BAB II
TINJAUAN UMUM DAN LANDASAN TEORI
Musim hujan dan Musim kemarau. Menurut data PT Mandiri Karya Makmur
tahun 2015, Musim hujan rata-rata terjadi pada bulan Januari, dengan curah hujan
antara 185 mm per bulan (BMKG Bangka Belitung, 2015)
ketinggian 50 - 653 meter dari permukaan laut dan kemiringan lereng berkisar
10 - 46.
lipatan berarah timur laut barat daya. Lipatan silang (cross fold) di Bangka
Utara merupakan lipatan yang berarah barat laut - tenggara terbentuk oleh
deformasi pada Jura Atas yang menyilang dengan lipatan berarah timur laut-
barat daya (Mesozoik).
Daerah Kuliah Praktek secara geologi regional berada di Formasi Granit
Klabat secara lokal batuan penyusun yang di jumpai di daerah ini adalah Granit,
pasir kuarsa dan diindikasi terdapat pasir timah. Umur dari hasil analisa
radiometri, menunjukkan umur 217-/+5 atau Trias akhir.
2.4.2 Stratigrafi
Batuan-batuan yang dijumpai di Pulau Bangka terdiri atas batuan Pra-
Tersier diantaranya, batupasir, batulempung, lapisan-lapisan pasir, lempung
mengandung sisa tanaman, campuran antara lempung-pasir-lanau. Kemudian
granit dan batuan metamorf seperti sekis.
Stratigrafi regional Pulau Bangka dibagi menjadi enam formasi yang
disusun berurutan dari tua ke muda. Keenam formasi tersebut dapat dilihat pada
8
Tabel 2.1, serta sebaran formasi geologi Pulau Bangka dapat terlihat pada Gambar
2.1. Keenam formasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kompleks Malihan Pemali (CPp)
Kompleks Malihan Pemali ini terdiri dari filit dan skiss dengan sisipan
kuarsit dan lensa batugamping, terkekarkan, terlipatkan, tersesarkan dan diterobos
oleh Granit Klabat. Umur satuan diduga Perm.
2. Diabas Penyabung (PTrd)
Formasi batuan terkecil di Pulau Bangka ini hanya terdapat di sebelah
timur Gunung Penyabung, pantai barat laut Pulau Bangka. Formasi ini terdiri dari
diabas yang terkekarkan dan tersesarkan, diterobos oleh Granit Klabat dan
menerobos Kompleks Malihan Pemali. Umur diperkirakan Perm.
3. Formasi Tanjung Genting (Trt)
Formasi batuan yang terluas ini memanjang dari barat laut hingga tenggara
Pulau Bangka. Pada bagian barat laut atau pada peta Geologi Lembar Bangka
Utara, formasi ini terdiri dari perselingan batupasir malihan, batupasir, batupasir
lempungan dan batulempung dengan lensa batu gamping, setempat dijumpai
oksida besi. Berlapis baik, terlipat kuat, terkekarkan dan tersesarkan, tebalnya
antara 250-1250 m.
Pada bagian tenggara atau peta Geologi Lembar Bangka Selatan, formasi
ini terdiri dari perselingan batupasir dan batulempung. Batupasir, berwarna kelabu
kecoklatan, berbutir halus-sedang, terpilah baik, tebal lapisan mulai dari 2 sampai
dengan 60 cm dengan struktur sedimen silang-siur dan laminasi bergelombang.
Pada daerah setempat ditemukan lensa batugamping setebal 1,5 m.
Batulempung, berwarna kelabu kecoklatan, berlapis baik dengan tebal 1,5 m, pada
daerah setempat dijumpai lensa batupasir halus yang kontak dengan granit
ditemukan di Lembar Utara.
Dalam lensa batugamping, Osberger (1965) menemukan fosil
Montlivaulitai molukkana J. Wanner, Peronnidella G. Willkens, Entrochus sp, dan
Enricus sp, yang menunjukkan umur Trias. Berdasarkan fosil-fosil tersebut
Formasi Tanjung Genting diduga berumur Trias-awal dan terendapkan di
lingkungan laut dangkal.
9
mengandung fosil kayu, fosil buah-buahan dan fosil cangkang. Formasi ini
diperkirakan berumur Tersier Atas sampai Kuarter.
Tabel 2.1 Stratigrafi Pulau Bangka
Endapan Batuan Batuan Batuan
Kala Zaman Masa
Permukaan Sedimen Malihan Beku
Qa
Holosen
Kuarter
Plistosen
Pliosen
TQr
Kenozoikum
Miosen
Tersier
Oligosen
Eosen
Paleosen
Kapur
Mesozoikum
Jura
TrJkg
Trt Trias
PTrd
Perm
CPp
Karbon
3) Kepekaan / sensitivity
Adalah ukuran mudah atau tidaknya suatu reaksi peledakkan dari bahan
peledak akan terjadi / mulai dan relatif mudah atau tidaknya reaksi peledakkan
dirambatkan ke seluruh muatan. Macam-macam sensitivity / kepekaan, yaitu :
1. Sensitivity to shock / kepekaan terhadap benturan
2. Sensitivity to friction / kepekaan terhadap gesekan
3. Sensitivity to heat / kepekaan terhadap panas
4. Sensitivity to initiation / kepekaan terhadap ledakan pendahulu
5. Sensitivity to cap / kepekaan terhadap gelombang ledakan lain yang jaraknya
berjauhan.
4) Cepat rambat / velocity of detonation
Adalah kecepatan perambatan dari bahan peledak. Kecepatan perambatan
peledakan dapat diukur dengan menggunakan alat micro timer secara langsung
dan dapat juga dengan cara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan sepotong
sumbu ledak yang telah diketahui kecepatannya (metode ini dikenal sebagi
metode dauctriche)
5) Sifat gas beracun / fumes characteristic
Adalah sifat bahan peledak yang menggambarkan banyak sedikitnya gas
beracun yang terjadi sesudah peledakan, seperti CO (Carbon Monoksida), NOx
(Nitrogen Oksida). Fumes terbentuk apabila campuran bahan peledak tidak
balance atau karena bahan peledaknya telah rusak. Fumes sangat membahayakan
untuk pekerjaan di bawah tanah (underground mining).
6) Daya tahan terhadap air / water resistance
Adalah kemampuan dari suatu bahan peledak untuk menahahan
perembesan air. Ketahanan air suatu bahan peledak dinyatakan dalam jumlah jam
lamanya suatu bahan peledak dicelupkan dalam air dan masih dapat di ledakan
dengan baik.
7) Kebolehan / permisibility
Adalah sifat bahan peledak yang menggambarkan dapat tidaknya bahan
peledak tersebut dipakai untuk peledakan dalam tambang batubara, dimana pada
13
umumnya banyak terdapat gas CH4 (gas methane) dan debu-debu batubara yang
mudah terbakar
8) Stabilitas kimia / chemical stability
Adalah ukuran kestabilan bahan peledak dalam penyimpanan / hadling.
Makin stabil bahan peledak berarti tidak mudah mengurai, akibatnya makin aman.
Pengukuran stabilitas kimia adalah dengan mencatat waktu yang diperlukan
sebelum suatu bahan peledak mengurai pada suhu standar (80oC).
9) Kemasan / Packaging
Adalah pembungkusan bahan peledak (pembungkusan dodolnya, bukan
kotaknya) juga harus dianggap sebagai bagian dari bahan peledak dan
diperhitungkan dalam campuran. Jenis pembungkus ini juga mempengaruhi
terhadap gas-gas yang dihasilkan dalam peledakan.
a. Bahan peledak senyawa tunggal, yaitu bahan peledak yang terdiri dari satu
senyawa misal, PETN (Penta Erythritol Tetra Nitrat), TNT (Tri Nitro
Toluena).
b. Bahan peledak Campuran, yaitu bahan peledak yang terdiri dari berbagai
senyawa tunggal seperti: Dinamit (Booster) Black powder, ANFO (Ammonium
Nitrate Fuel Oil).
4) Berdasarkan kepekaannya
Dibagi menjadi dua macam yaitu :
a. Initiating explosive, yaitu bahan peledak yang mudah meledak karena adanya
api, panas, benturan, gesekan misal: bahan-bahan isian detonator (PbN6,
Hg(ONC)2.
b. Non Initiating explosive, yaitu bahan peledak yang sukar meledak yang akan
meledak setelah terjadi peledakan sebelumnya misal: ANFO, Dinamit.
