S DENGAN
MASALAH UTAMA HALUSINASI DI RUANG SADEWA
RSJD dr. ARIF ZAINUDIN SURAKARTA
STASE KEPERAWATAN JIWA
Disusun Oleh:
Mirza Paramita I4b016033
Oktavia Juyanti I4b016009
Indah Wulansari I4b016024
Awalia Dian N. I4b016034
A. PENGERTIAN
Halusinasi adalah persepsi panca indra tanpa ada rangsangan dari luaryang
dapat mempengaruhi semua sistem penginderaan dimana terjadi pada saat
kesadaran individu itu baik. (Carpenito, 1996). Halusinasi merupakan gangguan
persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi,
sehingga dapat mencederai diri sendir, orang lain dan lingkungan (Yosep, 2007).
Halusinasi adalah gangguan sensori/ persepsi dimana klien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi, suatu penerapan panca indra tanpa ada
rangsangan dari luar (Maramis, 2002).
B. ETIOLOGI
1. FAKTOR PREDISPOSISI
a. Faktor perkembangan
Tugas perkembangan yang terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,
mudah frustasi, hilangnya percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.
b. Faktor sosio cultural
Merasa tidak diterima di lingkungan sejak kecil akan merasa disingkirkan
dan tidak percaya terhadap lingkungannya.
c. Faktor biokimia
Halusinasi timbul karena stress yang berlebihan menyebabkan dihasilkan
suatu zat dalam tubuh yang bersifat halusigenik neorikimia seperti
buffefenon dan dimetil transverase. Dapat juga karena ketidakseimbangan
asetil kolin dan dopamine.
d. Faktor psikologis
Tipe kepribadian yang lemah menyebabkan sesorang terjerumus terhadap
penyalahgunaan zat adiptif. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan
lari dari kenyataan menuju alam hayalan.
2. FAKTOR PRESIPITASI
a. Dimensi fisik
Halusinasi dapat timbul oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang
luar biasa, penggunaan obat-obatan, intoksikasi alcohol dan kesulitan tidur
dalam waktu yang lama.
b. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar masalh yang tidak dapat
diatasi.
c. Dimensi intelektual
Halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang
menekan.
d. Dimensi sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial fase awal dan comfortin, klien
menganggap hidup bersosialisasi sangat berbahaya, kemudian asik dengan
halusinasi nya sendiri.
e. Dimensi spiritual
Klien mulai halusinasi dari kehampaan hidup, rutinitas tidak bermakna,
hilangnya aktivitas ibadah dan jarang mensucikan diri secara spiritual.
C. KLASIFIKASI HALUSINASI
Halusinasi menurut Munith (2015) memiliki beberapa jenis sesuai dengan
karakteristik tertentu, diantaranya yaitu:
1. Halusinasi pendengaran
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara - suara orang,
biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang
sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran
cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan
kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi penciuman
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadang kadang tercium bau
harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
4. Halusinasi peraba
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus
yang terlihat. Contoh: merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati
atau orang lain.
5. Halusinasi pengecap
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis bahkan
menjijikkan.
6. Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir
melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
F. POHON MASALAH
Resiko perilaku kekerasan
Halusinasi
Isolasi sosial
G. RENTANG RESPON
Respon adaptif Respon Maladaptif
H. MANIFESTASI KLINIS
1. Halusinasi dengar atau suara
Data objektif:
Berbicara / tertawa sendiri
Marah-marah tanpa sebab
Mendengarkan telinga ke arah tertentu
Menutup telinga
Data subjektif:
Mendengar suara-suara atau kegaduhan
Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
Mendengar suara yang menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
2. Halusinasi penglihatan
Data objektif:
Menunjuk-nunjuk _ea rah tertentu
Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
Data subjektif:
Melihat bayangan, sinar, hantu atau monster
3. Halusinasi penghidu
Data objektif:
Menghidu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu
Menutup hidung
Data subjektif:
Membau-baui seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang bau itu
menyenangkan
4. Halusinasi pengecapan
Data objektif:
Sering meludah
Muntah
Data subjektif:
Merasakan rasa seperti darah, urin, feses
5. Halusinasi perabaan
Data objektif:
Menggaruk-garuk permukaan kulit
Data subjektif:
Mengatakan ada serangga di permukaan kulit
Merasa seperti tersengat listrik
I. PENANGANAN
Penanganan pada pasien halusinasi diantaranya adalah pemberian psikofarmaka
terapi untuk mengatasi gejala psikotik atau skizofrenia dengan menggunakan obat-
obatan anti psikotik antara lain:
1. Golongan buterofenon
Haloperidol dan lodomer pada kondisi akut biasanya diberikan secara
intramuscular (IM), pemberian injeksi biasanya cukup 3 kali dalam 24 jam
setelah itu biasanya diberikan secara oral.
2. Golongan fenotrazin
Clorpromazin atau promaktile / largattite biasanya diberikan per oral dalam
kondisi akut dengan dosis 3x100 mg. apabila kondisi sudah stabil dapat
dikurangi 1x100 mg pada malam hari saja.
Obat anti psikiotik sering kali menimbulkan efek samping mengantuk, tremor, kaku
otot dan mata melihat ke atas. Untuk mengatasi hal tersebut biasanya dokter
memberikan obat anti parkinsonisme (triheksophemale) 3x2 mg.
J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Pendengaran
1) Melirik mata ke kanan/ ke kiri untuk mencari sumber suara
2) Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang sedang berbicara/
benda mati didekatnya
3) Terlibat pembicaraan dengan benda mati ayau orang yang tidak nampak
4) Menggerakkan mulut seperti mengomel
b. Penglihatan
1) Tiba-tiba tampak tergagap, ketakutan karena orang lain, benda mati atau
stimulus yang tak terlihat
2) Tiba lari ke ruang lain
c. Pengecepan
1) Meludahkan makanan atau minuman
2) Menolak makanan atau minum obat
3) Tiba-tiba meninggalkan meja makan
d. Penghirup
1) Mengkerutkan hidung seperti menghirup udara yang tidak enak
2) Menghirup bau tubuh
3) Menghirup bau udara ketika berjalan kearah orang lain
4) Berespon terhadap bau dengan panic
e. Peraba
1) Menampar diri sendiri seakan-akan sedang memadamkan api
2) Melompat-lompat di lantai seperti menghindari sesuatu yang
menyakitkan
f. Riwayat perilaku mengejar orang lain dan riwayat melakukan kekerasan
pada orang lain.
g. Keluhan neurologis agitasi
h. Menyalahgunakan obat/ zat
2. DIAGNOSA
a. Gangguan persepsi sensori: halusinasi
b. Resiko perilaku kekerasan
c. Isolasi social
3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Rencana tindakan keperawatan dapat menggunakan strategi pelaksanaan
halusinasi menurut Munith (2015) yaitu sebagai berikut:
Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi
SP Pasien SP Keluarga
Tujuan Umum : 1. klien dapat SP 1. membantu SP 1. memberikan
Klien tidak membina pasien mengenal pendidikan
berhalusinasi hubungan halusinasi, kesehatan tantang
Tujuan Khusus : saling percaya menjelaskan cara pengertian
1. pasien dapat 2. klien dapat mengontrol halusinasi halusinasi, jenis
mengenali menceritakan dengan menghardik halusinasi yang
halusinasi tentang halusinasi. dialami pasien, tanda
yang halusinasi 1. diskusikan dengan dan gejala halusinasi,
dialaminya yang pasien tentang isi dan cara-cara
2. pasien dapat dialaminya halusinasi ( apa merawat pasien
mengontrol 3. klien dapat yang dirasakan, halusinasi
halusinasi mengontol didengar, atau 1. libatkan keluarga
3. pasien halusinasi dilihat), waktu dalam perawatan
mengikuti yang terjadi halusinasi, pasien baik di
program dialaminya frekuensi rumah sakit
pengobatan dengan cara terjadinya maupun dirumah
secara menghardik, halusinasi, situasi 2. berikan
optimal bercakap- yang pendidikan
4. keluarga cakap, menyebabkan kesehatan
dapat terlibat melakukan munculnya tentang
dalam aktivitas halusinasi dan pengertian
perwatan terjadwal, dan respon pasien saat halusinasi, jenis
pasien, baik minum obat halusinasi muncul halusinasi yang
di rumah secara teratur 2. latih pasien dialami pasien,
maupun di 4. keluarga mengontrol tanda dan gejala
rumah sakit pasien dapat halusinasi dengan helusinasi,
bekerjasama cara menghardik proses terjadinya
dalam halusinasi halusinasi, dan
merawat 3. anjurkan pasien cara merawat
pasien menerpkan pasien halusinasi
menghardik ketika SP 2. melatih
halusinasi muncul keluarga praktik
SP 2. melatih pasien merawat pasien
mengontrol halusinasi langsung dihadapan
dengan bercakap- pasien. Memberikan
cakap bersama orang kesempatan kepada
lain keluarga untuk
1. evaluasi memperagakan cara
penerapan merawat pasien
menghardik dengan halusinasi
halusinasi langsung dihadapan
2. latih pasien pasien
mengontrol 1. latih keluarga
halusinasi dengan praktik merawat
cara bercakap- pasien langsung
cakap dengan dihadapan pasien
oranglain 2. berikan
3. anjurkan pasien kesempatan
menerpkan kepada keluarga
bercakap-cakap untuk
ketika halusinasi memperagakan
muncul cara merawatan
SP 3. melatih pasien pasien dengan
mengontrol halusinasi halusinasi
dengan melakukan langsung
aktivitas terjadwal dihadapan pasien
1. evaluasi SP 3. membuat
penerapan perencanaan pulang
bercakap-cakap bersama keluarga
saat terjadi 1. buat perencanaan
