemampuan alat bor ditentukan oleh kecepatan penembusan alat bor dan waktu
yang digunakan untuk penanganan peralatan. Kecepatan pemboran tergantung
pada sifat fisik dan struktur batuan, teknik operasional alat bor, serta pengalaman
dan keterampilan operator.
17

Waktu yang digunakan untuk mengebor satu lubang ledak biasanya disebut
waktu edar (cycle time) pemboran. Kecepatan pemboran ditentukan dengan
rumus:

=

Keterangan:
Vt = Kecepatan pemboran ( meter/menit )
H = Kedalaman lubang bor ( meter )
Ct = Waktu daur rata-rata pemboran ( menit )

2.6.1 Pola Pemboran


Pola pemboran merupakan bentuk penempatan titik-titik lubang ledak
pada bidang batuan yang akan diledakkan. Pola pemboran tambang terbuka secara
umum terdiri dari 4 macam, yaitu:
1. Square Drill Pattern adalah pola pemboran dimana jarak burden dan spasi
sama.

2. Rectangular Drill Pattern adalah pola pemboran dimana jarak spasi dalam
satu baris lebih besar dari jarak burden.

4
m

m
3. Square Staggered Drill Pattern atau zigzag adalah pola pemboran dimana
letak lubang bor antar baris dibuat selang-seling atau zigzag dengan jarak
antara burden dan spasi sama.
18

4. Rectangular Staggered Drill Pattern atau zigzag adalah pola pemboran


dimana letak lubang bor antar baris dibuat selang-seling atau zigzag
dengan spasi besar dari jarak burden.

2.6.2 Distribusi Hasil Peledakan


Agar sedapat mungkin seluruh energi bahan peledak pada saat peledakan
dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk sejumlah massa batuan yang
diledakkan, maka distribusi bahan peledak di dalam lubang bor merupakan faktor
penting dalam keberhasilan suatu peledakan. Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam distribusi bahan peledak adalah :
1. Berat bahan peledak dalam lubang ledak
Berat bahan peledak dalam kolom isian bahan peledak merupakan fungsi
dari densiti bahan peledak, diameter bahan peledak dan panjang kolom isian
bahan peledak. Berat bahan peledak tersebut ( loading factor ) dapat dihitung
dengan formula berikut :

E Pc de

Dimana :
E = Berat bahan peledak setiap lubang
PC = Panjang kolom isian bahan peladak
= Kedalaman (H) Stemming (J)
De = Diameter lubang ledak
SG = Specifik gravity bahan peledak
de = 0.34 x De2 x SG x 1.48
1,48 = Konversi lbs/ft menjadi kg/m
19

2. Powder factor
Powder factor adalah suatu bilangan untuk menyatakan jumlah material
yang diledakkan atau dibongkar oleh sejumlah tertentu bahan peledak. Istilah lain
dari powder factor adalah specific charge weight, beberapa cara dalam
menentukan powder factor berdasarkan buku teknik peledakan terbitan PPTM
sebagai berikut:
a) Berat bahan peledak per volume batuan yang diledakkan (kg/m3)
b) Berat bahan peledak per berat batuan yang diledakkan (kg/ton)
c) Berat batuan per berat bahan peledak (ton/kg)
d) Volume batuan per berat batuan yang diledakkan (m3/kg)
Perhitungan powder factor menurut R.L. Ash dalam buku The Mechanics
of Rock Breakage diformulasikan sebagai berikut:


=

Dimana :
Pf = powder factor

2.7 Pola Peledakan


Pola peledakan merupakan urutan waktu peledakan antara lubang-lubang
bor dalam satu baris dengan lubang bor pada baris berikutnya ataupun antara
lubang bor yang satu dengan lubang bor yang lainnya. Pola peledakan ini
ditentukan berdasarkan urutan waktu peledakan serta arah runtuhan material yang
diharapkan.Berdasarkan arah runtuhan batuan, pola peledakan diklasifikasikan
sebagai berikut :
a. Box Cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke depan dan
membentuk kotak.
b. Corner Cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya kesalah
satu sudut dari bidang bebasnya.
c. V Cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke depan dan
membentuk huruf V.
20

Berdasarkan urutan waktu peledakan, maka pola peledakan


diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Pola peledakan serentak, yaitu suatu pola yang menerapkan peledakan
secara serentak untuk semua lubang tembak.
b. Pola peledakan beruntun, yaitu suatu pola yang menerapakan peledakan
dengan waktu tunda antara baris yang satu dengan baris yang lainnya.
Adapun keuntungan yang diperoleh dengan menerapkan waktu tunda
pada system peledakan antara lain adalah :
1. Mengurangi getaran
2. Mengurangi batu terbang (flying rock)
3. Dapat mengarahkan lemparan fragmentasi batuan
4. Dapat memperbaiki ukuran fragmentasi batuan hasil peledakan.

