Anda di halaman 1dari 23

PERAN DPRD DALAM SISTEM POLITIK INDONESIA

Mata Kuliah Sistem Politik Indonesia


PAPER

Disusun Oleh :
Kelas F
Kelompok 2
1. Ahrika 165030101111064
2. Dinda Ussmi A 165030100111080
3. Edy Kurniawan 165030100111046
4. Lupita Arya 165030100111072
5. M. Naufal Fathurrahman 165030100111059
6. Naela Adiba 165030100111062
7. Rizki Lathifah 165030100111066

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang menjalankan sistem pemerintahan


desentralisasi, setiap provinsi diberi otonomi daerah yaitu dimana daerah tersebut dapat
menjalankan sistem pemerintahannya sendiri dan kepentingan masyarakatnya masing-
masing sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Dalam Undang-
undang nomer 32 tahun 2004 pasal 1 ayat 4 tentang pemerintahan daerah menyebutkan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai
unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Diera reformasi dan otonomi daerah sekarang yang telah berjalan
diharapkanmampu memberikan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat di
berbagai sektor kehidupan. Dengan adanya ekonomi dan desentralisasi kekuasaan dari
pusat kepada daerah untuk mengelola maupun mengatur pemerintahan didaerahnya
masing-masing, masyarakat setempat juga di harapkan dapat berperan aktif dalam
pengelolaan daerahnya itu sendiri. Peran serta masyrakat setempat sangat berpengaruh
sekali terhadap laju perkembangan daerah dan juga jalannya pemerintahan di tersebut.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah salah satu lembaga yang mewakili
seluruh lapisan masyarakat dalam pemerintahan. Namun dalam realitanya selama ini,
dalam menjalankan peran dan fungsi sebagai wakil rakyat belum bisa memberikan
sumbangsih yang begitu maksimal terhadap kepentingan masyarakat. Hal ini dapat
kita lihat, dimana seringnya kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan/di putuskan
oleh pemerintah sama sekali tidak memihak terhadap kepentingan masyarakat ataupun
tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat. Memang ini semua tidak terluput dari hal-hal
yang berbau politik untuk kepentingan kelompok tertentu.
Dalam penulisan ini kita akan melihat lebih dalam mengenai apa itu DPRD serta
perannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari DPRD?
2. Apa fungsi dari DPRD?
3. Apa tugas dan wewenang dari DPRD?
4. Apa hak dan kewajiban dari DPRD?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui tentang pengertian DPRD
2. Untuk mengetahui fungsi DPRD
3. Untuk mengetahui tugas dan wewenang dari DPRD
4. Untuk mengetahui tugas dan wewenang dari DPRD
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Undang-undang nomer 32 tahun 2004 pasal 1 ayat 4 tentang pemerintahan daerah


menyebutkan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah lembaga perwakilan rakyat
daerah sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah

2.2 Fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Undang-undang nomer 32 tahun 2004 pasal 40 tentang pemerintahan daerah


dan undang undang nomer 17 tahun 2014 pasal 316 ayat 1 menyebutkan fungsi Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah sebagai berikut :

1. Fungsi legislasi adalah membentuk peraturan daerah bersama dengan kepala


daerah

2. Fungsi anggaran adalah menyusun dan menetapkan APBD bersama pemerintah


daerah atau kepala daerah

3. Fungsi pengawasan adalah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-


undang, peraturan daerah, keputusan kepala daerah, dan kebijakan yang
ditetapkan oleh pemerintah daerah atau kepala daerah

2.3 Tugas dan Wewenang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Undang-undang nomer 32 tahun 2004 pasal 40 tentang pemerintahan daerah


menyebutkan tugas dan wewenan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai berikut :

1. Membentuk peraturan daerah yang dibahas dengan kepala daerah untuk


mendapatkan persetujuan bersama

2. Membahas dan menyetujui rancangan peraturan daerah tentang APBD bersama


kepala daerah

3. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan peraturan


perundang-undangan lainya, peraturan kepala daerah, APBD, kebijakan
pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah, dan kerja
sama internasional di daerah.
4. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala daerah/wakil kepala
daerah kepada presiden melalui Menteri Dalam Negeri bagi DPRD provinsi dan
kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur bagi DPRD kabupaten/kota.

5. Memilih wakil kepala daerah dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil kepala
daerah

6. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah terhadap


rencana perjanjian internasional di daerah

7. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja internasional yang dilakukan


oleh pemerintah daerah

8. Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban kepala daerah dalam


penyelenggaraan pemerintah daerah

9. Membentuk panitia pengawas pemilihan kepala daerah

10. Melakukan pengawasan dan meminta laporan KPUD dalam penyelenggaraan


pemilihan kepala daerah

11. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama antar daerah dan dengan
pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah

2.4 Hak dan Kewajiban Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Hak Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Undang-undang nomer 32 tahun 2004 pasal 43 tentang pemerintahan daerah


menyebutkan hak dari DPRD sebagai berikut :

1. Hak Interpelasi, adalah adalah hak DPRD untuk meminta keterangan kepada
Gubernur mengenai kebijakan Pemerintah Daerah yang penting dan strategis
serta berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara;

2. Hak Angket, adalah hak DPRD untuk melakukan penyelidikan terhadap


kebijakan Pemerintah Daerah yang penting dan strategis serta berdampak luas
pada kehidupan masyarakat, daerah, dan negara yang diduga bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
3. Hak Menyatakan Pendapat, adalah hak DPRD untuk menyatakan pendapat
terhadap kebijakan Gubernur atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di
daerah disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut
pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket.

Hak anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Undang-undang nomer 32 tahun 2004 pasal 44 tentang pemerintah daerah


menyebutkan hak anggota DPRD sebagai berikut :

1. Mengajukan rancangan peraturan daerah;

2. Mengajukan pertanyaan;

3. Menyampaikan usul dan pendapat;

4. Memilih dan dipilih;

5. Membela diri;

6. Imunitas;

7. Mengikuti orientasi dan pendalaman tugas;

8. Protokoler;

9. Keuangan dan Administratif.

Kewajiban anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Undang-undang nomer 32 tahun 204 pasal 45 menyebutkan kewajiban


anggota DPRD sebagai berikut :

1. Mengamalkan pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945, dan menaati segala peraturan perundang-
undangan.

2. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintah


daerah.

3. Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional serta keutuhan NKRI

4. Memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah.


5. Menyerap, menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti aspirasi
masyarakat.

6. Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan


golongan.

