Oleh:
Kelompok 5
Pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam ekonomi Indonesia. Namun,
permasalahan yang baru-baru ini terjadi adalah produksi yang tidak seimbang
seiring dengan bertambahnya jumlah dan kebutuhan penduduk, yang merupakan
salah satu penyebab kelangkaan komoditi jagung. Untuk memenuhi kebutuhan
jagung maka perlu adanya peningkatan dalam produktivitas yaitu dengan cara
menerapkan teknologi pembudidayaan yang lebih baik, ataupun dengan cara
perluasaan areal tanaman. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam
pembudidayaan tanaman jagung adalah kebutuhan air tanaman.
Kebutuhan air tanaman bagi satu rumpun tanaman jagung adalah sama dengan
banyaknya air yang hilang akibat proses evapotranspirasi dalam satu satuan waktu
(Fagi dan Tangkuman 1985). Kebutuhan air irigasi pada areal produksi dapat
dihitung, jika kebutuhan air tanaman jagung sudah diketahui.
Di lahan beririgasi atau di lahan sawah kebutuhan air pertanaman jagung yang
diusahakan setelah padi lebih terjamin. Akan tetapi, ketersediaan air untuk
pertanaman jagung akan menjadi masalah jika intensitas pertanaman padi dalam
setahun ditingkatkan, sehingga menyebabkan penurunan produksi jagung.
Penyebab kemerosotan luas tanam dan panen jagung adalah ketersediaan air yang
tidak terjamin (Fagi dan Tangkuman, 1985). Oleh karena itu, kebutuhan air
tanaman jagung perlu diketahui agar pemberian air lebih efektif dan efisien serta
memberikan hasil panen yang baik.
Kebutuhan air tanaman (Crop Water Requirement, CRW) adalah air yang
digunakan oleh tanaman untuk memenuhi evapotranspirasi (ET) dan proses
metabolisme. Karena air yang digunakan pada proses metabolisme ini kurang dari
1 % maka CWR sama dengan ET. Kebutuhan air tanaman adalah jumlah total ET
dari awal sampai akhir pertumbuhan. Kebutuhan air ini antara lain dipengaruhi
oleh jenis dan umur tanaman, radiasi surya dan curah hujan. ET dapat ditentukan
dengan menggunakan metode pengukuran langsung dan tidak langsung
(menentukan ET dengan menghitung dari data iklim dan tanaman).
Kandungan air tanah kritis yaitu suatu titik dimana penipisan air tanah tersedia
mencapai maksimum. Pada kondisi ini evapotranspirasi aktual (ETa) masih sama
dengan ETm, namun apabila penipisan air tanah tersedia melewati titik kritis ini,
maka ETa< ETm dan akibatnya tanaman mengalami cekaman air (water stress).
Fraksi penipisan air (p) yaitu suatu nilai presentase penipisan air tanah tersedia
maksimum diperbolehkan dan tanaman belum terganggu (belum tercekam).
Apabila cekaman air ini terjadi, maka tanaman akan menghentikan
pertumbuhannya, dan ini bisa dilihat dari penampilan tanaman tersebut, misalnya
tingginya tidak bertambah, daunnya tidak bertambah, batangnya kurus dan
sebagainya.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini yaitu adalah sebagai berikut :
1. Mengukur kebutuhan air secara langsung;
2. Menghitung koefisien tanaman jagung mingguan dan pada setiap fase
pertumbuhan tanaman jagung;
3. Menentukan kandungan air tanah kritis bagi tanaman jagung;
4. Menentukan respon hasil tanaman jagung terhadap air;
5. Menghitung/ menentukan kandungan air tanah kritis pada berbagai
tingkat defisit air tanah tersedia dan fase pertumbuhan tanaman.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanah
Tanah dikenal sebagai sistem porus atau dengan sebutan sistem tiga fase, yaitu
terbentuk dari fase padat, cairan dan gas, Fase cairan terdiri dari air tanah yang
mengandung bahan-bahan mineral dan organik. Jadi air tanah (soil water) disini
yang juga sering disebut dengan kelembaban tanah (soil moisture) diartikan
sebagai air yang terdapat pada solum atau lapisan tanah. Air tanah ini dijumpai
dalam bentuk cairan, padat (es) dan gas (uap air) (Agus dan Haryati , 2006).
