Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kelenjar hipofisis medula kelenjar yang sangat penting bagi tubuh


manusia, kelenjar ini mengatur fungsi dari kelenjar tiroid, kelenjar adrenal,
ovarium dan testis, kontrol laktasi, kontraksi uterine sewaktu melahirkan dan
tumbuh kembang yang linear, dan mengatur osmolalitas dan volume dari cairan
intravascular dengan memelihara resorpsi cairan diginjal. Kelenjar hipofisis
terdiri dari 2 lobus, lobus anterior dan lobus posterior, pada lobus anterior
kelenjar ini terdapat 5 tipe sel yang memproduksi 6 hormon peptida.
Sedangkan pada lobus posterior dilepaskan 2 macam hormon peptida. Pituitary
tumor, pertumbuhan abnormal yang berkembang di kelenjar hipofisis di otak,
hampir selalu noncancerous (jinak).

Sebagian besar tumor hipofisis (adenomas) tidak menyebar di luar


tengkorak (nonmetastatic) dan biasanya masih terbatas pada kelenjar pituitari
atau di dekatnya jaringan otak. Pituitary tumor cukup umum dan sering
didiagnosis melalui scan MRI yang dilakukan untuk alasan lain

B.Tujuan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka tujuan penulisan makalah ini
antara lain sebagai berikut :

a.Untuk mengetahui landasan teoritis tumor hipofisis

b.Untuk mengetahui landasan teoritis asuhan keperawatan tumor


hipofisis

c.Untuk mengetahui pendidikan kesehatan yang tepat untuk pasien


tumor hipofisis
BAB II

PEMBAHASAN

A.KONSEP MEDIS

1. Anatomi Fisilogi

Kelenjar hipofisis terletak di dasar otak dan memproduksi hormon yang


mengatur pertumbuhan dan mengontrol hampir semua aktivitas hormon lain
dalam tubuh. Karena hipofisis terdiri dari jaringan kelenjar, maka tumor
apapun yang berasal dari kelenjar ini disebut adenoma. Meskipun adenoma
hipofisis merupakan tumor jinak namun karena hipofisi mempunyai peranan
penting dalam regulasi hormon dan letaknya yang dekat dengan saraf optik
di dasar tulang tengkorak, tumor hipofisis dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan, perubahan keseimbangan hormon dan gangguan penglihatan.

Dalam kasus di mana ukuran dari tumor hipofisis begitu besar atau
menimbulkan kontak/penekanan pada saraf optik, maka tindakan
pembedahan dapat menjadi langkah pertama untuk mengecilkan ukuran
tumor, sebelum mengobati sisa dari tumor

Referensi buku ajar keperawatan medical bedah brunner&suddart edisi 8

2. Defenisi

Tumor hipofisis adalah neoplasma intrakranial yang relatif sering di


jumpai, serta merupakan 10-15% dari seluruh neoplasma intrakranial . Tumor
jenis ini sering kali sulit di obati dan tidak jarang terjadi kekambuhan,
meskipun telah dilakukan tindakan bedah

3. Etiologi

Penyebab tumor hipofisis tidak diketahui. Sebagian besar diduga tumor


hipofisis hasil dari perubahan pada DNA dari satu sel, menyebabkan
pertumbuhan sel yang tidak terkendali.
a. Cacat genetik,
b. sindroma neoplasia,
c. endokrin multipel tipe I dikaitkan dengan tumor hipofisis.

Namun, account cacat ini hanya sebagian kecil dari kasus-kasus tumor
hipofisis. Selain itu, tumor hipofisis didapat dari hasil penyebaran (metastasis)
dari kanker situs lain. Kanker payudara pada wanita dan kanker paru-paru
pada pria merupakan kanker yang paling umum untuk menyebar ke kelenjar
pituitari. Kanker lainnya yang menyebar kekelenjar pituitari termasuk kanker
ginjal, kanker prostat, melanoma, dan kanker pencernaan.

Referensi buku ajar keperawatan medical bedah brunner&suddart edisi 8

4. Klasifikasi

Adenoma hipofisis biasanya pertumbuhannya lambat dan bersifat jinak.

Berdasarkan ukurannya tumor hipofisis dapat dibagi menjadi:

(a) mikroadenoma(diameter <1 cm)

(b) makroadenoma(diameter >1 cm)

Tumor fungsional lebih sering ditemukan pada usia yang lebih muda
sedangkan tumor non fungsional sebagian besar ditemukan pada usia yang
lebih tua.

Tumor Hipofisis diklasifikasikan berdasarkan karakteristik pewarnaan yaitu:

(a) kromofobik

(b) kromofilik

Tumor kromofilik dibedakan lagi berdasarkan pewarnaan hematoksilin eosin


menjadi :
(a) eosinofilik

(b) basofilik

Walaupun demikian klasifikasi ini terbukti tidak mempunyai nilai klinis dan
sekarang sudah mulai digantikan dengan klasifikasi yang bersifat lebih fungsional
dengan menggunakan mikroskop electron dan imunohistokimia.Tehnik ini dapat
mengidentifikasi produksi hormone pada adenoma kromofob,yang
memungkinkan ahli patologi untuk dapat mengidentifikasikan hormone yang
diproduksi oleh tumor eosinofilik.selain itu juga ditemukan bahwa banyak tumor
mensekresikan lebih dari satu hormone.bentuk mutasi dari P53 suatu gen
suppressor tumor,juga dapat ditemukan secara histologis serta menunjukkan
bahwa tumor tersebut pertumbuhannya akan sangat cepat.

Dengan pemeriksaan histopatologi dengan pewarnaan


imunohistokimia,diketahui bahwa 85-90% tumor hipofisis merupakan tumor
functioning yang terdiri dari prolaktinoma (60%),tumor yang memproduksi GH
dan ACTH masing masing sebesar 20% dan 10%,sementara tumor hipofisis yang
non functioning hanya 10%.

Referensi buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III edisi IV

5. Patofisiologi

Kemajuan biologi molekuler membuktikan tumor ini berasal dari


monoklonal, yang timbul dari mutasi sel tunggal diikuti oleh ekspansi klonal.
Neoplasia hipofisis merupakan proses multi-step yang meliputi disregulasi
pertumbuhan sel atau proliferasi, diferensiasi dan produksi hormon. Ini terjadi
sebagai hasil aktifasi fungsi onkogen setelah inaktifasi gen tumor supresor.
Proses aktivasi fungsi onkogen merupakan hal yang dominan, karenanya
gangguan allel tunggal dapat menyebabkan perubahan fungsi sel.

Inaktifasi tumor supresor bersifat resesif, karenanya kedua gen allel harus
terlibat untuk mempengaruhi fungsi seluler. Heterogenitas defek genetik
ditemukan pada adenoma hipofisis sesuai dengan proses neoplastik multi step.
Abnormalitas protein G, penurunan ekspresi protein nm23, mutasi ras gen,
delesi gen p53, 14 q, dan mutasi, kadar c-myc onkogen yang tinggi dapat
menyebabkan pertumbuhan adenoma kelenjar hipofisis.

Penelitian in vitro membuktikan peranan estrogen dalam menginduksi


terjadinya hiperplasia hipofisis dan replikasi laktotroph. Terbukti produk PTTG
(Pituitary tumor transforming gene) menyebabkan transformasi aktifitas dan
menginduksi sekresi dasar bFGF, sehingga memodulasi angiogenesis hipofisis
dan formasi tumor. PTTG ini diinduksi oleh estrogen.

Referensi buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III edisi IV

6. Manifestasi Klinis

a. Nyeri kepala
b.Karena perluasan tumor ke area supra sella, maka akan menekan chiasma
optikum, timbul gangguan lapang pandang bitemporal. Karena serabut
nasal inferior yang terletak pada aspek inferior dari chiasma optikum
melayani lapang pandang bagian temporal superior (Wilbrands knee),
maka yang pertama kali terkena adalah lapang pandang quadrant
bitemporal superior. Selanjutnya kedua papil akan menjai atrophi.
c. Tumor yang tumbuh perlahan akan menyebabkan gangguan fungsi hipofisis
yang progressif dalam beberapa bulan atau beberapa tahun berupa :
1. Hypotiroidism, tidak tahan dingin, myxedema, rambut yang kasar
2. Hypoadrenalism, hipotensi ortostatik, cepat lelah
3. Hypogonadism, amenorrhea (wanita), kehilangan libido dan
kesuburan

7. Penatalaksanaan

1) Pengobatan :

Pengobatan adenoma hipofisis dimulai dengan koreksi elektrolit


disfungsi dan penggantian hormon hipofisis, jika perlu, segera setelah
spesimen darah diagnostik telah terkirim. Penggantian hormon tiroid
atau adrenal adalah sangat penting. Steroid penggantian harus cukup
untuk situasi stres, termasuk periode perioperatif. Tujuan perawatan
berbeda sesuai dengan aktivitas fungsional tumor. Untuk tumor
endokrinaktif, pendekatan yang agresif terhadap normalisasi hipersekresi
sangat penting sekaligus mempertahankan fungsi hipofisis normal. Hal
ini biasanya dapat dicapai dengan bedaheksisi, tetapi beberapa
Prolaktinoma lebih baik dikontrol secara medis.Untuk nonsecreting
tumor, pengobatan diarahkan bedah pengurangan efek massa bertanggung
jawab atas gejala, dengan tetap menjaga fungsi hipofisis. Meskipun
bedahreseksi lengkap diinginkan, yang radiosensitivity tumor ini
mengundang subtotal debulkingdiikuti dengan terapi radiasi untuk
mengurangi risiko kekambuhan atau keganasan.Adenoma asimtomatik
insidentil tidak memerlukan intervensi tetapi harus diikuti
dengan pemeriksaan secara berkala bidang visual dan MRI. Timbulnya
gejala atau MRI dokumentasi pertumbuhan indikasi untuk perawatan.

2) Pembedahan :

Keberhasilan dan keselamatan pendekatan transsphenoidal membuat prosedur


pilihan untuk menghilangkan adenomas. Kebanyakan tumor lunak dan gembur,da
transsphenoidal akses, meskipun terbatas, memungkinkan untuk penghapusan
lengkap bahkan jika ada suprasellar signifikan ekstensi atau sella tidak diperbesar.

Tingkat kematian kurang dari 1%. Mayor morbiditas, termasuk stroke, kehilangan

penglihatan, meningitis, CSF bocor, atau cranial palsy, kurang dari 3,5%.
Diabetes insipidus permanen muncul setelah operasi dalam 2 sampai 5% dari
pasien dan diperlakukan oleh penggantinya.

3) Terapi radiasi :

Terapi radiasi melengkapi operasi dalam mencegah perkembangan atau


kekambuhan.
Standar teknik radiasi melibatkan penggunaan tiga bidang (bidang
menentangsejajar dengan bidang koronal) atau teknik rotasi untuk menghindari
dosis yang tidak perludi lobus temporal. Dosis 4.500-5.000 cGy disampaikan
dalam pecahan 180-cGydisarankan. Secara umum, pasien dengan tumor subtotally
resected diberikan terapi radiasi.Walaupun radiasi mengurangi risiko kekambuhan
atau penundaan kambuhnya setelah brutototal reseksi, kita ikuti serial pasien
dengan MRI scan dan pemeriksaan bidang visual danmenahan radiasi kecuali ada
tumor didokumentasikan regrowth. Untuk tumor termasuk kelenjar pituitary
adenoma hipofisis, prolactinoma dan penyakit Cushings, keputusan yang
berkaitan dengan pengobatan untuk tumor kelenjar hipofisis bergantung pada
pemahaman lengkap tentang risiko bersaing vs manfaat untuk pengobatanyang
berbeda. Pilihan untuk perawatan tumor kelenjar pituitari dapat mencakup
operasi, Radiosurgery dan gamma pisau.

8. Komplikasi

1. Adenoma akan bermetastasi pada organ lain yang akan menimbulkan


kanker dan organyang terdekat dapat diserang adalah otak yang mengakibatkan
menjadi tumor ataupun kanker otak.

2. Hypotiroidism.

3. Hypoadrenalism.

4. Hypogonadism.

5. Hyperprolactenemia.
B.Asuhan Keperawatan

A.Pengkajian

1.Pengkajian sekunder

a. Identitas

b. Keluhan Utama

c. Riwayat penyakit sekarang

d. Klien mengatakan kepalanya sering mengalami sakit pada kepalanya, dan


pandangan kabur.

e. Riwayat penyakit dahulu

f. Riwayat penyakit keluarga

g. Kaji apakah keluarga pernah menderita penyakit tumor hipofisis.

2. Pemeriksaan fisik

a. Inspeksi :

b. Palpasi :

3. Pengkajian data dasar

a. Aktifitas /istirahat :

-. Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala.

. Sakit kepala yang hebat saat aktivitas.

-. Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.


. Kelemahan otot.

b.Sirkulasi

-. Edema pada ekstermitas kaki dan tangan.

-. Takikardi.

c. Integritas ego

-. Ketidakberdayaan/putus asa sehubungan dengan perubahan penampilan fisik.

d. Eliminasi.

-. Perubahan pola berkemih.

-. Perubahan warna urin contoh kuning pekat.

e. Makanan/cairan

-. Nafsu makan menurun

-. Malnutrisi

-. Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot.

-. Perubahan pada kelembababn/turgor kulit, edema.

f. Neurosensori.

-. Pening, disorientasi (selama sakit kepala), tidak mampu berkonsentrasi.

-. Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas)

g. Nyeri/kenyamanan

-. Nyeri hebat, menetap, menyeluruh atau intermiten, sering sekali membuat


pasien
terbangun. Mungkin terlokalisasi, pada posisi tertentu.

h. Keamanan

-. Demam

-. Suhu meningkat (37,950 C atau lebih)

-. Menggigil

B.Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan korteks serebri di hipotalamus

2. Hipertermi berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat


tumor hipofisis

3. Gangguan system penglihatan berhubungan dengan penekanan pada ciasma


optikum

4. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan gangguan

metabolic ( hipermetabolik)

5. Kelemahan berhubungan dengan ketidakmampuan menyokong tubuh

C.Rencana Keperawatan

Tgl/ha Diagnosa Tujuan & kriteria Intervensi Rasional


ri hasil
15 nov 1.Nyeri akut b.d Tujuan : Setelah 1.kaji tingkat nyeri 1.mengetahui tingkat nyeri yang di rasakan
2011 penekanan korteks diberikan asuhan klien klien
serebri di keperawatan ..x24
08:00
hipotalamus jam diharapkan
pasien

2.air hangat dapat mengurangi rasa nyeri

KH : melaporkan 2.kompres dengan air


nyeri berkurang, hangat
3.mengalihkan nyeriklien
klien tampak tidak
meringis lagi, skala
nyeri bahkan hilang
(skala nyeri 0)
3.anjurkan untuk
melakukan aktivitas
pengalih
15 nov 2. Hipertermi b.d Tujuan : Setelah 1.Pantau suhu tubuh 1. Demam biasanya terjadi karena proses
2011 kerusakan control diberikan asuhan psien inflamasi tetapi mungkin merupakan
suhu sekunder keperawatan ..x24 komplikasi dari kerusakan pada
08:00 (drajat dan pola)
akibat jam diharapkan klien hipotalamus
perhatikan adanya
tumor hipofisis tidak mengalami
menggigil
peningkatan suhu
tubuh.
2. Suhu ruangan/jumlah selimut
harusdiubah untuk mempertahankan suhu
mendekati normal
KH : suhu tubuh
klien dalam rentang
normal (36,5 37,5 2.Pantau suhu
3. Kompres air hangat menyebabkan tubuh
C), kulit klien tidak lingkungan. Batasi
dingin melalui proses konduksi
tampak kemerahan, penggunaan selimut
klien tidak
mengeluhkan panas
4. Hipertermia meningkatkan kehilangan
lagi
air tak kasat mata dan meningkatkan resiko
dehidrasi,terutama jika tingkat kesadaran
menurun /munculnya mual menurunkan
pemasukan melalui oral

3. Berikan kompres
hangat jika ada
demam. Hindari
penggunaan alcohol

4. Pantau masukan dan


haluaran. Catat
karakteristik urine,
turgor kulit, dan
membrane mukosa
15 nov 3. Gangguan Tujuan : Setelah 1. Kaji adanya ptosis, 1. Dapat mengidentifikasi penyebab
2011 system diberikan asuhan diplopia,gerakan bola keluhan dan mengetahui besar tajam serta
penglihatan keperawatan ..x24 mata dan visus lapang pandang penglihatan klien
08:00
berhubungan jam diharapkan
dengan penekanan
pada ciasma
2.Menentukan adekuatnya saraf kranial
optikum
KH : Penurunan yang berhubungan dengan kemampuan
tajam dan lapang pergerakan mata
pandang klien tidak
semakin memburuk,
2. Kaji fungsi saraf III,
3.Memberikan lubrikan dan melindungi
Klien mangatakan
IV, VI,VII
mata
pandangan kabur dan
ganda mulai
berkurang bahkan
hilang 4. Mengenali lingkungan
3. Gunakan obat tetes
mata dan pelindung

4. Orientasikan pasien
pada lingkungan
sekitar sebagaimana
kebutuhan
15 nov 4. Gangguan Tujuan : Nutrisi klien 1.Pantau masukan 1. Mengidentifikasi kekuatan/defisiensi
2011 pemenuhan nutrisi adekuat makanan setiap hari nutrisi
kurang dari
08:00
kebutuhan tubuh
b.d gangguan
KH: 2. Ukur tinggi, berat 2. Membantu dalam identifikasi malnutrisi
badan. Timbang berat protein kalori, khususnya bila berat badan
metabolik
badan setiap hari atu kurang dari normal
Mendemonstrasikan
(hipermetabolik) sesuai indikasi.
berat badan yang
stabil,
3. Kebutuhan jaringan metabolic
Bebas tanda ditingkatkan
dari malnutrisi.

3. Dorong pasien
untuk makan diet
tinggi kalori kaya
nutrient, dengan
masukan cairan
adekuat

15 nov 5. Kelemahan b.d Tujuan: 1. Evaluasi laporan 1. Menentukan derajat dari efek
2011 penurunan Menunjukan kelemahan, kesulitan ketidakmampuan
produksi energy perbaikan menyelesaikan tugas.
08:00
metabolik, kemampuan klien Perhatikan
malnutrisi untuk beraktivitas kemampuan
istrahat/tidur dengan
tepat

KH:Melaporkan
perbaikan rasa
berenergi, 2. Kaji kemampuan 2. Mengidentifikasi kebutuhan individual
untuk berpatisipasi dan membantu pilihan intervensi
Berpatisipasi pada
pada aktivitas yang
aktivitas yang
dibutuhkan/diinginkan
diinginkan
3. Mencegah kelelahan berlebihan dan
menyimpan energy untuk penyembuhan
3. Rencanakan priode
istrahat adekuat

4. Memberikan keamanan pada pasien

4. Berikan bantuan
dalam aktivitas sehari-
hari dan ambulansi

D.IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Tgl/Jam No. Dx Implementasi Evaluasi Ttd Perawat
16 nov 1 Mengkaji skala nyeri S: Klien mengatakan kepalanya sakit
2011
O: klien tampak pucat
08:00
A: masalah tidak teratasi

P: intervensi di lanjutkan
16 nov 2 Mengukur TTV S: klien mengeluh cepat lelah
2011
O: klien tampak lemah
08:00
A: masalah tidak teratasi

P: intervensi di lanjutkan
16 nov 3 Menciptakan lingkungan S: klien mengatakan pandangannya
2011 aman dan nyaman kabur

08:00 O: klien tampak pucat

A: masalah tidak teratasi

P: intervensi di lanjutkan
16 nov 4 Pemenuhan intek cairan S: klien mengatakan cepat lelah
2011
O: klien mengalami hipertensi
08:00
A: masalah tida teratasi

P: intervensi di lanjutkan
16 nov 5 Pemenuhan nutrisi S: klien mengatakan nafsu makan
2011 menurun

08:00 O: klien tampaah lemah


A: masalah tidak teratasi

P: intervensi di lanjutkan
BAB III

ANALISA KASUS

A.Gambaran Kasus

Tn. X berusia 49 tahun datang ke RSUD Arifin Ahmad dengan keluhan pusing
berkepanjangan, merasa cepat lelah. akhirnya Tn.X di bawa ke RS karena
pandangan nya kabur dan tak jelas, dan susah membedakan warna pada tanggal 7
september 2011. setelah dilakukan pemeriksaan fisik pasien tampak lemah, pucat,
dan pasien pun tampak mengantuk, juga terdapat kelemahan otot tonus. suhu
badan meningkat (38,000 C ),tekanan darah 130/90mmhg ,nadi 82 x/m ,sedangkan
pernafasan 22 x/m.

1.Identitas Pasien:

Nama Pasien : Tn.X

Umur : 49 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status : Kawin

Alamat : jl.paus, pekanbaru

Tgl masuk RS : 7 September 2011

Tgl Pengkajian : 7 September 2011

Diagnosa medis : Tumor Hipofisis


1.Keluhan utama : pusing, pandangan kabur dan tidak jelas, serta sulit
membedakan warna

2.Riwayat penyakit sekarang : Tn.X tampak lemah, pucat, dan pasien pun tampak
mengantuk, juga terdapat kelemahan otot tonus

3.Riwayat penyakit dahulu : (tidak ada)

4.Riwayat tumor pada keluarga : (tidak ada)

5.Riwayat alergi : (tidak ada)

2.Pemeriksan Fisik :

Tanda-tanda Vital, meliputi :

1. Tekanan Darah : 130/90mmhg


2. Denyut Nadi : 82 x/m
3. Suhu Tubuh : 38,000 C
4. RR : 22 x/m

B.Askep Kasus

1.Analisa Data

No DATA MASALAH PENYEBAB


1 Ds : nyeri penekanan korteks serebri
di hipotalamus
-. Klien mengatakan pusing

-. klien mengatakan cepat lelah


Do :

-. TD : 130/90mmhg

-. N : 82 x/m

-. S : 38,000 C

-. RR : 22 x/m
2 Ds : Gangguan system penekanan pada ciasma
penglihatan optikum
-. Pasien mengatakan pandangannya
kabur dan tak jelas

-pasien mengatakan susah


membedakan warna

Do :

-. Klien tampak lemah dan pucat

-. Klien mengalami kelamahan otot


tonus

2.Diagnosa

1. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan korteks serebri di hipotalamus

2. Gangguan system penglihatan berhubungan dengan penekanan pada ciasma


optikum
3.Intervensi

No Tgl/ Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional


keperawatan Hasil
jam
1 8 sept Nyeri akut Tujuan : Setelah 1.kaji tingkat nyeri klien 1.mengetahui tingkat
2011 berhubungan dengan diberikan asuhan nyeri yang di rasakan
penekanan korteks keperawatan ..x24 jam klien
08:00
serebri di diharapkan pasien
hipotalamus
2.kompres dengan air
2.air hangat dapat
hangat
KH : melaporkan mengurangi rasa nyeri
nyeri berkurang, klien
tampak tidak meringis
lagi, skala nyeri 3.anjurkan untuk
3.mengalihkan
bahkan hilang (skala melakukan aktivitas
nyeriklien
nyeri 0) pengalih

2 8 sept Gangguan system Tujuan : Setelah 1. Kaji adanya ptosis, 1. Dapat


2011 penglihatan diberikan asuhan diplopia,gerakan bola mengidentifikasi
berhubungan dengan keperawatan ..x24 jam mata dan visus penyebab keluhan dan
08:00
penekanan pada diharapkan mengetahui besar tajam
ciasma optikum serta lapang pandang
penglihatan klien

KH : Penurunan tajam
dan lapang pandang
klien tidak semakin 2. Menentukan
memburuk, adekuatnya saraf kranial
yang berhubungan
Klien mangatakan
dengan kemampuan
pandangan kabur dan 2. Kaji fungsi saraf III,
ganda mulai berkurang IV, VI,VII pergerakan mata
bahkan hilang

3. Memberikan lubrikan
dan melindungi mata

4. Mengenali lingkungan

3. Gunakan obat tetes


mata dan pelindung

4. Orientasikan pasien
pada lingkungan sekitar
sebagaimana kebutuhan

4.Implemantasi

Tgl/hari No. Dx Implementasi Evaluasi Ttd.Perawat


9 sept 1 1.mengukur TTV S: Klien mengatakan
2011 kepalanya sakit
2.Meneliti keluhan nyeri,catat
08:00 intensitasnya , (dengan skala 0-10) O: klien tampak pucat
karakteristik nyeri.
A: masalah tidak teratasi
3. Menganjurkan beristirahat dalam
P: intervensi di lanjutkan
ruangan yang tenang

9 sept 2 1.Melakukan tindakan untuk S: klien mengatakan


2011 membantu pasien menangani pandangannya kabur
keterbatasan penglihatan.
08:00 O: klien tampak pucat
2.Orientasikan pasien terhadap
A: masalah tidak teratasi
lingkungan. Staf, orang lain di
areanya.
P: intervensi di lanjutkan
BAB IV

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Tumor hipofisis selalu berasal dari lobus anterior. Sebagian besar


tumor(96%) adalah adenoma jinak. Adenoma yang kecil mungkin tidak memberi
gejala (subklinis) dan ditemukan hanya pada saat autobsi postmortem. Adenoma
menimbulkan kelainan klinis melalui 2 jalur yaitu : akibat produksi hormone yang
berklebihan dan efek tekanan mekanik.

Tumor jenis ini tidak diketahui penyebabnya namun ada factor predis posisi
berkaitan dengan herediter bersifat dominan autosomal hipersekresi hormone
anterior dan posterior.

B.SARAN

Tumor hipofisis berespon baik terhadap diagnose dan pengobatan awal


,serta jarang bermetastase.tetapi bagaimanapun juga,jika tidak diobati dapat terjadi
kematian atau kelumpuhan yang parah akibat stroke,kebutaan,atau gangguan
target endokrin maka dari itu segeralah lakukan tindakan yang lebih lanjut apabila
terdiagnosis tumor hipofisis
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, E.Marilyn,rencana keperawatan material/bayi,Edisi 2,2001,egc:Jakarta

Buku ajar keperawatan medical bedah brunner&suddart edisi 8

m.netina sandara, pedoman praktek keperawatan,pusat penerbitan departemen


ilmu penyakit dalam,2006: jakarta

Carpenito ,Lynda Juall.2006.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed


10.Jakarta:EGC

Wilkinson,Judith M.2006.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengsn zintervensi


NIC dan Kriteria Hasil NOC

Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III edisi IV

Tambayong,dr jan .2000 patofisiologi untuk keperawatan penerbit buku


kedokteran EGC:jakarta

Anda mungkin juga menyukai