2.8 Loading Dan Hauling


2.8.1 Pola Muat
Cara pemuatan material oleh alat muat ke dalam alat angkut ditentukan
oleh kedudukan alat muat terhadap material dan alat angkut, apakah kedudukan
alat muat tersebut berada lebih tinggi atau kedudukan kedua-duanya sama tinggi.
1. Top Loading
Kedudukan alat muat lebih tinggi dari bak truk jungkit (alat muat berada di
atas tumpukan material atau berada di atas jenjang). Cara ini hanya dipakai pada
alat muat backhoe. Selain itu operator lebih leluasa untuk melihat bak dan
menempatkan material.

(Sumber : Hustrulid, 1995)


Gambar 2.3 Pola muat top loading
21

2. Bottom Loading
Ketinggian atau letak alat angkut dan truk jungkit adalah sama. Cara ini
dipakai pada alat muat power shovel.

(Sumber : Hustrulid, 1995)


Gambar 2.4 Pola muat bottom loading

2.8.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Alat Angkut


1. Sifat Fisik Material
Adapun sifat-sifat fisik material dari suatu material yang perlu diketahui
yaitu:
a. Berat material
Pada umumnya setiap alat angkut memiliki batasan kapasitas, volume
tertentu, sehingga berat dari material perlu diketahui. Berat material yang
dimaksud di sini adalah berat total material persatuan volume total.
b. Pengembangan dan penyusutan material
Di alam, material didapati dalam keadaan padat dan terkonsolidasi dengan
baik, sehingga hanya sedikit bagian - bagian kosong yang terisi udara di antara
butir - butirnya. Sehingga apabila material yang ada di alam tersebut dibongkar,
maka akan terjadi pengembangan volume (swell).
2. Kondisi Tempat Kerja
Kondisi tempat kerja di lapangan dapat mempengaruhi produksi alat
angkut yang digunakan. Kondisi tempat kerja yang luas, aman dan nyaman akan
22

membuat kelancaran dan keleluasaan gerak alat angkut, sehingga produksi dari
alat tersebut dapat lebih maksimal karena semakin kecil waktu tempuhnya.
3. Iklim (Climate Condition)
Pengaruh cuaca pada suatu daerah kerja (di mana akan berlangsung
penggunaan peralatan mekanis) perlu diketahui, karena akan dipakai untuk
memperkirakan dalam satu tahun hujan selama beberapa hari. Perlu dipahami
bahwa pada waktu hujan penggunaan peralatan mekanis tidak dapat efektif karena
tanah menjadi becek dan peralatan mekanis tidak dapat bekerja dengan baik.
4. Jalan Angkut, Kemiringan dan Jarak (Haul Road, Grade and Distance)
a. Jalan Angkut (Haul Road)
Jalan angkut pada lokasi tambang sangat berpengaruh terhadap kelancaran
operasi pengangkutan material. Perhitungan lebar jalan angkut didasarkan pada
lebar kendaraan terbesar yang dioperasikan. Semakin lebar jalan angkut maka
operasi pengangkutan akan semakin lancar dan aman. Begitupun sebaliknya
semakin sempit jalan angkut maka semakin tidak aman.
b. Kemiringan (Grade) Jalan Angkut
Kemiringan jalan angkut berhubungan langsung dengan kemampuan alat
angkut baik dalam mengatasi tanjakan maupun dalam pengereman pada saat alat
angkut berisi muatan maupun dalam keadaan kosong. Kemiringan jalan angkut
dinyatakan dalam persen (%). Dalam pengertiannya kemiringan 1 % berarti jalan
tersebut naik atau turun 1 meter atau 1 ft untuk setiap jarak mendatar sebesar 100
meter atau 100 ft.
c. Jarak Angkut (Distance)
Jarak angkut juga harus diperhatikan dalam menentukan kecepatan laju
alat angkut tersebut. Kecepatan laju alat angkut makin cepat, maka produksi
(output) alat angkut semakin besar pula.
5. Ketersediaan Alat
Salah satu hal yang mempengaruhi produksi dari alat angkut dalam operasi
penambangan adalah masalah kesediaan (availability) alat. Kesediaan alat
merupakan faktor yang menunjukan kondisi alat angkut yang digunakan dalam
melakukan pekerjaan dengan memperhatikan kehilangan waktu selama waktu
23

