Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.

S DENGAN
MASALAH UTAMA HALUSINASI DI RUANG SADEWA
RSJD dr. ARIF ZAINUDIN SURAKARTA
STASE KEPERAWATAN JIWA

Disusun Oleh:
Mirza Paramita I4b016033
Oktavia Juyanti I4b016009
Indah Wulansari I4b016024
Awalia Dian N. I4b016034

PROGRAM PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2017
BAB I
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Halusinasi adalah persepsi panca indra tanpa ada rangsangan dari luaryang
dapat mempengaruhi semua sistem penginderaan dimana terjadi pada saat
kesadaran individu itu baik. (Carpenito, 1996). Halusinasi merupakan gangguan
persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi,
sehingga dapat mencederai diri sendir, orang lain dan lingkungan (Yosep, 2007).
Halusinasi adalah gangguan sensori/ persepsi dimana klien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi, suatu penerapan panca indra tanpa ada
rangsangan dari luar (Maramis, 2002).
B. ETIOLOGI
1. FAKTOR PREDISPOSISI
a. Faktor perkembangan
Tugas perkembangan yang terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,
mudah frustasi, hilangnya percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.
b. Faktor sosio cultural
Merasa tidak diterima di lingkungan sejak kecil akan merasa disingkirkan
dan tidak percaya terhadap lingkungannya.
c. Faktor biokimia
Halusinasi timbul karena stress yang berlebihan menyebabkan dihasilkan
suatu zat dalam tubuh yang bersifat halusigenik neorikimia seperti
buffefenon dan dimetil transverase. Dapat juga karena ketidakseimbangan
asetil kolin dan dopamine.
d. Faktor psikologis
Tipe kepribadian yang lemah menyebabkan sesorang terjerumus terhadap
penyalahgunaan zat adiptif. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan
lari dari kenyataan menuju alam hayalan.

2. FAKTOR PRESIPITASI
a. Dimensi fisik
Halusinasi dapat timbul oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang
luar biasa, penggunaan obat-obatan, intoksikasi alcohol dan kesulitan tidur
dalam waktu yang lama.
b. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar masalh yang tidak dapat
diatasi.
c. Dimensi intelektual
Halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang
menekan.
d. Dimensi sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial fase awal dan comfortin, klien
menganggap hidup bersosialisasi sangat berbahaya, kemudian asik dengan
halusinasi nya sendiri.
e. Dimensi spiritual
Klien mulai halusinasi dari kehampaan hidup, rutinitas tidak bermakna,
hilangnya aktivitas ibadah dan jarang mensucikan diri secara spiritual.

C. KLASIFIKASI HALUSINASI
Halusinasi menurut Munith (2015) memiliki beberapa jenis sesuai dengan
karakteristik tertentu, diantaranya yaitu:
1. Halusinasi pendengaran
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara - suara orang,
biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang
sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran
cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan
kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi penciuman
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadang kadang tercium bau
harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
4. Halusinasi peraba
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus
yang terlihat. Contoh: merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati
atau orang lain.
5. Halusinasi pengecap
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis bahkan
menjijikkan.
6. Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir
melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.

D. PROSES TERJADINYA MASALAH


Halusinasi yang dialami klien biasanya berbeda intensitas dan keparahannya.
Fase-fase halusinasi terbagi menjadi 4, yaitu:
1. Fase comforting
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah, kesepian.
Klien mungkin melamun atau memfokukan pikiran pada hal yang
menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan dan stress. Klien masih
mampu mengontrol kesadarannya dan mengenal pikirannya, namun intensitas
persepsi meningkat. Menurut Rasmun (2001), halusinasi pada tahap I yaitu
memberi rasa nyaman, tingkat ansietas sedang, secara umum halusinasi
merupakan suatu kesenangan.
2. Fase condemning
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan
eksternal, klien berada pada tingkat listening pada halusinasi. Pemikiran
internal menjadi menonjol, gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat berupa
bisikan yang tidak jelas, klien takut apabila orang lain mendengar dan klien
merasa tak mampu mengontrolnya. Klien membuat jarak antara dirinya dan
halusinasi dengan memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari orang
lain. Menurut Rasmun (2001), halusinasi tahap II yaitu menyalahkan dimana
tingkat kecemasan berat dan secara umum halusinasi menyebabkan rasa
antipati.
3. Fase controlling
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi terbiasa
dan tak berdaya pada halusinasinya. Halusinasi memberi kesenangan dan rasa
aman sementara. Menurut Rasmun (2001), halusinasi tahap III yaitu
mengontrol dimana tingkat kecemasan berat dan pengalaman halusinasi tidak
dapat ditolak lagi.
4. Fase conquering
Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari kontrol
halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi
mengancam, memerintah dan memarahi klien tidak dapat berhubungan dengan
orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya klien berada dalam dunia
yang menakutkan dalam waktu singkat, beberapa jam atau selamanya. Proses
ini menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi. Sedangkan menurut Rasmun
(2001), halusinasi tahap IV yaitu klien sudah dikuasai oleh halusinasi dan klien
cenderung panik.

E. SEBAB DAN AKIBAT


Menurut Towsend dalam Yosep (2008) mengungkapkan halusinasi sering
disebabkan karena panic, stress yang berat, yang mengancam ego yang lemah dan
isolasi sosial (menarik diri). Sedangkan Kelliat (2006) mengungkapkan gangguan
persepsi sensori halusinasi dapat beresiko untuk mencederai diri sendiri, orang lain
dan lingkungan.

F. POHON MASALAH
Resiko perilaku kekerasan

Halusinasi

Isolasi sosial

G. RENTANG RESPON
Respon adaptif Respon Maladaptif

Pikiran logis Pikiran kadang Kelainan


Persepsi akurat minimal pikiran atau
Emosi konsisten Ilusi delusi
dengan Reaksi emosional Halusinasi
pengalaman berlebih Ketidakmampu
Perilaku sesuai Perilaku ganjil an mengontrol
Hubungan sosial atau tidak lazim emosi
yang baik Menarik diri Ketidakteratura
n perilaku
Isolasi sosial

H. MANIFESTASI KLINIS
1. Halusinasi dengar atau suara
Data objektif:
Berbicara / tertawa sendiri
Marah-marah tanpa sebab
Mendengarkan telinga ke arah tertentu
Menutup telinga

Data subjektif:
Mendengar suara-suara atau kegaduhan
Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
Mendengar suara yang menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
2. Halusinasi penglihatan
Data objektif:
Menunjuk-nunjuk _ea rah tertentu
Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
Data subjektif:
Melihat bayangan, sinar, hantu atau monster
3. Halusinasi penghidu
Data objektif:
Menghidu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu
Menutup hidung
Data subjektif:
Membau-baui seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang bau itu
menyenangkan
4. Halusinasi pengecapan
Data objektif:
Sering meludah
Muntah
Data subjektif:
Merasakan rasa seperti darah, urin, feses
5. Halusinasi perabaan
Data objektif:
Menggaruk-garuk permukaan kulit
Data subjektif:
Mengatakan ada serangga di permukaan kulit
Merasa seperti tersengat listrik

I. PENANGANAN
Penanganan pada pasien halusinasi diantaranya adalah pemberian psikofarmaka
terapi untuk mengatasi gejala psikotik atau skizofrenia dengan menggunakan obat-
obatan anti psikotik antara lain:
1. Golongan buterofenon
Haloperidol dan lodomer pada kondisi akut biasanya diberikan secara
intramuscular (IM), pemberian injeksi biasanya cukup 3 kali dalam 24 jam
setelah itu biasanya diberikan secara oral.
2. Golongan fenotrazin
Clorpromazin atau promaktile / largattite biasanya diberikan per oral dalam
kondisi akut dengan dosis 3x100 mg. apabila kondisi sudah stabil dapat
dikurangi 1x100 mg pada malam hari saja.
Obat anti psikiotik sering kali menimbulkan efek samping mengantuk, tremor, kaku
otot dan mata melihat ke atas. Untuk mengatasi hal tersebut biasanya dokter
memberikan obat anti parkinsonisme (triheksophemale) 3x2 mg.