halusinasi pulang dengan
2. latih pasien keluarga
mengontrol
halusinasi dengan
cara melakukan
aktivitas
3. pimpin dan
damping pasien
membuat jadwal
kegiatan harian
4. anjurkan pasien
rutin melakukan
aktivitas yang
dijadwalkan
SP 4. melatih pasien
minum obat secara
teratur
1. evaluasi
pelaksanaan
aktivitas yang
dijadwalkan
2. jelaskan kegunaan
obat kepada pasien
3. jelaskan akibat
jika putus obat
4. jelaskan cara
mendapatkan obat/
berobat
5. jelaskan cara
minum obat
dengan prinsip 5
benar
BAB II
GAMBARAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Nama : Tn. S
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 47 tahun
Tanggal pengkajian : Rabu, 28 Februari 2017
No. RM : 059662
Sumber informasi : pasien dan rekam medik
5. Psikososial
a. Genogram
Dari BAPA
Keterangan :
: laki-laki : garis pernikahan
: perempuan : tinggal serumah
: meninggal : garis keturunan
: pasien
b. Konsep diri
1) Gambaran diri
Pasien mengatakan bagian tubuh yang paling disukai yaitu pundak/bahu.
2) Identitas diri
Pasien merupakan seorang perempuan yang sudah berusia 44 tahun, pasien
mengatakan sudah menikah dan memiliki 1 orang anak, namun pasien
tidak ingat tentang suami dan anaknya. Pasien hanya ingat tinggal bersama
budhe iparnya. Pasien mengatakan ditinggal oleh suaminya. Suami pasien
kadang pulang tetapi 1 bulan paling hanya sekali dan tidak memberi
nafkah.
3) Peran
Peran pasien di rumah sebagai anggota keluarga bersama budhe iparnya.
4) Ideal diri
Pasien berharap cepat sembuh dan bisa berkumpul kembali dengan
keluarganya. Pasien berharap keluarganya harmonis tetapi kenyataannya
suaminya jarang pulang.
5) Harga diri
Pasien mengatakan malu dengan keadaannya saat ini, terutama karena
suaminya jarang sekali pulang.
c. Hubungan sosial
1) Orang yang berarti
Pasien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya adalah adik
perempuannya.
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok
Pasien tidak aktif mengikuti kegiatan di sekitar lingkungan. Namun pasien
mengaku sering mengobrol atau bercakap-cakap dengan tetangganya.
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Selama di rumah sakit, pasien terlihat sering menyendiri, namun beberapa
kali saja terlihat mengobrol dengan teman-teman satu ruangan. Pasien
mempunyai hambatan dalam mengingat nama orang.
d. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan
Pasien beragama Islam. Pasien menganggap dirinya sehat dan kesehatan
jiwanya tidak terganggu sehingga dirawat di RSJD Surakarta.
2) Kegiatan ibadah
Pasien mengatakan tidak beribadah selama dirawat di RSJ pasien mengaku
tidak bisa beribadah salat.
6. Status mental
a. Penampilan
Pasien memiliki penampilan yang tidak rapi dan rambut yang pendek dan
terdapat kutu dan ketombe. Pasien biasa mandi 2 kali sehari. Pasien dapat
memakai baju sendiri. Ketika ada jadwal keramas pasien dapat keramas,
mengeringkan dan menyisir rambut tanpa bantuan orang lain. Pasien terlihat
sering menggaruk kepalanya karena gatal akibat kutu rambut. Kuku jari
tangan dan kaki pasien panjang dan kotor. Gigi pasien juga kadang terlihat
ada kotoran yang terselip. Pasien juga tidak mampu berhias.
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri
b. Pembicaraan
Pembicaraan lambat dan suara pelan. Pasien kadang tampak kesulitan
menjawab pertanyaan perawat dan kadang terlihat melamun dan bingung.
c. Aktivitas motorik
Tidak ada tik, grimasen maupun tremor. Beberapa kali pasien menunjukan
gejala agitasi seperti terlihat sering mondar mandir dan terlihat sering tidur
sendiri diruang belakang.
d. Alam perasaan
Tidak tampak sedih, ketakutan putus asa, khwatir maupun euforia
Pasien terlihat biasa dengan kondisi dominan seperti kebingungan.
e. Afek
Pasien beberapa kali menunjukan afek yang tidak sesuai. Saat ditanyakan
tentang masa lalu pasien tentang tindakan aniaya seksual yang menimpanya
pasien tidak terlihat sedih, bahkan pasien tertawa tawa.
f. Interaksi selama wawancara
Kontak mata pasien kurang. Pasien tampak lebih banyak menunduk atau
menatap lurus ke depan saat diajak bicara. Tidak ada respon bermusuhan,
mampu berinteraksi dan kooperatif, tampak sangat senang jika diajak
bercakap-cakap.
g. Persepsi
Saat pertama pengkajian pasien mengatakan mendengar ada bisikan dari
seorang wanita untuk berjalan jauh untuk mencari ilmu mengobati orang sakit.