5) Pengelompokan berdasarkan daya ledak
a. High explosive
Adalah bahan peledak berkekuatan tinggi. High explosive adalah peledak
berbahan kimia yang memiliki laju reaksi yang sangat tinggi serta menciptakan
tekanan pembakaran yang sangat tinggi, tidak seperti bahan peledak rendah yang
memiliki tingkat reaksi yang jauh lebih rendah.
b. Low explosive
Adalah bahan peledak berdaya ledak rendah yang mempunyai kecepatan
detonasi (velocity of detonation) antara 400-800 meter per detik. Bandingkan
dengan bahan peledak high explosive yang mempunyai kecepatan detonasi antara
1.000-8.500 meter per detik. Bahan peledak low explosive ini sering disebut
propelan (pendorong).
6) Berdasarkan penggunanya
Berdasarkan kegunaannya, dibedakan menjadi 5 golongan, yaitu:
a. Bahan peledak Blasting, yaitu bahan peledak yang digunakan untuk
pertambangan.
b. Bahan peledak Catridge, digunakan sebagai pembentuk metal projectile
yang berkemampuan tembus atau potong.
15
peledak peka detonator atau primer. Terdapat dua jenis muatan bahan peledak
dalam detonator yang masing-masing fungsinya berbeda, yaitu:
1. Isian utama (primary charge) berupa bahan peledak kuat yang peka (sensitive),
fungsinya untuk menerima efek panas dengan sangat cepat dan meledak
sehingga menimbulkan gelombang kejut.
2. Isian dasar (base charge) disebut juga isian sekunder adalah bahan peledak kuat
dengan Vod tinggi. Fungsinya adalah menerima gelombang kejut dan meledak
dengan kekuatan, besarnya tergantung pada berat isian dasar tersebut.
Kekuatan ledak (strength) detonator ditentukan oleh jumlah isian dasarnya.
Jenis-jenis detonator :
a. Detonator biasa ( plain detonator )
b. Detonator listrik ( electric detonator )
c. Detonator nonel ( nonel detonator )
d. Detonator elektronik ( electronic detonator )
b. Sumbu Peledakan
Yang dimaksud dengan sumbu peledakan disini adalah sumbu api dan
sumbu ledak. Sumbu api adalah sumbu yang disambung ke detonator biasa pada
peledakan dengan menggunakan detonator biasa. Fungsi sumbu api adalah untuk
merambatkan api dengan kecepatan tetap pada detonator biasa. Sedangkan sumbu
ledak adalah sumbu yng pada bagian intinya terdapat bahan peledak PETN.
Fungsi sumbu ledak adalah untuk merangkai suatu sistem peledakan tanpa
menggunakan detonator didalam lubang ledak.
2.6 Pemboran
Maksud dan tujuan pemboran adalah menyiapkan lubang ledak yang
nantinya akan diisi oleh bahan peledak untuk selanjutnya diledakkan.
Kemampuan alat bor ditentukan oleh kecepatan penembusan alat bor dan waktu
yang digunakan untuk penanganan peralatan. Kecepatan pemboran tergantung
pada sifat fisik dan struktur batuan, teknik operasional alat bor, serta pengalaman
dan keterampilan operator.
17
Waktu yang digunakan untuk mengebor satu lubang ledak biasanya disebut
waktu edar (cycle time) pemboran. Kecepatan pemboran ditentukan dengan
rumus:
=
Keterangan:
Vt = Kecepatan pemboran ( meter/menit )
H = Kedalaman lubang bor ( meter )
Ct = Waktu daur rata-rata pemboran ( menit )
2. Rectangular Drill Pattern adalah pola pemboran dimana jarak spasi dalam
satu baris lebih besar dari jarak burden.
4
m
m
3. Square Staggered Drill Pattern atau zigzag adalah pola pemboran dimana
letak lubang bor antar baris dibuat selang-seling atau zigzag dengan jarak
antara burden dan spasi sama.
18
E Pc de
Dimana :
E = Berat bahan peledak setiap lubang
PC = Panjang kolom isian bahan peladak
= Kedalaman (H) Stemming (J)
De = Diameter lubang ledak
SG = Specifik gravity bahan peledak
de = 0.34 x De2 x SG x 1.48
1,48 = Konversi lbs/ft menjadi kg/m
19
2. Powder factor
Powder factor adalah suatu bilangan untuk menyatakan jumlah material
yang diledakkan atau dibongkar oleh sejumlah tertentu bahan peledak. Istilah lain
dari powder factor adalah specific charge weight, beberapa cara dalam
menentukan powder factor berdasarkan buku teknik peledakan terbitan PPTM
sebagai berikut:
a) Berat bahan peledak per volume batuan yang diledakkan (kg/m3)
b) Berat bahan peledak per berat batuan yang diledakkan (kg/ton)
c) Berat batuan per berat bahan peledak (ton/kg)
d) Volume batuan per berat batuan yang diledakkan (m3/kg)
Perhitungan powder factor menurut R.L. Ash dalam buku The Mechanics
of Rock Breakage diformulasikan sebagai berikut:
=
Dimana :
Pf = powder factor
2. Bottom Loading
Ketinggian atau letak alat angkut dan truk jungkit adalah sama. Cara ini
dipakai pada alat muat power shovel.
