Disusun Oleh :
Kelas F
Kelompok 2
1. Ahrika 165030101111064
2. Dinda Ussmi A 165030100111080
3. Edy Kurniawan 165030100111046
4. Lupita Arya 165030100111072
5. M. Naufal Fathurrahman 165030100111059
6. Naela Adiba 165030100111062
7. Rizki Lathifah 165030100111066
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
2017
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
5. Memilih wakil kepala daerah dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil kepala
daerah
11. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama antar daerah dan dengan
pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah
1. Hak Interpelasi, adalah adalah hak DPRD untuk meminta keterangan kepada
Gubernur mengenai kebijakan Pemerintah Daerah yang penting dan strategis
serta berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara;
2. Mengajukan pertanyaan;
5. Membela diri;
6. Imunitas;
8. Protokoler;
8. Mentaati peraturan tata tertib, kode etik, dan sumpah/janji anggota DPRD
9. Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga yang terkait.
BAB III
REVIEW JURNAL
3.1 Pendahuluan
Apabila kita mengkaji muatan materi UUD 1945, maka ada 18 ketentuan dalam
UUD 1945 yang harus ditetapkan dan diatur dengan Undang-Undang, salah satu
diantaranya mengenai Pemerintahan Daerah, yang diatur dalam pasal 18 UUD 1945,
yang berbunyi: Pembagian Daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil dengan
bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-Undang dengan
memandang dan mengingati dasar permusyawaratan dalam sistem Pemerintahan
Daerah, dan hak-hak asal ususl dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa.
Dilihat dari sejarah penyelenggaraan pemerintah, aspek hukum politik juga mengalami
perkembangan seiring dan sesuai dengan kepentingan dan perkembangan politik
negara. Sejak proklamasi kemerdekaan sampai sekarang, ketentuan perundang-
undangan sesuai dengan pasal 18 UUD 1945 tersebut telah mengalami beberapa kali
pergantian, dan yang berlaku sekarang adalah Undang-Undang No.5 Tahun 1974.
Jurnal ini memfokuskan kajiannya tentang Undang-Undang No.5 tahun 1974 dan
implikasinya terhadap peran DPRD dalam kaitannya dengan ketentuan pasal 18 UUD
1945. Sesuai dengan amanat konstitusi tentang ....... kita harus senantiasa ingat kepada
dinamika kehidupan masyarakat dan negara Indonesia, sehingga jurnal ini ingin
menunjukkan bahwa akhir-akhir ini dinamika masyarakat mengarah pada isu
keterbukaan dan demokratisasi dalam sistem politik Indonesia.
Salah satu gema tuntutan demokratisasi tuntutan demokratisasi adalah sekitar
penyelenggaraan Pemerinrahan di daerah, terutama yang berkaitan dengan optimalisasi
peran DPRD sebagai penyalur aspirasi rakyat. Melemahnya peran DPRD di satu pihak
dan menguatnya peran eksekutif di lain pihak dalam proses pembagian keputusan yang
menyangkut berbagai kepentingan merupakan salah satu alasan munculnya pro kontra
mengenai revisi atas UU No.5 Tahun 1974 sebagai Undang-Undang pelaksana terhadap
ketentuan pasal 18 UUD 1945 mengenai Pemerintahan Daerah.
3.2 Pembahasan
a. Landasan Konstitusional
Tentang keberadaan DPRD penjelasan pasal 18 UUD 1945 menegaskan bahwa
Di daerah-daerah yang bersifat otonom akan diadakan Badan Perwakilan, oleh karena
itu oleh karena di daerah pun, Pemerintah akan bersendi atas dasar permusyawaratan.
Berdasarkan penegasan tersebut, maka keberadaan DPRD adalah sesuai dengan amanat
UUD 1945. Masalahnya adalah sejauh mana DPRD dapat berperan dan berfungsi
efektif.
Dalam konteks ilmu hukum tata negara, peran DPR di daerah-daerah kecil tidak
bisa dilepaskan dari gagasan pembentukan sistem perwakilan dalam suatu
penyelenggaraan pemerintahan negara yang dilatarbelakangi oleh teori mengenai
demokrasi. Teori ini menjeaskan bahwa peningkatan kualitas demokrasi anatara lain
dapat dilihat dan ditentukan oleh aktualisasi fungsi-fungsi politik yang seharusnya
dijalankan oleh Badan Perwakilan Rakyat. Melalui aktualisasi fungsi-fungsi ini
penyelenggaraan pemerintahan dapat berjalan seimbang sebagai penyelenggaraan
pemerintahan sehari-hari dan rakyat sebagai pemegang kedaulatan. Jadi teori ini
menjelaskan bahwa anggota masyrakat mengambil bagian atau berpartisipasi di dalam
proses dan penentuan kebijaksanaan melalui sistem perwakilan.
Dalam pasal 18 secara tegas telah dicantumkan bahwa dengan kenyataan
kebhinekaan Indonesia, geografi, etnik, kebudayaan, agama, dan masih ada deretan
lainnya menetapkan pilihan politik pada pemancaran kekuasaan. Konsekuensi pasal 18
UUD 1945 tersebut, maka dalam struktur negara Republik Indonesia, suatu keharusan
bagi adanya pemerintah daerah yang dijalankan secara demokratis dengan bersendi
diatas dasar permusyawaratan.
DPRD sebagai salah satu perangkat kekuasaan di daerah menjadi penting
keberadaannya dalam membangun pemerintah daerah yang demokratis. Namun praktek
kehidupan demokratis yang masih pasang surut seiring dengan arah dinamika
pembangunan politik yang masih dalam proses menentukan format sistem politik ideal
yang sesuai dengan demokrasi pancasila.
DPRD sebagai miniatur rakyat daerah dapat mencerminkan sikap politik untuk
memelihara keutuhan nasional dan keutuhan negara kesatuan sebagaimana yang
diamanatkan oleh konstitusi kita UUD 1945. Untuk mewujudkan keberadaannya itu,
DPRD mempunyai fungsi dibidang perwakilan, fungsi pembuat peraturan, fungsi
keuangan, fungsi pengawasan, dan fungsi memilih. Masalah pelaksanaan fungsi-fungsi
DPRD tersebut salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah apakah DPRD diberi
kekuasaan yang memadai oleh UU No.5 Tahun 1974 sebagai pelaksaan pasal 18 UUD
1945.
3.3 Penutup
Hingga dewasa ini DPRD masih terbatas kemampuannya, bukan saja dalam
mengembangkan diri sebagai lembaga perwakilan yang bermakna yang mampu
menjamin terselenggaranya pemerintahan dan pembangunan yang memberi manfaat
sebesar-besarnya bagi peningkatan kesejahteraan di daerah, tapi juga terbatas di dalam
melaksanakan hak-hak para anggotanya. Keadaan ini mengharuskan adanya langkah-
langkah yang lebih kongkrit dalam bidang politik hukum untuk memungkinkan
optimalisasi peran DPRD pada masa masa yang akan datang. Untuk itu semua perlu
kajian yang mendalam terhadap gagasan pemikiran yang berkembang akhir-akhir ini
mengenai revisi UU No.5 tahun 1974.
BAB IV
a. kekuasaan legislatif
a. Otonomi daerah
b. Kekuasan eksekutif
c. Kekuasaan judikatif
Salah satu masyarakat penting dari proses penguatan masyarakat sipil, dan
membangun kultur partisipasi adalah adanya peningkatan pemahaman mengenai nilai-
nilai demokrasi dan pemahaman mengenai peran masyarakat sipil. Kita memang
menghadapi kesulitan yang sangat besar. Kultur militeristik yang sudah berkembang di
masyarakat menjadi kendala besar. Di masyarakat sudah berkembang suatu pandangan
bahwa segala yang sesuatu yang berasal dari kalangan militer dianggap jauh akan lebih
baik. Dalam masalah kepemimpinan misalnya seorang pemimpin yang berasal dari
militer pasti dianggap lebih baik dari pemimpin sipil. Kalangan masyarakat sipil
memangn perlu berbenah secara menyeluruh, pasrtai politik sebagai salah satu unsur
pentong proses demokrasi, pada akhirnya membuahkan sikap anti organisasi di
kalangan masyarakat. Sikap yang demikian ini sudah tentu amat merugikan, karena
dengan sikap anti organisasi masyarakat sipiul akan kesulitan dalam melakukan
konsolidasi, proses konsolidasi masyarakat sipil melalui pembangunan organisasi-
organisasi rakyat sipil yang kuat. Akan menjadi bagian penting dalam memperkuat
proses demokrasi dan khsusnya dalam memungkinkan terbangunnya kultur partisipasi.