kerja dari alat yang tersedia. Untuk itu perlu diperhatikan faktor - faktor sebagai
berikut:
a. Kesediaan Mekanis (Mechanical Availability)
Kesediaan mekanis adalah faktor yang menunjukan kesediaan alat untuk
melakukan pekerjaan dengan memperhitungkan waktu yang hilang karena
kerusakan atau gangguan yang terjadi pada alat tersebut (mechanical reason).
Kesediaan mekanis merupakan perbandingan waktu kerja alat dengan jumlah
waktu kerja alat dan waktu perbaikan alat.
b. Kesediaan Fisik (Physical Availability)
Kesediaan fisik merupakan catatan operasional dari alat, dan menunjukan
apa yang sudah dilakukan selama waktu - waktu yang lampau. Kesediaan fisik
merupakan perbandingan waktu kerja yang tersedia dengan waktu kerja yang
telah dijadwalkan. Di mana waktu kerja yang tersedia mencakup waktu kerja alat
(working hours) dan standby hours. Kemudian waktu kerja yang telah
direncanakan mencakup working hours dan repair hours ditambah dengan
standby hours.
c. Used of Availability
Menunjukan berapa persen waktu yang digunakan oleh suatu alat untuk
beroperasai pada saat dapat digunakan (available).
d. Effective Utilization
Penggunaan efektif menunjukan berapa persen dari waktu yang digunakan
oleh alat untuk bekerja dalam seluruh waktu kerja yang telah dijadwalkan.
Effective utilization merupakan faktor kerja atau efisiensi alat, semakin tinggi nilai
dari penggunaan efektif maka pemakaian alat akan semakin baik.
6. Waktu Edar (Cycle Time) Alat Angkut
Waktu edar adalah waktu yang digunakan oleh alat mekanis untuk
melakukan satu siklus kegiatan. Setiap alat memiliki komponen waktu edar yang
berlainan. Besar kecilnya waktu edar tergantung pada komponen yang ada dan
waktu yang diperlukan oleh masing-masing komponen tersebut. Waktu edar
tersebut dapat diketahui dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan
terahadap alat mekanis.
24

2.9 Pengolahan Bahan Galian (Crushing Plant)


Crushing plant adalah suatu gabungan unit pengumpan (feed), unit
pemecah (crushing), unit perantara (conveying) dan unit pemisah (screening) yang
saling berhubungan dan saling mendukung untuk melaksanakan proses produksi
guna menghasilkan suatu output berupa produk jadi berupa batu pecah dengan
ukuran yang sudah ditetapkan sebagai bahan baku pembangunan infrastruktur. Inti
dari kegiatan produksi pada crushing plant adalah crushing dan screening.
Crushing adalah proses pemecahan material dengan menggunakan unit crusher,
Sedangkan screening adalah proses pemisahan secara mekanik berdasarkan
perbedaan ukuran partikel untuk mendapatkan ukuran material yang seragam. Jadi
material dipecah pada unit pemecah lalu disaring, material yang tidak tersaring
dikarenakan ukuran masih besar dipecah lagi pada unit crusher selanjutnya.
Secara garis besar kegiatan pada crushing plant adalah dimulai dengan
menumpahkan input material ke unit pengumpanan (feeding), Unit pengumpan ini
berfungsi untuk mengatur pemasukan material ke unit pemecah (crushing),
material yang sudah dipecah lalu didistribusikan ke unit pemisah (screening)
melalui perantara conveyor. Material yang sudah sesuai dengan standar ukuran
akan diangkut oleh stockpile conveyor menjadi material jadi, sedangkan material
yang belum sesuai dengan standar ukuran yang telah ditetapkan dibawa oleh
return conveyor untuk dipecah lagi pada unit secondary crushing.

(Sumber : Anonim, PT Mandiri Karya Makmur, 2010)


Gambar 2.5 Plant View
25

Crushing Plant biasanya terdiri dari beberapa macam unit dalam satu
layout yang dibagi menjadi 4 unit besar menjadi :
1) Unit Pengumpan (Feeding)
Unit Pengumpan (Feeding)adalah komponen dari peralatan pemecah batu
yang berfungsi sebagai pengatur aliran dan pemisah bahan bahan dan penerima
bahan baku (raw material) dari loader, truck maupun excavator. Fungsi utama
feeder adalah mengatur aliran bahan batuan yang masuk ke dalam pemecah batu
(crusher). Alat yang digunakan pada unit pengumpan ini adalah Vibrating Feeder.
Vibrating Feeder termasuk dalam Unit Pengumpan (Feeding), yaitu
sejenis peralatan feeding dimana arah pergerakannya adalah linear. Memiliki fitur
getar yang halus, kemudahan dalam mengoperasikan, tahan lama dan sangat
sesuai untuk aplikasi feeding. Digunakan secara luas pada industri pertambangan.
Feeder merupakan alat pengumpan material dari hopper ke primary crusher atau
jaw crusher. Feeder merupakan heavyduty construction untuk menahan beban
kejut dari batuan yang ditumpahkan dan biasanya dipakai untuk stone crusher
plant kapasitas 50 tph keatas. Penggunaan alat feeder bertujuan agar proses
pengumpanan dari hopper menuju ke alat peremuk dapat berlangsung dengan laju
yang konstan, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, sehingga dapat mencegah
terjadinya penumpukan batu granit atau tidak ada umpan di dalam hopper ataupun
pada alat peremuk.