7. Memberikan pertanggungjawaban atas tugas dan kinerjanya selaku anggota


DPRD sebagai wujud tanggung jawab moral dan politis terhadap daerah
pemilihannya.

8. Mentaati peraturan tata tertib, kode etik, dan sumpah/janji anggota DPRD

9. Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga yang terkait.

BAB III

REVIEW JURNAL

3.1 Pendahuluan

Apabila kita mengkaji muatan materi UUD 1945, maka ada 18 ketentuan dalam
UUD 1945 yang harus ditetapkan dan diatur dengan Undang-Undang, salah satu
diantaranya mengenai Pemerintahan Daerah, yang diatur dalam pasal 18 UUD 1945,
yang berbunyi: Pembagian Daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil dengan
bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-Undang dengan
memandang dan mengingati dasar permusyawaratan dalam sistem Pemerintahan
Daerah, dan hak-hak asal ususl dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa.
Dilihat dari sejarah penyelenggaraan pemerintah, aspek hukum politik juga mengalami
perkembangan seiring dan sesuai dengan kepentingan dan perkembangan politik
negara. Sejak proklamasi kemerdekaan sampai sekarang, ketentuan perundang-
undangan sesuai dengan pasal 18 UUD 1945 tersebut telah mengalami beberapa kali
pergantian, dan yang berlaku sekarang adalah Undang-Undang No.5 Tahun 1974.
Jurnal ini memfokuskan kajiannya tentang Undang-Undang No.5 tahun 1974 dan
implikasinya terhadap peran DPRD dalam kaitannya dengan ketentuan pasal 18 UUD
1945. Sesuai dengan amanat konstitusi tentang ....... kita harus senantiasa ingat kepada
dinamika kehidupan masyarakat dan negara Indonesia, sehingga jurnal ini ingin
menunjukkan bahwa akhir-akhir ini dinamika masyarakat mengarah pada isu
keterbukaan dan demokratisasi dalam sistem politik Indonesia.
Salah satu gema tuntutan demokratisasi tuntutan demokratisasi adalah sekitar
penyelenggaraan Pemerinrahan di daerah, terutama yang berkaitan dengan optimalisasi
peran DPRD sebagai penyalur aspirasi rakyat. Melemahnya peran DPRD di satu pihak
dan menguatnya peran eksekutif di lain pihak dalam proses pembagian keputusan yang
menyangkut berbagai kepentingan merupakan salah satu alasan munculnya pro kontra
mengenai revisi atas UU No.5 Tahun 1974 sebagai Undang-Undang pelaksana terhadap
ketentuan pasal 18 UUD 1945 mengenai Pemerintahan Daerah.

3.2 Pembahasan

a. Landasan Konstitusional
Tentang keberadaan DPRD penjelasan pasal 18 UUD 1945 menegaskan bahwa
Di daerah-daerah yang bersifat otonom akan diadakan Badan Perwakilan, oleh karena
itu oleh karena di daerah pun, Pemerintah akan bersendi atas dasar permusyawaratan.
Berdasarkan penegasan tersebut, maka keberadaan DPRD adalah sesuai dengan amanat
UUD 1945. Masalahnya adalah sejauh mana DPRD dapat berperan dan berfungsi
efektif.
Dalam konteks ilmu hukum tata negara, peran DPR di daerah-daerah kecil tidak
bisa dilepaskan dari gagasan pembentukan sistem perwakilan dalam suatu
penyelenggaraan pemerintahan negara yang dilatarbelakangi oleh teori mengenai
demokrasi. Teori ini menjeaskan bahwa peningkatan kualitas demokrasi anatara lain
dapat dilihat dan ditentukan oleh aktualisasi fungsi-fungsi politik yang seharusnya
dijalankan oleh Badan Perwakilan Rakyat. Melalui aktualisasi fungsi-fungsi ini
penyelenggaraan pemerintahan dapat berjalan seimbang sebagai penyelenggaraan
pemerintahan sehari-hari dan rakyat sebagai pemegang kedaulatan. Jadi teori ini
menjelaskan bahwa anggota masyrakat mengambil bagian atau berpartisipasi di dalam
proses dan penentuan kebijaksanaan melalui sistem perwakilan.
Dalam pasal 18 secara tegas telah dicantumkan bahwa dengan kenyataan
kebhinekaan Indonesia, geografi, etnik, kebudayaan, agama, dan masih ada deretan
lainnya menetapkan pilihan politik pada pemancaran kekuasaan. Konsekuensi pasal 18
UUD 1945 tersebut, maka dalam struktur negara Republik Indonesia, suatu keharusan
bagi adanya pemerintah daerah yang dijalankan secara demokratis dengan bersendi
diatas dasar permusyawaratan.
DPRD sebagai salah satu perangkat kekuasaan di daerah menjadi penting
keberadaannya dalam membangun pemerintah daerah yang demokratis. Namun praktek
kehidupan demokratis yang masih pasang surut seiring dengan arah dinamika
pembangunan politik yang masih dalam proses menentukan format sistem politik ideal
yang sesuai dengan demokrasi pancasila.
DPRD sebagai miniatur rakyat daerah dapat mencerminkan sikap politik untuk
memelihara keutuhan nasional dan keutuhan negara kesatuan sebagaimana yang
diamanatkan oleh konstitusi kita UUD 1945. Untuk mewujudkan keberadaannya itu,
DPRD mempunyai fungsi dibidang perwakilan, fungsi pembuat peraturan, fungsi
keuangan, fungsi pengawasan, dan fungsi memilih. Masalah pelaksanaan fungsi-fungsi
DPRD tersebut salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah apakah DPRD diberi
kekuasaan yang memadai oleh UU No.5 Tahun 1974 sebagai pelaksaan pasal 18 UUD
1945.