Menurut Lembaga Penelitian Tanah (1979), definisi berat isi tanah adalah berat
tanah utuh (undisturbed) dalam keadaan kering dibagi dengan volume tanah,
dinyatakan dalam g/cm3 (g/cc). Nilai berat isi tanah sangat bervariasi antara satu
titik dengan titik lainnya karena perbedaa kandungan bahan organik, tekstur tanah,
kedalaman tanah. Kadar air merupakan jumlah air yang terkandung dalam tanah
yang dinyatakan dalam (%). Kadar air adalah jumlah air yang masuk kedalam
tanah yang dinyatakan dalam persen. Pada volume tanah tertentu kadar air
biasanya tinggi, kekurangan udara dapat menjadi penghambat pertumbuhan
maksimum pada kelembaban tanah berada pada sekitar kapasistas lapang.
Kadar air tanah dibagi menjadi tiga bagian yaitu air berlebihan air tersedia dan air
tidak tersedia.Jumlah air tanah dapat dinyatakan dengan berbagai cara , ada yang
menyatakan air tanah dengan menggunakan istilah kapasitas lapang dari suatu
kondisi tanah itu berarti memperhatikan kondisi dari sifat fisik suatu tanah
tersebut (Utomo, dkk 1995). Kapasitas lapang adalah kemampuan dari suatu tanah
untuk mengikat air dalam lapisan gravitasi bumi, pada kadar air tinggi kurangnya
udara dapat mengakibatkan terjadinya penghambatan pertumbuhan
tanaman. Kecepatan pertumbuhan tanaman mencapai maksimum pada keadaan
tanah yang memiliki kelembaban maksimum pada keadaan tanah yang memiliki
kelembaban yang berada di sekitar kapasitas lapang (Sutanto.2005).
Cara untuk menyatakan jumlah air yang terdapat didalam tanah adalah dengan
cara persentase terhadap tanah kering. Bobot tanah lembab tidak dipakai karena
bergelonjak dengan kadar airnya. Kadar air juga dapat dinyatakan dalam persen
volume yaitu persentase air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai
keuntungan karena dapat memberikan gambaran tentang ketersediaaan air bagi
tumbuhan pada volume tanah tersebut (Hardjowigno, 1995).
Air tersedia (air yang dapat diserap langsung tanaman) adalah air yang ditahan
tanah pada kondisi kapasitas lapang hingga koefisien layu, namun makin
mendekati koefisien layu tingkat ketersediaan makin rendah. Oleh karena itu
untuk mencukupi kebutuhan tanaman,suplai air harus diberikan apabila 50-85%
air tersedia telah habis terpakai, terdiri dari sebagian air kapiler (air adhesi dan
sedikit air kohesi) dan seluruh air hidokopis (air kristal).(Hanafiah,2005).
2.2 Jagung
Jagung (Zea mays ssp. mays) adalah salah satu tanaman pangan penghasil
karbohidrat yang terpenting di dunia, selain gandum dan padi. Bagi penduduk
Amerika Tengah dan Selatan, bulir jagung adalah pangan pokok, sebagaimana
bagi sebagian penduduk Afrika dan beberapa daerah di Indonesia. Pada masa kini,
jagung juga sudah menjadi komponen penting pakan ternak. Penggunaan lainnya
adalah sebagai sumber minyak pangan dan bahan dasar tepung maizena. Berbagai
produk turunan hasil jagung menjadi bahan baku berbagai produk industri
farmasi, kosmetika, dan kimia.
Klasifikasi ilmiah
Kingdom: Plantae
(tidak
Angiospermae
termasuk):
(tidak
Monokotil
termasuk):
(tidak
Commelinids
termasuk):
Ordo: Poales
Famili: Poaceae
Genus: Zea
Spesies: Z. mays
Nama binomial
Zea mays ssp. mays
L.
2.3 Evapotranspirasi
Evaporasi atau penguapan adalah proses pertukaran (transfer) air dari permukaan
bebas (free water surface) dari muka tanah, atau dari air yang tertahan di atas
permukaan bagunan atau tanaman menjadi molekul uap air di atmosfer. Proses ini
sebenarnya terdiri dari dua kejadian yang saling berkelanjutan yaitu:
a. Interface Evaporation : yaitu proses pertukaran air di permukaan menjadi uap
air di permukaan (interface) yang besarnya tergantung dari energi dalam yang
tersimpan (stored energy);
b. Vertical Vapor Transfer : yaitu perpindahan lapisan udara yang jenuh uap air
dari interface ke lapisan di atasnya, dan hal ini bila memungkinkan proses
penguapan akan berjalan terus. Transfer ini dipengaruhi oleh kecepatan angin,
topografi dan iklim lokal.
Evapotranspirasi adalah kejadian bersama-sama antara evaporasi dan transpirasi,
keduanya saling mempengaruhi. Soil evaporasi akan dikurangi dengan terjadinya
transpirasi. Bila penguapan terjadi dilihat pada suatu daerah dimana di dalamnya
terdapat juga tanaman yang tumbuh maka penguapan yang terjadi di daerah
tersebut disebut Evapotranspirasi
Potensial Evapotranspirasi (PET) adalah evapotranspirasi dari tanaman bila
memperoleh air (dari hujan atau irigasi) yang cukup untuk pertumbuhannya yang
optimum. PET ini tergantung dari factor meteorology setempat dan juga dari jenis
tanaman yang ada.
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain 6 buah ember plastik ,
ayakan ukuran 3 mm, timbangan duduk, botol plastik bekas aqua yang dipotong
pada 10 ml, 20 ml, 50 ml, 100 ml, 200 ml, dan 1000 ml serta drum untuk
menampung air. Sedangkan bahan yang digunakan antara lain tanah dimana
masing-masing ember diisi 7000 gram, tissue, benih jagung dimana masing-
masing ember dimasukkan 5 biji benih.
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh hasil berat tanah
pada saat kandungan air tanah 0% adalah 6.769,8 gram. Berat tanah pada saat
kapasitas lapang (FC) adalah sebesar 9060 gram. Berat tanah pada saat titik layu
permanen (PWP) adalah sebesar 8500 gram. Berat air tanah tersedia merupakan
selisih antara berat tanah pada saat kondisi kapasitas lapang dengan kondisi titik
layu permanen yaitu sebesar gram dibagi 5 (banyaknya perlakuan defisit air) jadi
besarnya berat air tanah tersedia adalah sebesar 110 gram.
Dari penentuan berat tanah dapat diperoleh Batas Atas Penimbangan (BAP) dan
Batas Bawah Penimbangan (BAP). Setelah dilakukan perhitungan diperoleh BAP
untuk masing-masing perlakuan adalah KAT 6 (rumput) sebesar 8500 gram, KAT
1 (80%-100%) sebesar 9060 gram, KAT 2 (60%-80%) sebesar 8950 gram, KAT 3
(40%-60%) sebesar 8840 gram, KAT 4 (20%-40%) sebesar 8730 gram dan KAT
5 (0%-20%) sebesar 8610 gram. Sedangkan untuk BBP nya adalah BAP dikurang
berat air tanah tersedia dan diperoleh hasil untuk DA0 sebesar 8000 gram, D1
sebesar 8950 gram, D2 sebesar 8840 gram, D3 sebesar 8730 gram, D4 sebesar
8610 gram dan D5 sebesar 8500 gram. Setelah semua batas-batas tersebut
diperoleh, kembalikan kandungan air tanah dari semua ember ke keadaan batas
atasnya, sesuai dengan perlakuan defisit airnya.
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan praktikum ini adalah sebagai
berikut :
1. Kebutuhan air tanaman pada fase vegetatif menunjukkan bahwa semakin
tinggi kandungan air tanahnya maka semakin tinggi kebutuhan airnya,
sehingga laju evapotranspirasi juga akan semakin tinggi;
2. Rata-rata kebutuhan air dari minggu pertama ke minggu berikutnya itu
terjadi penurunan dan kenaikan, terjadi karena faktor cuaca dan beberapa
hari tidak disiram;
3. Semakin banyak kandungan air tanah tersedianya maka tanaman akan
semakin bagus pertumbuhan tanaman dan laju evapotranspirasinya akan
semakin besar;
DAFTAR PUSTAKA
Agus, F., R.D. Yustika, dan U. Haryati. 2006. Sifat Fisik Tanah dan Metode
Analisisnya. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan.
Utomo, Hadi, dkk.1995. Hubungan Tanah, Air Dan Tanaman. Ikip Semarang
Press. Semarang.
LAMPIRAN
Kadar Air Tanah (KAT)
11 22
KAT 1 = X 100% KAT2 = X 100%
1 2
17,4316.8638 17,146116,6236
= X 100% = X100%
16,8638 16,6236
= 3,35 % = 3,14%
33 1+2+3
KAT3 = X 100% KAT rata-rata =
3 3
18,303017,6451 3,35+3,14+3,73
= X 100% =
17,6451 3
= 3,73% = 3,40%
= 1 X w
24,05 = 1,095 x w
Wpwp = 21,96%
Wtku = 3,40%
Pada 0%
KA = BB-BK/BK x 100%
3,4% = 7000 gr/ BK/ BK x 100%
3,4/100 BK = 7000gr BK
0,034 BK = 7000 gr BK
BK = 6.769,8