(Sumber : Anonim, PT Mandiri Karya Makmur, 2010)


Gambar 2.6 Vibrating feeder
26

2) Unit Pemecah (Crushing)


Unit Pemecah (Crushing) adalah komponen utama dari stone crusher
plant yang berfungsi untuk memecah dan mengurangi ukuran bahan (batu).
Umumnya terdiri dari pemecah batu primer, Sekunder, dan tersier tergantung dari
kombinasi peralatan aggregat. Pada umumnya primer crusher terdiri dan jenis jaw
crusher (type primer) yang mampu mengurangi ukuran batu ukuran besar.
Sedangkan untuk secondary crusher dan tertiary crusher biasanya menggunakan
jaw crusher dan cone crusher,
a. Jaw Crusher
adalah alat pemecah tingkat pertama (primary crusher), memecahkan
batuan dalam ukuran bongkah-bongkah besar yaitu batuan yang di terima dari
hasil penambangan. Jaw Crusher terdiri dari 2 jaw plate yang berhadap-hadapan
dibuat membentuk sudut yang kecil ke arah bawah, yang dapat membuka dan
menutup seperti rahang binatang (jaw). Salah satu jaw diam tertahan pada crusher
frame (kerangka jaw crusher) disebut fixed jaw, sedangkan yang satu lagi ditahan
pada sumbunya dan dapat bergerak sedikit mendekat dan menjauh dari fixed jaw,
disebut swing jaw.

(Sumber : Dokumentasi Kerja Praktek, 2016)


Gambar 2.7 Jaw Crusher
27

Jaw Crusher merupakan alat pemecah batu granit tingkat pertama, alat ini
mempunyai bagian-bagian seperti dijelaskan dibawah ini :
1. Setting Block, yaitu bagian untuk mengatur agar lubang bukaan ukurannya
sesuai dengan yang dikehendaki. Bila setting block dimajukan maka jarak
fixed jaw dan swing jaw menjadi lebih pendek atau lebih dekat, begitu
pula sebaliknya.
2. Swing jaw, yaitu bagian dari alat peremuk yang dapat bergerak/rahang
ayun yang berfungsi sebagai memberi gaya tekanan pada material umpan.
3. Fixed Jaw, yaitu sebagian dari alat peremuk yang tidak dapat
bergerak/rahang ayun diam yang berfungsi sebagai pemberi gaya menahan
pada material umpan.
4. Hopper, yaitu bagian mulut dari alat peremuk yang berfungsi sebagai
lubang penerimaan.
5. Guard Sheet adalah dinding yang bergerak dan bersifat kasar yang
digunakan untuk menumbuk dan menghancurkan bahan.
6. Active jaw adalah bagian yang membuat swing jaw dapat bergerak.
7. Toggle Plate adalah seperti baut pecah, digunakan mengerakkan alat
penghancur.
8. Adjust Seat adalah bagian yang digunakan untuk mengatur naik turunnya
dinding penghancur.
9. Spring adalah digunakan untuk menggerakkan toggle plate.
10. Fly wheel adalah roda yang berputar pada saat bekerja.
11. Frame adalah bagian pelindung luar atau penutup.
12. Eccentric shaft adalah poros yang berputar dan menyebabkan alat
bergerak.
13. Bearing adalah bagian yang berfungsi sebagai bantalan bagi eccentric
shaft.
14. Belt pulley wheel adalah sabuk yang menggerakkan roda dan di
hubungkan ke motor penggerak.
15. Tension rod adalah bagian yang berfungsi sebagai penahan swing jaw pada
saat bergerak.
28

(Sumber : Anonim, PT Mandiri Karya Makmur, 2010)


Gambar 2.8 Bagian-bagian Jaw Crusher
b. Cone Crusher
digunakan dalam industri metalurgi, konstruksi, pembangunan jalan, kimia
dan industri fosfat. Cone crusher tepat untuk batu dan bijih keras dan setengah
keras, seperti bijih besi, bijih tembaga, batu kapur, kuarsa, granite, gritstone, dan
sebagainya. Pada suatu layout crusher plant, cone crusher sering dipakai
sebagai secondary crusher atau tertiary crusher. Cone crusher sering dipakai pada
crusher plant karena tingkat produksinya tinggi, kualitas produk yang kubikal,
mudah dalam maintenance, dan umur pakai yang panjang.
Cone Crusher ini dilengkapi dengan sistem perlindungan hidraulik
termasuk melindungi tabung oli, mengunci tabung oli dan pengaturan
hidraulik tabung oli, yang berhubungan dengan semua jenis masalah selama
operasi tanpa membongkar mesin. Selain itu, Cone Crusher mudah dalam operasi,
handal dalam kinerja mesin dan dapat disesuaikan dalam ukuran produk
akhir. Rongga penghancur pada Cone dirancang khusus sesuai dengan prinsip
laminating antar partikel.
Cone didesain secara khusus dan kecepatan putaran shaft yang telah
disesuaikan untuk meningkatkan rasio penghancuran material. Sehingga dapat
diperoleh kapasitas yang sesuai serta persentase produk berbentuk kubikal
(homogen).
29