b. Politik Hukum Terhadap Peran DPRD


Kecenderungan yang terjadi sejak berlaku UU. No. 5 Tahun 1974 (hampir 26
tahun terakhir) adalah bahwa kemuan politik nasional yang dituangkan dalam Undang-
Undang tersebut (politik hukum) adalah kondisi ketergantungan yang sangat besar
kepada pemerintah pusat. Hal ini merupakan konsep politik hukum yang berimplikasi
dengan peran DPRD. Untuk itu jurnal ini mencoba menelusuri UU.No. 5 Tahun 1974
yang ada hubungan nya dengan peran DPRD.
Mengenai upaya peningkatan efektivitas dan demokratisasi penyelenggaraan
pemerintahan di daerah merupakan cita-cita yang sudah lama diupayakan dan
seperangkat ketentuan tentang pemerintahan daerah telah diatur dalam UU. No. 5
Tahun 1974. Meskipun begitu akhir akhir ini banyak dipertanyakan sejauh mana UU.
No. 5 Tahun 1974 tersebut telah menjamin terlaksananya mekanisme kerja yang baik
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Pasal 13 UU No. 5 tahun 1974 menegaskan bahwa pemerintahan daerah terdiri
dari Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan memiliki
kedudukan yang sederajat. Tetapi dilihat dalam ketentuan pasal lain menunjukan bahwa
kepala daerah memiliki kekuasaan yang lebih dibandingka dengan kekuasaan DPRD,
sebab UU ini juga mengandung UU dualistis yaitu Kepala Daerah karena jabatannya
juga merangkap sebagai Kepala Wilayah.
Ketentuan lain yang melemahkan ruang gerak kewenangan DPRD adalah terlihat
dalam tata cara pemilihan kepala daerah. UU ini menhelaskan bahwa kepala daerah
dicalonkan dan dipilih oleh DPRRD sedikitnya tiga orang dan sebanyak-banyak nya 5
orang. Selanjutnya hasil pemilihan tersebut diajukan oleh DPRD kepada presiden
melalui Menteri Dalam Negeri sedikit-dikitnya 2 orang untuk dipilih salah satu
diantaranya, dan presiden atau Menteri Dalam Negeri dan Presiden dan tidak terikat
dengan jumlah suara yang diperoleh oleh calon calon yang diajukan (pasal 15 ayat 1
dan 2). Implikasi dari sistem pengangkatan itu adalah pada pertanggung jawaban kepala
daerah tidak kepada DPRD tetapi kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri
(pasal 22 ayat 2). Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah bagaimanakah
implikasinya terhadap peranan DPRD dalam melakukan fungsi-fungsinya.
Menurut ketentuan UU No. 5 tahun 1974, maka DPRD mempunyai fungsi ganda.
Sebagai unsur pemerintahan, DPRD adalah mitra kerja eksekutif, oleh karna itu kerja
sama yang serasi antara DPRD dengan kepala daerah seyogya nya terjamin dalam
kedudukan sebagai wakil rakyat, anggota DPRD diberi hak-hak agar dapat menjalankan
fungsinya. Kemampuan DPRD dalam melaksanakan fungsi perwakilannya dapat dilihat
dari daya persepsi anggotanya dalam mengangkat masalah dalam masyarakat untuk
dibicarakan dalam forum DPRD.
Dalam fungsi membuat peraturan, DPRD diberi kewenangan untuk membuat
peraturan daerah yang dalam pelaksanaannyafungsi ini dapat digunakan melalui hak
inisiatif atau hak praakasara dan hak amandemen atau hak perubahan. Dengan
dijalankan fungsi peraturan oleh DPRD oleh pemerintah daerah akan lebih
mencerminkan kehendak rakyat di daerahnya. Tetapi dalam praktiknya fungsi peraturan
ini tidak berjalan dengan sebagaimana mestinya, sebab hak iinisiatif tidak pernah
dilaksanakan. Dilihat dari struktur pemerintahan di daerah yang berorientasi ke atas,
sesungguhnya UU No. 5 tahun 1974 sangat membatasi penggunaan hak praksara atau
hak inisiatif oleh DPRD , sebab dengan diterapkannya peran ganda dalam kepala kepala
daerah, maka sebagai konsekuensinya DPRD kurang memiliki kesempatan untuk
memainkan perannya sebagai legislator dalam merumuskan peraturan daerah.
Fungsi lain tang sangat penting adalah, fungsi pengawasan, DPRD diberi
kekuasaan untuk elakukan kontrol atau pengawasan denga mengajukan saran-saran,
pendapat-pendapat atau penilaian dan sebagainya yang perlu dipertimbangkan oleh
kepala daerah. Sesungguhnya DPRD memiliki kesempatan yang sangat luas untuk
melakukan fungsi pengawasan sebagaimana diatur dalam pasal-pasal diatas, tapi dalam
praktiknya fungsi pengawasan tersebut belum berjalan secara efektif. Salah satu
sebabnya karena kepala daerah tidak bertanggungjawab kepada DPRD.
Dari apa yang dikemukakan tentang peran DPRD seperti sekarang ni, maka untuk
masa yang akan datang perlu dipertimbangkan adalah bagaimana caranya memberikan
kesemparan kepada DPRD agar dapat berperan lebih efektif sebagai salah satu lembaga
demokrasi yang diakui keberadaannya di negara yang menganut paham kedaulatan
rakyat sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945.
c. Alternatif Pemikiran
Dari uraian-uraian yang telah dikemukakan di atas kita mengetahui bahwa
ketidak fungsian atau kelemahan DPRD sebagian bersumber dari UU No. 5 Tahun 1974
yang tidak memberi bobot kekuasaan yang memadai kepada DPRD untuk dapat
melaksanaan fungsi-fungsinya. Bagaimnapun juga upaya peningkatan fungsi dan
peranan DPRD bukanlah merupakan hal yang sederhana. Hal ini dapat terkait dengan
faktor dari luar dan dari dalam DPRD itu sendiri. Dalam rangka peningkatan peran
DPRD perlu diadakan peninjauan kembali UU No. 5 tahun 1974 yang oleh banyak
pihak UU tersebut dalam perwujudannya masih terdapat kelemahan dan
kekurangannya.
Dengan demikian konstruksi pemerintah daerah adalah Kepala Daerah dan
DPRD, perlu diubah menjadi Kepala Daerah yang dikontrol DPRD, karena secara
konstitusional hal ini sesuai dengan amanat UUD 1945. Hal lain yang perlu
dikemukakan adalah behawa kelemahan-kelemahan DPRD dalam melaksanakan fungsi
perwakilan selain ditentukan oleh kualitas anggota secara individu juga terkait dengan
sistem pemilihan dan prosedur untuk menjadi anggota.

3.3 Penutup

Hingga dewasa ini DPRD masih terbatas kemampuannya, bukan saja dalam
mengembangkan diri sebagai lembaga perwakilan yang bermakna yang mampu
menjamin terselenggaranya pemerintahan dan pembangunan yang memberi manfaat
sebesar-besarnya bagi peningkatan kesejahteraan di daerah, tapi juga terbatas di dalam
melaksanakan hak-hak para anggotanya. Keadaan ini mengharuskan adanya langkah-
langkah yang lebih kongkrit dalam bidang politik hukum untuk memungkinkan
optimalisasi peran DPRD pada masa masa yang akan datang. Untuk itu semua perlu
kajian yang mendalam terhadap gagasan pemikiran yang berkembang akhir-akhir ini
mengenai revisi UU No.5 tahun 1974.
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembagian kekuasaan menurut Undang-undang 1945.

Kekuasaan tertinggi Negara, yang biasa juga disebut kedaulatan berada di


tangan Rakyat dilaksanakan sepenuhnya oleh masjles permusyawaratan rakyat. Di
bawah kekuasaan tertinggi negara terdapat kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif
dan kekuasaan yudikatif.

a. kekuasaan legislatif

Kekuasaan legislatif atau kekuasaan membentuk Undang-undang dilaksanakan


oleh presiden dengan persetujuan dewan perwakilan rakyat (Pasal 4 jo. Pasal 20 (4)
UUD 1945) dalam perubahan III UUD 1945 yang di tetapkan pada tahun 2001 di
adakan lembaga baru yang disebut dewan perwakilan daerah. Dewan ini merupakan
salah satu unsur pelaksana legislatif terbatas pada hal-hal :

a. Otonomi daerah

b. hubungan pusat dengan daerah B

c. Pembentukan dan pemekaran serta pembangunan daerah

d. Pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainya

e. perimbangan keuangan pusat daerah

f. memberikan pertimbangan kepada dewan perwakilan rakyat

b. Kekuasan eksekutif

Kekuasaan eksekutif adalah kekuasaan penyelenggaraan pemerintah Negara


yang dilaksanakan oleh presiden. Dalam menyelenggranakan tugasnya presiden di
bantu oleh satu orang wakil presiden dan para menteri, presiden bersama para
pembantunya di sebut pemerintah dalam hal ini pemerintah pusat

c. Kekuasaan judikatif

kekuasaan judikatif tersebut juga kekuasaan kehakiman yang merdeka untu


menyelenggrakan keadilan guna menegakkan hukum dan keadilan diselenggaran oleh
mahkamah agung dan badan-badan peradilan yang berada dibawahnya.

4.2 Penguatan masyarakat sipil.

Sebuah desentralisasi tidak hanya dipandang sebagai suatu upaya mengubah


susunan kekuasaan, melaikan harus dilihat sebagai bagian dari upaya untuk mengubah
pendekatan dan karakter dari kekuasaan. Desentralisasi yang hendak menekankan
kepada pada tumbuhnya partisipasi masyarakat, dengan sendirinya menuntut upaya
yang lebih dari sekedar perubahan susunan kekuasaan . perubahan yang di maksud
adalah suatu proses mentranformasikan susunan kekuasaan di daerah paska
desentralisasi, sehingga mencerminkan watak kekuasaaan yang mengabdi pada
mayarakat, dan bukan model lama yang menjadikan penguasa. Oleh karena itulah
bebrapa perubahan sangat dibutuhkan.

Pertama, sebuah proses yang memastikan terjadinya tranformasi karakter


pemerintah (daerah). Perubahan karakter ini harus dilakukan dengan beberapa langkah
dimana kelembagaan akan diatur sesuai dengan kebutuhan, dan dalam proses
penyusunan masyarakat dilibatkan secara penuh, suatu upaya untuk semaksimal
mungkin mungkin melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan dan menggunkana
paradikma partisipasi dalam menata ulang daerah, dan mendorong pembentukan
parlemen daerah yang lebih mencerminkan keterwakilan rakyat.

Kedua. Sebuah proses yang memungkinkan bangkitnya partisipasi


masyarakat, dan juga tumbuhnya kultur partisipasi, dalam pada itu diperlukan suatu
dongkrak suatu dorongan yang memungkinkan masyarakat ambil bagian dalam proses
penyelenggaraan pemerintah, pembuatan perda yang memberikan jaminan hukum bagi
kegiatan partisipasi masyarakat merupakan salah satu jalan yang dapat ditempuh dan
perkembangannya partisipasi, namun ruang politik yang lebih terbuka, diharapkan akan
lebih memungkinkan bangkitnya partisipasi.

Hal ini memang sepenuhnya dapar menjawabnya tantangan untuk melakukan


tranformasi penyelenggaraan pemerintahan didaerah, sehingga benar-benar dapat
mencerminkan kebutuhan masyarakat. Langkah-langkah lain sangat diperlukan
terutama dalam kerangka membangun kesadaran baru.dan juga membangun kesadaran
kritis di kalangan masyarakat. Proses ini sudah tentu tidak dapat menandalkan peran
pemerintah. Memangn amat mustahil partisipasi didorong justru oleh kebijakan
pemerintah. Yang di harap adalah perubahan kebijkana merupakan hasil dari partisipasi
masyarakat. Pada ititk inilah diperlukan trobosan yang di aksdunkan mebuka pinti
selebar mungkin bagi pengembangan kultur partisipasi dikalangan masyarakat.

Salah satu masyarakat penting dari proses penguatan masyarakat sipil, dan
membangun kultur partisipasi adalah adanya peningkatan pemahaman mengenai nilai-
nilai demokrasi dan pemahaman mengenai peran masyarakat sipil. Kita memang
menghadapi kesulitan yang sangat besar. Kultur militeristik yang sudah berkembang di
masyarakat menjadi kendala besar. Di masyarakat sudah berkembang suatu pandangan
bahwa segala yang sesuatu yang berasal dari kalangan militer dianggap jauh akan lebih
baik. Dalam masalah kepemimpinan misalnya seorang pemimpin yang berasal dari
militer pasti dianggap lebih baik dari pemimpin sipil. Kalangan masyarakat sipil
memangn perlu berbenah secara menyeluruh, pasrtai politik sebagai salah satu unsur
pentong proses demokrasi, pada akhirnya membuahkan sikap anti organisasi di
kalangan masyarakat. Sikap yang demikian ini sudah tentu amat merugikan, karena
dengan sikap anti organisasi masyarakat sipiul akan kesulitan dalam melakukan
konsolidasi, proses konsolidasi masyarakat sipil melalui pembangunan organisasi-
organisasi rakyat sipil yang kuat. Akan menjadi bagian penting dalam memperkuat
proses demokrasi dan khsusnya dalam memungkinkan terbangunnya kultur partisipasi.

4.3 Pengertian lembaga legeslatif

Ramdhlon Naning (1982:2-3) memberikan pengertian tentang lembaga


legeslatif sebagai berikut : lembaga legeslatif adalaha suatu badan yang berdasarkan
sistem ketatanegaraan yang di jamin oleh konstitusi, dengan tugas pokok untuk
membuat undang-undang. Dimana kemudian undang-undang yang dibuat oleh
legeslatif ini, dilaksanakan oleh eksekutif dan bila terjadi pelanggaran dan
penyalahgunaan dari undang-undang tersebut lalu di adili oleh yudikatif. Dewan
perwakilan rakyat (parlemen) yang merupakan hakekat dan eksistensi dari lembaga
legeslatif indonesia merupakan perncerminan dari rakyat, untuk rakyat dan oleh rakyat
dapat dijamin kesinambungan dan kesetabilan.

4.4 Kedudukan dan Fungsi DPRD dalam sistem pemerintahan Indonesia

Sudah seharusnya di dalam membahas masalah kedudukan dan fungs DPRD


dalam sistem pemerintahan di Indonesia ini selalau menggunakan tolak ukur ideologi
nasional dan konstitusi nasional. Agar kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh serta
didalam upaya meningkatkan kemampuan DPRD dalam menjalankan fungsi-fungsi
yang di emban tidak keluar dari relnya sistem demokrasi yang kita anut dan tatanan
penyelenggaraan pemerintahan Negara Republik Indonesia yang merupakan Negara
kesatuan ini.

Dalam pasal 40 UU no 32 tahun 2004 , disebutkan bahkwa DPRD merupakan


lembaga perwakilan rakyat daerah dan berkedudukan sebagu unsur penyelenggara
pemerintahan daerah, yang di maskud dengan lembaga pemerintah daerah adalah
pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah yang berada di tingkatan
daerah. Sedangkan pemerintah daerah terdiri atas daerah beserta perangkat daerah.

Disampaing itu dalam pasal 41 juga disebutkan dimana DPRD mempuyai


fungsi legislatif, anggaran dan pengawasan. Adapun fungsi legislatif yang di maksud
adalah fungsi DPRD untuk membentuk peraturan daerah bersama kepala daerah, yang
di maskudn fungsi legislatif dengan funfsi aggaran adalah fungsi DPRD bersama
sama dengan pemerintah daerah menyusun dan menetapkan APBD yang di dalamnya
termasuk anggrana untuk pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang DPRD, sedangkan
yang di maskudn dengan fungsi pengawasan adalah funfsi DPRD untuk melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan undang- undang peraturan daerah dan keputusan
kepala daerah serta kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah.

4.5 Hubungan kemitraan antara badan legislatif dan eksekutif daerah.


Perkembangan dan perubahan lingkungan dalam kehidupan politik telah
mewarnai sikap hubungan antar badan legislatif dan eksekutif dimasa lalu terhadap
suatu asumsi bahwa keberadaan lembaga DPRD hanyalah sebatas sebagai bagian dari
pemerintah daerah. Hal ini menimbulkan wacana bahwa eksistensi lembaga DPRD
pada masa itu sebagai badan yang bersifat penunjang terhadap eksistensi kepala daerah.

Pembatasan kekuasaan dan kemwenangan pemerintah bbaik di tingkat pusat


dan daerah, upaya memberikan kewenangan yang lebih besar terhadap lembaga DPR
dan DPRD, sebagai wahana untuk melaksanakan demokrasi berdasarkan pancasila. Hal
ini di tunjukan untuk menghindari adanya pemusatan kekuasaan dan keweanangan
yang pada akhirnya menimbulkan dampak terjadinya sistem pemerintahan yang korup,
dan penuh dengan KKN. Pemerintah yang bersih, transfaran dan akutabel akan
mendapatkan kepercayaan yang lebih sejahtera . seperti yang dijelaskan dalam bukunya
Miriam Budiarjo kepala daerah mempuyai kedududkan yang sama tinggi dengan
DPRD (Mirian Budiarjo : 1993 : 106). Dengan kedudukan yang sama tinggi itu do
harapkan akan lebih mudah untuk menjalin kerjasama yang serasi dalam suasana
kemitraan.

Dalam upaya menunjang sistem pemerintahan yang bersih dan bertangung


jawab. Diberikan kebebasan keda warga negara untuk berperan serta dalam proses
pembangunan nasional. Keberadaan lembaga-lembaga swadaya masyarakat, perlu di
tumbuh kembangkan secara profesional yang etap menjaga nilai-nilai budaya bangsa
indonesia yang di hadapakna pada dinamika perkembangan global yang sedang
melanda negara dan bangsa dewasa ini.

Kondisi kemitraan badan legislatif daerah dan eksekutif daerah, dalam setiap
dekade pemerintah senantiasa diwarnai dengan adanya pertentangan antara isu politik
libral dan politik yang berdasarkan pada pemurnian pancasila dan UUD 1945. Lebih-
lebih dewasa ini. Mencuat isu demokrasi HAM dan masalah lingkungan hidup amat
mempengaruhi dan pembangunan sistem pemerintahan yang tepat representif yang
mampu aspira demokrasi dan HAM dalam kontek dengan hak-hak DPRD yang
bertuang UUD No 32 tahun 2004 dalam hubungan dengan eksekutif dapat ditangapi
sebagi suatu proses belajar yang di harapkan dapat menjadi perubahan terhadap kinerja
eksekutif untuk lebih tranparan, akutabel dan mendapat dukungan masyarakat melalui
kinerja lembaga DPRD.
UU no 32 tahun 2004 memberikan amanah akan hak DPRD sebagai lembaga
pengawasan politik atas pelaksanaan peraturan daerah, pelaksanaan keputusan kepala
daerah, pelaksanaan SPBD, pelaksanaan kebijakan pemerintah daerah, disampign
memilik fungsi pengawasan politik tersebut, DPRD juga memiliki hak-hak sebagai
suatu kelembagaan politik di daerah, antara lain :

a. Meminta pertangungjawaban kepala daerah

b. Meminta keterangan kepala pemerintah daerah, mengadakan


penyidikan, menentukan SPBD dan sebagainya

Adanya kedua hak atas diharapkan akan terjadi perubahan yang lebih
harmonis sehingga terbentuk kesejahteraan antara lembaga legislatif dan lembaga
eksekutif daerah dan dasar kemitraan. Perubahan ini tidak hanya menghasilakn suatu
sistem hubungan kerja atas dasar kemitraan saja, namun lebih dari itu keberhasilan
tugas pemerintah yang diemban oleh badan legelatif dan badan daerah, selain juga
menyerap menampung, menghimpun dan menindak lanjuti aspirasi masyarakat.

Pengalaman yang kini berkembang memangn menunjukan dengan sangat


jelas bahwa di kalangan birokrasi pemerintah lebih menunjukan wataknya yang
menganggap bahwa otonomi daerah adalah pemerintah yang tidak terkait dengan posisi
masyarakat daerah.

Konsep desntralisai , tidak hanya dapat di pandang sebagai suatu upaya


mengubah susunan kekuasaan melainkan harus dilihat sebagai bagian dari upaya untuk
mengubah pendekatan dan karakter dari sebuah kekuasaan. Desentralisasi yang hendak
menekankan pada tumbuhnya partisipasi masyarakat. Dengan sendirinya menuntut
upaya yang lebih dari sekedar perubahan susunan kekuasaan. Dimana timbul suatu
proses mentransformasikan susunan kekukasaan di daerah paska desentralisasi,
sehingga mencerminkan watak kekuasaan yang menggabdi pada masyarakat, dan
bukan model lama yang menjadi pengusas.

Dalam upaya membangun peran serta masyarakat dan DPRD sebagimana yang
di harapkan oleh UUD No 32 tahun 2004, maka diperlukan suatu proses pertukaran
(tranformer) sosial yang benar. Upaya ini diharapkan dapat mempercepat proses
demokrasi sehingga tercapai otonomi daerah yang mengandung makna kewenangan
daerah otonomi untuk mengantur dan mengurus kepentingan masyrakat setempat
menurut prakasa sendiri berdasarkan aspirasi dan partisipasi masyarakat.

Funsgi dan peran lembaga/badan legislatif daerahg yang paling esensial adalah
fungsi legislatif fungsi anggran dan fungsi pengawasan. Sesuai dengan praktek dalam
kehidupan demokrasi, keberadaan lembaga legislatif meiliki posisi sentral yang
mewakili rakyat dan mewakili berada kewenangan yang menyearakan aspirasi rakyat.
Sehingga memberikan kontrobusi dalam penetapan kebijakan politik pemerintah, dan
pihak eksekutif hanya menjalankan terhadap kebijakan politik yang telah di tetapkan
tersebut.

Sistem cheeks and balances antara kekuasaan badan eksekutif daerah dengan
kekuasaan legislative daerah sangat di perlukan untuk menghindari terjadinya
penyalahgunaan kekuasaan dan kewenangan dimana sebuah korupsi hanya bias
dihindari bilamana fungsi dan peran DPRD itu sendiri dapat berjalan secara efektif.

Dalam memperjuangkan aspirasi masyarakat maka kewajiban DPRD adalah


memperhatikan dan memajukan tingkat kehidupan rakyat dengan berbekal pada
program pembangunan pemerintah dalam hal ini perjuangan untuk menampung aspirasi
dan partisipasi rakyat sudah di patok untuk kepentingan program pembangunan
pemerintah yang dalam prakteknya masih sering melanggar hak-hak asasi warga
Negara.

Kedudukan DPRD dalam system desentralisasi sangat begitu menonjol dan


menunjukkan karakter yang betul-betul dapat mengawasi jalanya pemerintahan dalam
melakukan pembahasan tentang fungsi-fungsi, peran dan kedudukan DPRD ini harus
dipahami apakah peran dan kedudukan itu bersifat sebagai anggota ataukah sebagai
lembaga. Hal ini disebabkan peran dan kedudukan sebagai anggota, mempunyai
konsekuensi hokum yang berbeda karena setiap anggota mempunyai peran dan
kedudukan yang sama sebagai anggota dewan dan tidak secara otomatis bahwa
pendapat lembaga DPRD merupakan pendapat masing-masing di DPRD.

4.7 Definisi Partisipasi atau Peran Serta


Sejalan dengan demokrasi politik dan demokrasi Indonesia, pendekatan
pembangunan yang sesuai adalah yang berorientasi dengan mengutamakan manusia,
people oriented atau lebih dikenal dengan pendekatan pembangunan partisiatif.

Salah satu ciri masyarakat yang sedang berkembang ialah adanya kesadaran
berbangsa dan bernegara yang lebih meningkat. Indikator yang dapat dilihat dari
kesadaran tersebut adalah partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan atau
pemerintah. Pembangunan sebagai proses peningkatan kemampuan manusia untuk
menentukan masa depannya mengandung arti bahwa masyarakat perlu dilibatkan dalam
proses tersebut.

R. Tanenbaum dkk. Mendefinisikan partisipasi sebagai berikut yaitu :

Keterlibatan mental dan emosional individu dalam situasi kelompok yang


mendorongya memberi sumbangan terhadap tujuan kelompok serta membagi
tanggungjawab bersama . (R. Tanenbaum dkk, 1992 : 52).

Dalam pembangunan partisipatif harkat dan martabat partisipasi


pembangunan dihormati dan ditegakkan. Menurut Loekman Soetrisna (1995 : 221).
Ada dua jenis partisipasi yang berkembang dalam masyarakat yaitu :

Definisi pertama adalah definisi yang diberikan oleh para perencana


pembangunan formal di Indonesia. Definisi jenis ini mengartikan Partisipasi rakyat
dalam pembangunan yang dirancang dan ditentukan tujuanya oleh perencana, dalam
hal ini pemerintah ukuran tinggi rendahnya partisipasi rakyat diukur dengan kemauan
rakyat ikut menanggung biaya pembangunan, baik berupa uang atau tenaga dalam
melaksanakan program pemerintah.

Definisi kedua, partisipasi masyarakat adalah paretisipasi kerjasama yang erat


antara perencana dan masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan
dan mengembangkan hasil pembangunan yang telah dicapai. Menurut definisi ini
ukuran tinggi rendahnya partisipasi masyarakat tidak hanya diukur dengan kemauan
rakyat untuk menanggung biaya pembangunan, tetapi dengan ada tidaknya hak
masyarakat untuk ikut menentukan arah dan tujuan pembangunan pembangunan dan
juga diukur ada tidaknya kemauan rakyat untuk secara mandiri untuk melestarikan dan
mengembangkan hasil pembangunan .

Petrus Djawabani dkk menjelaskan partisipasi adalah sebagai berikut :


Partisipasi meliputi keseluruhan kontinuenya suatu keikutsertaan sejak dari imajinasi
dan perencanaan sampai ke implementasinya (Petrus Djawabani dkk, 2001 : 47).

Partisipasi dalam arti ini menghormati harkat dan martabat partisipasinya,


melibatkan mulai dari tingkat perencanaan sampai tingkat implementasinya. Partisipan
pembangunan adalah subyek pembangunan, tidak ada yang menjadi obyek
pembangunan, terhindar dari dominasi Elite Bias .

Selama ini secara tradisional, partisipasi lebih di identifikasikan dengan perilaku


yang bersifat partisan atau politik. Partisipasi dalam hal ini dibagi menjadi tiga, yaitu :

a. Peran serta horizontal

Yaitu kegiatan politis yang melibatkan secara kolektif dalam upaya untuk
mempengaruhi keputusan, seperti pemungutan suara, kampanye dan kegiatan kelompok
kepentingan.

b. Peran serta Vertical.

Yaitu mencakup segala kesempatan ketika anggota masyarakat mengembangkan


hubungan tertentu dengan kelompok elite atau pejabat dan hubungan itu
menguntungkan bagi kedua belah pihak.

c. Peran serta Administratif.

Yaitu kegiatan kelompok tertentu untuk keputusan administrative atau pertukaran


(exchange) tertentu antara patron dan klien, sebagai missal keputusan para petani untuk
mengadopsi atau tidak mengadopsi suatu teknologi baru.

Partisipasi dalam pembuatan keputusan adalah partisipasi dengan memberikan


kesempatan bagi masyarakat untuk mengemukakan pendapat dan partisipasinya dalam
menilai suatu rencana yang akan ditetapkan. Masyarakat juga diberi kesempatan untuk
menimbang suatu keputusan yang akan diambil. Selain itu partisipasi dalam
pembuatan keputusan juga adalah proses dimana prioritas-prioritas rencana dipilih
untuk dituangkan dalam program pembangunan itu sendiri, sehingga dengan mengikuti
sertakan masyarakat serta tidak langsung mereka telah mengalami pendidikan dalam
menentukan masa depanya secara demokratis.

Sedangkan partisipasi dalam pelaksanaan program adalah partisipasi dengan


mengikut sertakan masyarakat dalam kegiatan operasional berdasarkan rencana yang
telah disepakati bersama. Partisipasi dalam mengevaluasi dan mengawasi
pembangunan adalah dimana masyarakat dapat ikut serta dalam menilai serta
mengawasi kegiatan pembangunan dan memelihara hasil-hasil yang telah dicapai.
Partisipasi ini merupakan bagian dari social control.

Dalam kaitannya penyelenggaraan pemerintah daerah, partisipasi diabaikan


dalam kontek social culture yang ada dan diletakkan dalam suatu tujuan yang lebih
jelas. Partisipasi tidak mengabdi pada partisipasi, partisipasi memilii maksud dasar
menjadi suatu instrument yang memberikan peluang yang besar bagi masyarakat untu
dapat berkembang sesuai dengan potensinya, teribat aktif dalam penyelenggaraan
pemerintah, sehingga pihaknya dapat menikmati manfaat dari kebijakan yang dibuat
oleh pihak pemerintah. Oleh karenanya pengembangan partisipasi hendaknya tidak
mengubah karakter dasar dari relasi dalam komunitas masyarakat.

Dari uraian di atas, maka dalam hal ini DPRD sesungguhnya merupakan
lembaga yang paling tepat dalam mewujudkan terciptanya pranata social yang
berorientasi pada peningkatan partisipasi masyarakat.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Perkembangan dan perubahan lingkungan dalam kehidupan politik telah


mewarnai sikap hubungan antar badan legislatif dan eksekutif dimasa lalu terhadap
suatu asumsi bahwa keberadaan lembaga DPRD hanyalah sebatas sebagai bagian dari
pemerintah daerah.

Agar upaya meningkatkan kemampuan DPRD dalam menjalankan fungsi-


fungsi yang di emban tidak keluar dari relnya sistem demokrasi yang kita anut dan
tatanan penyelenggaraan pemerintahan Negara Republik Indonesia yang merupakan
Negara kesatuan ini maka Sudah seharusnya di dalam membahas masalah kedudukan
dan fungs DPRD dalam sistem pemerintahan di Indonesia ini selalau menggunakan
tolak ukur ideologi nasional dan konstitusi nasional.

Hal tersebut merupqkan tantangan untuk melakukan tranformasi


penyelenggaraan pemerintahan didaerah, sehingga benar-benar dapat mencerminkan
kebutuhan masyarakat. Langkah-langkah lain sangat diperlukan terutama dalam
kerangka membangun kesadaran baru.dan juga membangun kesadaran kritis di
kalangan masyarakat

5.2 Saran

Dalam upaya menunjang sistem pemerintahan yang bersih dan bertangung jawab.
Sebaiknya warga negara diberi kebebasan untuk berperan serta dalam proses
pembangunan nasional. Keberadaan lembaga-lembaga swadaya masyarakat, perlu di
tumbuh kembangkan secara profesional yang tetap menjaga nilai-nilai budaya bangsa
indonesia yang di hadapakna pada dinamika perkembangan global yang sedang
melanda negara ini.
DAFTAR PUSTAKA

DPRD Kota Kabupaten Blora. Hak dan Kewajiban DPRD, (http://dprd-


blorakab.go.id/tentang-kami/hak-dan-kewajiban), diakses pada 3 Mei 2017

Gunawan, Markus. 2008. Buku pintar calon anggota dan anggota legislatif
(DPR,DPRD, dan DPD). Jakarta: visimedia

Republik Indonesia. 2004. Undang-undang nomer 32 tahun 2004 tentang


pemerintahan daerah. Jakarta: Sekertariat Negara

Republik Indonesi. 2014. Undang-undang nomer 17 tahun 2014 tentang Majelis


Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,
DewanPerwakilan Rakyat Daerah. Jakarta: Sekertariat Negara

H. Thaib, Dahlan.1996. Peran DPRD dalam Tata Konstitusi dan Politik Hukum
Indonesia. Jurnal Hukum, No. 5. Vol 3

Meta. 2011. Peran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Dalam


Pembangunan Partisipasi Masyarakat, (https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiF96T
ZzdbTAhXFf7wKHQ1VDAUQFggqMAE&url=https%3A%2F
%2Fkodimsbysel.wordpress.com%2Fperan-dewan-perwakilan-rakyat-daerah-dprd-
dalam-pembangunan-partisipasi-masyarakat
%2F&usg=AFQjCNEN8ypYpgKih3UaPAqDSBHGWTA4yw&sig2=SGtYUvRpzgUX
ZzkLIfKKMQ), diakses pada 4 Mei 2017

Anda mungkin juga menyukai

  • Makalah Manajemen Publik
    Makalah Manajemen Publik
    Dokumen12 halaman
    Makalah Manajemen Publik
    Muhammad Naufal Fathurrahman
    Belum ada peringkat
  • Scene 1
    Scene 1
    Dokumen2 halaman
    Scene 1
    Muhammad Naufal Fathurrahman
    Belum ada peringkat
  • Makalah Pemberdayaan Masyarakat Pesisir
    Makalah Pemberdayaan Masyarakat Pesisir
    Dokumen21 halaman
    Makalah Pemberdayaan Masyarakat Pesisir
    Muhammad Naufal Fathurrahman
    Belum ada peringkat
  • Uu Apbn 2018 PDF
    Uu Apbn 2018 PDF
    Dokumen79 halaman
    Uu Apbn 2018 PDF
    Muhammad Naufal Fathurrahman
    Belum ada peringkat
  • Makalah Pemberdayaan Masyarakat Pesisir
    Makalah Pemberdayaan Masyarakat Pesisir
    Dokumen21 halaman
    Makalah Pemberdayaan Masyarakat Pesisir
    Muhammad Naufal Fathurrahman
    Belum ada peringkat
  • Scene 1
    Scene 1
    Dokumen2 halaman
    Scene 1
    Muhammad Naufal Fathurrahman
    Belum ada peringkat
  • PPT Fixx
    PPT Fixx
    Dokumen39 halaman
    PPT Fixx
    Muhammad Naufal Fathurrahman
    Belum ada peringkat
  • Korupsi Dan Pita Merah
    Korupsi Dan Pita Merah
    Dokumen17 halaman
    Korupsi Dan Pita Merah
    Muhammad Naufal Fathurrahman
    Belum ada peringkat
  • Deputi Bid. Administrasi Aparatur
    Deputi Bid. Administrasi Aparatur
    Dokumen29 halaman
    Deputi Bid. Administrasi Aparatur
    Muhammad Naufal Fathurrahman
    Belum ada peringkat
  • PPT Fixx
    PPT Fixx
    Dokumen39 halaman
    PPT Fixx
    Muhammad Naufal Fathurrahman
    Belum ada peringkat
  • Kel 12 SIAP
    Kel 12 SIAP
    Dokumen9 halaman
    Kel 12 SIAP
    Muhammad Naufal Fathurrahman
    Belum ada peringkat
  • Pengertian Pelayanan Publik
    Pengertian Pelayanan Publik
    Dokumen38 halaman
    Pengertian Pelayanan Publik
    raihanctym
    100% (30)
  • Administrasi Pembangunan Memiliki Arti Dari Dua Kata Yaitu Administrasi Dan Pembangunan
    Administrasi Pembangunan Memiliki Arti Dari Dua Kata Yaitu Administrasi Dan Pembangunan
    Dokumen2 halaman
    Administrasi Pembangunan Memiliki Arti Dari Dua Kata Yaitu Administrasi Dan Pembangunan
    Muhammad Naufal Fathurrahman
    Belum ada peringkat
  • Donal F Kettle
    Donal F Kettle
    Dokumen3 halaman
    Donal F Kettle
    Muhammad Naufal Fathurrahman
    Belum ada peringkat
  • 1
    1
    Dokumen1 halaman
    1
    Muhammad Naufal Fathurrahman
    Belum ada peringkat
  • Angin
    Angin
    Dokumen2 halaman
    Angin
    Muhammad Naufal Fathurrahman
    Belum ada peringkat
  • Petunjuk Penulis Jiap
    Petunjuk Penulis Jiap
    Dokumen2 halaman
    Petunjuk Penulis Jiap
    Muhammad Naufal Fathurrahman
    Belum ada peringkat
  • Bestuurdwang
    Bestuurdwang
    Dokumen2 halaman
    Bestuurdwang
    Muhammad Naufal Fathurrahman
    Belum ada peringkat
  • Angin
    Angin
    Dokumen2 halaman
    Angin
    Muhammad Naufal Fathurrahman
    Belum ada peringkat
  • Tegov Dio Fixxx
    Tegov Dio Fixxx
    Dokumen8 halaman
    Tegov Dio Fixxx
    Muhammad Naufal Fathurrahman
    Belum ada peringkat
  • Per Tanya An
    Per Tanya An
    Dokumen2 halaman
    Per Tanya An
    Muhammad Naufal Fathurrahman
    Belum ada peringkat
  • Bestuurdwang
    Bestuurdwang
    Dokumen2 halaman
    Bestuurdwang
    Muhammad Naufal Fathurrahman
    Belum ada peringkat
  • Nawacita Ke 8
    Nawacita Ke 8
    Dokumen8 halaman
    Nawacita Ke 8
    Muhammad Naufal Fathurrahman
    Belum ada peringkat
  • Per Ken Alan
    Per Ken Alan
    Dokumen2 halaman
    Per Ken Alan
    Muhammad Naufal Fathurrahman
    Belum ada peringkat
  • Proposal Penelitian
    Proposal Penelitian
    Dokumen28 halaman
    Proposal Penelitian
    loly_da_browndalz
    Belum ada peringkat
  • Pengembangan Kurikulum-2
    Pengembangan Kurikulum-2
    Dokumen51 halaman
    Pengembangan Kurikulum-2
    Muhammad Naufal Fathurrahman
    Belum ada peringkat
  • Run Down Kegiatan Hari Pertama
    Run Down Kegiatan Hari Pertama
    Dokumen2 halaman
    Run Down Kegiatan Hari Pertama
    Muhammad Naufal Fathurrahman
    Belum ada peringkat
  • DPRD
    DPRD
    Dokumen43 halaman
    DPRD
    Muhammad Naufal Fathurrahman
    0% (1)
  • Han Kel 3
    Han Kel 3
    Dokumen18 halaman
    Han Kel 3
    Muhammad Naufal Fathurrahman
    Belum ada peringkat