RESUME
OLEH
KELOMPOK 2
PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2016
Statistik Bose-Einstein
1. Pendahuluan
Partikel Boson, merupakan salah satu partikel elementer dengan spin bilangan
bulat; atau dengan kata lain sebuah partikel yang memenuhi statistik Bose Einstein.
Contoh partikel ini adalah foton, fonon, dan atom helium. Pada suhu yang sangat
tinggi sistem sub atomik dapat berperilaku seperti sistem klasik. Pada suhu yang
sangat tinggi, kecepatan sistem sangat besar, sehingga panjang gelombangnya sangat
kecil. Akibatnya, tumpah tindih gelombang sistem sistem menjadi hilang dan sistem
menjadi terbedakan.
1. Partikel- partikel dalam system idak dapat dibedakan antara yang satu dengan
yang lainnya.
2. Jumlah partikel dalam suatu status tidak terbatas jumlahnya.
Berdasarkan spesifikasi yang berbeda ini, maka jumalah keadaan mikro atau
peluang termodinamik pada suatu keadaan makro pada statistic Bozt- Einsten ini tidak
sama, baik dengan statistic Fermi- Direc, maupun statistic Maxwell-Bolzmann.
Oleh sebab itu dicari formula yang berlaku secara umum, baik untuk jumlah
boson sedikit, atau jumlah boson yang sangat besar. Sesuai dengan ciri khas statistic
Bose-Einsten, telah diperoleh peluang termodinamik yang menggambarkan jumlah
keadaan mikro untuk suatu keadaan makro tertentu, yang dapat ditulis :
Dan berlaku untuk satu tingkat energi ke i. jika system mempunyai lebih dari
satu tingat energy, masing-masing dengan gi keadaan, maka peluang
termodinamiknya merupakan perkalian dari masing- masing peluang termodinamik
pada setiap energi. Agar lebih mudah dipahami kita lihat contoh berikut :
Contoh :
Suatu system terdiri dari 2 tingkat energy, 1 dengan 3 buah status, berisi 2
buah boson, sedangkan 2 dengan 2 buah status, berisi 4 buah boson. Keadaan mikro
yang manakah yang mungkin untuk system tersebut?
Solusi :
4!
Untuk tingkat 1 diperoleh W1 = =6
2!2!
5!
Untuk tingkat diperoleh W2 = =5
1!4!
Keadaan makro yang mungkin dapat diperoleh dengan menggabungkan tiap cara
mengisi tingkat pertama dengan 5 cara mengisi tingkat ke 2, sehingga diperoleh :
6 5=30
Selanjutnya dapatlah disimpulkan bahwa jika ada n tingkat energy, misalnya ,
,, n, masing-masing dengan g, g, ., gn, an diisi oleh N, N, , Nn, maka jumlah
keadaan mikro yang mungkin untuk suatu keadaan makro adalah :
3. Perumusan Statistik Bose-Einstein
Jadi, setiap molekul dapat digambarkan sebagai satu titik dalam ruang fase. Jika ruang
fase dibuat dalam 6N dimensi, maka setiap titik akan bersesuaian dengan keadaan
sistem pada satu saat tertentu.
Elemen volume H memuat sejumlah dot artinya adalah jumlah dot dalam elemen H
adalah = /3 .
4. Bobot Statistik
Wj
Wi
Bobot statistik untuk sistem yang terdiri dari n tingkatan energi adalah
= =1
Partikel yang ditinjau adalah partikel boson yaitu partikel yang memiliki
momen magnetik (spin) bulat, sehingga dinamakan dengan statistik Bose-Einstein.
Partikel jenis ini tidak diatur oleh larangan Pauli sehingga dapat berada pada tingkat
energi yang sama dengan lainnya. Boson dapat berupa dapat berupa partikel
elementer, contohnya foton, gluon dan partikel hipotetik Higgs boson; dapat pula
berupa komposit seperti meson dan atom-atom bahkan molekul; bergantung pada
jumlah spin-nya, apakah bulat atau pecahan. Jumlah partikel masih mungkin berada
pada sub ruang yang sama lebih dari dua.
Jika terdapat N partikel boson yang terbagi kedalam tingkatan energi. Pada
masing-masing tingkatan energi Ei terdapat Ni partikel.Jika sub ruang dalam masing-
masing tingkatan energi adalah sama, yaitu m maka bobot statistiknya adalah
( + 1)!
= =1
( 1)! !
ln = ln( + 1) ! ln( 1) ! 1 !
=1
ln = ( + ) ( + ) ln
=1
Untuk entropi maksimum, maka variasi ln = 0, sehingga
( + )
ln = ( ) = 0
=1
Jika jumlah partikeldan energi total tetap, maka diperoleh keadaan berikut
N = = 0, U = = 0
( + )
ln = ( ) = 0
=1
1
=
exp( ) 1
Statistik BE dan MB memiliki pola yang sama, hanya saja ruas kiri adalah
jumlah penggambaran atau representasi dalam kompartemen serta pada ruas kanan
penyebutnya dikurangkan dengan 1. Dalam statistik MB, pengali = 1/kT, yang
diperoleh dari hubungan = .
1
=
exp( /) 1
Energi momentum sebuah foton yang frekuensi masing-masing adalah
= = =
Selanjutnya karena
2
= 3
; = 6
2 1
6 = 3
exp( /) 1
2 1
3 =
exp( /) 1
3
2 42
= 3
exp(/) 1
8 2
= 3
exp(/) 1
8 2
= 3
exp(/) 1
Persamaan akhir ini dikemukakan oleh Planck sebagai rumus untuk energi
radian yang terlungkupi oleh dinding bertemperatur T. Rumusan Planck murni ber
sifat empiris dalam rangka menjelaskan hasil percobaan oleh Lummer dan Pringshein.
Karena Planck mencoba menurunkannya dari teori elektrodinamika klasik yang
terbukti gagal, ia kemudian mengubah asumsinya dan melahirkan mekanika kuantum.