(Sumber : Dokumentasi Kerja Praktek, 2016)


Gambar 2.9 Cone Crusher
3) Unit Pemindah material (Conveying)
Unit Pemindah material (Conveying) adalah komponen dari peralatan
pemecah batu yang berfungsi untuk memindahkan material secara langsung dalam
suatau proses dari satu unit ke unit lain atau ke stockpile. Pada umumnya suatu
unitconveyor terdiri dari komponen conveyor belt, conveyor leg, motor. Fungsi-
fungsi conveyor pada stone crusher plant biasanya terdiri dari unit joint conveyor
(fungsi penyambung atau perantara), discharge conveyor (mendistribusikan ke
stock pile), feed conveyor (fungsi pemasok), return conveyor (fungsi balik untuk
dipecah lagi).
Conveyor adalah komponen dari stone crusher plant yang berfungsi untuk
memindahkan material secara langsung dalam suatu proses dari satu unit ke unit
lain atau ke stock pile. Fungsi conveyor pada peralatan pemecah batu biasanya
terdiri dari unit joint conveyor (fungsi penyambung atau perantara), stock pile
conveyor (mendistribusikan ke stock pile), main conveyor (fungsi pemasok), dan
return conveyor (fungsi balik untuk dipecah lagi).
Conveyor merupakan salah satu alat yang mendukung kelancaran proses
produksi serta memiliki peran dalam meningkatkan dan mencapai target produksi
yang diinginkan. Untuk itu, pemilihan belt conveyor harus sesuai dengan kondisi
peralatan lainnya, agar kapasitas yang diinginkan tercapai dengan baik. Hal paling
30

penting yang arus diperhatikan dalam pemilihan belt conveyor adalah kecepatan
dan lebar belt.

(Sumber : Dokumentasi Kerja Praktek, 2016)


Gambar 2.10 Belt Conveyor

Conveyor stone crusher ditopang oleh conveyor stand untuk


mendistribusikan material ke tempat yang lebih tinggi. Rata-rata kemiringan
maksimal dari conveyor stone crusher adalah 180. Jika sudut inklinasi lebih besar
dari 180 maka material batu yang terdapat pada belt conveyor tidak akan bisa
dipindahkan karena material batu akan menggelinding kebawah disebabkan sudut
inklinasi yang terlalu besar. Maka pada perancangan conveyor stone crusher
diusahakan sudut inklinasi tidak boleh lebih dari 180.
Bagian ekor conveyor merupakan tempat input material yang akan
didistribusikan oleh conveyor. Material jatuh pada upper idler yang dikelilingi
oleh hopper conveyor. Hopper ini berfungsi untuk mencegah material agar tidah
berantakan keluar dari belt conveyor.
Roller idler yang terdapat pada jatuhan material biasanya lebih rapat
dibandingkan dengan roller yang terdapat pada bagian tengah dan depan
conveyor. Hal ini karena roller idler pada bagian belakang berfungsi sebagai
tempat jatuhan material yang mendapat beban paling besar diantara bagian
conveyor lainnya.
Pada bagian ekor conveyor terdapat roll drum belakang yang dapat dipakai
untuk menyetel kekencangan belt conveyor. Penyetelan belt conveyor dilakukan
dengan mengencangkan atau mengendorkan tension rod yang terpasang pada
kedua sisi bearing UCT roll drum belakang conveyor.
31

(Sumber : Anonim, PT Mandiri Karya Makmur, 2010)


Gambar 2.11 Sketsa Belt Conveyor
Pada proses kerja di unit peremuk dimulai, belt conveyor harus bergerak
terlebih dahulu sebelum alat peremuk bekerja, hal ini bertujuan mencegah
terjadinya kelebihan muatan pada belt. Pemakaian belt conveyor dipengaruhi oleh
sifat fisik dan kondisi material batuan, kondisi material tersebut antara lain :
a. Ukuran dan bentuk material
Sabuk berjalan dapat digunakan untuk mengangkut material yang
mempunyai ukuran tidak terlalu besar. Hal ini disesuaikan dengan bentuk
conveyor yang mempunyai penampang melintang yang kecil. Ukuran material
yang kecil akan memudahkan dalam pengangkutan dan tidak mudah tumpah
keluar dari sabuk. Agar memenuhi persyaratan tersebut maka material hasil
penambangan perlu diperkecil ukurannya.
b. Kandungan air
Kandungan air pada material dapat mempengaruhi kondisi conveyor.
Material dengan kandungan air tinggi tidak dapat diangkut dengan conveyor yang
memiliki kemiringan besar. Sebaliknya bila kandungan air terlalu sedikit, maka
material yang terlalu kecil akan beterbangan.
c. Komposisi material
Material yang berada di kuari tidak hanya berupa material saja, tetapi juga
tersisipi oleh tanah (soil). Pada saat kandungan air pada material besar, tanah akan
menjadi lengket. Apabila kondisi demikian maka dapat menyebabkan material
32

lengket atau menempel pada return idler, sehingga jalannya sabuk akan
bergelombang dan daya motor akan semakin bertambah besar.
d. Keadaan Topografi
Kondisi lapangan dapat mempengaruhi penggunaan conveyor. Daerah
dengan karakteristik berbukit-bukit dimana kemiringan pada daerah tersebut
cukup besar, maka dibandingkan dengan penggunaan lori atau truck dalam
mengangkut material, conveyor lebih memungkinkan untuk digunakan karena
dalam mengatasi kemiringan kemampuan conveyor lebih besar, yaitu dapat
mencapai 30% - 35%. Hal ini dapat digunakan sebagai alternatif dalam pemilihan
suatu alat angkut.
f. Jarak Pengangkutan
Conveyor dapat digunakan untuk mengangkut material jarak dekat
maupun jarak jauh. Untuk pengangkutan jarak jauh conveyor dibuat dalam
beberapa unit.
Hasil kerja pengangkutan material dengan conveyor berlangsung
berkesinambungan, sehingga dengan demikian dapat menghasilkan produksi
conveyor yang besar, tetapi jika pada suatu saat conveyor mengalami kerusakan,
maka produksi akan menjadi sangat menurun atau bahkan tidak bisa berproduksi
sama sekali. Dengan demikian pertimbangan terhadap kemungkinan ini perlu
dilakukan dalam penggunaan conveyor.
4) Unit Pemisah/ Pengayak material (Screening)
Unit Pemisah/ Pengayak material (Screening) adalah komponen pada
peralatan pemecah batu yang berfungsi untuk menyaring / memisahkan,
membentuk gradasi (grading), dan secara tidak langsung mengontrol penyaluran
material ke unit crusher selanjutnya, bin, atau stock pile.
Tujuan utama Vibrating screen adalah "scalping", yaitu untuk
memindahkan oversize atau undersize material dalam unit crusher, atau untuk
mendapatkan ukuran material (batu) yang dihasilkan. Oversize nantinya akan
dipecah lagi oleh unit crusher, sedangkan Undersize adalah hasil jadi. Posisi deck
atau lembaran screen adalah paralel yang terpisah pada jarak yang cukup agar
dapat menggerakkan material antara deck.
33

Pada umumnya screen terbuat dari kawat baja yang dianyam, dan bidang
persegi empat yang terletak di antara dua bush kawat yang dianyam menentukan
ukuran batu yang dapat lolos melewatinya. Terdapat dua jenis screen yang biasa
dipakai, yaitu vibrating screen dan revolving screen.
Vibrating screen terdiri dari yang datar dan ada yang miring ke bawah
dalam arah aliran bahan. Vibrating screen digetarkan oleh sebuah penggetar yang
ditempelkan di atas atau di kiri dan kanan ayakan. Revolving screen biasanya
terbuat dari drum yang dinding-dindingnya berlubang yang berputar dalam
kedudukan miring ke bawah dalam arah aliran bahan.
Bagianbagian dari screen ada 2 (dua) yaitu Woven wire screen dan
square opening :
1. Woven wire screen, yaitu screen yang terbuat dari kawat baja (wire) yang
dianyam
2. Square opening, yaitu bentuk lubang bukaan screen yang digunakan pada alat
dan berbentuk persegi empat.

(Sumber : Anonim, PT Mandiri Karya Makmur, 2010)


Gambar 2.12 Bagian-bagian Vibrating Screen

2.10 Perhitungan Hasil Produksi


Stockpile merupakan salah satu unsur yang penting dalam kegiatan
penambangan batu granit. Stockpile berfungsi sebagai penyangga antara
34

pengiriman dan produksi. Batu granit yang telah dieksploitasi ditumpuk pada
suatu tempat yang strategis sebelum dilakukan pengiriman.
Monitoring secara periodik perlu dilakukan sebagai kontrol dalam
manajemen stockpile. Salah satu hal terpenting pada manajemen stockpile yaitu
monitoring volume. Pengukuran volume batu granit menuntut tingkat ketelitian
tertinggi sehingga cadangan dan produksi dapat diperkirakan untuk memenuhi
nilai ekonomisnya.
Terdapat beberapa metode perhitungan volume batu granit, salah satunya
metode cut and fill. Metode perhitungan volume menggunakan metode cut and fill
memiliki prinsip menghitung luasan dua penampang (base surface dan design
surface) serta jarak antara penampang atas dan penampang bawah tersebut
(thickness).