J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Pendengaran
1) Melirik mata ke kanan/ ke kiri untuk mencari sumber suara
2) Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang sedang berbicara/
benda mati didekatnya
3) Terlibat pembicaraan dengan benda mati ayau orang yang tidak nampak
4) Menggerakkan mulut seperti mengomel
b. Penglihatan
1) Tiba-tiba tampak tergagap, ketakutan karena orang lain, benda mati atau
stimulus yang tak terlihat
2) Tiba lari ke ruang lain
c. Pengecepan
1) Meludahkan makanan atau minuman
2) Menolak makanan atau minum obat
3) Tiba-tiba meninggalkan meja makan
d. Penghirup
1) Mengkerutkan hidung seperti menghirup udara yang tidak enak
2) Menghirup bau tubuh
3) Menghirup bau udara ketika berjalan kearah orang lain
4) Berespon terhadap bau dengan panic
e. Peraba
1) Menampar diri sendiri seakan-akan sedang memadamkan api
2) Melompat-lompat di lantai seperti menghindari sesuatu yang
menyakitkan
f. Riwayat perilaku mengejar orang lain dan riwayat melakukan kekerasan
pada orang lain.
g. Keluhan neurologis agitasi
h. Menyalahgunakan obat/ zat
2. DIAGNOSA
a. Gangguan persepsi sensori: halusinasi
b. Resiko perilaku kekerasan
c. Isolasi social
3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Rencana tindakan keperawatan dapat menggunakan strategi pelaksanaan
halusinasi menurut Munith (2015) yaitu sebagai berikut:
Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi
SP Pasien SP Keluarga
Tujuan Umum : 1. klien dapat SP 1. membantu SP 1. memberikan
Klien tidak membina pasien mengenal pendidikan
berhalusinasi hubungan halusinasi, kesehatan tantang
Tujuan Khusus : saling percaya menjelaskan cara pengertian
1. pasien dapat 2. klien dapat mengontrol halusinasi halusinasi, jenis
mengenali menceritakan dengan menghardik halusinasi yang
halusinasi tentang halusinasi. dialami pasien, tanda
yang halusinasi 1. diskusikan dengan dan gejala halusinasi,
dialaminya yang pasien tentang isi dan cara-cara
2. pasien dapat dialaminya halusinasi ( apa merawat pasien
mengontrol 3. klien dapat yang dirasakan, halusinasi
halusinasi mengontol didengar, atau 1. libatkan keluarga
3. pasien halusinasi dilihat), waktu dalam perawatan
mengikuti yang terjadi halusinasi, pasien baik di
program dialaminya frekuensi rumah sakit
pengobatan dengan cara terjadinya maupun dirumah
secara menghardik, halusinasi, situasi 2. berikan
optimal bercakap- yang pendidikan
4. keluarga cakap, menyebabkan kesehatan
dapat terlibat melakukan munculnya tentang
dalam aktivitas halusinasi dan pengertian
perwatan terjadwal, dan respon pasien saat halusinasi, jenis
pasien, baik minum obat halusinasi muncul halusinasi yang
di rumah secara teratur 2. latih pasien dialami pasien,
maupun di 4. keluarga mengontrol tanda dan gejala
rumah sakit pasien dapat halusinasi dengan helusinasi,
bekerjasama cara menghardik proses terjadinya
dalam halusinasi halusinasi, dan
merawat 3. anjurkan pasien cara merawat
pasien menerpkan pasien halusinasi
menghardik ketika SP 2. melatih
halusinasi muncul keluarga praktik
SP 2. melatih pasien merawat pasien
mengontrol halusinasi langsung dihadapan
dengan bercakap- pasien. Memberikan
cakap bersama orang kesempatan kepada
lain keluarga untuk
1. evaluasi memperagakan cara
penerapan merawat pasien
menghardik dengan halusinasi
halusinasi langsung dihadapan
2. latih pasien pasien
mengontrol 1. latih keluarga
halusinasi dengan praktik merawat
cara bercakap- pasien langsung
cakap dengan dihadapan pasien
oranglain 2. berikan
3. anjurkan pasien kesempatan
menerpkan kepada keluarga
bercakap-cakap untuk
ketika halusinasi memperagakan
muncul cara merawatan
SP 3. melatih pasien pasien dengan
mengontrol halusinasi halusinasi
dengan melakukan langsung
aktivitas terjadwal dihadapan pasien
1. evaluasi SP 3. membuat
penerapan perencanaan pulang
bercakap-cakap bersama keluarga
saat terjadi 1. buat perencanaan
halusinasi pulang dengan
2. latih pasien keluarga
mengontrol
halusinasi dengan
cara melakukan
aktivitas
3. pimpin dan
damping pasien
membuat jadwal
kegiatan harian
4. anjurkan pasien
rutin melakukan
aktivitas yang
dijadwalkan
SP 4. melatih pasien
minum obat secara
teratur
1. evaluasi
pelaksanaan
aktivitas yang
dijadwalkan
2. jelaskan kegunaan
obat kepada pasien
3. jelaskan akibat
jika putus obat
4. jelaskan cara
mendapatkan obat/
berobat
5. jelaskan cara
minum obat
dengan prinsip 5
benar

BAB II
GAMBARAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.S DENGAN HALUSINASI

A. PENGKAJIAN

1. Identitas pasien
Nama : Tn. S
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 47 tahun
Tanggal pengkajian : Rabu, 28 Februari 2017
No. RM : 059662
Sumber informasi : pasien dan rekam medik

2. Alasan masuk rumah sakit


Pasien mengatakan dibawa ke RSJD Arif Zainudin oleh keluarganya karena
mengamuk setelah bangun tidur pada bulan Februari 2017. Pasien merasa marah
karena kakak iparnya membela istrinya saat pasien dan istri sedang bertengkar dan
saat pasien sedang tidur pasien bermimpi ada yang mengajak bertengkar dengan
menendang pasien dari belakang sehingga saat pasien bangun tidur pasien
mengamuk. Pasien membanting barang-barang yang ada disekitarnya. Oleh karena
itu pasien dibawa RSJD Arif Zainudin untuk yang kedua kalinya pada tanggal 3
Februari 2017.
3. Faktor predisposisi
Pasien mengatakan pernah masuk RSJD Arif Zainudin sebanyak 2 kali, dan RSJ
di Sulawesi Tenggara sebanyak 1 kali. Pasien pertama kali dibawa ke RSJ yaitu
saat pasien di Sulawesi Tenggara, saat itu pasien bekerja di rumah makan dan
bertengkar dengan istrinya kemudian pasien berjalan mengikuti jalan selama
berhari-hari tidak berhenti sampai akhirnya pasien ditemukan oleh temannya dan
dibawa ke RSJ. Saat pasien sudah diperbolehkan pulang dari RSJ pasien pulang
ke rumahnya yang berada di Wonogiri. Saat di Wonogiri, pasien mendengarkan
bisikan untukmembunuh anaknya. Saat itu pasien mencoba melukai anaknya dan
mengamuk sehingga dibawa ke RSJD Arif Zainudin Surakarta. Pasien tidak
memiliki riwayat aniaya fisik pada diri sendiri pada diri sendiri, pasien tidak
memiliki riawayat aniaya seksual. Pasien tidak memiliki riawayat kekerasan di
keluarga dan tindak criminal dikehidupan sebelumnya. Pasien tidak mendapatkan
penolakan dari keluarganya.
Pasien mengatakan merasa bersalah kepada istri, anak dan keluarganya.
Pasien mengakatakan keluarganya belum pernah ada yang menjenguknya. Pasien
mengatakan sering mendengar suara-suara dan bayangan putih yang
mengikutinya. Pasien mengatakan tidak suka dengan suara-suara dan bayangan
putihyang mengikutinya. Pasien mengatakan tidak suka dengan suara-suara yang
sering didengar, namun terkadang pasien mengikuti / menuruti suara yang
didengarnya. Misalnya, pasien dibisiki untuk terus berjalan tanpa tujuan. Suara
dan bayangan ini sering muncul saat malam hari dan saat keadaan sepi. Namun
saat ini suara dan bayangan ini mula jarang muncul.
Masalah keperawatan: Halusinasi
4. Pemeriksaan fisik
a. Tanda tanda vital : TD : 120/60 mmHg, N : 86x/menit, RR : 22x/menit, S
: 36, 50C
b. Ukur : TB : 158 cm, BB : 60 kg
c. Keluhan fisik : Tidak ada keluhan. Pasien terlihat sehat, tubuh
bersih, pakaian bersih dan menggunakan alas kaki.

