PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia. Bahkan menurut
UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta jiwa
sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat AIDS sebagai salah satu epidemik
paling menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru saja, akses perawatan antiretrovirus
bertambah baik di banyak region di dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8
juta (antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup pada tahun 2005 dan lebih dari setengah juta (570.000)
merupakan anak-anak. Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang kini hidup dengan
HIV.Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta
orang dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar sejak tahun
1981.
1
epidemiologi sudah membuat estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu berkisar antara
80.000 130.000. Dan sekarang Indonesia menjadi negara peringkat ketiga, setelah Cina dan
India, yang percepatan kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia.
B. TUJUAN
2
BAB II
A. Defenisi
1. HIV
Human Immunodeficiency Virus atau di sering di singkat dengan ( H I V )
merupakan virus yang dapat menyebabkan penyakit AIDS. H I V menyerang manusia dan
menyerang sistem imun ( kekebalan ) tubuh, sehingga tubuh menjadi lemah dalam
melawan infeksi yang menyebabkan kekurangan (defisiensi) sistem imun.
Sel penjamu yang terinfeksi oleh HIV memiliki waktu hidup sangat pendek, Hali ini
berarti HIV secara terus menerus menggunakan sel penjamu baru untuk mereplikasi diri.
2. AIDS
Deficiency : Kekurangan
Kerusakan progresif pada system kekebalan tubuh menyebabkan ODHA ( orang dengan
HIV /AIDS ) amat rentan dan mudah terjangkit bermacam-macam penyakit. Serangan
penyakit yang biasanya tidak berbahaya pun lama-kelamaan akan menyebabkan pasien sakit
parah bahkan meninggal.
AIDS adalah sekumpulan gejala yang menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya
tahan tubuh yang diakibatkan oleh factor luar ( bukan dibawa sejak lahir )
3
AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang
berkaitan dengan infeksi Human Immunodefciency Virus ( HIV ). ( Suzane C.
Smetzler dan Brenda G.Bare )
AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan
ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan
imunosupresi dan berkaitan dengan pelbagi infeksi yang dapat membawa kematian
dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi ( Center for Disease Control and
Prevention )
B. Etiologi
Penyakit ini di sebabkan oleh golongan virus retro yang disebut Human
Immunodeficiency Virus. Human Immunodeficiency Virus (HIV) pertama kali ditemukan
pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan
lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen
dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV.
infeksi transmisi dari HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah terinfeksi. Tidak ada gejala.
4
a. Fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut. Lamanya 1-2 minggu
dengan gejala flu likes illness.
b. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
c. Supresi imun simtomatik. Di atas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, B
menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
d. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan.
Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai sistem tubuh, dan manifestasi
neurologist.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita. Yang
termasuk kelompok resiko tinggi adalah :
AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama yaitu HTL II, LAV, RAV.
Yang nama ilmiahnya disebut Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) yang berupa agen
viral yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah dan punya afinitas yang kuat
terhadap limfosit T.
C. Patofisiologi
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang
terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa
dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat
pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen
grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan
banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam
usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
5
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan
pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-
stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan
kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper tidak
dapat mengenali virus HIV sebagai antigen. Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh
tidak dihancurkan oleh sel T4 helper. Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4
helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit
B yang memproduksi antibodi, menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin,
dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper terganggu,
mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan
untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang serius.
Dengan menurunnya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara
progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T
penolong. Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap
tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini,
jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai
sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur
oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan
menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis
mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila
terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.
D. Klasifikasi
Sejak 1 januari 1993, orang-orang dengan keadaan yang merupakan indicator AIDS
(kategori C) dan orang yang termasuk didalam kategori A3 atau B3 dianggap menderita
AIDS.
1. Kategori Klinis A
Mencakup satu atau lebih keadaan ini pada dewasa/remaja dengan infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) yang sudah dapat dipastikan tanpa keadaan dalam kategori
klinis B dan C.
