Anda di halaman 1dari 32

Penyakit yang ada di cavum pleura

Efusi pleura

A. Definisi
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dari dalam
kavum pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat berupa cairan transudat
atau cairan eksudat.Cairan pada efusi pleura dapat bebas yg generalized atau setempat
(circumscribed) dan encapsulated (terbungkus kapsul).
Pada keadaan normal rongga pleura hanya mengandung cairan sebanyak 10-20 ml,
cairan pleura komposisinya sama dengan cairan plasma, kecuali pada cairan pleura
mempunyai kadar protein lebih rendah yaitu < 1,5 gr/dl.

B. Fisiologi Cairan Pleura


Volume cairan pleura selalu konstan,akibat dari:

- P. hidrostatik : 9 mmHg, produksi oleh pleura parietalis


- P. koloid osmotik : 10 mmHg, absorbsi oleh pleura viseralis
C.Pemeriksaan radiologi

a. Rontgen thorak
Jumlah cairan minimal yang terdapat pada thoraks tegak adalah 250-300ml. bila
cairan kurang dari 250ml (100-200ml), dapat ditemukan pengisian cairan di sudut
costofrenikus posterior pada foto thorak lateral tegak. Cairan yang kurang dari 100ml
(50-100ml), dapat diperlihatkan dengan posisi lateral dekubitus dan arah sinar
horizontal dimana caran akan berkumpul disisi samping bawah.

- Posisi tegak posteroanterior (PA)


Pada pemeriksaan foto thorak rutin tegak, cairan pleura tampak berupa
perselubungan homogeny menutupi struktur paru bawah yang biasanya relative
radioopak dengan permukaan atas cekung berjalan dari lateral atas ke medial
bawah. Karena cairan mengisi ruang hemithorak sehingga jaringan paru akan
terdorong kea rah sentral / hilus, dan kadang-kadang mendorong mediastinum
kearah kontralateral.

1
Efusi pleura sinistra. Sudut Costophrenicus yang tumpul karena efusi pleura

Efusi pleura dextra

Efusi pleura sinistra massif. Tampak mediastinum terdorong kontralateral

2
Efusi pleura bilateral

3
. Loculated pleural effusion.Tampak berbatascukup tegas dan biconvex. Sering
disebabkan oleh empiema dengan perlekatan pleura

- Posisi lateral
Bila cairan kurang dari 250ml (100-200ml), dapat ditemukan pengisian cairan di
sudut costofrenikus posterior pada foto thorak lateral tegak. Pada penelitian
mengenai model roentgen patologi Collins menunjukkan bahwa sedikitnya 25ml
dari cairan pleura ( cairan saline yang disuntikkan ) pada radiogram dada lateral
tegak lurus dapat dideteksi sebagai akumulasicairan subpulmonic di posterior
sulcus costophrenic, tetapi hanya denganadanya pneumoperitoneum yang terjadi
sebelumnya.

Gambar 6. Gambaran efusi pleura pada foto posisi lateral

- Posisi Lateral Decubitus


Radiografi dada lateral decubitus digunakan selama bertahun-tahun untuk
mendiagnosis efusi pleura yang sedikit.Cairan yang kurang dari 100ml (50-

4
100ml), dapat diperlihatkan dengan posisi lateral dekubitus dan arah sinar
horizontal dimana caran akan berkumpul disisi samping bawah.

Efusi pleura pada posisi right lateral decubitus (penumpukan cairan yang
ditunjukkan dengan panah biru).

Efusi pleura pada posisi left lateral decubitus


b. Computed Tomography Scan
CT scan dada akan terlihat adanya perbedaan densitas cairan dengan jaringan
sekitarnya. Pada CT scan, efusi pleura bebas diperlihatkan sebagai daerah berbentuk
bulan sabit di bagian yang tergantung dari hemithorax yang terkena. Permukaan efusi
pleura memiliki gambaran cekung ke atas karena tendensi recoil dari paru-
paru.Karena kebanyakan CT pemeriksaan dilakukan dalam posisi terlentang, cairan
mulai menumpuk di posterior sulkus kostofrenikus.Pada efusi pleuran yang banyak,
cairan meluas ke aspek apikal dan anterior dada dan kadang-kadang ke fisura

5
tersebut.Dalam posisi tengkurap atau lateral, cairan bergeser ke aspek yang
tergantung dari rongga pleura.Pergeseran ini menegaskan sifat bebas dari efusi
tersebut.

CT Scan pada efusi pleura (kiri atas : foto rontgen thoraks PA)

CT Scan thorak pada seorang pria 50-tahun dengan limfoma non-Hodgkin dan
efusi pleura yang ditunjukan tanda panah

6
CT Scan thorax pada pria 50-tahun dengan limfoma non-Hodgkin menunjukkan
daerah tergantung dengan redaman yang sama dengan air dan margin atas lengkung
(E). Temuan khas dari efusi pleura.Perhatikan pergeseran lokasi cairan pada gambar
ini dibandingkan dengan radiografi dada posteroanterior dan lateral. Limfadenopati
mediastinum dapat dilihat di mediastinum tengah dan posterior (panah)

c. Ultrasonografi
Penampilan khas dari efusi pleura merupakan lapisan anechoic antara pleura visceral
dan pleura parietal.Bentuk efusi dapat bervariasi dengan respirasi dan posisi.

Para peneliti memperkenalkan metode pemeriksaan USG dengan apa yang


disebutsebagai elbow position. Pemeriksaan ini dimulai dengan pasien diletakkan
pada posisi lateral decubitus selama 5 menit ( serupa dengan radiografi dada
posisilateral decubitus) kemudian pemeriksaan USG dilakukan dengan pasien
bertumpu pada siku (gambar 12). Maneuver ini memungkinkan kita untuk
mendeteksi efusisubpulmonal yang sedikit, karena cairan cenderung akan
terakumulasi dalam pleura diaphragmatic pada posisi tegak lurus.

7
Menunjukkan posisi siku dengan meletakaan transduser selama pemeriksaan
untuk melihat keadaan rongga pleura kanan.

Ultrasonografi pada pleura dapat menentukan adanya cairan ronggapleura.Pada


dekade terakhir ultrasonografi (USG) dari rongga pleura menjadi metodeutama untuk
mendemonstrasikan adanya efusi pleura yang sedikit. Kriteria USG untuk
menentukan efusi pleura adalah : setidaknya zona anechogenic memilikiketebalan
3mm diantara pleura parietal dan visceral dan atau perubahan ketebalanlapisan cairan
antara ekspirasi dan inspirasi, dan juga perbedaan letak posisi pasien. Karena USG
adalah metode utama maka sangatlah penting untuk melakukan pengukuran
sonografi dengan pemeriksaan tegak lurus terhadap dinding dada.

Sonogram pada pasien dengan kanker paru lobus kanan atas. Gambar menunjukkan
adanya akumulasi cairan selama inspirasi (setebal 6 mm; berbentuk kurva,-gambar
kiri) dimana gambar tersebut lebih jelas dibanding selamaekspirasi ( setebal 11 mm ;
berbentuk kurva-gambar kanan).

Gambar 14.Ultrasonogram dari kiri dada bagian bawah pada pasien laki-laki
dengan penyebaran lymphangitic dari adenokarsinoma.Ini studi sagital dan
pemeriksaan dilakukan dengan pasien duduk.Cairan Echogenic (E) dapat
dilihat pada hemithorax kiri.Perhatikan diafragma lengkung Echogenic (panah).
The pleura cairan positif untuk sel-sel ganas (efusi pleura ganas)

8
Ultrasonogram dari kiri dada bagian bawah pada wanita 47 tahun dengan efusi
pleura metastasis. Ini studi sagital dan pemeriksaan dilakukan dengan pasien
duduk. Cairan anechoic (E) dapat dilihat pada hemithorax kiri. Perhatikan
diafragma lengkung Echogenic (panah)

Gambaran anechoic terutama diamati pada transudat. Dalam sebuah penelitian


terhadap 320 pasien dengan efusi, transudat memberikan gambaran anechoic,
sedangkan efusi anechoic dapat transudat atau eksudat. Adanya penebalan pleura dan
lesi parenkim di paru-paru menunjukkan adanya eksudat. Cairan pleura yang
memberikan gambaran echoic dapat dilihat pada efusi hemoragik atau empiema.

Doppler berwarna ultrasonografi dapat membantu dalam membedakan efusi kecil dari
penebalan pleura dengan menunjukkan tanda-warna cairan (yaitu, adanya sinyal
warna dalam pengumpulan cairan).

d. Magnetic Resonance Imaging (MRI)


MRI dapat membantu dalam mengevaluasi etiologi efusi pleura. Nodularity dan /
atau penyimpangan dari kontur pleura, penebalan pleura melingkar, keterlibatan
pleura mediastinal, dan infiltrasi dari dinding dada dan / atau diafragma sugestif
penyebab ganas kedua pada CT scan dan MRI.

9
Seorang neonatus 2-bulan-tua disajikan di gawat darurat dalam kesulitan
jantung dan respiratory distress. Resusitasi tidak berhasil. Coronal T2-W MRI
menunjukkan hematopericard (panah terbuka), hematothorax (panah) dan efusi
pleura (kepala panah) (ketebalan irisan: 1 mm, TR: 4000, TE: 80, FA: 90 ). Ada
vena paru abberant mengalir ke ventrikel kiri (buka panah). Perut
menunjukkan asites (tanda bintang)

10
Pneumothorak

Pneumotoraks adalah suatu keadaan terdapatnya udara atau gas di dalam pleura yang
menyebabkan kolapsnya paru yang terkena

Klasifikasi

Menurut penyebabnya, pneumotoraks dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu (2), (3) :
1. Pneumotoraks spontan
Yaitu setiap pneumotoraks yang terjadi secara tiba-tiba. Pneumotoraks tipe ini
dapat diklasifikasikan lagi ke dalam dua jenis, yaitu :

11
a. Pneumotoraks spontan primer, yaitu pneumotoraks yang terjadi secara tiba-tiba
tanpa diketahui sebabnya.
b. Pneumotoraks spontan sekunder, yaitu pneumotoraks yang terjadi dengan
didasari oleh riwayat penyakit paru yang telah dimiliki sebelumnya, misalnya
fibrosis kistik, penyakit paru obstruktik kronis (PPOK), kanker paru-paru, asma,
dan infeksi paru.
2. Pneumotoraks traumatik,
Yaitu pneumotoraks yang terjadi akibat adanya suatu trauma, baik trauma
penetrasi maupun bukan, yang menyebabkan robeknya pleura, dinding dada maupun
paru.
Pneumotoraks tipe ini juga dapat diklasifikasikan lagi ke dalam dua jenis, yaitu :
a. Pneumotoraks traumatik non-iatrogenik, yaitu pneumotoraks yang terjadi karena
jejas kecelakaan, misalnya jejas pada dinding dada, barotrauma.
b. Pneumotoraks traumatik iatrogenik, yaitu pneumotoraks yang terjadi akibat
komplikasi dari tindakan medis. Pneumotoraks jenis inipun masih dibedakan
menjadi dua, yaitu :
1) Pneumotoraks traumatik iatrogenik aksidental
Adalah suatu pneumotoraks yang terjadi akibat tindakan medis
karena kesalahan atau komplikasi dari tindakan tersebut, misalnya pada
parasentesis dada, biopsi pleura.
2) Pneumotoraks traumatik iatrogenik artifisial (deliberate)
Adalah suatu pneumotoraks yang sengaja dilakukan dengan cara
mengisikan udara ke dalam rongga pleura. Biasanya tindakan ini
dilakukan untuk tujuan pengobatan, misalnya pada pengobatan
tuberkulosis sebelum era antibiotik, maupun untuk menilai permukaan
paru.
Dan berdasarkan jenis fistulanya, maka pneumotoraks dapat diklasifikasikan ke
dalam tiga jenis, yaitu (4) :
1. Pneumotoraks Tertutup (Simple Pneumothorax)
Pada tipe ini, pleura dalam keadaan tertutup (tidak ada jejas terbuka pada
dinding dada), sehingga tidak ada hubungan dengan dunia luar.Tekanan di dalam
rongga pleura awalnya mungkin positif, namun lambat laun berubah menjadi negatif
karena diserap oleh jaringan paru disekitarnya.Pada kondisi tersebut paru belum

12
mengalami re-ekspansi, sehingga masih ada rongga pleura, meskipun tekanan di
dalamnya sudah kembali negatif.Pada waktu terjadi gerakan pernapasan, tekanan
udara di rongga pleura tetap negatif.
2. Pneumotoraks Terbuka (Open Pneumothorax),
Yaitu pneumotoraks dimana terdapat hubungan antara rongga pleura dengan
bronkus yang merupakan bagian dari dunia luar (terdapat luka terbuka pada dada).
Dalam keadaan ini tekanan intrapleura sama dengan tekanan udara luar. Pada
pneumotoraks terbuka tekanan intrapleura sekitar nol. Perubahan tekanan ini sesuai
dengan perubahan tekanan yang disebabkan oleh gerakan pernapasan (4).
Pada saat inspirasi tekanan menjadi negatif dan pada waktu ekspirasi tekanan
menjadi positif (4).Selain itu, pada saat inspirasi mediastinum dalam keadaan normal,
tetapi pada saat ekspirasi mediastinum bergeser ke arah sisi dinding dada yang
terluka (sucking wound) (2).
3. Pneumotoraks Ventil (Tension Pneumothorax)
Adalah pneumotoraks dengan tekanan intrapleura yang positif dan makin lama
makin bertambah besar karena ada fistel di pleura viseralis yang bersifat ventil.Pada
waktu inspirasi udara masuk melalui trakea, bronkus serta percabangannya dan
selanjutnya terus menuju pleura melalui fistel yang terbuka.Waktu ekspirasi udara di
dalam rongga pleura tidak dapat keluar (4).Akibatnya tekanan di dalam rongga pleura
makin lama makin tinggi dan melebihi tekanan atmosfer.Udara yang terkumpul
dalam rongga pleura ini dapat menekan paru sehingga sering menimbulkan gagal
napas (2).

Sedangkan menurut luasnya paru yang mengalami kolaps, maka pneumotoraks dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu (4) :
1. Pneumotoraks parsialis, yaitu pneumotoraks yang menekan pada sebagian kecil paru
(< 50% volume paru).

13
2. Pneumotoraks totalis, yaitu pneumotoraks yang mengenai sebagian besar paru (>
50% volume paru).

14
FLUIDO- PNEUMOTHORAX

MANIFESTASI KLINIS

- Biasanya akan ditemukan adanya nyeri dada yang terjadi secara tiba-tiba, nyerinya
tajam dan dapat menimbulkan rasa kencang di dada.
- Nafas yang pendek
- Nafas yang cepat
- Batuk
- Lemas
- Pada kulit bisa ada keluhan sianosis
DIAGNOSIS

Biasanya ditemukan anamnesis yang khas, yaitu rasa nyeri pada dada seperti ditusuk,
disertai sesak nafas dan kadang-kadang disertai dengan batuk batuk. Rasa nyeri dan sesak
nafas ini makin lama dapat berkurang atau bertambah hebat. Berat ringannya perasaan sesak
nafas ini tergantung dari derajat penguncupan paru, dan apakah paru dalam keadaan sakit
atau tidak. Pada penderita dengan COPD, pneumotoraks yang minimal sekali pun akan
menimbulkan sesak nafas yang hebat. Sakit dada biasanya datang tiba-tiba seperti ditusuk-
tusuk se tempat pada sisi paru yang terkena, kadang-kadang menyebar ke arah bahu,
hipokondrium dan skapula. Rasa sakit bertambah waktu bernafas dan batuk. Sakit dada
biasanya akan berangsur-angsur hilang dalam waktu satu sampai empat hari.

Batuk-batuk biasanya merupakan keluhan yang jarang bila tidak disertai penyakit
paru lain; biasanya tidak berlangsung lama dan tidak produktif. Keluhan.keluhan tersebut di
atas dapat terjadi bersama-sama atau sendirisendiri, bahkan ada penderita pneumotoraks yang

15
tidak mempunyai keluhan sama sekali. Pada penderita pneumotoraks ventil, rasa nyeri dan
sesak nafas ini makin lama makin hebat, penderita gelisah, sianosis, akhirnya dapat
mengalami syok karena gangguan aliran darah akibat penekanan udara pada pembuluh darah
dimediastinum.

Pemeriksaan Fisik

a) Inspeksi, mungkin terlihat sesak nafas, pergerakan dada berkurang, batukbatuk, sianosis
serta iktus kordis tergeser kearah yang sehat.

b) Palpasi, mungkin dijumpai spatium interkostalis yang melebar Stemfremitus melemah,


trakea tergeser ke arah yang sehat dan iktus kordis tidak teraba atau ergeser ke arah yang
sehat. Fremitus melemah sampai menghilang.

c) Perkusi, Mungkin dijumpai sonor, hipersonor sampai timpani.

d) Auskultasi, mungkin dijumpai suara nafas yang melemah, sampai menghilang. Diagnosis
pasti ditegakkan dengan pemeriksaan Rontgen foto toraks. Pada rontgen foto toraks P.A akan
terlihat garis penguncupan paru yang halus seperti rambut. Apabila pneumotoraks disertai
dengan adanya cairan di dalam rongga pleura, akan tampak gambaran garis datar yang
merupakan batas udara dan caftan. Sebaiknya rontgen foto toraks dibuat dalam keadaan
ekspirasi maksimal.

Gambaran Radiologi

Pada gambaran radiologi fluido-pneumothorax merupakan perpaduan antara


gambaran radiologi dari efusi pleura dan pneumothorax. Pada h fluido-pneumothorax cairan
pleura selalu bersama-sama udara, maka meniscus sign tidak tampak. Pada foto lurus maka
akan dijumpai air fluid level meskipun cairan sedikit. Pada foto tegak terlihat garis mendatar
karena adanya udara di atas cairan. Gambaran radiologi pada fluido-pneumothorax ini ruang
pleura sangat translusen dengan tak tampaknya gambaran pembuluh darah paru, biasanya
tampak garis putih tegas membatasi pleura visceralis yang membatasi paru yang kolaps,
tampak gambaran semiopak homogen menutupi paru bawah, dan penumpukan cairan di
dalam cavum pleura yang menyebabkan sinus costofrenikus menumpul.

16
DIAGNOSIS BANDING

- Infark Miokard

- Emboli Paru

- Pneumonia

- Efusi Pleura

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan mengikuti prinsip penatalaksanaan pasien trauma secara umum


(primary survey - secondary survey)

Standar pemeriksaan diagnostik (yang hanya bisa dilakukan bila pasien stabil), adalah
: portable x-ray, portable blood examination, portable bronchoscope. Tidak dibenarkan
melakukan pemeriksaan dengan memindahkan pasien dari ruang emergensi.

Penanganan pasien tidak untuk menegakkan diagnosis akan tetapi terutama untuk
menemukan masalah yang mengancam nyawa dan melakukan tindakan penyelamatan nyawa.

17
Pengambilan anamnesis (riwayat) dan pemeriksaan fisik dilakukan bersamaan atau setelah
melakukan prosedur penanganan trauma.

Water Sealed Drainage ( WSD )

Merupakan tindakan invasif yang dialakukan untuk mengeluarkan udara, cairan (darah, pus)
dari rongga pleura, rongga thoraks, dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung.

Indikasi dan tujuan pemasangan WSD

1. Indikasi :

Pneumotoraks, hemotoraks, empyema

Bedah paru :

- karena ruptur pleura udara dapat masuk ke dalam rongga pleura

- reseksi segmental msalnya pada tumor, TBC

- lobectomy, misal pada tumor, abses, TBC

2. Tujuan pemasangan WSD

Memungkinkan cairan ( darah, pus, efusi pleura ) keluar dari rongga pleura

Memungkinkan udara keluar dari rongga pleura

Mencegah udara masuk kembali ke rongga pleura yang dapat menyebabkan


pneumotoraks

Mempertahankan agar paru tetap mengembang dengan jalan mempertahankan tekanan


negatif pada intra pleura.

Prinsip kerja WSD

1. Gravitasi: Udara dan cairan mengalir dari tekanan yang tinggi ke tekanan yang
rendah.

18
2. Tekanan positif : Udara dan cairan dalam kavum pleura ( + 763 mmHg atau lebih ).
Akhir pipa WSD menghasilkan tekanan WSD sedikit ( + 761 mmHg )

3. Suction

Jenis WSD

1. Satu botol

Sistem ini terdiri dari satu botol dengan penutup segel. Penutup mempunyai dua lobang, satu
untuk ventilasi udara dan lainnya memungkinkan selang masuk hampir ke dasar botol.
Keuntungannya adalah :

- Penyusunannya sederhana

- Mudah untuk pasien yang berjalan

Kerugiannya adalah :

- Saat drainase dada mengisi botol lebih banyak kekuatan yang diperlukan

- Untuk terjadinya aliran tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan botol

- Campuran darah dan drainase menimbulkan busa dalam botol yang membatasi garis
pengukuran drainase

2. Dua botol

Pada sistem dua botol, botol pertama adalah sebagai botol penampung dan yang kedua
bekerja sebagai water seal. Pada sistem dua botol, penghisapan dapat dilakukan pada segel
botol dalam air dengan menghubungkannya ke ventilasi udara.

Keuntungan :

- Mempertahankan water seal pada tingkat konstan

- Memungkinkan observasi dan pengukuran drainage yang lebih baik

19
Kerugian :

- Menambah areal mati pada sistem drainage yang potensial untuk masuk ke dalam area
pleura.

- Untuk terjadinya aliran, tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan botol.

- Mempunyai batas kelebihan kapasitas aliran udara pada kebocoran udara.

3. Tiga botol

Pada sistem tiga botol, botol kontrol penghisap ditambahkan ke sistem dua botol. Botol
ketiga disusun mirip dengan botol segel dalam air. Pada sistem ini yang terpenting adalah
kedalaman selang di bawah air pada botol ketiga dan bukan jumlah penghisap di dinding
yang menentukan jumlah penghisapan yang diberikan pada selang dada. Jumlah penghisap di
dinding yang diberikan pada botol ketiga harus cukup unutk menciptakan putaran-putaran
lembut gelembung dalam botol. Gelembung kasar menyebabkan kehilangan air, mengubah
tekanan penghisap dan meningkatkan tingkat kebisingan dalam unit pasien. Untuk memeriksa
patensi selang dada dan fluktuasi siklus pernafasan, penghisap harus dilepaskan saat itu juga.

Keuntungan :

- sistem paling aman untuk mengatur pengisapan.

Kerugian :

- Lebih kompleks, lebih banyak kesempatan untuk terjadinya kesalahan dalam perakitan
dan pemeliharaan.

- Sulit dan kaku untuk bergerak / ambulansi

4. Unit drainage sekali pakai

3) Pompa penghisap Pleural Emerson

Merupakan pompa penghisap yang umum digunakan sebagai pengganti penghisap di


dinding. Pompa Penghisap Emerson ini dapat dirangkai menggunakan sistem dua atau tiga
botol.

20
Keuntungan :

- Plastik dan tidak mudah pecah

Kerugian :

- Mahal

- Kehilangan water seal dan keakuratan pengukuran drainage bila unit terbalik.

Fluther valve

Keuntungan :

- Ideal untuk transport karena segel air dipertahankan bila unit terbalik

- Kurang satu ruang untuk mengisi

- Tidak ada masalah dengan penguapan air

- Penurunan kadar kebisingan

Kerugian :

- Mahal

21
- Katup berkipas tidak memberikan informasi visual pada tekanan intra pleural karena
tidak adanya fluktuasi air pada ruang water seal.

Calibrated spring mechanism

Keuntungan :

- Mampu mengatasi volume yang besar

Kerugian

- Mahal

Tempat pemasangan WSD

1. Bagian apeks paru ( apikal )

2. Anterolateral interkosta ke 1- 2 untuk mengeluarkan udara bagian basal

3. Posterolateral interkosta ke 8 9 untuk mengeluarkan cairan ( darah, pus ).

Persiapan pemasangan WSD

Perawatan pra bedah

A. Menentukan pengetahuan pasien mengenai prosedur.

B. Menerangkan tindakan-tindakan pasca bedah termasuk letak incisi, oksigen dan pipa
dada, posisi tubuh pada saat tindakan dan selama terpasangnya WSD, posisi jangan
sampai selang tertarik oleh pasien dengan catatan jangan sampai rata/ miring yang
akan mempengaruhi tekanan.

C. Memberikan kesempatan bagi pasien untuk bertanya atau mengemukakan


keprihatinannya mengenai diagnosa dan hasil pembedahan.

22
D. Mengajari pasien bagaimana cara batuk dan menerangkan batuk serta pernafasan
dalam yang rutin pasca bedah.

c. Persiapan alat

c. Sistem drainase tertutup

d. Motor suction

e. Selang penghubung steril

f. Cairan steril : NaCl, Aquades

g. Botol berwarna bening dengan kapasitas 2 liter

h. Kassa steril

i. Pisau jaringan

j. Trocart

k. Benang catgut dan jarumnya

10. Sarung tangan

11. Duk bolong

12. Spuit 10 cc dan 50 cc

13. Obat anestesi : lidocain, xylocain

14. Masker

Perawatan pasca bedah

Perawatan setelah prosedur pemasangan WSD antara lain :

23
1. Perhatikan undulasi pada selang WSD

2. Observasi tanda-tanda vital : pernafasan, nadi, setiap 15 menit pada 1 jam pertama

3. Monitor pendarahan atau empisema subkutan pada luka operasi

4. Anjurkan pasien untuk memilih posisi yang nyaman dengan memperhatikan jangan
sampai selang terlipat

5. Anjurkan pasien untuk memegang selang apabila akan mengubah posisi

6. Beri tanda pada batas cairan setiap hari, catat tanggal dan waktu

7. Ganti botol WSD setiap tiga hari dan bila sudah penuh, catat jumlah cairan yang
dibuang

8. Lakukan pemijatan pada selang untuk melancarkan aliran

9. Observasi dengan ketat tanda-tanda kesulitan bernafas, cynosis, empisema.

10. Anjurkan pasien menarik nafas dalam dan bimbing cara batuk yang efektif

11. Botol WSD harus selalu lebih rendah dari tubuh

Bila undulasi tidak ada, ini mempunyai makna yang sangat penting karena beberapa kondisi
dapat terjadi antara lain :

1. Motor suction tidak jalan

2. Selang tersumbat atau terlipat

3. Paru-paru telah mengembang

Oleh karena itu harus yakin apa yang menjadi penyebab, segera periksa kondisi sistem
drainase, amati tanda-tanda kesulitan bernafas.

Cara mengganti botol WSD

1. Siapkan set yang baru. Botol yang berisi aguades ditambah desinfektan.

24
2. Selang WSD diklem dulu

3. Ganti botol WSD dan lepas kembali klem

4. Amati undulasi dalam selang WSD.

Indikasi pengangkatan WSD

Paru-paru sudah reekspansi (mengembang sempurna) yang ditandai dengan :

- Tidak ada undulasi

- Tidak ada cairan yang keluar

- Tidak ada gelembung udara yang keluar

- Tidak ada kesulitan bernafas

- Dari rontgen foto tidak ada cairan atau udara

Jika dengan tindakan WSD gagal, tindakan operatif dapat dilakukan. Seperti
torakoskopi dan torakotomi. Torakoskopi adalah suatu tindakan untuk melihat langsung ke
dalam rongga toraks dengan alat bantu torakoskop.

25
26
KOMPLIKASI

1. Infeksi sekunder sehingga dapat menimbulkan pleuritis, empiema.


2. Gangguan hemodinamika.
Pada pneumotoraks yang hebat, seluruh mediastinum dan jantung dapat tergeser ke arah yang
sehat dan mengakibatkan penurunan kardiak output, sehingga dengan demikian dapat
menimbulkan syok kardiogenik.

27
3. Emfisema; dapat berupa emfisema kutis atau emfisema mediastinalis.

PROGNOSIS

Hasil akhir dari hydropneumothorax tergantung dari penanganan dan tipe


hydropneumothoraxnya. Jika kecil dan spontan biasanya akan sembuh dengan sendirinya.
Jika sebelumnya ada penyakit terlebih dahulu, resiko mortalitas lebih besar, maka
membutuhkan penanganan yang segera. Angka kejadian berulang dapat terjadi hingga 40%,
biasanya berulang pada 1.5 sampai 2 tahun mendatang. Kekambuhan jarang terjadi pada
pasien-pasien yang dilakukan torakotomi terbuka, pada pasien yang penatalaksanaannya
cukup baik tidak ditemukan komplikasi.

28
Tumor pleura

Gambaran radiologis tumor pleura dapat dilihat dengan beberapa teknik pencitraan.
Evaluasi noninvasif standar termasuk radiografi dada dan computed tomography (CT),serta
dapat dilengkapi dengan MRI dan kadang-kadang dengan USG (Amerika Serikat) (1).
Gambaran kelainan pleura, termasuk kalsifikasi, biasanya ditunjukkan dengan baik pada CT
scan. CT scan sangat berguna dalam membedakannya dari lesi paru perifer dan dalam
mendefinisikan lokasi dan luasnya massa pleura

Gambar 1. Tumor pleura difus dan soliter. (a) diagram Coronal menunjukkan penyakit
pleura difus di sisi kiri dada dan massa pleura soliter di hemithoraks kanan (b) diagram
Transverse Menunjukkan tumor pleura nodular yang meluas dengan efusi di hemitoraks kiri
dan massa fokal pleura kanan.

Tumor pleura biasanya muncul sebagai massa jaringan lunak, dengan sudut tumpul
pada dinding dada (2). Neoplasma tersebut bisa berupa fokal atau difus dan mungkin
berhubungan dengan efusi pleura. Meskipun terdapat tumpang tindih dalam gambaran

29
radiologis tumor jinak dan ganas, beberapa ciri tertentu membantu dalam perbedaan ini.
Sebagai contoh, pada penyakit pleura ganas difus, temuan dari proses neoplastik adalah
penebalan pleura yang melingkar, nodul pleura yang meluas, ketebalan pleura parietal yang
melebihi 1 cm, dan keterlibatan mediastinum pleura (3). Berbeda dengan lesi rongga dada
ganas, tumor fibrous lokal biasanya muncul sebagai tumor soliter, berbatas tegas, berupa
massa jaringan lunak berlobus yang timbul di permukaan pleura (Gambar 1). Meskipun ciri-
ciri ini menggambarkan neoplasma pleura jinak dan ganas, diagnosis pasti hampir selalu
memerlukan biopsi. Di antara berbagai tumor pleura, penyakit metastasis merupakan
neoplasma yang paling umum. Tumor primer mencapai kurang dari 5 % dari neoplasma
pleura. Jenis histopatologi spesifik tumor yang berasal dari pleura adalah mesothelioma ganas
difus, tumor fibrous lokal, dan neoplasma yang jarang seperti limfoma pleura primer. Artikel
ini menyajikan reviewanatomi pleura dasar dan pencitraan radiologi dari neoplasma pleura
jinak dan ganas.

Anatomi Normal Pleura


Pleura viseral dan parietal adalah membran serosa dari mesoderm asal yang melapisi
ruang pleura. Pleura viseral melapisi paru-paru dan celah intenlobaris, sedangkan pleura
parietal melapisi rusuk, diafragma, dan mediastinum. Kedua lapisan pleura bergabung pada
hilus paru dan berrefleksi terhadap diafragma sebagai lipatan ganda untuk membentuk
ligamentum paru inferior. Garis persimpangan anterior dan posterior mewakili aposisi dari
permukaan pleura dari hemitoraks kanan dan kiri (4). Membran pleura melapisi baik
mesothelium dan lapisan tipis jaringan ikat mesenkim. Sel mesothelial umumnya datar atau
berbentuk kuboid. Di bawah lapisan seluler tipis, terdapat zona tebal dari jaringan ikat yang
mengandung saluran limfatik dan pembuluh darah (5). Pasokan darah ke pleura parietal
disediakan oleh pembuluh darah sistemik, sedangkan pleura visceral didominasi oleh
sirkulasi paru-paru,dengan beberapa kontribusi bronkus (6). Drainase limfatik pleura parietal
mengalir secara perifer ke bagian dalam mammae dan kelenjar getah bening interkostalis,
serta ke mediastinum kelenjar getah bening. Saluran getah bening pleura viseral mengalir
secara sentripetal ke arah hilus (4).

30
DAFTAR PUSTAKA

1. McCloud TC, Flower CD. Imaging the pleura: sonography, CT, and MR imaging.
AJR 1991; 156:1145-1153.
2. Williford ME, Hector H, Putman C, Korobkin M, Ram P. Computerized tomography
of pleural disease. AJR 1983; 140:909-9i4.
3. Leung AN, Mullen NL, Miller BR. CT in diffenential diagnosis of diffuse pleural
disease. AJR 1990; 154:487-492.
4. Henschke CI, Yankelevitz DF, Davis SD. Pleural diseases: multimodality imaging
and clinical management. Cunr Probl Diagn Radiol 1991; 20:159-179.
5. Roggli VL, KolbeckJ, Sanfilippo F, Shelbourne J. Pathology of human mesothelioma.
Pathol Ann 1987; 22:91-13 1.
6. Wilson AG. The pleura and pleural disordens. In: Armstrong P, Wilson AG, Dee P,
eds. Imaging of diseases of the chest. Chicago: Year Book, 1990; 627-637.
7. Abenle DR, BarnesJR. Computerized tomognaphy of asbestos-related pulmonary
parenchymal and pleural
8. Pisani RJ, Colby TV, Williams DE. Malignant mesothelioma of the pleura. Mayo Clin
Proc 1988; 63:i234-i244.
9. Kawashima A, Libshitz HI. Malignant pleural mesothelioma: CT manifestations in
50 cases. AJR 1990; 155:965-969.
10. Lonigan JG, Libshitz HI. MR imaging of malignant pleural mesothelioma. J Comput
Assist Tomogr 1989; 13:617-620.
11. Butchart EG, Ashcroft T, Barnsley WC, Hoden MP. The role ofsungery in diffuse
malignant mesothelioma of the pleura. Semin Oncol 1981; 8:32 1-328.
12. England DM, Hochholzer L, McCarthy M. Localized benign and malignant fibrous
tumors ofthe pleura. AmJ Sung Pathol 1989; 13:640-658.
13. Obers VJ, Leiman G, Girdwood RW, Spiro Fl. Primary malignant pleural tumors
(mesotheliomas) presenting as localized masses. Acta Cytol 1988; 32:567-575.
14. Bniselli M, Mark EJ, Dickersin GR. Solitary fibrous tumors of the pleura: eight new
cases and review of 360cases in the literature. Cancen 198i; 47:2678-2689.

31
15. Dednick CJ, McCloud TC, ShepardJO, Shipley RT. Computerized tomography of
localized pleural mesothelioma. AJR 1985; 144:275-280.
16. Spizarny DL, Gross BH, ShepardJO. CT findings in localized fibrous mesothelioma
of the pleural fissure. J Comput Assist Tomogr 1986; 10:942-944.
17. Zerhouni EA, Scott WW, Baker RR, Wharam MD, Siegelman 55. Invasive
thymomas: diagnosis and evaluation by computerized tomography. J Comput Assist
Tomogr 1982; 6:92-100.
18. Shuman LS, Libshitz HI. Solid pleural manifestations oflymphoma. AJR 1984;
142:269-273.
19. Malatskey AM, Fields 5, Libson E. CT appearance of primary pleural lymphoma.
Cornput Med Imaging Graph 1989; 13:165-167.

32

Anda mungkin juga menyukai