Saat ini pasien masih sering mendengar bisikan-bisikan. Pasien mengaku
bisikan biasa terdengar saat malam hari sekitar pukul 21.00 WIB dengan isi
bisikan berupa ancaman untuk menyuruh tidur. Bisikan juga menyuruh pasien
terus berjalan tanpa henti. Pasien diancam akan dibunuh jika tidak melakukan
hal tersebut. Pasien mengaku juga sering merasa ada yang memukul-mukul
pantatnya untuk segera bangun dan merasa ada yang menjepit hidungnya
sampai sesak, biasanya pada pukul 05.00 pagi. Selain itu pasien juga merasa
jika pipnya ada yang memegang berkali-kali. Tetapi pada saat ditanya, pasien
tahu bahwa tidak ada orang yang memegang pipinya. Meskipun begitu pasien
yakin ada yang memegang pipinya. Pasien juga mengaku sering melihat anak
kecil bergerombol dan mengajaknya jalan jalan serta mengobrol, pasien
menganggap anak kecil tersebut sebagai anaknya. Saat pengkajian, pasien
sering menunjuk-nunjuk ke arah tempat anak kecil itu berdiri. Pasien
mengatakan sering mendengar, melihat dan merasakan hal-hal tersebut kurang
lebih > 5 kali sehari terutama pada malam dan pagi hari, saat sunyi serta
sendiri. Respon pasien ketika datang halusinasinya yaitu pasien menghardik
atau mengusir halusinasinya.
Masalah keperawatan : Gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran, penglihatan, dan perabaan
h. Proses pikir
Bersifat sirkumtansial ditandai dengan sikap berbicara tentang suatu hal
tentang identitas dirinya secara berbicara berbelit. Hanya mengingat namanya
Masalah keperawatan :
i. Isi pikir
Berisi pikiran magis, ada waham kebesaran
Pasien memiliki keyakinan mampu menyembuhkan orang yang sakit. Pasien
mengaku mempunyai keahlian seperti dokter dapat mengobati orang sakit.
Mengobati dengan cara memeriksa, kemudian memegang tangan, merasa
getaran pada siku, kemudian berkata disuntik (dicubit). Pasien kemudian
menyarankan minum obat jamu segar 3 x sehari yang berisi temulawak dan
kunyit.
Masalah keperawatan : Waham Kebesaran
j. Tingkat kesadaran
Tampak bingung
Pasien dalam keadaan sadar, tampak sulit menjawab pertanyaan.
k. Memori
Pasien tidak mampu mengingat masa lalunya dengan suami dan anak, tidak
mengingat alamat rumahnya
Pasien mengalami Gangguan memori jangka panjang
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Mampu berhitung sederhana. Mampu berkonsentrasi namun harus lebih
mengarahkan pertanyaan.
m. Kemampuan penilaian
Gangguan kemampuan penilaian ringan
Pasien dapat memilih mana yang didahulukan antara makan dan mandi,
memilih makan dulu kemudian mandi.
n. Daya tilik diri
Pasien merasa dirinya sehat dan tidak punya penyakit
8. Mekanisme koping
a. Adaptif : Bicara dengan orang lain
b. Maladaptif : Menghindar
B. ANALISA DATA
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN :
SP 4:
25.
E. IMPLEMENTASI
Tanggal/ Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
Jam
28/02-17 Halusinasi SP 1 S: Pasien mengatakan akan menghardik
Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan apabila suara-suara bisikan itu muncul
cara mengontrol halusinasi dengan menghardik kembali. Pasien masih mendengar bisikan
halusinasi suara-suara dan melihat bayangan putih, saat
DS: bisikan itu muncul pasien menolaknya
Pasien mengatakan masih mendengar bisikan-bisikan dengan cara menghardik.
dan melihat bayangan putih yang mengikutinya. O: Pasien terlihat mempraktikan cara
Bisikan itu muncul saat malam hari dan saat keadaan mengontrol halusinasi dengan cara
sedang sepi. Terkadang pasien mengikuti bisikan- menghardik, terdapat kontak mata, pasien
bisikan yang didengar misalnya bisikan tersebut terkadang berbicara tidak nyambung, pasien
menyuruh pasien untuk berjalan-jalan tanpa tujuan, terlihat mondar-mandir.
bahkan pasien pernah mengikuti bisikan untuk A: Halusinasi masih ada dengan frekuensi
membunuh anaknya. Namun, terkadang bisikan tida terhingga.
tersebut ditolak oleh pasien. P: Anjurkan pasien untuk latihan mengontrol
DO: halusinasi dengan cara menghardik 2 kali
Pasien terkadang terlihat sepeti sedang memperhatikan sehari pagi dan sore hari.
atau mendengarkan
Pasien terkadang terlihat sedang berbicara sendiri
Implementasi:
1. Membina hubungan saling percaya
2. Mendiskusikan dengan pasien tentang isi halusinasi
yang dilihat dan didengar, waktu terjadinya,
frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang
menyebabkan halusinasi, dan bagaimana respon
pasien saat halusinasi.
3. Menjelaskan kepada pasien cara mengontrol
halusinasi, menghardik, bercakap-cakap , membuat
aktivitas kelompok yang terjadwal dan minum obat
secara teratur.
4. Mengajarkan pasien cara menghardik
5. Memperagakan pada pasien cara menghardik
6. Meminta pasien memperagakan cara menghardik
seperti yang telah dipraktekan perawat.
7. Memberi reinforcement positif atas kemampuan
pasien memperagakan cara menghardik.
8. Menanyakan perasaan pasien setelah berlatih cara
menghardik.
9. Membuat kontrak selanjutnya, yaitu cara
mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap
RTL:
1. Evaluasi SP 1
2. Lanjut SP 2: Melatih pasien mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap dengan orang lain S: Pasien mengatakan bisikan-bisikan suara
SP 2 masih ada, dalam sehari bisikan tersebut
Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan muncul sebanyak kurang lebih 5-6 kali,
bercakap-cakap bersama orang lain pasien mengatakan sudah mempraktikan
DS: menghardik saat halusinasi muncul, pasien
Pasien mengatakan bisikan-bisikan suara masih ada, mengatakan akan bercakap-cakap bersama
pasien mengatakan sudah mempraktikan cara orang lain ketika bisikan-bisikan suara
menghardik ketika bisikan-bisikan suara tersebut muncul.
muncul, pasien mengatakan memiliki perasaan yang O: Pasien terlihat bercakap-cakap dengan
tidak enak apabila suara-suara tersebut pasien lainnya, pasien terlihat melamun,
dihardik/ditolak olehnya. Pasien mengatakan masih terkadang pasien terlihat sepeti sedang
ada keinginan untuk mengikuti bisikan-bisikan suara memperhatikan sesuatu. Terdapat kontak
tersebut mata
DO: A: Halusinasi masih ada, frekuensi 5-6 kali
Pasien terlihat melamun, terdapat kontak mata, pasien dalam sehari
terlihat mondar-mandir, pasien tampak seperti sedang P: Anjurkan pasien untuk bercakap-cakap
mendengarkan sesuatu. bersama orang lain ketika halusinasi muncul.
Implementasi:
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Menanyakan perasaan dan keluhan saat ini
3. Menanyakan tentang halusinasi
4. Mengevaluasi penerapan cara dalam mengontrol
halusinasi :menghardik
5. Mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap bersama oang lain
6. Memberi reinforcement positif atas kemampuan
pasien
7. Menanyakan perasaan setelah berlatih bercakap-
cakap bersama oang lain.
8. Menanyakan berapa cara untuk mengontrol
halusinasi.
9. Memotivasi pasien untuk mempraktikkan cara-cara
yang sudah dilatih
10. Melakukan kontrak waktu cara mengendalikan
halusinasi dengan cara membuat aktivitas terjadwal
RTL:
1. Evaluasi SP 2
2. Lanjut SP 3: Melatih pasien mengendalikan S: Pasien mengatakan masih mendengar
halusinasi dengan membuat aktivitas terjadwal bisikan-bisikan suara namun sudah jarang,
SP 3 ketika halusinasi muncul pasien bercakap-
Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cakap bersama orang lain, pasien
membuat aktivitas terjadwal mengatakan akan melakukan aktivitas sesuai
DS: jadwal yang sudah dibuat, pasien
Pasien mengatakan masih mendengar bisikan-bisikan mengatakan senang dengan aktivitas yan
suara namun sudah jarang, bisikan tersebut muncul dimilikinya.
ketika keadaan sepi dan pada malam hari. Selain itu O: Terdapat kontak mata, pasien terlihat
pasien mengatakan saat pasien sedangn sendiri atau membaca dan memahami jadwal
sedang melamun suara tersebut juga muncul. aktivitasnya, pasien tampak menyimpan
DO: dengan hati-hati jadwal aktivitasnya tersebut
Pasien terlihat bingung, wajah tegang, pandangan A: halusinasi masih ada naumun sudah
tajam, terdapat kontak mata, pasien terkadang terlihat jarang, frekuensi kurang lebih 4 kali
seperti sedang memperhatikan sesuatu P: Anjurkan pasien untuk latihan
Implementasi: menerapkan aktivitas yang terjadwal.
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Menanyakan perasaan dan keluhan saat ini
3. Menanyakan tentang halusinasi
4. Mengevaluasi penerapan cara dalam mengontrol
halusinasi :menghardik dan bercakap-cakap dengan
orang lain
5. Mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan
membuat aktivitas terjadwal yang bisa dilakukan
6. Menjelaskan pentingnya aktivitas teratur untuk
mengatasi halusinasi
7. Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan
pasien
8. Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai
aktivitas
9. Memberi reinforcement positif atas kemampuan
pasien
10. Menanyakan perasaan setelah berlatih membuat
jadwal harian.
11. Menanyakan berapa cara untuk mengontrol
halusinasi.
12. Memotivasi pasien untuk mempraktikkan cara-
cara yang sudah dilatih
13. Melakukan kontrak waktu untuk pertemuan
selanjutnya yaitu cara minum obat 5 benar
RTL:
1. Evaluasi SP 3
2. Lanjut SP 4: Melatih pasien minum obat degan 5 S: Pasien mengatakan halusinasi masih ada
benar namun sudah jarang, frekuansi munculnya
SP 4 bisikan tersebut kurang lebih 5 kali dalam
Melatih pasien minum obat degan 5 benar sehari, pasien mengatakan sudah
DS: mempraktikan cara untuk menghilangkan
Pasien mengatakan masih ada bisikan-bisikan suara bisikan-bisikan suara tersebut, pasien
namun sudah jarang, bayangan yang muncul juga mengatakan akan menghafalkan cara benar
sudah jarang, pasien mengatakan sudah mempraktikan minum obat, pasien mengatakan minum obat
cara untuk menghilangkan bisikan-bisikan suara sehari 2 kali yaitu pada pagi dan sore hari,
tersebut. pasien mengatakan terdapat 3 jenis obat yang
DO: diminumnya.
Pasien terlihat bingung, terlihat sesekali melamun, O: Pasien terlihat menghafalkan prinsip 5
pasien terlihat tegang, pandangan mata tajam benar minum obat, pasien terlihat memahami
Implementasi: fungsi minum obat dan kerugian apabila telat
1. Mengidentifikasi respon dan perasaan pasien saat meminum obat
ini. A: halusinasi masih ada, frekuensi 5 kali
2. Mengidentifikasi halusinasi pasien (isi, frekuensi, sehari
waktu, dan respon pasien). P: Anjurkan pasien untuk meminum obat
3. Mengevaluasi aktivitas terjadwal yang pasien miliki dengan prinsip 5 benar
4. Melakukan kontrak waktu untuk mengajarkan
minum obat dengan prinsip 5 benar.
5. Mendiskusikan manfaat minum obat.
6. Mendiskusikaan kerugian tidak minum obat
7. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan minum
obat (jelaskan 5 benar: benar obat, benar pasien,
benar waktu, benar dosis dan benar cara pemberian)
8. Menganjurkan pasien mengulangi tentang cara 5
benar minum obat.
9. Memasukkan minum obat pada jadwal harian
pasien.
RTL:
1. Evaluasi SP 1 sampai SP 4
2. Memvaliditas kemampuan pasien dalam
mengontrol halusinasi dengan cara menghardik,
bercakap-cakap bersama orang lain, membuat
aktivitas terjadwal dan meminum obat dengan
prinsip 5 benar.
jam
11 Gangguan SP 1 S= TIM
februari persepsi 1. Membina hubungan saling percaya Pasien mengatakan terakhir mendengar
2. Mendiskusikan dengan pasien tentang isi dan melihat halusinasi (bisikan dan
2015 sensori halusinasi yang dilihat dan didengar, waktu bayangan) tadi malam sebelum tidur dan
terjadinya, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi pagi hari setelah bangun tidur.
Jam halusinasi yang menyebabkan halusinasi, dan bagaimana Pasien mengatakan isi halusinasinya
respon pasien saat halusinasi. berupa sosok anak kecil seorang laki-
10.00 pendengaran 3. Menjelaskan kepada pasien cara mengontrol laki yang mirip seperti anaknya dan
halusinasi, menghardik, bercakap-cakap , mendengar bisikan seorang wanita.
,penglihatan, membuat aktivitas kelompok yang terjadwal dan Pasien mengatakan sudah bias
minum obat secara teratur. memperagakan cara menghardik
dan perabaan 4. Mengajarkan pasien cara menghardik halusinasinya.
5. Memperagakan pada pasien cara menghardik O=
6. Meminta pasien memperagakan cara menghardik
seperti yang telah dipraktekan perawat.
7. Memberi reinforcement positif atas kemampuan Pasien tampak bingung dan suka
pasien memperagakan cara menghardik. melamun
8. Menanyakan perasaan pasien setelah berlatih Pembicaraan lambat dan suara pelan
cara menghardik Kontak mata ada namun tatapan
9. Membuat kontrak selanjutnya, yaitu cara minum kosong.
obat yang benar dan teratur. Pasien kooperatif dan mau
mempraktekan cara menghardik
A = Pasien mampu mempraktekkan cara
menghardik
Gangguan Sp 2 S= TIM
persepsi 1. Mengidentifikasi respon dan perasaan pasien saat Pasien menyatakan minum obat
ini berwarna orange, putih, dan merah
sensori 2. Mengidentifikasi halusinasi pasien (isi, frekuensi, jambu.
waktu, dan respon pasien) Pasien mengatakan minum obat setelah
halusinasi 3. Mengevaluasi penggunaan teknik menghardik makan pada jam 07.00 pagi, jam 12.00
halusinasi. siang dan 07.00 malam.
pendengaran 4. Melakukan kontrak waktu untuk mengajarkan Pasien mengatakan cara minum obatnya
SP2: minum obat dengan benar. dengan ditelan menggunakan air putih.
, penglihatan 5. Menjelaskan manfaat minum obat O=
6. Menjelaskan kerugian tidak minum obat
dan perabaan Pasien terlihat menjelaskan obat yang
diminum
7. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan minum
Pasien tampak bingung saat
obat (jelaskan 6 benar: jenis, guna, dosis, menyebutkan warna obat yang diminum
frekuensi, cara, kontinuitas minum obat). Pasien tidak mengetahui efek dari
8. Menganjurkan pasien menyebutkan warna obat masing-masing obat
yang diminumdan waktu minum obat. Pasien mempraktekan cara minum obat
9. Menganjurkan pasien mengulangi tentang cara A = Pasien mampu menyebut cara minum
benar minum obat.
10. Memasukan minum obat pada jadwal harian obat dengan benar meskipun masih bingung
pasien.
11. Menanyakan perasaan pasien setelah berdiskusi dan harus dengan pengarahan oleh perawat
12-2- 12. Membuat kontak selanjutnya yaitu cara bercakap-
cakap dengan orang lain. Pp = Evaluasi kemampuan pasien dalam
2015
mengenal obat-obatan yang diminum
Jam
Pk = Ajarkan pasien mengontrol halusinasi
11.00
dengan SP3 yaitu bercakap-cakap dengan
orang lain.
Gangguan SP 3 S= TIM
persepsi 1. Mengidentifikasi respon dan perasaan pasien saat Pasien mengatakan mendengar bisikan
ini. dan melihat anak kecil bergerombolan
sensori 2. Menanyakan pada pasien sudah makan dan minum tadi pagi diruangan
obat Pasien mengatakan sudah menerapkan
halusinasi 3. Mengidentifikasi halusinasi pasien(suara, menghardik dan minum obat secara
frekuensi, waktu dan respon pasien). teratur
pendengaran 4. Mengevaluasi penggunaan teknik menghardik dan Pasien mengatakan tidak menyakan
cara minum obat dengan benar. manfaat obat ke perawat ruangan
,penglihatan 5. Melakukan kontrak waktu untuk mengajarkan SP3 Pasien mengatakan ketika mau minum
: bercakap-cakap dengan orang lain.enjelaskan obat masih tinggal diminum saja tanpa
dan perabaan manfaat bercakap-cakap dengan teman, perawat, bertanya obat tersebut punya dia atau
dan keluarga dalam menghilangkan halusinasi. tidak
6. Membuat jadwal kegiatan sehari-hari bercakap- O=
cakap untuk menghilangkan halusinasi.
7. Memberi kesempatan pasien memperagakan cara Kontak mata sudah mulai lama menatap
bercakap-cakap dengan teman/perawat. lawan bicara
8. Memberikan reinforcement positif. Afek stabil
9. Membuat kontrak untuk mengajarkan cara Pasien tampak memperagakan bercakap-
menghilangkan halusinasi dengan cara yang cakap dengan teman satu ruangan
terakhir yaitu melakukan aktivitas terjadwal A=
10. Mengakhiri latihan SP 3 dengan cara yang baik.
Pasien dapat mengenal halusinasi
Pasien mampu mempraktekkan
mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik tetapi suara pelan, minum
obat dan bercakap-cakap
Pp = Pantau penerapan cara menghardik,
halusinasi
11-2- Gangguan isi SP 1 S= TIM
2015 pikir: waham 1. Mengucapakan salam therapeutic Pasien mengatakan bahwa dirinya bisa