6
1. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang simptomatik.
3. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) primer akut dengan sakit yang
menyertai atau riwayat infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang akut.
1. Kategori Klinis B
1. Angiomatosis Baksilaris
4. Gejala konstitusional seperti panas ( 38,5o C ) atau diare lebih dari 1 bulan.
6. Herpes Zoster yang meliputi 2 kejadian yang bebeda / terjadi pada lebih dari satu
dermaton saraf.
1. Kategori Klinis C
4. Kriptokokosis ekstrapulmoner
7
6. Cytomegalovirus ( bukan hati,lien, atau kelenjar limfe )
Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 2 minggu pasien akan
merasakan sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan
mengalami demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan
ruam kulit, limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral.
8
Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS (bevariasi
1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi opurtunistik,
yang paling umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia interstisial yang
disebabkan suatu protozoa, infeksi lain termasuk meningitis, kandidiasis, cytomegalovirus,
mikrobakterial, atipikal :
Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa seperti demam
berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare, sakit leher, radang kelenjar
getah bening, dan bercak merah ditubuh.
Diketahui oleh pemeriksa kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah akan
diperoleh hasil positif.
Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala pembengkakan
kelenjar getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3 bulan.
Sedangkan Menurut Daili (2003) manifestasi klinis yang sesuai dengan perjalanan
penyakit AIDS terdiri dari beberapa fase yaitu
9
a. Penurunan imunitas sedang CD4 200-500/ml
Pada awal sub fase ini timbul penyakit- penyakit yang lebih ringan misalnya
herpes zooster atau herpes simplek
b. Penurunan imunitas berat CD4 < 200/ ml
Pada sub fase ini infeksi opurtinistik berat yang sering mengancam jiwa
penderita seperti : Tuberkulosis, keganasan juga timbul pada sub fase ini
meskipun sering pada fase yang lebih awal.
F. Komplikasi
a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis
Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat
badan, keletihan dan cacat.
b. Neurologik
c. Gastrointestinal
1. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan
sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat
badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.
2. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik.
Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
10
3. Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang
sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal
dan diare.
d. Respirasi
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi
otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder
dan sepsis.
f. Sensorik
Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan
efek nyeri.
G. Pemeriksaan penunjang
a. ELISA
b. Western blot
d. Kultur HIV
a. Hematokrit
b. LED
d. Serum mikroglobulin B2
11
e. Hemoglobin.
H. Penatalaksanaan
Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human Immunodeficiency
Virus (HIV), bisa dilakukan dengan :
2. Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks terakhir yang
tidak terlindungi.
3. Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas status
Human Immunodeficiency Virus (HIV) nya.
2. Tuberkulosis
Sejak epidemi AIDS maka kasus TBC meningkat kembali. Dosis INH 300mg setiap
hari dengan vit B6 50 mg paling tidak untuk masa satu tahun
3. Toksoplasmosis
12
Sangat diperlukan diperhatikan makanan yang kurang masak terutama daging yang
kurang matang, obat TMP-SMX 1 dosis/hari
4. CMV
Virus ini dapat menyebabkan Retinitis dan dapat menimbulkan kebutaan, Ensefalitis,
pneumonitis pada paru, infeksi saluran cerna yang dapat menyebabkan luka pada
usus, obat Gansiklovir kapsul 1 gram tiga kali sehari
5. Jamur
Jamur yang paling sering di temukan pada penderita AIDS adalah jamur kandida, obat
Nistatin 500.000 u perhari, flukonazol 100 mg per hari.
6. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS,
obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan
menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel
T4 nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus
(HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat
replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Terapi seumur hidup,
mutlak perlu kepatuhan karena resiko cepat terjadi resisten bila sering lupa minum obat.
Obat-obat ini adalah :
1. Didanosine
2. Ribavirin
3. Diedoxycytidine
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon
13
Materials Support (bantuan /pelayanan kesehatan)
14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data Demografi
-keluhan utama
- RPD
- RPK
- Aktifitas / Istirahat
Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktifitas ( Perubahan TD,
frekuensi Jantung dan pernafasan ).