2.10.1 Total Station (TS)


Total station adalah peralatan Theodolit yang dilengkapi dengan EDM
(Electronic Distance Measurement) dan aplikasi-aplikasi yang terintegrasi
menjadi satu kesatuan dalam alat Total Station. Selain itu alat ukur TS ini,
dilengkapi juga dengan target berupa tongkat yang dilengkapi dengan prisma-
prisma yang berfungsi sebagai reflector. Jumlah reflector dapat terdiri dari satu,
tiga atau lebih tergantung dari jauhnya target titik yang akan diukur jarak dan
posisinya. Total Station (TS) merupakan alat pengukur jarak dan sudut (sudut
vertikal dan sudut horizontal) secara otomatis (Anonim:2011)
Total Station (TS) dilengkapi dengan chip memori, sehingga data
pengukuran sudut dan jarak dapat disimpan untuk kemudian di-download dan
diolah secara computerize. Komponen Keyboard pada Total Station memiliki
fungsi yang berbeda-beda yang digunakan dalam membantu melakukan
pengerjaan pengukuran.
Tata cara alat ukur Total Station tergantung dari pabrik pembuatnya
sedangkan ketelitiannya tergantung dari tipe dan kelasnya masing-masing. Berikut
ini komponen dari keyboard pada Total Station.
35

(Sumber : Anonim, 2011)


Gambar 2.13 Komponen Keyboard pada Total Station
Di bawah ini merupakan diskripsi dari fungsi masing - masing tombol
depan yang terdapat pada Total Station Leica FlexLine TS02/TS06/TS09.
Tabel 2.2 Deskripsi Komponen Keyboard pada Total Station

(Sumber : Anonim, 2011)


Instrument components Total Station juga memiliki fungsinya masing-
masing yang merupakan satu kesatuan dari Total station itu sendiri, dimana dalam
penggunaaanya harus sesuai dengan SOP alat agar kegiatan pengukuran dapat
dilakukan dengan benar.
36

(Sumber : Anonim, 2011)


Gambar 2.14 Instrument Components

Di bawah ini merupakan diskripsi dari nama dari masing-masing tombol


yang terdapat pada Total Station
a. Bagian dari batang memori USB dan kabel penghubung USB
b. Antena Bluetooth
c. Optic penglihatan
d. Tangkai yang dapat dilepaskan dengan ganjalan sekrup
e. EGL
f. Objek dengan integritas EDM
g. Kemudi vertikal
h. Kunci on/off
i. Tombol Enter
j. Kunci pelatuk.
k. Monitor
Main Menu Total Station merupakan tampilan awal dari menu Total Station
yang didalamnya memiliki data yang terdiri dari job yang akan digunakan dalam
kegiatan pengukuran sampai data siap untuk dilakukan proses download ataupun
upload data hasil pengukuran Total Station menggunakan software bawaan dari
Nikon itu sendiri.
37

(Sumber : Anonim, 2011)


Gambar 2.15 Main Menu Total Station

Fungsi dari main menu Total Station :


1. Q-Survey :Untuk memulai suatu program dengan segera.
2. Prog :Untuk memilih dan memulai aplikasi, terdiri dari 9 aplikasi
didalamnya.
3. Manage :Untuk mengolah pekerjaan, data, urutan kode, format, juga
system memori dan file memori USB. Menghubungkan 10
data dibawahnya.
4. Tranfser :Untuk eksport dan inport data.
5. Setting :Untuk mengubah konfigurasi EDM, parameter komunikasi
dan pengaturan instrument umum lainnya.
6. Tools :Untuk akses terkait tools yang mana untuk mengecek juga
melakukan kalibrasi, memulai pengaturan umum,
pengaturan kode PIN, kunci lesensi dan system informasi.

2.10.2 Surpac 6.3


Menurut Herlina (2011), Surpac merupakan software perencanaan tambang
terpadu yang dirancang khusus untuk industri pertambangan mencangkup semua
aspek informasi teknis tambang, mulai dari data eksplorasi hingga penjadwalan
produksi tambang. Yang mendasar dari Surpac adalah feature sistem terbuka dan
kemampuan untuk dikembangkan.
38

Proses Surpac mendukung berbagai macam software aplikasi khusus yang


memungkinkan kita secara interaktif membuat dan mengola model-model geologi
3D serta desain tambang. Sistem grafik CAD 3D yang handal dan dinamis
merupakan inti dari sistem Surpac 6.3. Surpac dirancang untuk digunakan oleh
semua pihak profesional tambang termasuk surveyor, geologist, dan mine
engineer.
Fleksibilitas yang dimiliki oleh Surpac memastikan bahwa software tersebut
dapat digunakan dalam jangka pendek dan jangka panjang tambang batubara dan
bahan galian. Salah satu fungsi dari Software Surpac adalah untuk mengetahui
bentuk cadangan dan menghitung jumlah cadangan tersebut berdasarkan data-data
yang diperlukan.
Untuk menghitung cadangan pada Surpac dibutuhkan beberapa data
diantaranya data log bore, data topografi, serta data-data lain yang mendukung
dalam pemodelan suatu endapan. Produk-produk yang mendukung dalam Surpac
ini meliputi: Geological Database, Block Model, Design, dan Survey Database.
Untuk menghitung volume cadangan batu granit pada quarry, fasilitas yang akan
digunakan meliputi Survey Database dan Block Model Tipe data. Format file data
yang dapat digunakan dalam perangkat lunak Surpac 6.3. Gemcom, yaitu :
1. Supac Files formatnya meliputi .mdl, .DTM, .str
2. Block Model Files formatnya meliputi .eco, .con, .res, .mod, .mdl, .fbm,
3. Database Files formatnya meliputi .txt, .csv, .rej, .dbc, .sdb, .dsc, .ddb
4. Plotting Files formatnya meliputi .pf, .lf, .cf, .dwf
5. Macro And Script Files formatnya meliputi .tbc, .cmz, .cmd, .tcl18
6. External Text Files formatnya meliputi .txt, .csv
7. String Files formatnya meliputi .str
8. DTM Files formatnya meliputi .DTM
9. Surpac Work Areas formatnya meliputi .swa
10. DXF Files formatnya meliputi .dxf
11. Log Files formatnya meliputi .log
12. Note Files formatnya meliputi .not
13. System Files formatnya meliputi .ssi
39

2.10.3 Survey Database


Survey Database adalah database yang menyimpan angka dan keterangan
dari hasil pengukuran survey. Database ini berisi tentang informasi koordinat data
survey berupa X, Y, dan Z. Seluruh data ini diketik secara manual menggunakan
software tambahan yaitu Microsoft excel, kemudian setelah data diketik masing-
masing file disimpan dengan menggunakan format csv (comma delimited). Tujuan
pembuatan database pada perhitungan volume adalah untuk menentukan tonase
cadangan serta batas atas dan bawah lapisan batu granit yang akan dilakukan
penambangan.

2.10.4 Digital Terrain Model (DTM)


Digital Terrain Model (DTM) adalah representasi statistik permukaan
tanah yang kontinyu dari titik-titik yang diketahui koordinat X, Y, dan Z nya pada
suatu sistem koordinat tertentu. Suatu DTM merupakan system yang terdiri dari
dua bagian, yaitu sekumpulan titik-titik yang mewakili bentuk permukaan terrain
yang disimpan pada memori komputer, dan Algoritma untuk melakukan
interpolasi titik-titik baru dari data titik yang diberikan atau menghitung data lain.

2.10.5 Triangle-Based Modeling


Triangle-based modeling (TIN). TIN adalah salah satu metode untuk
merepresentasikan suatu surface (permukaan) dalam bentuk jaring-jaring segitiga.
Dalam pembentukan TIN dibutuhkan setidaknya enam titik yang dapat digunakan
untuk pembentukan jaring segitiga. Tiga titik berada pada node sebagai ujung sisi-
sisi segitiga dan tiga titik lainya merupakan titik luar yang membentuk jaring
segitiga lain.

2.10.6 Boundary
Boundary adalah pembatas berupa file string yang tertutup. Boundary
dipakai untukmembatasi suatu daerah perhitungan volume pada metode cut and
fill, atau dapatjuga digunakan menjadi batas desain area pertambangan.
40

2.10.7 Metode Perhitungan Volume


Perhitungan volume. Perhitungan volume dalam perangkat lunak ini
dimungkinkan dengan menggunakan data dari 2 DTM dalam format .dtm dan satu
string boundary sebagai batas dalam format .str. Beberapa tool yang digunakan
dalam perhitungan besarnya volume dan metode yang digunakan pada perangkat
lunak Surpac Vision 6.1.2 yaitu : cut and fill between dtms, net volume between
dtms, report volume of solids, end area method, dan by elevation from sections.
Metode penghitungan volume dalam surpac menggunakan metode cut and
fill. Dengan metode ini yang dihitung adalah besar volume galian dan timbunan.
Prinsip penghitungan volume dengan metode ini adalah rumus prisma. Rumus ini
merupakan pengembangan dari rumus dua tampang ( end area). Volume dihitung
dari DTM yang dibentuk dari jaring jaring segitiga (TIN). Jaring segitiga inilah
yang akan membentuk suatu geometri prisma dari dua surface. Surface dibedakan
menjadi dua yaitu design surface dan base surface. Design surface merupakan
surface yang akan dihitung volumenya sedangkan base surface merupakan
surface yang dijadikan sebagai alas

Anda mungkin juga menyukai

  • Nikel Indonesia
    Nikel Indonesia
    Dokumen21 halaman
    Nikel Indonesia
    AndestaNewShensei
    Belum ada peringkat
  • Tentang Granit
    Tentang Granit
    Dokumen9 halaman
    Tentang Granit
    AndestaNewShensei
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen15 halaman
    Bab Ii
    AndestaNewShensei
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen15 halaman
    Bab Ii
    AndestaNewShensei
    Belum ada peringkat
  • 1 PB PDF
    1 PB PDF
    Dokumen10 halaman
    1 PB PDF
    AndestaNewShensei
    Belum ada peringkat