5. Psikososial

a. Genogram
Dari BAPA

Keterangan :
: laki-laki : garis pernikahan
: perempuan : tinggal serumah
: meninggal : garis keturunan

: pasien

b. Konsep diri
1) Gambaran diri
Pasien mengatakan bagian tubuh yang paling disukai yaitu pundak/bahu.
2) Identitas diri
Pasien merupakan seorang perempuan yang sudah berusia 44 tahun, pasien
mengatakan sudah menikah dan memiliki 1 orang anak, namun pasien
tidak ingat tentang suami dan anaknya. Pasien hanya ingat tinggal bersama
budhe iparnya. Pasien mengatakan ditinggal oleh suaminya. Suami pasien
kadang pulang tetapi 1 bulan paling hanya sekali dan tidak memberi
nafkah.
3) Peran
Peran pasien di rumah sebagai anggota keluarga bersama budhe iparnya.
4) Ideal diri
Pasien berharap cepat sembuh dan bisa berkumpul kembali dengan
keluarganya. Pasien berharap keluarganya harmonis tetapi kenyataannya
suaminya jarang pulang.
5) Harga diri
Pasien mengatakan malu dengan keadaannya saat ini, terutama karena
suaminya jarang sekali pulang.
c. Hubungan sosial
1) Orang yang berarti
Pasien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya adalah adik
perempuannya.
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok
Pasien tidak aktif mengikuti kegiatan di sekitar lingkungan. Namun pasien
mengaku sering mengobrol atau bercakap-cakap dengan tetangganya.
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Selama di rumah sakit, pasien terlihat sering menyendiri, namun beberapa
kali saja terlihat mengobrol dengan teman-teman satu ruangan. Pasien
mempunyai hambatan dalam mengingat nama orang.
d. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan
Pasien beragama Islam. Pasien menganggap dirinya sehat dan kesehatan
jiwanya tidak terganggu sehingga dirawat di RSJD Surakarta.
2) Kegiatan ibadah
Pasien mengatakan tidak beribadah selama dirawat di RSJ pasien mengaku
tidak bisa beribadah salat.

6. Status mental
a. Penampilan
Pasien memiliki penampilan yang tidak rapi dan rambut yang pendek dan
terdapat kutu dan ketombe. Pasien biasa mandi 2 kali sehari. Pasien dapat
memakai baju sendiri. Ketika ada jadwal keramas pasien dapat keramas,
mengeringkan dan menyisir rambut tanpa bantuan orang lain. Pasien terlihat
sering menggaruk kepalanya karena gatal akibat kutu rambut. Kuku jari
tangan dan kaki pasien panjang dan kotor. Gigi pasien juga kadang terlihat
ada kotoran yang terselip. Pasien juga tidak mampu berhias.
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri
b. Pembicaraan
Pembicaraan lambat dan suara pelan. Pasien kadang tampak kesulitan
menjawab pertanyaan perawat dan kadang terlihat melamun dan bingung.
c. Aktivitas motorik
Tidak ada tik, grimasen maupun tremor. Beberapa kali pasien menunjukan
gejala agitasi seperti terlihat sering mondar mandir dan terlihat sering tidur
sendiri diruang belakang.
d. Alam perasaan
Tidak tampak sedih, ketakutan putus asa, khwatir maupun euforia
Pasien terlihat biasa dengan kondisi dominan seperti kebingungan.

e. Afek
Pasien beberapa kali menunjukan afek yang tidak sesuai. Saat ditanyakan
tentang masa lalu pasien tentang tindakan aniaya seksual yang menimpanya
pasien tidak terlihat sedih, bahkan pasien tertawa tawa.
f. Interaksi selama wawancara
Kontak mata pasien kurang. Pasien tampak lebih banyak menunduk atau
menatap lurus ke depan saat diajak bicara. Tidak ada respon bermusuhan,
mampu berinteraksi dan kooperatif, tampak sangat senang jika diajak
bercakap-cakap.
g. Persepsi
Saat pertama pengkajian pasien mengatakan mendengar ada bisikan dari
seorang wanita untuk berjalan jauh untuk mencari ilmu mengobati orang sakit.
Saat ini pasien masih sering mendengar bisikan-bisikan. Pasien mengaku
bisikan biasa terdengar saat malam hari sekitar pukul 21.00 WIB dengan isi
bisikan berupa ancaman untuk menyuruh tidur. Bisikan juga menyuruh pasien
terus berjalan tanpa henti. Pasien diancam akan dibunuh jika tidak melakukan
hal tersebut. Pasien mengaku juga sering merasa ada yang memukul-mukul
pantatnya untuk segera bangun dan merasa ada yang menjepit hidungnya
sampai sesak, biasanya pada pukul 05.00 pagi. Selain itu pasien juga merasa
jika pipnya ada yang memegang berkali-kali. Tetapi pada saat ditanya, pasien
tahu bahwa tidak ada orang yang memegang pipinya. Meskipun begitu pasien
yakin ada yang memegang pipinya. Pasien juga mengaku sering melihat anak
kecil bergerombol dan mengajaknya jalan jalan serta mengobrol, pasien
menganggap anak kecil tersebut sebagai anaknya. Saat pengkajian, pasien
sering menunjuk-nunjuk ke arah tempat anak kecil itu berdiri. Pasien
mengatakan sering mendengar, melihat dan merasakan hal-hal tersebut kurang
lebih > 5 kali sehari terutama pada malam dan pagi hari, saat sunyi serta
sendiri. Respon pasien ketika datang halusinasinya yaitu pasien menghardik
atau mengusir halusinasinya.
Masalah keperawatan : Gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran, penglihatan, dan perabaan
h. Proses pikir
Bersifat sirkumtansial ditandai dengan sikap berbicara tentang suatu hal
tentang identitas dirinya secara berbicara berbelit. Hanya mengingat namanya
Masalah keperawatan :
i. Isi pikir
Berisi pikiran magis, ada waham kebesaran
Pasien memiliki keyakinan mampu menyembuhkan orang yang sakit. Pasien
mengaku mempunyai keahlian seperti dokter dapat mengobati orang sakit.
Mengobati dengan cara memeriksa, kemudian memegang tangan, merasa
getaran pada siku, kemudian berkata disuntik (dicubit). Pasien kemudian
menyarankan minum obat jamu segar 3 x sehari yang berisi temulawak dan
kunyit.
Masalah keperawatan : Waham Kebesaran
j. Tingkat kesadaran
Tampak bingung
Pasien dalam keadaan sadar, tampak sulit menjawab pertanyaan.
k. Memori
Pasien tidak mampu mengingat masa lalunya dengan suami dan anak, tidak
mengingat alamat rumahnya
Pasien mengalami Gangguan memori jangka panjang
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Mampu berhitung sederhana. Mampu berkonsentrasi namun harus lebih
mengarahkan pertanyaan.
m. Kemampuan penilaian
Gangguan kemampuan penilaian ringan
Pasien dapat memilih mana yang didahulukan antara makan dan mandi,
memilih makan dulu kemudian mandi.
n. Daya tilik diri
Pasien merasa dirinya sehat dan tidak punya penyakit

7. Kebutuhan persiapan pulang


a. Makan / minum
Mampu makan dengan mandiri namun perlu diingatkan untuk cuci tangan
sebelum makan, mengambil sendok, mengenali tempat dan cara namun tampak
sering lupa.
b. BAB/BAK
Pasien mampu toileting secara mandiri. Mampu menjaga kebersihan setelah
toileting, sesuai tempat yaitu toilet pasien yang telah disediakan.
c. Mandi
Pasien mengatakan mandi secara mandi dengan bantuan minimal, mengaku
jarang bersampo, mandi 2 x sehari.
d. Berpakaian
Pasien tidak mampu berhias dan berdandan dengan baik, perlu diarahkan dan
dibantu secara total.
e. Istirahat dan tidur
Tidur siang : jam 13.00 s.d 14.00 WIB
Tidur malam : jam 21.00 s.d 05.00 WIB ( 8 jam)
f. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan lanjutan : Iya , pasien mengikuti program terapi di RS
Perawatan pendukung :-
g. Kegiatan dalam rumah
Pasien mengatakan di rumah mampu menyiapkan makanan, menjaga
kerapihan rumah, mencuci pakaian.

8. Mekanisme koping
a. Adaptif : Bicara dengan orang lain
b. Maladaptif : Menghindar

9. Masalah psikososial dan lingkungan


Pasien mengatakan tidak memiliki masalah dengan dukungan kelompok,
lingkungan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, ekonomi.

10. Pengetahuan kurang tentang


Pasien tidak memahami penyakit jiwa, faktor presipitasi, koping, sistem
pendukung dan obat-obatan. Pasien sering tampak bingung, sering menyendiri,
tidak mampu mengingat memori jangka panjang.

11. Aspek medis


a. Diagnosa medis : F. 20. 3
b. Terapi medis :
Haloperidol 3 x 5 mg
THP 3 x 2 mg
CPZ 1 x 100 mg
12. Daftar Masalah Keperawatan dan Pohon Masalah
Halusinasi (Masalah utama)

Penurunan mood Defisit Perawatan D


Isolasi Sosial
Gangguang isi HDR
pikir : WAHAM
Mekanisme koping tidak efektif
(Penyebab)
Stressor

B. ANALISA DATA

No Tanggal Data Problem


1. 11 Feb 2015 Subjektif : Gangguan
- Pasien mengatakan sering mendengar bisikan persepsi sensori :
seorang wanita untuk melakukan sesuatu seperti Halusinasi
menyuruh tidur, berjalan jauh. Jika pasien tidak penglihatan,
berjalan terus maka pasien diancam akan dibunuh. pendengaran, dan
- Pasien mengatakan bisikan biasa terdengar di malam perabaan
dan pagi hari
- Pasien mengatakan siang hari melihat sekelompok
anak kecil di ruangan dan disangka sebagai anaknya
- Pasien mengatakan sehari mendengar bisikan dan
melihat anak kecil > 5 kali
- Pasien mengatakan merasa ada yang memukul
pantat dan menyuruh bangun setiap jam 5 pagi
- Pasien mengatakan sering merasa ada yang
memegang pipinya
Objektif :
- Pasien terlihat sering duduk sendiri di belakang
ruangan
- Pasien masih kooperatif
- Menunjuk kearah segerombol anak yang pasien lihat
- Tampak bingung dan mondar mandir
- Kontak mata kurang
2. 11 Feb 2015 Subjektif : Gangguan isi
- Pasien mengatakan bisa mengobati orang yang sakit pikir : Waham
- Pasien mengatakan mempunyai keahlian menyuntik Kebesaran
- Pasien menjelaskan tentang jamu segar
Objektif :
- Pasien memeriksa tangan perawat
- Pasien mencubit lengan perawat dan menganggap
sebagai menyuntik
3 11 Feb 2015 Subjektif : Harga diri rendah
- Pasien mengatakan malu karena suaminya pergi dan
jarang pulang
- Pasien mengatakan malu karena pernah mengalami
percobaan perkosaan 10 tahun yang lalu
Objektif :
- Pasien tampak sering menyendiri
- Kontak mata pasien kurang
- Pasien menunduk atau menatap lurus ke depan jika
berbicara dengan orang lain
- Pembicaraan pasien lambat dan suara pelan
- Pasien tampak sering melamun dan bingung

4 Resiko Subjektif : Resiko Perilaku


Perilaku - Pasien mengatakan merasa kesal dan malu karena Kekerasan
Kekerasan suaminya pergi
- Pasien mengatakan ada bisikan yang menyuruhnya
pergi dan jika pasien tidak mengikuti perintah
tersebut pasien diancam akan dibunuh.
Objektif :
- Pasien tampak bingung
- Pasien mau mengikuti perintah perawat
- Pasien tampak sering melamun

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN :

1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan dan pendengaran


2. Gangguan isi pikir : waham
3. Harga diri rendah
4. Resiko perilaku kekerasan
D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

Halusinasi TUM : Pasien mampu Setelah 3 kali interaksi diharapkan SP 1.

mengontrol halusinasi yang pasien: 1. Bina hubungan saling percaya


2. Diskusikan dengan pasien tentang isi halusinasi yang dilihat dan
dialaminya. 1. Ekspresi wajah bersahabat
menunjukan rasa senang ada didengar, waktu terjadinya, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi
kontak mata. Mau berjabat yang menyebabkan halusinasi, dan bagaimana respon pasien saat
tangan, mau menyebutkan
TUK nama, mau menjawab salam, halusinasi.
pasien mau duduk 3. Jelaskan kepada pasien cara mengontrol halusinasi, menghardik,
1. Pasien dapat berdampingan dengan perawat,
membina hubungan mau mengungkapkan masalah bercakap-cakap , membuat aktivitas kelompok yang terjadwal dan
saling percaya. yang dihadapi. minum obat secara teratur.
2. Pasien dapat mengenal 2. Pasien dapat menyebutkan
halusinasinya. waktu, isi, frekunsi dan situasi 4. Ajarkan pasien cara menghardik
3. Pasien dapat mengontrol yang menimbulkan halusinasi 5. Peragakan pada pasien cara menghardik
halusinasinya dengan 3. Pasien dapat menyebutkan
cara menghardik tindakan yang biasanya 6. Minta pasien memperagakan cara menghardik seperti yang telah
4. Pasien dapat mengontrol dilakukan untuk mengendali- dipraktekan perawat.
halusinasinya dengan kan halusinasinya
cara patuh minum obat 4. Pasien dapat mengontrol 7. Beri reinforcement positif atas kemampuan pasien memperagakan
5. Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan menghardik cara menghardik.
halusinasinya dengan
5. Pasien dapat menyebutkan
cara bercakap-cakap 8. Tanyakan perasaan pasien setelah berlatih cara menghardik.
manfaat, dosis dan efek
6. Pasien dapat mengontrol
samping obat. 9. Buat kontrak selanjutnya, yaitu bercakap-cakap bersama orang lain
halusinasinya dengan
cara melakukan kegiatan 6. Pasien memahami akibat
berhenti minum obat tanpa SP 3
terjadwal.
konsultasi.
7. Pasien dapat menyebutkan
prinsip 5 benar penggunaan
1. Identifikasi respon dan perasaan pasien saat ini
obat.
2. Tanyakan pada pasien sudah makan dan minum obat
3. Identifikasi halusinasi pasien(suara, frekuensi, waktu dan respon
pasien).
8. Pasien dapat mengontrol 4. Evaluasi penggunaan teknik menghardik dan cara minum obat
halusinasi dengan cara dengan benar.
bercakap-cakap. 5. Lakukan kontrak waktu untuk mengajarkan SP3 : bercakap-cakap
9. Pasien dapat mengontrol dengan orang lain.
halusinasi dengan cara 6. Jelaskan manfaat bercakap-cakap dengan teman, perawat, dan
melakukan kegiatan terjadwal. keluarga dalam menghilangkan halusinasi.
7. Buat jadwal kegiatan sehari-hari bercakap-cakap untuk
menghilangkan halusinasi.
8. Beri kesempatan pasien memperagakan cara bercakap-cakap dengan
teman/perawat.
9. Beri reinforcement positif.
10. Buat kontrak untuk mengajarkan cara menghilangkan halusinasi
dengan cara yang terakhir yaitu melakukan aktivitas terjadwal
1.
11. SP 4

1. Ucapkan salam terapeutik


2. Tanyakan perasaan dan keluhan saat ini
3. Tanyakan tentang halusinasi
4. Evaluasi penerapan cara dalam mengontrol halusinasi :menghardik,
minum obat an bercakap-cakap dengan teman.
5. Ajarkan cara mengontrol halusinasi dengan membuat aktivitas yang
bisa dilakukan
6. Jelaskan pentingnya aktivitas teratur untuk mengatasi halusinasi
7. Diskusikan aktivitas yang biasa dilakukan pasien
8. Latih pasien melakukan aktivitas merapikan tempat tidur.
9. Susun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai aktivitas
10. Beri reinforcement positif atas kemampuan pasien
11. Tanyakan perasaan setelah berlatih membuat jadwal harian.
12. Tanyakan berapa cara untuk mengontrol halusinasi.
Motivasi pasien untuk mempraktikkan cara-cara yang sudah dilatih