- Sirkulasi
Gejala : Stress berhubungan dengan kehilangan dukungan keluarga, hubungan dengan orang
lain ,penghasilan dan gaya hidup tertentu,mengkuatirkan penampilan, mengingkari diagnosa,
putus asa,dan sebagainya.
Tanda : Mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri, marah, menangis, kontak mata
kurang.
15
- Eliminasi
Gejala : Diare intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa kram abdominal, nyeri
panggul, rasa terbakar saat miksi
Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat dan sering, nyeri tekan
abdominal, lesi atau abses rectal,perianal,perubahan jumlah,warna,dan karakteristik urine.
- Makanan / Cairan
Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan gusi yang buruk, edema
- Hygiene
- Neurosensori
- Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala,nyeri dada pleuritis.
- Pernafasan
Gejala : ISPA sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk, sesak pada dada.
- Keamanan
16
Gejala : Riwayat jatuh, terbakar,pingsan,luka,transfuse darah,penyakit defisiensi imun,
demam berulang,berkeringat malam.
Tanda : Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses, timbulnya nodul, pelebaran kelenjar
limfe, menurunya kekuatan umum, tekanan umum.
-Seksualitas
- Interaksi Sosial
- Penyuluhan / Pembelajaran
c. Pemeriksaan Diagnostik
a. Tes Laboratorium
Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih bersifat penelitian. Tes
dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis Human Immunodeficiency
Virus (HIV) dan memantau perkembangan penyakit serta responnya terhadap terapi Human
Immunodeficiency Virus (HIV).
1. Serologis
Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA. Hasil tes positif, tapi bukan
merupakan diagnosa
17
- Sel T limfosit
- Sel T4 helper
Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper ( T8 ke T4 )
mengindikasikan supresi imun.
- Kadar Ig
Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler.
- Tes PHS
2. Budaya
Histologis, pemeriksaan sitologis urine, darah, feces, cairan spina, luka, sputum, dan sekresi,
untuk mengidentifikasi adanya infeksi : parasit, protozoa, jamur, bakteri, viral.
3. Neurologis
Dilakukan dengan biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan kerusakan paru-paru
4. Tes Antibodi
Jika seseorang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka system imun akan
bereaksi dengan memproduksi antibody terhadap virus tersebut. Antibody terbentuk dalam 3
18
12 minggu setelah infeksi, atau bisa sampai 6 12 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa
orang yang terinfeksi awalnya tidak memperlihatkan hasil tes positif. Tapi antibody ternyata
tidak efektif, kemampuan mendeteksi antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV)
dalam darah memungkinkan skrining produk darah dan memudahkan evaluasi diagnostic.
Pada tahun 1985 Food and Drug Administration (FDA) memberi lisensi tentang uji kadar
Human Immunodeficiency Virus (HIV) bagi semua pendonor darah atau plasma. Tes
tersebut, yaitu :
1. Indirect Immunoflouresence
Penentuan langsung ada dan aktivitasnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk
melacak perjalanan penyakit dan responnya. Protein tersebut disebut protein virus p24,
pemerikasaan p24 antigen capture assay sangat spesifik untuk HIV 1. tapi kadar p24 pada
penderita infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) sangat rendah, pasien dengantiter
p24 punya kemungkinan lebih lanjut lebih besar dari menjadi AIDS.
