Anda di halaman 1dari 7

Budidaya Sayur di Kampung Palintang Desa Cipanjalu

BIOPROSPEKSI

OLEH :

Muhamad Agung Triyudha A - 140410160080

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan ragam bahan pangan hayati.
Kekayaan ini menjadikan orang Indonesia dapat mengkonsumsi makanan dengan
mudah karena hampir sepanjang waktu dapat menemukan bahan pangan yang
beraneka ragam. Termasuk di dalamnya aneka sayur dan buah. Sayur hampir
sepanjang waktu dapat tumbuh, sehingga tidak mengganggu asupan konsumsi sayur.
Sepanjang waktu dapat menemukan aneka sayur seperti; Buncis, Kacang Panjang,
Terong, Jipang, Daun Lembayung, Kangkung, Brokoli, Wortel, Kobis, Bunga Kol,
dan yang lain. Hanya sedikit sayuran yang mengikuti musim, seperti: Nangka Muda
dan Labu Kuning. Lain halnya dengan buah-buahan, banyak yang ditentukan oleh
musim walaupun banyak juga yang hampir sepanjang tahun dapat dipanen. Buah
Jeruk, Mangga, Salak, Manggis, Durian, Nangka, Sirsat, merupakan contoh buah
yang musiman. Salah satu yang menentukan kualitas buah-buahan dan sayuran adalah
ketika tanaman itu dipanen saat musim. Harganya relatif lebih murah, jumlahnya
melimpah, dan segar
Produktivitas sayur di Indonesia terbilang sangatlah maju,dilihat dari dominansi
profesi masyarakat Indonesia yang kebanyakan adalah seorang petani.Sayur menjadi
satu komoditas yang selalu dibutuhkan oleh masyarakat mulai dari kalangan atas
hingga kelangan menengah kebawah.Produksi sayur-sayuran dilakukan diberbagai
daerah di Indonesia khususnya di Kampung Palintang Desa Cipanjalu.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kampung Palintang

Kampung ini terletak di Desa Cipanjalu Kecamatan Cilengkrang ,Bandung.Terletak di


Koordinat 65117,3S 107 43 54,4 E terletak di ketinggian 1.550 mdpl.Lokasi
terbilang bersuhu rendah dan lembab disebabkan karena ketinggiannya.Kondisi tadi
menjadi penunjang masyarakat dalam melakukan cocok tanam berbagai macam sayur
yang cocok ditanam di pegunungan.
Desa ini berbatasan langsung dengan lokasi wisata Bukit Tunggul di arah utara dan di
arah selatan berbatasan langsung dengan kecamatan Ujungberung.Kampung ini
menjadi pemasok untuk beberapa pasar di dalam kota Bandung dan sekitaran kota
Bandung.Masyarakat biasa menjual hasil sayuran ke para bandar atau pemasok.
Berikut adalah peta lokasi dari Kampung Palintang Desa Cipanjalu ,diambil dari
Google Maps pukul 5.29 WIB tanggal 7 Mei 2017.

(Peta Lokasi Kampung Palintang)

2.2 Sejarah Introduksi Penanaman Sayur

Warga di Kampung Palintang sebelumnya bekerja sebagai pengerajin arang dan


pencari kayu bakar. Warga di Kampung Palintang, Desa Panjalu mulai menanam pada
saat Perhutani membuka lahan untuk ditanami pinus di tahun 1979. Warga
diperbolehkan untuk bercocok tanam dengan syarat harus menanam kopi atau alpukat
dan tidak diperbolehkan menanam di hutan pinus jika pinus-pinus yang ditanam
sudah besar. Alasan dari mengapa warga harus menanam kopi dan alpukat
yaitu,pohon kopi dan alpukat mempunyai akar yang kuat sehingga dapat mencegah
erosi di sekitar wilayah Kampung Palintang. Hasil dari panen kopi dan alpukat
sendiri dikelola oleh masyarakat sendiri.

Menurut sumber lain menyatakan bahwa pada tahun 1970 lah telah dibuka oleh
Perhutani untuk ditanami oleh masyarakat sekitar akan tetapi tanaman sayur yang
dibudidayakan adalah bakau,jagung dan kacang-kcangan.Kemudian pada tahun 1990
jenis yang ditanam mulai berubah yaitu wortel,kentang,brokoli dan kol.Bibit biasanya
diberikan oleh pihak Perhutani akan tetapi menurut warga bibit yang diberikan oleh
perhutani terbilang kurang layak dikarenakan pertumbuhannya yang kurang.