membuat kelancaran dan keleluasaan gerak alat angkut, sehingga produksi dari
alat tersebut dapat lebih maksimal karena semakin kecil waktu tempuhnya.
3. Iklim (Climate Condition)
Pengaruh cuaca pada suatu daerah kerja (di mana akan berlangsung
penggunaan peralatan mekanis) perlu diketahui, karena akan dipakai untuk
memperkirakan dalam satu tahun hujan selama beberapa hari. Perlu dipahami
bahwa pada waktu hujan penggunaan peralatan mekanis tidak dapat efektif karena
tanah menjadi becek dan peralatan mekanis tidak dapat bekerja dengan baik.
4. Jalan Angkut, Kemiringan dan Jarak (Haul Road, Grade and Distance)
a. Jalan Angkut (Haul Road)
Jalan angkut pada lokasi tambang sangat berpengaruh terhadap kelancaran
operasi pengangkutan material. Perhitungan lebar jalan angkut didasarkan pada
lebar kendaraan terbesar yang dioperasikan. Semakin lebar jalan angkut maka
operasi pengangkutan akan semakin lancar dan aman. Begitupun sebaliknya
semakin sempit jalan angkut maka semakin tidak aman.
b. Kemiringan (Grade) Jalan Angkut
Kemiringan jalan angkut berhubungan langsung dengan kemampuan alat
angkut baik dalam mengatasi tanjakan maupun dalam pengereman pada saat alat
angkut berisi muatan maupun dalam keadaan kosong. Kemiringan jalan angkut
dinyatakan dalam persen (%). Dalam pengertiannya kemiringan 1 % berarti jalan
tersebut naik atau turun 1 meter atau 1 ft untuk setiap jarak mendatar sebesar 100
meter atau 100 ft.
c. Jarak Angkut (Distance)
Jarak angkut juga harus diperhatikan dalam menentukan kecepatan laju
alat angkut tersebut. Kecepatan laju alat angkut makin cepat, maka produksi
(output) alat angkut semakin besar pula.
5. Ketersediaan Alat
Salah satu hal yang mempengaruhi produksi dari alat angkut dalam operasi
penambangan adalah masalah kesediaan (availability) alat. Kesediaan alat
merupakan faktor yang menunjukan kondisi alat angkut yang digunakan dalam
melakukan pekerjaan dengan memperhatikan kehilangan waktu selama waktu
23
kerja dari alat yang tersedia. Untuk itu perlu diperhatikan faktor - faktor sebagai
berikut:
a. Kesediaan Mekanis (Mechanical Availability)
Kesediaan mekanis adalah faktor yang menunjukan kesediaan alat untuk
melakukan pekerjaan dengan memperhitungkan waktu yang hilang karena
kerusakan atau gangguan yang terjadi pada alat tersebut (mechanical reason).
Kesediaan mekanis merupakan perbandingan waktu kerja alat dengan jumlah
waktu kerja alat dan waktu perbaikan alat.
b. Kesediaan Fisik (Physical Availability)
Kesediaan fisik merupakan catatan operasional dari alat, dan menunjukan
apa yang sudah dilakukan selama waktu - waktu yang lampau. Kesediaan fisik
merupakan perbandingan waktu kerja yang tersedia dengan waktu kerja yang
telah dijadwalkan. Di mana waktu kerja yang tersedia mencakup waktu kerja alat
(working hours) dan standby hours. Kemudian waktu kerja yang telah
direncanakan mencakup working hours dan repair hours ditambah dengan
standby hours.
c. Used of Availability
Menunjukan berapa persen waktu yang digunakan oleh suatu alat untuk
beroperasai pada saat dapat digunakan (available).
d. Effective Utilization
Penggunaan efektif menunjukan berapa persen dari waktu yang digunakan
oleh alat untuk bekerja dalam seluruh waktu kerja yang telah dijadwalkan.