19
2. Diagnosa keperawatan
a. Ketidak efektifan Pola nafas b/d penurunan ekspansi paru dan keletihan otot
pernafasan
b. Defisit volume cairan b/d diare berat, status hipermetabolik
c. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d kurang asupan makan
(mual/muntah) gangguan intestinal, hipermetabolik
d. Perubahan membran mukosa oral b/d imuno defisiensi dan timbulnya lesi penyebab
patogen.
e. Resiko terhadap infeksi b.d imunodefisiensi
3. Intervensi Keperawatan
20
dengan mudah, tidak dada jika perlu
ada pursed lips)
Keluarkan sekret
v Menunjukkan jalan dengan batuk atau suction
nafas yang paten (klien
Auskultasi suara
tidak merasa tercekik,
nafas, catat adanya suara
irama nafas, frekuensi
tambahan
pernafasan dalam
rentang normal, tidak Lakukan suction
ada suara nafas pada mayo
abnormal)
Kolaborasikan
v Tanda Tanda vital pemberian bronkodilator
dalam rentang normal bila perlu
(tekanan darah, nadi,
Berikan pelembab
pernafasan)
udara Kassa basah NaCl
Lembab
Monitor respirasi
dan status O2
Oxygen Therapy
v Bersihkan mulut,
hidung dan secret trakea
v Atur peralatan
oksigenasi
21
v Monitor aliran oksigen
v Pertahankan posisi
pasien
v Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
Auskultasi TD
pada kedua lengan
dan bandingkan
Monitor kualitas
dari nadi
22
Monitor frekuensi
dan irama
pernapasan
Monitor pola
pernapasan
abnormal
Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis
perifer
Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi yang
melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik)
Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign
23
Food and Fluid Intake Pertahankan catatan
intake dan output yang
Kriteria Hasil :
akurat
v Mempertahankan
Monitor status
urine output sesuai
hidrasi ( kelembaban
dengan usia dan BB, BJ
membran mukosa, nadi
urine normal, HT
adekuat, tekanan darah
normal
ortostatik ), jika
v Tekanan darah, nadi, diperlukan
suhu tubuh dalam batas
Monitor vital sign
normal
Monitor masukan
v Tidak ada tanda
makanan / cairan dan
tanda dehidrasi,
hitung intake kalori harian
Elastisitas turgor kulit
baik, membran mukosa Lakukan terapi IV
lembab, tidak ada rasa
Monitor status
haus yang berlebihan
nutrisi
Berikan cairan
Berikan cairan IV
pada suhu ruangan
Dorong masukan
oral
Berikan
penggantian nesogatrik
sesuai output
Dorong keluarga
untuk membantu pasien
makan
Tawarkan snack (
24
jus buah, buah segar )
Kolaborasi dokter
jika tanda cairan berlebih
muncul meburuk
Atur kemungkinan
tranfusi
Persiapan untuk
tranfusi
25
terpilih ( sudah
dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
Ajarkan pasien
bagaimana membuat
catatan makanan harian.
Berikan informasi
tentang kebutuhan nutrisi
Nutrition Monitoring
Monitor adanya
penurunan berat badan
Monitor lingkungan
selama makan
26
Jadwalkan
pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan
Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan mudah
patah
Monitor makanan
kesukaan
Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
27
Catat jika lidah
berwarna magenta, scarlet
28
Instruksikan pasien
untuk menggunakan
sikat gigi yang lembut
dan terjaga
kebersihannya
Diskusikan mengenai
nutrisi yang adekuat
Dorong pasien untuk
menghindari makanan
yang pedas, asam,
asin, kasar, kering
ataupun yang panas
Dorong pasien untuk
meningkatkan asupan
cairan
Berikan rujukan
29
11ribu/ul) e. Pertahankan teknik
aseptik ketat pada
perawatan luka insisi /
terbuka, bersihkan
dengan betadine.
f. Kolaborasi tim medis
dalam pemberian
antibiotik
30
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons), Ninuk Dian K, S.Kep.Ners, Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Terinfeksi HIV, Salemba Medika, Jakarta 2013
Adler, M. W. (1996). Petunjuk Penting AIDS. EGC. Jakarta. Arif Mansjoer. (2000). Kapita
Selekta Kedokteran. Media Aesculapiuus. Jakarta.
31
Pathway
HIV
CD4 menurun
Menimbulkan gejala
Batuk kronis Demam timbul lesi mulut klj getah bening bengkak
TBC Diare kronis Herpes zooster
BB menurun
Ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
32