2. Membina hubungan saling percaya mengobati orang yang sakit
09. 00 kebesaran 3. Melakukan kontrak waktu Pasien menjelaskan membuat ramuan
4. Mengidentifikasi penyebab pasien masuk RS jamu segar
5. Mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi Pasien mengatakan senang karena bisa
yaitu perasaan dihargai bercerita tentang perasaanya
6. Memenuhi kebutuhan pasien untuk dihargai O=
dengan komunikasi terapeutik
7. Memberikan reinforcement positif karena pasien Bicara pasien tidak jelas/kacau
mampu menceritakan perasaannya Pasien terlihat bingung dan mondar-
8. Mempraktekan pemenuhan kebutuhan yang tidak mandir di ruangan
terpenuhi Pasien mempraktekan cara mengobati
9. Menanyakan perasaan setelah berbincang-bincang orang sakit.
10. Menanyakan topik pembicaraan yang telah A = Pasien mempercayai wahamnya. Pasien
dibicarakan
11. Melakukan kontrak selanjutnya yaitu berbincang- mengingat masuk ke rumah sakit
bincang mengenai kemampuan yang pernah
dimiliki pasien Pp =
12. Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik.
Penerapan pemenuhan kebutuhan yang
tidak terpenuhi
Identifikasi asal wahamnya
Pk = Bantu pasien mengenai kemampuan
pikir: waham 1. Mengucapkan salam therapeutic Pasien mengatakan hobi memasak dan
2. Menanyakan perasaan dan keluhan pasien membersihkan rumah seperti menyapu
kebesaran 3. Kontrak waktu untuk membicarakan hobi dan mengepel.
4. Menanyakan hobi pasien Pasien mengatakan sudah dari waktu
5. Menanyakan pertama kali menyukai hobi tersebut muda suka masak
6. Menanyakan yang mengajari hobi tersebut Pasien mengatakan belajar masak dari
7. Memasukan jadwal sehari-hari. budhenya.
8. Memberikan reinforcement positif O=
9. Menanyakan perasaan setelah bercakap-cakap
tentang hobi dan kemampuan pasien Pasien memperagakan cara memasak
10. Kontrak waktu untuk pertemuan selanjutnya yaitu Pasien memperagakan menyapu
membicarakan tentang obat yang harus diminum A = Pasien mampu menceritakan tentang
pasien.
11. Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik. hobinya
12-2-
Pp = Evaluasi penerapan melakukan kegiatan
2015
yang disukai seperti menyapu.
09. 00
Pp = Ajarkan cara yang terakhir mengontrol
dan teratur
13-2- Gangguan isi SP 3 S=
2015 pikir : 1. Mengucapkan salam therapeutic Pasien mengatakan minum 3 obat yang
2. Menanyakan hobi apakah sudah dilakukan berwarna orange, putih, dan merah
09. 00 waham 3. Kontrak waktu untuk membicarakan tentang cara jambu.
minum obat yang benar Pasien mengatakan minum obat jam 7
kebesaran 4. Menanyakan berapa macam obat yang diminum pagi, jam 12 siang, dan jam 7 malam.
5. Menanyakan waktu minum obat Pasien mengatakan minum obat dengan
6. Menjelaskan manfaat minum obat teratur cara ditelan dan minum air putih
7. Menjelaskan kerugian tidak minum obat O=
8. Menjelaskan 5 cara benar minum obat (benar
pasien, benar obat, benar waktu, benar rute, benar Pasien tampak memperagakan cara
dosis) minum obat
9. Menanyakan perasaan setelah bercakap-cakap pasien menunjukan obat yang diminum
Tentang minum obat A=
10. Memasukan pada jadwal kegiatan harian Pasien dapat menyebutkan obat yang
11. Mengakhiri kegiatan dengan baik diminum
Pasien dapat menyebutkan waktu
minum obat
Pp = Evaluasi kemampuan pasien terhadap
Hambatan :
Hambatan yang ditemukan saat merawat pasien yaitu karena pembicaraan
pasien yang lambat dan pelan. Selain itu pasien sering terlihat bingung saat dan
pasien lupa memori jangka panjangnya. Hal ini menyebabkan kesulitan dalam
menggali data.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Ny. N belum dapat mengatasi halusinasinya karena halusinasi masih muncul.
Saat ini pasien mengatakan halusinasi masih muncul 5x sehari, terjadi saat
terutama pasien sedang sendiri. Tetapi pasien dapat melakukan cara
mengontrol halusinasi dengan menghardik, bercakap-cakap, dan membuat
kegiatan terjadwal. Pasien juga patuh minum obat.
2. Ny. N belum dapat mengatasi wahamnya. Pasien masih merasa dirinya dapat
menyembuhkan orang lain. Pasien sudah mulai dapat memulai percakapan
dan sudah tampak mengobrol dengan temannya. Hal tersebut menunjukkan
kebutuhan untuk dihargai pasien mulai terpenuhi.
B. SARAN
1. Fasilitasi pasien untuk mengikuti TAK untuk mengoptimalkan pemberian
intervensi yang diberikan.
2. Libatkan keluarga dalam pemberian intervensi kepada pasien.
DAFTAR PUSTAKA