Effective utilization merupakan faktor kerja atau efisiensi alat, semakin tinggi nilai
dari penggunaan efektif maka pemakaian alat akan semakin baik.
6. Waktu Edar (Cycle Time) Alat Angkut
Waktu edar adalah waktu yang digunakan oleh alat mekanis untuk
melakukan satu siklus kegiatan. Setiap alat memiliki komponen waktu edar yang
berlainan. Besar kecilnya waktu edar tergantung pada komponen yang ada dan
waktu yang diperlukan oleh masing-masing komponen tersebut. Waktu edar
tersebut dapat diketahui dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan
terahadap alat mekanis.
24
Crushing Plant biasanya terdiri dari beberapa macam unit dalam satu
layout yang dibagi menjadi 4 unit besar menjadi :
1) Unit Pengumpan (Feeding)
Unit Pengumpan (Feeding)adalah komponen dari peralatan pemecah batu
yang berfungsi sebagai pengatur aliran dan pemisah bahan bahan dan penerima
bahan baku (raw material) dari loader, truck maupun excavator. Fungsi utama
feeder adalah mengatur aliran bahan batuan yang masuk ke dalam pemecah batu
(crusher). Alat yang digunakan pada unit pengumpan ini adalah Vibrating Feeder.
Vibrating Feeder termasuk dalam Unit Pengumpan (Feeding), yaitu
sejenis peralatan feeding dimana arah pergerakannya adalah linear. Memiliki fitur
getar yang halus, kemudahan dalam mengoperasikan, tahan lama dan sangat
sesuai untuk aplikasi feeding. Digunakan secara luas pada industri pertambangan.
Feeder merupakan alat pengumpan material dari hopper ke primary crusher atau
jaw crusher. Feeder merupakan heavyduty construction untuk menahan beban
kejut dari batuan yang ditumpahkan dan biasanya dipakai untuk stone crusher
plant kapasitas 50 tph keatas. Penggunaan alat feeder bertujuan agar proses
pengumpanan dari hopper menuju ke alat peremuk dapat berlangsung dengan laju
yang konstan, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, sehingga dapat mencegah
terjadinya penumpukan batu granit atau tidak ada umpan di dalam hopper ataupun
pada alat peremuk.
Jaw Crusher merupakan alat pemecah batu granit tingkat pertama, alat ini
mempunyai bagian-bagian seperti dijelaskan dibawah ini :
1. Setting Block, yaitu bagian untuk mengatur agar lubang bukaan ukurannya
sesuai dengan yang dikehendaki. Bila setting block dimajukan maka jarak
fixed jaw dan swing jaw menjadi lebih pendek atau lebih dekat, begitu
pula sebaliknya.
2. Swing jaw, yaitu bagian dari alat peremuk yang dapat bergerak/rahang
ayun yang berfungsi sebagai memberi gaya tekanan pada material umpan.
3. Fixed Jaw, yaitu sebagian dari alat peremuk yang tidak dapat
bergerak/rahang ayun diam yang berfungsi sebagai pemberi gaya menahan
pada material umpan.
4. Hopper, yaitu bagian mulut dari alat peremuk yang berfungsi sebagai
lubang penerimaan.
5. Guard Sheet adalah dinding yang bergerak dan bersifat kasar yang
digunakan untuk menumbuk dan menghancurkan bahan.
6. Active jaw adalah bagian yang membuat swing jaw dapat bergerak.
7. Toggle Plate adalah seperti baut pecah, digunakan mengerakkan alat
penghancur.
8. Adjust Seat adalah bagian yang digunakan untuk mengatur naik turunnya
dinding penghancur.
9. Spring adalah digunakan untuk menggerakkan toggle plate.
10. Fly wheel adalah roda yang berputar pada saat bekerja.
11. Frame adalah bagian pelindung luar atau penutup.
12. Eccentric shaft adalah poros yang berputar dan menyebabkan alat
bergerak.
13. Bearing adalah bagian yang berfungsi sebagai bantalan bagi eccentric
shaft.
14. Belt pulley wheel adalah sabuk yang menggerakkan roda dan di
hubungkan ke motor penggerak.
15. Tension rod adalah bagian yang berfungsi sebagai penahan swing jaw pada
saat bergerak.
28
penting yang arus diperhatikan dalam pemilihan belt conveyor adalah kecepatan
dan lebar belt.
lengket atau menempel pada return idler, sehingga jalannya sabuk akan
bergelombang dan daya motor akan semakin bertambah besar.
d. Keadaan Topografi
Kondisi lapangan dapat mempengaruhi penggunaan conveyor. Daerah
dengan karakteristik berbukit-bukit dimana kemiringan pada daerah tersebut
cukup besar, maka dibandingkan dengan penggunaan lori atau truck dalam
mengangkut material, conveyor lebih memungkinkan untuk digunakan karena
dalam mengatasi kemiringan kemampuan conveyor lebih besar, yaitu dapat
mencapai 30% - 35%. Hal ini dapat digunakan sebagai alternatif dalam pemilihan
suatu alat angkut.
f. Jarak Pengangkutan
Conveyor dapat digunakan untuk mengangkut material jarak dekat
maupun jarak jauh. Untuk pengangkutan jarak jauh conveyor dibuat dalam
beberapa unit.
Hasil kerja pengangkutan material dengan conveyor berlangsung
berkesinambungan, sehingga dengan demikian dapat menghasilkan produksi
conveyor yang besar, tetapi jika pada suatu saat conveyor mengalami kerusakan,
maka produksi akan menjadi sangat menurun atau bahkan tidak bisa berproduksi
sama sekali. Dengan demikian pertimbangan terhadap kemungkinan ini perlu
dilakukan dalam penggunaan conveyor.
4) Unit Pemisah/ Pengayak material (Screening)
Unit Pemisah/ Pengayak material (Screening) adalah komponen pada
peralatan pemecah batu yang berfungsi untuk menyaring / memisahkan,
membentuk gradasi (grading), dan secara tidak langsung mengontrol penyaluran
material ke unit crusher selanjutnya, bin, atau stock pile.
Tujuan utama Vibrating screen adalah "scalping", yaitu untuk
memindahkan oversize atau undersize material dalam unit crusher, atau untuk
mendapatkan ukuran material (batu) yang dihasilkan. Oversize nantinya akan
dipecah lagi oleh unit crusher, sedangkan Undersize adalah hasil jadi. Posisi deck
atau lembaran screen adalah paralel yang terpisah pada jarak yang cukup agar
dapat menggerakkan material antara deck.
33
Pada umumnya screen terbuat dari kawat baja yang dianyam, dan bidang
persegi empat yang terletak di antara dua bush kawat yang dianyam menentukan
ukuran batu yang dapat lolos melewatinya. Terdapat dua jenis screen yang biasa
dipakai, yaitu vibrating screen dan revolving screen.
Vibrating screen terdiri dari yang datar dan ada yang miring ke bawah
dalam arah aliran bahan. Vibrating screen digetarkan oleh sebuah penggetar yang
ditempelkan di atas atau di kiri dan kanan ayakan. Revolving screen biasanya
terbuat dari drum yang dinding-dindingnya berlubang yang berputar dalam
kedudukan miring ke bawah dalam arah aliran bahan.
Bagianbagian dari screen ada 2 (dua) yaitu Woven wire screen dan
square opening :
1. Woven wire screen, yaitu screen yang terbuat dari kawat baja (wire) yang
dianyam
2. Square opening, yaitu bentuk lubang bukaan screen yang digunakan pada alat
dan berbentuk persegi empat.
pengiriman dan produksi. Batu granit yang telah dieksploitasi ditumpuk pada
suatu tempat yang strategis sebelum dilakukan pengiriman.
Monitoring secara periodik perlu dilakukan sebagai kontrol dalam
manajemen stockpile. Salah satu hal terpenting pada manajemen stockpile yaitu
monitoring volume. Pengukuran volume batu granit menuntut tingkat ketelitian
tertinggi sehingga cadangan dan produksi dapat diperkirakan untuk memenuhi
nilai ekonomisnya.
Terdapat beberapa metode perhitungan volume batu granit, salah satunya
metode cut and fill. Metode perhitungan volume menggunakan metode cut and fill
memiliki prinsip menghitung luasan dua penampang (base surface dan design
surface) serta jarak antara penampang atas dan penampang bawah tersebut
(thickness).
2.10.6 Boundary
Boundary adalah pembatas berupa file string yang tertutup. Boundary
dipakai untukmembatasi suatu daerah perhitungan volume pada metode cut and
fill, atau dapatjuga digunakan menjadi batas desain area pertambangan.
40