SP 4:

13. Ucapkan salam terapeutik


14. Tanyakan perasaan dan keluhan saat ini
15. Tanyakan tentang halusinasi
16. Evaluasi penerapan cara dalam mengontrol halusinasi :menghardik,
minum obat an bercakap-cakap dengan teman.
17. Ajarkan cara mengontrol halusinasi dengan membuat aktivitas yang
bisa dilakukan
18. Jelaskan pentingnya aktivitas teratur untuk mengatasi halusinasi
19. Diskusikan aktivitas yang biasa dilakukan pasien
20. Latih pasien melakukan aktivitas merapikan tempat tidur.
21. Susun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai aktivitas
22. Beri reinforcement positif atas kemampuan pasien
23. Tanyakan perasaan setelah berlatih membuat jadwal harian.
24. Tanyakan berapa cara untuk mengontrol halusinasi.
Motivasi pasien untuk mempraktikkan cara-cara yang sudah dilatih

1. Identifikasi respon dan perasaan pasien saat ini.

2. Identifikasi halusinasi pasien (isi, frekuensi, waktu, dan respon


pasien).
3. Evaluasi penggunaan teknik menghardik halusinasi.
4. Lakukan kontrak waktu untuk mengajarkan SP2: minum obat
dengan benar.
5. Diskusikan manfaat minum obat.
6. Diskusikaan kerugian tidak minum obat
7. Latih cara mengontrol halusinasi dengan minum obat (jelaskan 6
benar: jenis, guna, dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat)
8. Anjurkan pasien mengulangi tentang cara benar minum obat.
9. Masukkan minum obat pada jadwal harian pasien.
10. Tanyakan perasaan pasien setelah berdiskusi
Buat kontak selanjutnya yaitu cara bercakap-cakap dengan orang lain.

25.
E. IMPLEMENTASI
Tanggal/ Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
Jam
28/02-17 Halusinasi SP 1 S: Pasien mengatakan akan menghardik
Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan apabila suara-suara bisikan itu muncul
cara mengontrol halusinasi dengan menghardik kembali. Pasien masih mendengar bisikan
halusinasi suara-suara dan melihat bayangan putih, saat
DS: bisikan itu muncul pasien menolaknya
Pasien mengatakan masih mendengar bisikan-bisikan dengan cara menghardik.
dan melihat bayangan putih yang mengikutinya. O: Pasien terlihat mempraktikan cara
Bisikan itu muncul saat malam hari dan saat keadaan mengontrol halusinasi dengan cara
sedang sepi. Terkadang pasien mengikuti bisikan- menghardik, terdapat kontak mata, pasien
bisikan yang didengar misalnya bisikan tersebut terkadang berbicara tidak nyambung, pasien
menyuruh pasien untuk berjalan-jalan tanpa tujuan, terlihat mondar-mandir.
bahkan pasien pernah mengikuti bisikan untuk A: Halusinasi masih ada dengan frekuensi
membunuh anaknya. Namun, terkadang bisikan tida terhingga.
tersebut ditolak oleh pasien. P: Anjurkan pasien untuk latihan mengontrol
DO: halusinasi dengan cara menghardik 2 kali
Pasien terkadang terlihat sepeti sedang memperhatikan sehari pagi dan sore hari.
atau mendengarkan
Pasien terkadang terlihat sedang berbicara sendiri
Implementasi:
1. Membina hubungan saling percaya
2. Mendiskusikan dengan pasien tentang isi halusinasi
yang dilihat dan didengar, waktu terjadinya,
frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang
menyebabkan halusinasi, dan bagaimana respon
pasien saat halusinasi.
3. Menjelaskan kepada pasien cara mengontrol
halusinasi, menghardik, bercakap-cakap , membuat
aktivitas kelompok yang terjadwal dan minum obat
secara teratur.
4. Mengajarkan pasien cara menghardik
5. Memperagakan pada pasien cara menghardik
6. Meminta pasien memperagakan cara menghardik
seperti yang telah dipraktekan perawat.
7. Memberi reinforcement positif atas kemampuan
pasien memperagakan cara menghardik.
8. Menanyakan perasaan pasien setelah berlatih cara
menghardik.
9. Membuat kontrak selanjutnya, yaitu cara
mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap
RTL:
1. Evaluasi SP 1
2. Lanjut SP 2: Melatih pasien mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap dengan orang lain S: Pasien mengatakan bisikan-bisikan suara
SP 2 masih ada, dalam sehari bisikan tersebut
Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan muncul sebanyak kurang lebih 5-6 kali,
bercakap-cakap bersama orang lain pasien mengatakan sudah mempraktikan
DS: menghardik saat halusinasi muncul, pasien
Pasien mengatakan bisikan-bisikan suara masih ada, mengatakan akan bercakap-cakap bersama
pasien mengatakan sudah mempraktikan cara orang lain ketika bisikan-bisikan suara
menghardik ketika bisikan-bisikan suara tersebut muncul.
muncul, pasien mengatakan memiliki perasaan yang O: Pasien terlihat bercakap-cakap dengan
tidak enak apabila suara-suara tersebut pasien lainnya, pasien terlihat melamun,
dihardik/ditolak olehnya. Pasien mengatakan masih terkadang pasien terlihat sepeti sedang
ada keinginan untuk mengikuti bisikan-bisikan suara memperhatikan sesuatu. Terdapat kontak
tersebut mata
DO: A: Halusinasi masih ada, frekuensi 5-6 kali
Pasien terlihat melamun, terdapat kontak mata, pasien dalam sehari
terlihat mondar-mandir, pasien tampak seperti sedang P: Anjurkan pasien untuk bercakap-cakap
mendengarkan sesuatu. bersama orang lain ketika halusinasi muncul.
Implementasi:
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Menanyakan perasaan dan keluhan saat ini
3. Menanyakan tentang halusinasi
4. Mengevaluasi penerapan cara dalam mengontrol
halusinasi :menghardik
5. Mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap bersama oang lain
6. Memberi reinforcement positif atas kemampuan
pasien
7. Menanyakan perasaan setelah berlatih bercakap-
cakap bersama oang lain.
8. Menanyakan berapa cara untuk mengontrol
halusinasi.
9. Memotivasi pasien untuk mempraktikkan cara-cara
yang sudah dilatih
10. Melakukan kontrak waktu cara mengendalikan
halusinasi dengan cara membuat aktivitas terjadwal
RTL:
1. Evaluasi SP 2
2. Lanjut SP 3: Melatih pasien mengendalikan S: Pasien mengatakan masih mendengar
halusinasi dengan membuat aktivitas terjadwal bisikan-bisikan suara namun sudah jarang,
SP 3 ketika halusinasi muncul pasien bercakap-
Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cakap bersama orang lain, pasien
membuat aktivitas terjadwal mengatakan akan melakukan aktivitas sesuai
DS: jadwal yang sudah dibuat, pasien
Pasien mengatakan masih mendengar bisikan-bisikan mengatakan senang dengan aktivitas yan
suara namun sudah jarang, bisikan tersebut muncul dimilikinya.
ketika keadaan sepi dan pada malam hari. Selain itu O: Terdapat kontak mata, pasien terlihat
pasien mengatakan saat pasien sedangn sendiri atau membaca dan memahami jadwal
sedang melamun suara tersebut juga muncul. aktivitasnya, pasien tampak menyimpan
DO: dengan hati-hati jadwal aktivitasnya tersebut
Pasien terlihat bingung, wajah tegang, pandangan A: halusinasi masih ada naumun sudah
tajam, terdapat kontak mata, pasien terkadang terlihat jarang, frekuensi kurang lebih 4 kali
seperti sedang memperhatikan sesuatu P: Anjurkan pasien untuk latihan
Implementasi: menerapkan aktivitas yang terjadwal.
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Menanyakan perasaan dan keluhan saat ini
3. Menanyakan tentang halusinasi
4. Mengevaluasi penerapan cara dalam mengontrol
halusinasi :menghardik dan bercakap-cakap dengan
orang lain
5. Mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan
membuat aktivitas terjadwal yang bisa dilakukan
6. Menjelaskan pentingnya aktivitas teratur untuk
mengatasi halusinasi
7. Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan
pasien
8. Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai
aktivitas
9. Memberi reinforcement positif atas kemampuan
pasien
10. Menanyakan perasaan setelah berlatih membuat
jadwal harian.
11. Menanyakan berapa cara untuk mengontrol
halusinasi.
12. Memotivasi pasien untuk mempraktikkan cara-
cara yang sudah dilatih
13. Melakukan kontrak waktu untuk pertemuan
selanjutnya yaitu cara minum obat 5 benar
RTL:
1. Evaluasi SP 3
2. Lanjut SP 4: Melatih pasien minum obat degan 5 S: Pasien mengatakan halusinasi masih ada
benar namun sudah jarang, frekuansi munculnya
SP 4 bisikan tersebut kurang lebih 5 kali dalam
Melatih pasien minum obat degan 5 benar sehari, pasien mengatakan sudah
DS: mempraktikan cara untuk menghilangkan
Pasien mengatakan masih ada bisikan-bisikan suara bisikan-bisikan suara tersebut, pasien
namun sudah jarang, bayangan yang muncul juga mengatakan akan menghafalkan cara benar
sudah jarang, pasien mengatakan sudah mempraktikan minum obat, pasien mengatakan minum obat
cara untuk menghilangkan bisikan-bisikan suara sehari 2 kali yaitu pada pagi dan sore hari,
tersebut. pasien mengatakan terdapat 3 jenis obat yang
DO: diminumnya.
Pasien terlihat bingung, terlihat sesekali melamun, O: Pasien terlihat menghafalkan prinsip 5
pasien terlihat tegang, pandangan mata tajam benar minum obat, pasien terlihat memahami
Implementasi: fungsi minum obat dan kerugian apabila telat
1. Mengidentifikasi respon dan perasaan pasien saat meminum obat
ini. A: halusinasi masih ada, frekuensi 5 kali
2. Mengidentifikasi halusinasi pasien (isi, frekuensi, sehari
waktu, dan respon pasien). P: Anjurkan pasien untuk meminum obat
3. Mengevaluasi aktivitas terjadwal yang pasien miliki dengan prinsip 5 benar
4. Melakukan kontrak waktu untuk mengajarkan
minum obat dengan prinsip 5 benar.
5. Mendiskusikan manfaat minum obat.
6. Mendiskusikaan kerugian tidak minum obat
7. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan minum
obat (jelaskan 5 benar: benar obat, benar pasien,
benar waktu, benar dosis dan benar cara pemberian)
8. Menganjurkan pasien mengulangi tentang cara 5
benar minum obat.
9. Memasukkan minum obat pada jadwal harian
pasien.
RTL:
1. Evaluasi SP 1 sampai SP 4
2. Memvaliditas kemampuan pasien dalam
mengontrol halusinasi dengan cara menghardik,
bercakap-cakap bersama orang lain, membuat
aktivitas terjadwal dan meminum obat dengan
prinsip 5 benar.

Tanggal/ Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf

jam

11 Gangguan SP 1 S= TIM

februari persepsi 1. Membina hubungan saling percaya Pasien mengatakan terakhir mendengar
2. Mendiskusikan dengan pasien tentang isi dan melihat halusinasi (bisikan dan
2015 sensori halusinasi yang dilihat dan didengar, waktu bayangan) tadi malam sebelum tidur dan
terjadinya, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi pagi hari setelah bangun tidur.
Jam halusinasi yang menyebabkan halusinasi, dan bagaimana Pasien mengatakan isi halusinasinya
respon pasien saat halusinasi. berupa sosok anak kecil seorang laki-
10.00 pendengaran 3. Menjelaskan kepada pasien cara mengontrol laki yang mirip seperti anaknya dan
halusinasi, menghardik, bercakap-cakap , mendengar bisikan seorang wanita.
,penglihatan, membuat aktivitas kelompok yang terjadwal dan Pasien mengatakan sudah bias
minum obat secara teratur. memperagakan cara menghardik
dan perabaan 4. Mengajarkan pasien cara menghardik halusinasinya.
5. Memperagakan pada pasien cara menghardik O=
6. Meminta pasien memperagakan cara menghardik
seperti yang telah dipraktekan perawat.
7. Memberi reinforcement positif atas kemampuan Pasien tampak bingung dan suka
pasien memperagakan cara menghardik. melamun
8. Menanyakan perasaan pasien setelah berlatih Pembicaraan lambat dan suara pelan
cara menghardik Kontak mata ada namun tatapan
9. Membuat kontrak selanjutnya, yaitu cara minum kosong.
obat yang benar dan teratur. Pasien kooperatif dan mau
mempraktekan cara menghardik
A = Pasien mampu mempraktekkan cara

mengontrol halusinasi dengan menghardik

Pp = evaluasi penerapan cara pasien dalam

menghardik

Pk = ajarkan mengontrol halusinasi dengan

cara minum obat dengan benar

Gangguan Sp 2 S= TIM

persepsi 1. Mengidentifikasi respon dan perasaan pasien saat Pasien menyatakan minum obat
ini berwarna orange, putih, dan merah
sensori 2. Mengidentifikasi halusinasi pasien (isi, frekuensi, jambu.
waktu, dan respon pasien) Pasien mengatakan minum obat setelah
halusinasi 3. Mengevaluasi penggunaan teknik menghardik makan pada jam 07.00 pagi, jam 12.00
halusinasi. siang dan 07.00 malam.
pendengaran 4. Melakukan kontrak waktu untuk mengajarkan Pasien mengatakan cara minum obatnya
SP2: minum obat dengan benar. dengan ditelan menggunakan air putih.
, penglihatan 5. Menjelaskan manfaat minum obat O=
6. Menjelaskan kerugian tidak minum obat
dan perabaan Pasien terlihat menjelaskan obat yang
diminum
7. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan minum
Pasien tampak bingung saat
obat (jelaskan 6 benar: jenis, guna, dosis, menyebutkan warna obat yang diminum
frekuensi, cara, kontinuitas minum obat). Pasien tidak mengetahui efek dari
8. Menganjurkan pasien menyebutkan warna obat masing-masing obat
yang diminumdan waktu minum obat. Pasien mempraktekan cara minum obat
9. Menganjurkan pasien mengulangi tentang cara A = Pasien mampu menyebut cara minum
benar minum obat.
10. Memasukan minum obat pada jadwal harian obat dengan benar meskipun masih bingung
pasien.
11. Menanyakan perasaan pasien setelah berdiskusi dan harus dengan pengarahan oleh perawat
12-2- 12. Membuat kontak selanjutnya yaitu cara bercakap-
cakap dengan orang lain. Pp = Evaluasi kemampuan pasien dalam
2015
mengenal obat-obatan yang diminum
Jam
Pk = Ajarkan pasien mengontrol halusinasi
11.00
dengan SP3 yaitu bercakap-cakap dengan

orang lain.

Gangguan SP 3 S= TIM

persepsi 1. Mengidentifikasi respon dan perasaan pasien saat Pasien mengatakan mendengar bisikan
ini. dan melihat anak kecil bergerombolan
sensori 2. Menanyakan pada pasien sudah makan dan minum tadi pagi diruangan
obat Pasien mengatakan sudah menerapkan
halusinasi 3. Mengidentifikasi halusinasi pasien(suara, menghardik dan minum obat secara
frekuensi, waktu dan respon pasien). teratur
pendengaran 4. Mengevaluasi penggunaan teknik menghardik dan Pasien mengatakan tidak menyakan
cara minum obat dengan benar. manfaat obat ke perawat ruangan
,penglihatan 5. Melakukan kontrak waktu untuk mengajarkan SP3 Pasien mengatakan ketika mau minum
: bercakap-cakap dengan orang lain.enjelaskan obat masih tinggal diminum saja tanpa
dan perabaan manfaat bercakap-cakap dengan teman, perawat, bertanya obat tersebut punya dia atau
dan keluarga dalam menghilangkan halusinasi. tidak
6. Membuat jadwal kegiatan sehari-hari bercakap- O=
cakap untuk menghilangkan halusinasi.
7. Memberi kesempatan pasien memperagakan cara Kontak mata sudah mulai lama menatap
bercakap-cakap dengan teman/perawat. lawan bicara
8. Memberikan reinforcement positif. Afek stabil
9. Membuat kontrak untuk mengajarkan cara Pasien tampak memperagakan bercakap-
menghilangkan halusinasi dengan cara yang cakap dengan teman satu ruangan
terakhir yaitu melakukan aktivitas terjadwal A=
10. Mengakhiri latihan SP 3 dengan cara yang baik.
Pasien dapat mengenal halusinasi
Pasien mampu mempraktekkan
mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik tetapi suara pelan, minum
obat dan bercakap-cakap
Pp = Pantau penerapan cara menghardik,

minum obat dan bercakap-cakap dengan

perawat dan teman

Pk = Ajarkan mengontrol halusinasi dengan

membuat aktivitas terjadwal


Ganguan SP 4: S= TIM

13-2- persepsi 1. Mengucapkan salam therapeutic Pasien mengatakan sudah tidak


2. Menanyakan perasaan dan keluhan saat ini mendengar bisikan namun masih melihat
2015 sensori:halus 3. Menanyakan halusinasi anak kecil
4. Mengevaluasi penerapan cara dalam mengontrol Pasien mengatakan sering melakukan
Jam inasi halusinasi :menghardik, minum obat an bercakap- cara mengontrol halusinasi dengan
cakap dengan teman. menghardik, minum obat dan bercakap-
11.00 pendengaran 5. Mmengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cakap dengan orang lain.
membuat aktivitas yang bisa dilakukan O=
, penglihatan 6. Menjelaskan pentingnya aktivitas teratur untuk
mengatasi halusinasi Kontak mata ada
dan perabaan 7. Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan Afek stabil
pasien Pasien kooperatif
8. Melatih pasien melakukan aktivitas merapikan A=
tempat tidur.
9. Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai Pasien mampu mempraktekan cara yang
aktivitas keempat yaitu mengontrol halusinasi
10. Memberikan reinforcement positif atas dengan membuat aktivitas terjadwal.
kemampuan pasien
Pasien mampu mengevaluasi 4 cara
11. Menanyakan perasaan setelah berlatih membuat mengontrol halusinasi
jadwal harian. Pp = Evaluasi pasien penerapan cara
12. Menanyakan berapa cara untuk mengontrol
halusinasi melakukan jadwal kegiatan yang telah dibuat
13. Memberikan salam penutup
Pk = Anjurkan pasien menggunakan 4 cara

yang telah diajarkanuntuk mengusir

halusinasi
11-2- Gangguan isi SP 1 S= TIM

2015 pikir: waham 1. Mengucapakan salam therapeutic Pasien mengatakan bahwa dirinya bisa
2. Membina hubungan saling percaya mengobati orang yang sakit
09. 00 kebesaran 3. Melakukan kontrak waktu Pasien menjelaskan membuat ramuan
4. Mengidentifikasi penyebab pasien masuk RS jamu segar
5. Mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi Pasien mengatakan senang karena bisa
yaitu perasaan dihargai bercerita tentang perasaanya
6. Memenuhi kebutuhan pasien untuk dihargai O=
dengan komunikasi terapeutik
7. Memberikan reinforcement positif karena pasien Bicara pasien tidak jelas/kacau
mampu menceritakan perasaannya Pasien terlihat bingung dan mondar-
8. Mempraktekan pemenuhan kebutuhan yang tidak mandir di ruangan
terpenuhi Pasien mempraktekan cara mengobati
9. Menanyakan perasaan setelah berbincang-bincang orang sakit.
10. Menanyakan topik pembicaraan yang telah A = Pasien mempercayai wahamnya. Pasien
dibicarakan
11. Melakukan kontrak selanjutnya yaitu berbincang- mengingat masuk ke rumah sakit
bincang mengenai kemampuan yang pernah
dimiliki pasien Pp =
12. Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik.
Penerapan pemenuhan kebutuhan yang
tidak terpenuhi
Identifikasi asal wahamnya
Pk = Bantu pasien mengenai kemampuan

yang pernah dimiliki pasien


Gangguan isi SP2 S=

pikir: waham 1. Mengucapkan salam therapeutic Pasien mengatakan hobi memasak dan
2. Menanyakan perasaan dan keluhan pasien membersihkan rumah seperti menyapu
kebesaran 3. Kontrak waktu untuk membicarakan hobi dan mengepel.
4. Menanyakan hobi pasien Pasien mengatakan sudah dari waktu
5. Menanyakan pertama kali menyukai hobi tersebut muda suka masak
6. Menanyakan yang mengajari hobi tersebut Pasien mengatakan belajar masak dari
7. Memasukan jadwal sehari-hari. budhenya.
8. Memberikan reinforcement positif O=
9. Menanyakan perasaan setelah bercakap-cakap
tentang hobi dan kemampuan pasien Pasien memperagakan cara memasak
10. Kontrak waktu untuk pertemuan selanjutnya yaitu Pasien memperagakan menyapu
membicarakan tentang obat yang harus diminum A = Pasien mampu menceritakan tentang
pasien.
11. Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik. hobinya
12-2-
Pp = Evaluasi penerapan melakukan kegiatan
2015
yang disukai seperti menyapu.
09. 00
Pp = Ajarkan cara yang terakhir mengontrol

waham dengan cara minum obat yang benar

dan teratur
13-2- Gangguan isi SP 3 S=

2015 pikir : 1. Mengucapkan salam therapeutic Pasien mengatakan minum 3 obat yang
2. Menanyakan hobi apakah sudah dilakukan berwarna orange, putih, dan merah
09. 00 waham 3. Kontrak waktu untuk membicarakan tentang cara jambu.
minum obat yang benar Pasien mengatakan minum obat jam 7
kebesaran 4. Menanyakan berapa macam obat yang diminum pagi, jam 12 siang, dan jam 7 malam.
5. Menanyakan waktu minum obat Pasien mengatakan minum obat dengan
6. Menjelaskan manfaat minum obat teratur cara ditelan dan minum air putih
7. Menjelaskan kerugian tidak minum obat O=
8. Menjelaskan 5 cara benar minum obat (benar
pasien, benar obat, benar waktu, benar rute, benar Pasien tampak memperagakan cara
dosis) minum obat
9. Menanyakan perasaan setelah bercakap-cakap pasien menunjukan obat yang diminum
Tentang minum obat A=
10. Memasukan pada jadwal kegiatan harian Pasien dapat menyebutkan obat yang
11. Mengakhiri kegiatan dengan baik diminum
Pasien dapat menyebutkan waktu
minum obat
Pp = Evaluasi kemampuan pasien terhadap

kegiatan atau perbincangan dengan orang

Pk = Ajarkan pasien melanjutkan melakukan

hobi dan teratur minum obat


BAB III
PEMBAHASAN

Berdasarkan kasus Ny. N diagnosa keperawatan yang muncul yaitu


halusinasi, waham, harga diri rendah, dan resiko perilaku kekerasan. Halusinasi
merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang
sebenarnya tidak terjadi, sehingga dapat mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan (Yosep, 2007). Halusinasi dijelaskan Keliat dan Akemat (2009) sebagai
perasaan akan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau
penghiduan.
Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang pada kasus Ny.
N ditandai dengan adanya sensasi palsu yang dirasakan lewat penglihatan, perabaan
dan pendengaran. Ny. N didiagnosa medis mengalami Skizofrenia non spesifik atau
dalam PPDGJ dikodekan dalam F.20.3 yang merupakan gangguan psikotik kronis
yang ditandai oleh episode akut yang mencakup kondisi terputus dengan realitas
(Nevid, 2003). Gejala yang dialami Ny. N antara lain merasa mendengar bisikan
suara yang mengancam, mengatakan melihat sekelompok anak kecil diruang rawat
inap dan sering merasa ada sentuhan pipi dan pukulan halus di pantat yang
menyuruh untuk bangun. Sensasi-sensasi yang dirasakan Ny. N hanya dirasakan
Ny. N saja, karena saat pasien menunjuk ada sekelompok anak kecil di ruang rawat,
perawat tidak melihat dan hanya ada pasien dan perawat yang sudah berusia dewasa
dan berjenis kelamin perempuan. Selain itu, pasien dibawa ke rumah sakit karena
diantar oleh Dinas Sosial Wonogiri yang menemukan pasien berjalan terus. Saat
dikonfirmasi pasien melakukan hal tersebut karena ada suara bisikan yang
menyuruh berjalan, bila tidak mengikuti suara tersebut pasien diancam akan
dibunuh.
Data-data yang ditemukan tersebut di atas merupakan data subjektif dan
objektif yang menunjukan bahwa pasien mengalami halusinasi. Halusinasi yang
terjadi pada Ny. N sama seperti yang digambarkan dalam buku Keliat & Akemat
(2009) seperti mengaku mendengar suara yang memerintah melakukan sesuatu
yang berbahaya (halusinasi pendengaran), menunjuk kearah tertentu (halusinasi
penglihatan) karena mengatakan melihat sekelompok anak kecil, dan mengatakan
ada yang menyentuh pipi dan memukul lembut bagian pantat (halusinasi perabaan).
Terjadinya halusinasi meliputi beberapa tahap. Stuart dan Laraia (2001)
menjelaskan tahap pertama terjadi di saat pasien memiliki banyak stressor dan
mulai berfokus pada hal-hal yang menyenangkan. Tahap kedua terjadi saat pasien
mulai memvisualisasikan hal-hal yang menyenangkan tersebut dan mulai
melakukan perlawanan dengan halusinasi. Tahap ketiga pasien tidak mampu
melawan halusinasi dan mulai menikmatinya karena halusinasi bersifat
menyenangkan. Tahap keempat halusinasi bersifat mengancam bila pasien
mengikuti perintah halusinasi tersebut. Halusinasi yang terjadi pada Ny. N terjadi
pada tahap 4. Suara yang membisikkan pada Ny. N mulai mengancam yaitu akan
membunuh jika tidak menuruti, sehingga Ny. N mengikuti perintah bisikan untuk
berjalan terus tanpa berhenti.
Faktor predisposisi terjadinya halusinasi cukup banyak seperti yang terjadi
pada Ny. N. Secara teori, faktor tersebut antara lain faktor perkembangan dimana
terdapat tugas perkembangan yang terganggu, merasa tidak diterima di lingkungan
sejak kecil (faktor sosial). Selain itu, stress yang berlebihan menyebabkan
dihasilkan suatu zat dalam tubuh yang bersifat halusigenik neorikimia (mekanisme
biologis) dan psikologis pada individu dengan tipe kepribadian yang lemah. Pada
kasus Ny. N, faktor predisposisi yang nampak antara lain faktor psikologis, sosial
dan ekonomi. Faktor psikologis tergambar dari adanya pengalaman percobaan
pemerkosaan yang terjadi 10 tahun yang lalu, pengalaman tidak menyenangkan
yang berasal dari suami karena ditinggalkan dan tidak pernah dinafkahi. Selain itu,
didukung tidak adekuatnya faktor ekonomi akan menambah stressor bagi Ny. N dan
keluarga. Beberapa faktor ini dianggap sebagai stressor pada Ny. N dan menuntut
Ny. N memberikan koping seefektif mungkin. Ketidakefektifan koping yang
dilakukan Ny. N berpengaruh pada konsep diri yang pasien miliki. Ny. N
mengatakan malu dan jengkel karena ditinggal suami. Hal inilah yang akhirnya
membuat Ny. N memiliki harga diri rendah.
Harga diri yang rendah merupakan cikal bakal dari permasalahan yang
nampak pada Ny N. Harga diri digambarkan sebagai evaluasi/ penghargaan orang
lain terhadap diri dan kehidupan pasien (Keliat & Akemat, 2009). Saat pasien
merasa dihargai lewat kasih sayang, perhatian dan kehadiran yang diberikan orang
lain seperti keluarga dan masyarakat, akan membuat harga diri pasien meningkat.
Dan sebaliknya, saat pasien merasa ditinggalkan, dikecewakan seperti yang terjadi
pada Ny. N akan membuat pasien memiliki harga diri rendah yang ditandai dengan
rasa malu karena ditinggal pergi suami, ekonomi rendah dan tidak memiliki
pekerjaan. Harga diri rendah menjadi penyebab mengapa pada kasus Ny. N
mengalami halusinasi dan masalah lain seperti waham dan risiko perilaku
kekerasan.
Halusinasi terjadi karena pasien membayangkan dan menghadirkan pikiran
pada hal yang menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan dan stress. Terus
hadir dan akhirnya mengontrol kehidupan sehari-hari pasien sampai bersifat
perintah bagi pasien seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Menurut Towsend
dalam Yosep (2008) mengungkapkan halusinasi sering disebabkan karena panic,
stress yang berat, yang mengancam ego yang lemah dan isolasi sosial (menarik
diri). Sedangkan Keliat (2006) mengungkapkan gangguan persepsi sensori
halusinasi dapat beresiko untuk mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Ny. N menekan stressor dengan menghadirkan pikiran dan keyakinan yang
menyenangkan dan dibutuhkan pasien sehingga muncul masalah halusinasi dan
waham kebesaran. Waham ini terjadi karena diperparah oleh kurangnya kebutuhan
penghargaan pada diri pasien. Selain itu, ada masalah risiko perilaku kekerasan
yang berasal dari halusinasi yang bersifat perintah dan adanya rasa jengkel karena
ditinggal suami.

Hambatan :
Hambatan yang ditemukan saat merawat pasien yaitu karena pembicaraan
pasien yang lambat dan pelan. Selain itu pasien sering terlihat bingung saat dan
pasien lupa memori jangka panjangnya. Hal ini menyebabkan kesulitan dalam
menggali data.

Cara mengatasi permasalahan yang ada antara lain melakukan intervensi


yang mengacu pada strategi pelaksanaan pada masalah halusinasi dan waham.
Selain itu dilakukan terapi aktivitas kelompok untuk memfasilitasi pasien
berinteraksi secara aktif dengan teman ruangan/ pasien lain dalam mengontrol
halusinasi. Selain itu, untuk menunjang suatu penghargaan, dilakukan dengan
meningkatkan kepercayaan diri pasien terhadap tubuh melalui kebersihan diri ,
kuku, rambut dan penampilan.

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Ny. N belum dapat mengatasi halusinasinya karena halusinasi masih muncul.
Saat ini pasien mengatakan halusinasi masih muncul 5x sehari, terjadi saat
terutama pasien sedang sendiri. Tetapi pasien dapat melakukan cara
mengontrol halusinasi dengan menghardik, bercakap-cakap, dan membuat
kegiatan terjadwal. Pasien juga patuh minum obat.
2. Ny. N belum dapat mengatasi wahamnya. Pasien masih merasa dirinya dapat
menyembuhkan orang lain. Pasien sudah mulai dapat memulai percakapan
dan sudah tampak mengobrol dengan temannya. Hal tersebut menunjukkan
kebutuhan untuk dihargai pasien mulai terpenuhi.

B. SARAN
1. Fasilitasi pasien untuk mengikuti TAK untuk mengoptimalkan pemberian
intervensi yang diberikan.
2. Libatkan keluarga dalam pemberian intervensi kepada pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B.A.,dkk. (2011). Keperawatan kesehatan jiwa komunitas: CMHN. Jakarta


: EGC
Maramis, WF. (2004). Catatan ilmu kedokteran jiwa. Penerbit Buku: Airlangga.
Surabaya
Marlindawani dkk. (2008). Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
masalah psikososial dan gangguan jiwa. Medan: USU Press.
Maslim, Rusdi. (2004). Buku saku diagnosis gangguan jiwa. Jakarta: Ilmu
Kesehatan Jiwa Unika Atmaja.
Rasmun, S. (2004). Stres, koping, adaptasi, dan pohon masalah keperawatan.
Jakarta : Sagung Seto.
Stuart, G. W. (2006). Buku saku keperawatan jiwa. Jakarta: EGC.

Yosep, I. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung : PT. Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai