Efusi pleura
A. Definisi
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dari dalam
kavum pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat berupa cairan transudat
atau cairan eksudat.Cairan pada efusi pleura dapat bebas yg generalized atau setempat
(circumscribed) dan encapsulated (terbungkus kapsul).
Pada keadaan normal rongga pleura hanya mengandung cairan sebanyak 10-20 ml,
cairan pleura komposisinya sama dengan cairan plasma, kecuali pada cairan pleura
mempunyai kadar protein lebih rendah yaitu < 1,5 gr/dl.
a. Rontgen thorak
Jumlah cairan minimal yang terdapat pada thoraks tegak adalah 250-300ml. bila
cairan kurang dari 250ml (100-200ml), dapat ditemukan pengisian cairan di sudut
costofrenikus posterior pada foto thorak lateral tegak. Cairan yang kurang dari 100ml
(50-100ml), dapat diperlihatkan dengan posisi lateral dekubitus dan arah sinar
horizontal dimana caran akan berkumpul disisi samping bawah.
1
Efusi pleura sinistra. Sudut Costophrenicus yang tumpul karena efusi pleura
2
Efusi pleura bilateral
3
. Loculated pleural effusion.Tampak berbatascukup tegas dan biconvex. Sering
disebabkan oleh empiema dengan perlekatan pleura
- Posisi lateral
Bila cairan kurang dari 250ml (100-200ml), dapat ditemukan pengisian cairan di
sudut costofrenikus posterior pada foto thorak lateral tegak. Pada penelitian
mengenai model roentgen patologi Collins menunjukkan bahwa sedikitnya 25ml
dari cairan pleura ( cairan saline yang disuntikkan ) pada radiogram dada lateral
tegak lurus dapat dideteksi sebagai akumulasicairan subpulmonic di posterior
sulcus costophrenic, tetapi hanya denganadanya pneumoperitoneum yang terjadi
sebelumnya.
4
100ml), dapat diperlihatkan dengan posisi lateral dekubitus dan arah sinar
horizontal dimana caran akan berkumpul disisi samping bawah.
Efusi pleura pada posisi right lateral decubitus (penumpukan cairan yang
ditunjukkan dengan panah biru).
5
tersebut.Dalam posisi tengkurap atau lateral, cairan bergeser ke aspek yang
tergantung dari rongga pleura.Pergeseran ini menegaskan sifat bebas dari efusi
tersebut.
CT Scan pada efusi pleura (kiri atas : foto rontgen thoraks PA)
CT Scan thorak pada seorang pria 50-tahun dengan limfoma non-Hodgkin dan
efusi pleura yang ditunjukan tanda panah
6
CT Scan thorax pada pria 50-tahun dengan limfoma non-Hodgkin menunjukkan
daerah tergantung dengan redaman yang sama dengan air dan margin atas lengkung
(E). Temuan khas dari efusi pleura.Perhatikan pergeseran lokasi cairan pada gambar
ini dibandingkan dengan radiografi dada posteroanterior dan lateral. Limfadenopati
mediastinum dapat dilihat di mediastinum tengah dan posterior (panah)
c. Ultrasonografi
Penampilan khas dari efusi pleura merupakan lapisan anechoic antara pleura visceral
dan pleura parietal.Bentuk efusi dapat bervariasi dengan respirasi dan posisi.
7
Menunjukkan posisi siku dengan meletakaan transduser selama pemeriksaan
untuk melihat keadaan rongga pleura kanan.
Sonogram pada pasien dengan kanker paru lobus kanan atas. Gambar menunjukkan
adanya akumulasi cairan selama inspirasi (setebal 6 mm; berbentuk kurva,-gambar
kiri) dimana gambar tersebut lebih jelas dibanding selamaekspirasi ( setebal 11 mm ;
berbentuk kurva-gambar kanan).
Gambar 14.Ultrasonogram dari kiri dada bagian bawah pada pasien laki-laki
dengan penyebaran lymphangitic dari adenokarsinoma.Ini studi sagital dan
pemeriksaan dilakukan dengan pasien duduk.Cairan Echogenic (E) dapat
dilihat pada hemithorax kiri.Perhatikan diafragma lengkung Echogenic (panah).
The pleura cairan positif untuk sel-sel ganas (efusi pleura ganas)
8
Ultrasonogram dari kiri dada bagian bawah pada wanita 47 tahun dengan efusi
pleura metastasis. Ini studi sagital dan pemeriksaan dilakukan dengan pasien
duduk. Cairan anechoic (E) dapat dilihat pada hemithorax kiri. Perhatikan
diafragma lengkung Echogenic (panah)
Doppler berwarna ultrasonografi dapat membantu dalam membedakan efusi kecil dari
penebalan pleura dengan menunjukkan tanda-warna cairan (yaitu, adanya sinyal
warna dalam pengumpulan cairan).
9
Seorang neonatus 2-bulan-tua disajikan di gawat darurat dalam kesulitan
jantung dan respiratory distress. Resusitasi tidak berhasil. Coronal T2-W MRI
menunjukkan hematopericard (panah terbuka), hematothorax (panah) dan efusi
pleura (kepala panah) (ketebalan irisan: 1 mm, TR: 4000, TE: 80, FA: 90 ). Ada
vena paru abberant mengalir ke ventrikel kiri (buka panah). Perut
menunjukkan asites (tanda bintang)
10
Pneumothorak
Pneumotoraks adalah suatu keadaan terdapatnya udara atau gas di dalam pleura yang
menyebabkan kolapsnya paru yang terkena
Klasifikasi
Menurut penyebabnya, pneumotoraks dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu (2), (3) :
1. Pneumotoraks spontan
Yaitu setiap pneumotoraks yang terjadi secara tiba-tiba. Pneumotoraks tipe ini
dapat diklasifikasikan lagi ke dalam dua jenis, yaitu :
11
a. Pneumotoraks spontan primer, yaitu pneumotoraks yang terjadi secara tiba-tiba
tanpa diketahui sebabnya.
b. Pneumotoraks spontan sekunder, yaitu pneumotoraks yang terjadi dengan
didasari oleh riwayat penyakit paru yang telah dimiliki sebelumnya, misalnya
fibrosis kistik, penyakit paru obstruktik kronis (PPOK), kanker paru-paru, asma,
dan infeksi paru.
2. Pneumotoraks traumatik,
Yaitu pneumotoraks yang terjadi akibat adanya suatu trauma, baik trauma
penetrasi maupun bukan, yang menyebabkan robeknya pleura, dinding dada maupun
paru.
Pneumotoraks tipe ini juga dapat diklasifikasikan lagi ke dalam dua jenis, yaitu :
a. Pneumotoraks traumatik non-iatrogenik, yaitu pneumotoraks yang terjadi karena
jejas kecelakaan, misalnya jejas pada dinding dada, barotrauma.
b. Pneumotoraks traumatik iatrogenik, yaitu pneumotoraks yang terjadi akibat
komplikasi dari tindakan medis. Pneumotoraks jenis inipun masih dibedakan
menjadi dua, yaitu :
1) Pneumotoraks traumatik iatrogenik aksidental
Adalah suatu pneumotoraks yang terjadi akibat tindakan medis
karena kesalahan atau komplikasi dari tindakan tersebut, misalnya pada
parasentesis dada, biopsi pleura.
2) Pneumotoraks traumatik iatrogenik artifisial (deliberate)
Adalah suatu pneumotoraks yang sengaja dilakukan dengan cara
mengisikan udara ke dalam rongga pleura. Biasanya tindakan ini
dilakukan untuk tujuan pengobatan, misalnya pada pengobatan
tuberkulosis sebelum era antibiotik, maupun untuk menilai permukaan
paru.
Dan berdasarkan jenis fistulanya, maka pneumotoraks dapat diklasifikasikan ke
dalam tiga jenis, yaitu (4) :
1. Pneumotoraks Tertutup (Simple Pneumothorax)
Pada tipe ini, pleura dalam keadaan tertutup (tidak ada jejas terbuka pada
dinding dada), sehingga tidak ada hubungan dengan dunia luar.Tekanan di dalam
rongga pleura awalnya mungkin positif, namun lambat laun berubah menjadi negatif
karena diserap oleh jaringan paru disekitarnya.Pada kondisi tersebut paru belum
12
mengalami re-ekspansi, sehingga masih ada rongga pleura, meskipun tekanan di
dalamnya sudah kembali negatif.Pada waktu terjadi gerakan pernapasan, tekanan
udara di rongga pleura tetap negatif.
2. Pneumotoraks Terbuka (Open Pneumothorax),
Yaitu pneumotoraks dimana terdapat hubungan antara rongga pleura dengan
bronkus yang merupakan bagian dari dunia luar (terdapat luka terbuka pada dada).
Dalam keadaan ini tekanan intrapleura sama dengan tekanan udara luar. Pada
pneumotoraks terbuka tekanan intrapleura sekitar nol. Perubahan tekanan ini sesuai
dengan perubahan tekanan yang disebabkan oleh gerakan pernapasan (4).
Pada saat inspirasi tekanan menjadi negatif dan pada waktu ekspirasi tekanan
menjadi positif (4).Selain itu, pada saat inspirasi mediastinum dalam keadaan normal,
tetapi pada saat ekspirasi mediastinum bergeser ke arah sisi dinding dada yang
terluka (sucking wound) (2).
3. Pneumotoraks Ventil (Tension Pneumothorax)
Adalah pneumotoraks dengan tekanan intrapleura yang positif dan makin lama
makin bertambah besar karena ada fistel di pleura viseralis yang bersifat ventil.Pada
waktu inspirasi udara masuk melalui trakea, bronkus serta percabangannya dan
selanjutnya terus menuju pleura melalui fistel yang terbuka.Waktu ekspirasi udara di
dalam rongga pleura tidak dapat keluar (4).Akibatnya tekanan di dalam rongga pleura
makin lama makin tinggi dan melebihi tekanan atmosfer.Udara yang terkumpul
dalam rongga pleura ini dapat menekan paru sehingga sering menimbulkan gagal
napas (2).
Sedangkan menurut luasnya paru yang mengalami kolaps, maka pneumotoraks dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu (4) :
1. Pneumotoraks parsialis, yaitu pneumotoraks yang menekan pada sebagian kecil paru
(< 50% volume paru).
13
2. Pneumotoraks totalis, yaitu pneumotoraks yang mengenai sebagian besar paru (>
50% volume paru).
14
FLUIDO- PNEUMOTHORAX
MANIFESTASI KLINIS
- Biasanya akan ditemukan adanya nyeri dada yang terjadi secara tiba-tiba, nyerinya
tajam dan dapat menimbulkan rasa kencang di dada.
- Nafas yang pendek
- Nafas yang cepat
- Batuk
- Lemas
- Pada kulit bisa ada keluhan sianosis
DIAGNOSIS
Biasanya ditemukan anamnesis yang khas, yaitu rasa nyeri pada dada seperti ditusuk,
disertai sesak nafas dan kadang-kadang disertai dengan batuk batuk. Rasa nyeri dan sesak
nafas ini makin lama dapat berkurang atau bertambah hebat. Berat ringannya perasaan sesak
nafas ini tergantung dari derajat penguncupan paru, dan apakah paru dalam keadaan sakit
atau tidak. Pada penderita dengan COPD, pneumotoraks yang minimal sekali pun akan
menimbulkan sesak nafas yang hebat. Sakit dada biasanya datang tiba-tiba seperti ditusuk-
tusuk se tempat pada sisi paru yang terkena, kadang-kadang menyebar ke arah bahu,
hipokondrium dan skapula. Rasa sakit bertambah waktu bernafas dan batuk. Sakit dada
biasanya akan berangsur-angsur hilang dalam waktu satu sampai empat hari.
Batuk-batuk biasanya merupakan keluhan yang jarang bila tidak disertai penyakit
paru lain; biasanya tidak berlangsung lama dan tidak produktif. Keluhan.keluhan tersebut di
atas dapat terjadi bersama-sama atau sendirisendiri, bahkan ada penderita pneumotoraks yang
15
tidak mempunyai keluhan sama sekali. Pada penderita pneumotoraks ventil, rasa nyeri dan
sesak nafas ini makin lama makin hebat, penderita gelisah, sianosis, akhirnya dapat
mengalami syok karena gangguan aliran darah akibat penekanan udara pada pembuluh darah
dimediastinum.
Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi, mungkin terlihat sesak nafas, pergerakan dada berkurang, batukbatuk, sianosis
serta iktus kordis tergeser kearah yang sehat.
d) Auskultasi, mungkin dijumpai suara nafas yang melemah, sampai menghilang. Diagnosis
pasti ditegakkan dengan pemeriksaan Rontgen foto toraks. Pada rontgen foto toraks P.A akan
terlihat garis penguncupan paru yang halus seperti rambut. Apabila pneumotoraks disertai
dengan adanya cairan di dalam rongga pleura, akan tampak gambaran garis datar yang
merupakan batas udara dan caftan. Sebaiknya rontgen foto toraks dibuat dalam keadaan
ekspirasi maksimal.
Gambaran Radiologi
16
DIAGNOSIS BANDING
- Infark Miokard
- Emboli Paru
- Pneumonia
- Efusi Pleura
PENATALAKSANAAN
Standar pemeriksaan diagnostik (yang hanya bisa dilakukan bila pasien stabil), adalah
: portable x-ray, portable blood examination, portable bronchoscope. Tidak dibenarkan
melakukan pemeriksaan dengan memindahkan pasien dari ruang emergensi.
Penanganan pasien tidak untuk menegakkan diagnosis akan tetapi terutama untuk
menemukan masalah yang mengancam nyawa dan melakukan tindakan penyelamatan nyawa.
17
Pengambilan anamnesis (riwayat) dan pemeriksaan fisik dilakukan bersamaan atau setelah
melakukan prosedur penanganan trauma.
Merupakan tindakan invasif yang dialakukan untuk mengeluarkan udara, cairan (darah, pus)
dari rongga pleura, rongga thoraks, dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung.
1. Indikasi :
Bedah paru :
Memungkinkan cairan ( darah, pus, efusi pleura ) keluar dari rongga pleura
1. Gravitasi: Udara dan cairan mengalir dari tekanan yang tinggi ke tekanan yang
rendah.
18
2. Tekanan positif : Udara dan cairan dalam kavum pleura ( + 763 mmHg atau lebih ).
Akhir pipa WSD menghasilkan tekanan WSD sedikit ( + 761 mmHg )
3. Suction
Jenis WSD
1. Satu botol
Sistem ini terdiri dari satu botol dengan penutup segel. Penutup mempunyai dua lobang, satu
untuk ventilasi udara dan lainnya memungkinkan selang masuk hampir ke dasar botol.
Keuntungannya adalah :
- Penyusunannya sederhana
Kerugiannya adalah :
- Saat drainase dada mengisi botol lebih banyak kekuatan yang diperlukan
- Untuk terjadinya aliran tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan botol
- Campuran darah dan drainase menimbulkan busa dalam botol yang membatasi garis
pengukuran drainase
2. Dua botol
Pada sistem dua botol, botol pertama adalah sebagai botol penampung dan yang kedua
bekerja sebagai water seal. Pada sistem dua botol, penghisapan dapat dilakukan pada segel
botol dalam air dengan menghubungkannya ke ventilasi udara.
Keuntungan :
19
Kerugian :
- Menambah areal mati pada sistem drainage yang potensial untuk masuk ke dalam area
pleura.
- Untuk terjadinya aliran, tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan botol.
3. Tiga botol
Pada sistem tiga botol, botol kontrol penghisap ditambahkan ke sistem dua botol. Botol
ketiga disusun mirip dengan botol segel dalam air. Pada sistem ini yang terpenting adalah
kedalaman selang di bawah air pada botol ketiga dan bukan jumlah penghisap di dinding
yang menentukan jumlah penghisapan yang diberikan pada selang dada. Jumlah penghisap di
dinding yang diberikan pada botol ketiga harus cukup unutk menciptakan putaran-putaran
lembut gelembung dalam botol. Gelembung kasar menyebabkan kehilangan air, mengubah
tekanan penghisap dan meningkatkan tingkat kebisingan dalam unit pasien. Untuk memeriksa
patensi selang dada dan fluktuasi siklus pernafasan, penghisap harus dilepaskan saat itu juga.
Keuntungan :
Kerugian :
- Lebih kompleks, lebih banyak kesempatan untuk terjadinya kesalahan dalam perakitan
dan pemeliharaan.
20
Keuntungan :
Kerugian :
- Mahal
- Kehilangan water seal dan keakuratan pengukuran drainage bila unit terbalik.
Fluther valve
Keuntungan :
- Ideal untuk transport karena segel air dipertahankan bila unit terbalik
Kerugian :
- Mahal
21
- Katup berkipas tidak memberikan informasi visual pada tekanan intra pleural karena
tidak adanya fluktuasi air pada ruang water seal.
Keuntungan :
Kerugian
- Mahal
B. Menerangkan tindakan-tindakan pasca bedah termasuk letak incisi, oksigen dan pipa
dada, posisi tubuh pada saat tindakan dan selama terpasangnya WSD, posisi jangan
sampai selang tertarik oleh pasien dengan catatan jangan sampai rata/ miring yang
akan mempengaruhi tekanan.
22
D. Mengajari pasien bagaimana cara batuk dan menerangkan batuk serta pernafasan
dalam yang rutin pasca bedah.
c. Persiapan alat
d. Motor suction
h. Kassa steril
i. Pisau jaringan
j. Trocart
14. Masker
23
1. Perhatikan undulasi pada selang WSD
2. Observasi tanda-tanda vital : pernafasan, nadi, setiap 15 menit pada 1 jam pertama
4. Anjurkan pasien untuk memilih posisi yang nyaman dengan memperhatikan jangan
sampai selang terlipat
6. Beri tanda pada batas cairan setiap hari, catat tanggal dan waktu
7. Ganti botol WSD setiap tiga hari dan bila sudah penuh, catat jumlah cairan yang
dibuang
10. Anjurkan pasien menarik nafas dalam dan bimbing cara batuk yang efektif
Bila undulasi tidak ada, ini mempunyai makna yang sangat penting karena beberapa kondisi
dapat terjadi antara lain :
Oleh karena itu harus yakin apa yang menjadi penyebab, segera periksa kondisi sistem
drainase, amati tanda-tanda kesulitan bernafas.
1. Siapkan set yang baru. Botol yang berisi aguades ditambah desinfektan.
24
2. Selang WSD diklem dulu
Jika dengan tindakan WSD gagal, tindakan operatif dapat dilakukan. Seperti
torakoskopi dan torakotomi. Torakoskopi adalah suatu tindakan untuk melihat langsung ke
dalam rongga toraks dengan alat bantu torakoskop.
25
26
KOMPLIKASI
27
3. Emfisema; dapat berupa emfisema kutis atau emfisema mediastinalis.
PROGNOSIS
28
Tumor pleura
Gambaran radiologis tumor pleura dapat dilihat dengan beberapa teknik pencitraan.
Evaluasi noninvasif standar termasuk radiografi dada dan computed tomography (CT),serta
dapat dilengkapi dengan MRI dan kadang-kadang dengan USG (Amerika Serikat) (1).
Gambaran kelainan pleura, termasuk kalsifikasi, biasanya ditunjukkan dengan baik pada CT
scan. CT scan sangat berguna dalam membedakannya dari lesi paru perifer dan dalam
mendefinisikan lokasi dan luasnya massa pleura
Gambar 1. Tumor pleura difus dan soliter. (a) diagram Coronal menunjukkan penyakit
pleura difus di sisi kiri dada dan massa pleura soliter di hemithoraks kanan (b) diagram
Transverse Menunjukkan tumor pleura nodular yang meluas dengan efusi di hemitoraks kiri
dan massa fokal pleura kanan.
Tumor pleura biasanya muncul sebagai massa jaringan lunak, dengan sudut tumpul
pada dinding dada (2). Neoplasma tersebut bisa berupa fokal atau difus dan mungkin
berhubungan dengan efusi pleura. Meskipun terdapat tumpang tindih dalam gambaran
29
radiologis tumor jinak dan ganas, beberapa ciri tertentu membantu dalam perbedaan ini.
Sebagai contoh, pada penyakit pleura ganas difus, temuan dari proses neoplastik adalah
penebalan pleura yang melingkar, nodul pleura yang meluas, ketebalan pleura parietal yang
melebihi 1 cm, dan keterlibatan mediastinum pleura (3). Berbeda dengan lesi rongga dada
ganas, tumor fibrous lokal biasanya muncul sebagai tumor soliter, berbatas tegas, berupa
massa jaringan lunak berlobus yang timbul di permukaan pleura (Gambar 1). Meskipun ciri-
ciri ini menggambarkan neoplasma pleura jinak dan ganas, diagnosis pasti hampir selalu
memerlukan biopsi. Di antara berbagai tumor pleura, penyakit metastasis merupakan
neoplasma yang paling umum. Tumor primer mencapai kurang dari 5 % dari neoplasma
pleura. Jenis histopatologi spesifik tumor yang berasal dari pleura adalah mesothelioma ganas
difus, tumor fibrous lokal, dan neoplasma yang jarang seperti limfoma pleura primer. Artikel
ini menyajikan reviewanatomi pleura dasar dan pencitraan radiologi dari neoplasma pleura
jinak dan ganas.
30
DAFTAR PUSTAKA
1. McCloud TC, Flower CD. Imaging the pleura: sonography, CT, and MR imaging.
AJR 1991; 156:1145-1153.
2. Williford ME, Hector H, Putman C, Korobkin M, Ram P. Computerized tomography
of pleural disease. AJR 1983; 140:909-9i4.
3. Leung AN, Mullen NL, Miller BR. CT in diffenential diagnosis of diffuse pleural
disease. AJR 1990; 154:487-492.
4. Henschke CI, Yankelevitz DF, Davis SD. Pleural diseases: multimodality imaging
and clinical management. Cunr Probl Diagn Radiol 1991; 20:159-179.
5. Roggli VL, KolbeckJ, Sanfilippo F, Shelbourne J. Pathology of human mesothelioma.
Pathol Ann 1987; 22:91-13 1.
6. Wilson AG. The pleura and pleural disordens. In: Armstrong P, Wilson AG, Dee P,
eds. Imaging of diseases of the chest. Chicago: Year Book, 1990; 627-637.
7. Abenle DR, BarnesJR. Computerized tomognaphy of asbestos-related pulmonary
parenchymal and pleural
8. Pisani RJ, Colby TV, Williams DE. Malignant mesothelioma of the pleura. Mayo Clin
Proc 1988; 63:i234-i244.
9. Kawashima A, Libshitz HI. Malignant pleural mesothelioma: CT manifestations in
50 cases. AJR 1990; 155:965-969.
10. Lonigan JG, Libshitz HI. MR imaging of malignant pleural mesothelioma. J Comput
Assist Tomogr 1989; 13:617-620.
11. Butchart EG, Ashcroft T, Barnsley WC, Hoden MP. The role ofsungery in diffuse
malignant mesothelioma of the pleura. Semin Oncol 1981; 8:32 1-328.
12. England DM, Hochholzer L, McCarthy M. Localized benign and malignant fibrous
tumors ofthe pleura. AmJ Sung Pathol 1989; 13:640-658.
13. Obers VJ, Leiman G, Girdwood RW, Spiro Fl. Primary malignant pleural tumors
(mesotheliomas) presenting as localized masses. Acta Cytol 1988; 32:567-575.
14. Bniselli M, Mark EJ, Dickersin GR. Solitary fibrous tumors of the pleura: eight new
cases and review of 360cases in the literature. Cancen 198i; 47:2678-2689.
31
15. Dednick CJ, McCloud TC, ShepardJO, Shipley RT. Computerized tomography of
localized pleural mesothelioma. AJR 1985; 144:275-280.
16. Spizarny DL, Gross BH, ShepardJO. CT findings in localized fibrous mesothelioma
of the pleural fissure. J Comput Assist Tomogr 1986; 10:942-944.
17. Zerhouni EA, Scott WW, Baker RR, Wharam MD, Siegelman 55. Invasive
thymomas: diagnosis and evaluation by computerized tomography. J Comput Assist
Tomogr 1982; 6:92-100.
18. Shuman LS, Libshitz HI. Solid pleural manifestations oflymphoma. AJR 1984;
142:269-273.
19. Malatskey AM, Fields 5, Libson E. CT appearance of primary pleural lymphoma.
Cornput Med Imaging Graph 1989; 13:165-167.
32