Kondisi kemitraan badan legislatif daerah dan eksekutif daerah, dalam setiap
dekade pemerintah senantiasa diwarnai dengan adanya pertentangan antara isu politik
libral dan politik yang berdasarkan pada pemurnian pancasila dan UUD 1945. Lebih-
lebih dewasa ini. Mencuat isu demokrasi HAM dan masalah lingkungan hidup amat
mempengaruhi dan pembangunan sistem pemerintahan yang tepat representif yang
mampu aspira demokrasi dan HAM dalam kontek dengan hak-hak DPRD yang
bertuang UUD No 32 tahun 2004 dalam hubungan dengan eksekutif dapat ditangapi
sebagi suatu proses belajar yang di harapkan dapat menjadi perubahan terhadap kinerja
eksekutif untuk lebih tranparan, akutabel dan mendapat dukungan masyarakat melalui
kinerja lembaga DPRD.
UU no 32 tahun 2004 memberikan amanah akan hak DPRD sebagai lembaga
pengawasan politik atas pelaksanaan peraturan daerah, pelaksanaan keputusan kepala
daerah, pelaksanaan SPBD, pelaksanaan kebijakan pemerintah daerah, disampign
memilik fungsi pengawasan politik tersebut, DPRD juga memiliki hak-hak sebagai
suatu kelembagaan politik di daerah, antara lain :
Adanya kedua hak atas diharapkan akan terjadi perubahan yang lebih
harmonis sehingga terbentuk kesejahteraan antara lembaga legislatif dan lembaga
eksekutif daerah dan dasar kemitraan. Perubahan ini tidak hanya menghasilakn suatu
sistem hubungan kerja atas dasar kemitraan saja, namun lebih dari itu keberhasilan
tugas pemerintah yang diemban oleh badan legelatif dan badan daerah, selain juga
menyerap menampung, menghimpun dan menindak lanjuti aspirasi masyarakat.
Dalam upaya membangun peran serta masyarakat dan DPRD sebagimana yang
di harapkan oleh UUD No 32 tahun 2004, maka diperlukan suatu proses pertukaran
(tranformer) sosial yang benar. Upaya ini diharapkan dapat mempercepat proses
demokrasi sehingga tercapai otonomi daerah yang mengandung makna kewenangan
daerah otonomi untuk mengantur dan mengurus kepentingan masyrakat setempat
menurut prakasa sendiri berdasarkan aspirasi dan partisipasi masyarakat.
Funsgi dan peran lembaga/badan legislatif daerahg yang paling esensial adalah
fungsi legislatif fungsi anggran dan fungsi pengawasan. Sesuai dengan praktek dalam
kehidupan demokrasi, keberadaan lembaga legislatif meiliki posisi sentral yang
mewakili rakyat dan mewakili berada kewenangan yang menyearakan aspirasi rakyat.
Sehingga memberikan kontrobusi dalam penetapan kebijakan politik pemerintah, dan
pihak eksekutif hanya menjalankan terhadap kebijakan politik yang telah di tetapkan
tersebut.
Sistem cheeks and balances antara kekuasaan badan eksekutif daerah dengan
kekuasaan legislative daerah sangat di perlukan untuk menghindari terjadinya
penyalahgunaan kekuasaan dan kewenangan dimana sebuah korupsi hanya bias
dihindari bilamana fungsi dan peran DPRD itu sendiri dapat berjalan secara efektif.
Salah satu ciri masyarakat yang sedang berkembang ialah adanya kesadaran
berbangsa dan bernegara yang lebih meningkat. Indikator yang dapat dilihat dari
kesadaran tersebut adalah partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan atau
pemerintah. Pembangunan sebagai proses peningkatan kemampuan manusia untuk
menentukan masa depannya mengandung arti bahwa masyarakat perlu dilibatkan dalam
proses tersebut.
Yaitu kegiatan politis yang melibatkan secara kolektif dalam upaya untuk
mempengaruhi keputusan, seperti pemungutan suara, kampanye dan kegiatan kelompok
kepentingan.
Dari uraian di atas, maka dalam hal ini DPRD sesungguhnya merupakan
lembaga yang paling tepat dalam mewujudkan terciptanya pranata social yang
berorientasi pada peningkatan partisipasi masyarakat.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Dalam upaya menunjang sistem pemerintahan yang bersih dan bertangung jawab.
Sebaiknya warga negara diberi kebebasan untuk berperan serta dalam proses
pembangunan nasional. Keberadaan lembaga-lembaga swadaya masyarakat, perlu di
tumbuh kembangkan secara profesional yang tetap menjaga nilai-nilai budaya bangsa
indonesia yang di hadapakna pada dinamika perkembangan global yang sedang
melanda negara ini.
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Markus. 2008. Buku pintar calon anggota dan anggota legislatif
(DPR,DPRD, dan DPD). Jakarta: visimedia
H. Thaib, Dahlan.1996. Peran DPRD dalam Tata Konstitusi dan Politik Hukum
Indonesia. Jurnal Hukum, No. 5. Vol 3