Untuk sayuran yang ditanam di Kampung Palintang, Desa Panjalu sendiri yaitu ada
boneng, brokoli, kol, kentang, pakcoy, pecay, cabai , wortel dan bawang daun.
Wortel yang ditanam di kampung ini berukuran kecil. Sayuran yang menjadi
komoditas unggulan dari kampung ini adalah brokoli, kentang, dan cabai bendot.
Kentang dari kampung ini mempunyai sifat tidak mengandung air, sehingga pada saat
dimasak kentang tidak berair. Sementara untuk buah yang ditanam yaitu, stroberi,
pisang, mangga, dan jambu. Buah yang menjadi komoditas unggulan dari kampung
ini adalah pisang palintang dan pisang ambon lumut. Pisang palintang mempunyai
rasa yang manis, pulen, kulit yang kering, dan lebih tahan lama. Sementara pisang
ambon lumut merupakan pisang yang paling banyak ditanam, berkulit tipis, dan
mempunyai warna kuning yang bagus ketika pisang sudah matang. Warga tidak
memakai karbit untuk mematangkan pisang karena memakan waktu yang lama untuk
matang. Selain itu, pisang yang matang dengan sendirinya mempunyai rasa yang lebih
manis.
Kopi yang berasal dari kampung ini diketahui mempunyai kandungan gizi yang
tinggi. Kopi yag ditanam warga ada 4 jenis yaitu, kopi robusta, kopi arabika, kopi
ateng super, dan kopi lini S. Jenis kopi yang menjadi andalan di kampung ini adalah
kopi arabika. Karena kualitasnya yang bagus,kopi yang berasal dari kampung ini
memenangkan kontes kopi yang diselenggarakan di Gedung Sate beberapa waktu
yang lalu, bahkan kopi arabika yang berasal dari kampung ini sampai diekspor ke luar
negeri. Beberapa warga di kampung ini membuat kopi luwak. Untuk kopi yang
dimakan luwak pun harus dipilih sehingga bisa menghasilkan kopi luwak yang
berkualitas.
Warga disini belajar menanam secara turun temurun dan juga menanam sesuai
musimnya. Cara menanam dari para petani yaitu pertama mencangkul kebun, lalu
menebar pupuk, lalu membuat lubang atau warga menyebutnya sebagai coblakan.
Setelah seminggu dibiarkan, para petani mulai menebar benih di perkebunan. Jadwal
bertani di Kampung Palintang dilaksanakan pada jam 7.00 sampai 16.00. Penggunaan
pupuk MPK menggunakan metode semprot dan awur. Selain pupuk MPK, warga
juga memanfaatkan kotoran kambing untuk dijadikan pupuk. Untuk penyiraman
dibuat sendiri dari babalongan. Sementara pada saat cuaca sedang pancaroba warga
menambahkan obat yang bisa membantu pertumbuhan dari sayuran dan buah-
buahan yang ditanam.
Di bulan ini, para petani akan menanam pecay dan akan memanen kol, kentang, dan
pecay. Hasil panen dari perkebunan warga dikumpul di bandar lalu dikirim ke
distributor (Pasar Induk). Beberapa hasil panen dari perkebunan warga ada yang
diekspor ke Singapura jika produksi sayuran atau buah-buahan dilakukan secara
besar-besaran. Untuk harga sayuran di pasar tergolong tidak stabil, seperti contohnya
harga sayuran yang asalnya Rp.6500,00 menjadi Rp.2500,00.
Kendala dari kegiatan perkebunan warga yaitu cuaca dan hewan. Jika hujan setiap
hari turun, sayur yang ditanam akan membusuk dan jika kemarau berkepanjangan,
perkebunan warga akan mengering dan sayur atau buah tidak bisa dipanen sehingga
para petani memutuskan untuk tidak menanam di musim kemarau. Jika cuaca tidak
menentu pun malah mengakibatkan hasil panen berkurang. Hewan yang mengganggu
perkebunan warga yaitu babi hutan. Babi hutan datang ke perkebunan warga untuk
mencari cacing yang menjadi makanannya. Mereka menggali tanah dan menyebabkan
perkebunan warga menjadi berantakan. Warga berusaha untuk menangkap babi hutan,
hanya ketika berusaha ditangkap, mereka malah menambah kerusakan di perkebunan
warga.
Dahulu di kampung ini ada koperasi untuk petani. Namun, sekarang sudah tidak ada.
Untuk memperoleh modal untuk bertani, para petani meminta modal terlebih dahulu
dari bandar. Setelah panen, hasil panen akan dibawa ke bandar. Para bandar
memperoleh keuntungan dari harga normal sayur atau buah-buahan, sementara para
petani mendapatkan keuntungan dari keuntungan penjualan sayur atau buah-buahan
dari bandar.
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Kampung Palintang merupakan lokasi penanaman sayuran dimulai sejak tahun
1970 dan berangsur-angsur hingga saat ini.Lahan yang dimiliki oleh Perhutani di
manfaatkan oleh warga sekitar dengan sistem bagi hasil antara petani,perhutani dan
bandar.Kopi menjadi komoditas unggulan yang telah di ekspor ke luar daerah bahkan
hingga luar negri.Metode penanaman didapatkan masyarakat secara turun temurun
lewat trial and error yang dilakukan dalam waktu yang lama.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai