Anda di halaman 1dari 31

Prevalensi Anemia Pada Ibu Hamil di Rumah Sakit

Umum Siloam Karawaci Serta Faktor-Faktor yang


Mempengaruhinya Tahun 2013-2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Anemia adalah salah satu kondisi medis tersering yang berkaitan dengan
kelainan darah yang terdapat pada kehamilan. Anemia dalam kehamilan menjadi
salah satu penyakit yang menjadi penyebab utama dari meningkatnya morbiditas
dan mortalitas pada wanita hamil di setiap negara dan memiliki dampak buruk
untuk kondisi ibu dan bayi. Menurut data dari badan kesehatan dunia atau World
Health Organization (WHO) jumlah total ibu hamil di dunia yang mengalami
anemia pada tahun 2011 sekitar 38,2% atau 32,4 juta ibu hamil. Berdasarkan
kategori Ilmu Kesehatan Masyarakat atau public health, 146 negara dari seluruh
dunia memiliki ibu hamil yang mengalami anemia derajat sedang. Asia Tenggara
memiliki prevalensi ibu hamil yang mengalami anemia terbanyak sekitar 48,7%
atau 11,5 juta ibu hamil, diikuti oleh Afrika dengan total 9,2 juta ibu hamil yang
mengalami anemia.1
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) pada tahun 2013
prevalensi ibu hamil yang mengalami anemia di Indonesia sebesar 37,1%.2 Jumlah
Kematian Ibu di Provinsi Banten pada tahun 2011 adalah 168,8 / 100.000
kelahiran hidup. Di Provinsi Banten jumlah ibu hamil yang mendapat tablet besi
(Fe) menurun dari tahun 2010 ke 2011. Hal ini akan berdampak pada kondisi
anemia pada ibu hamil. Pada tahun 2011 jumlah Bumil yang mendapat tablet Fe1
sebanyak 191.384 (79,2%) dan tablet Fe3 sebanyak 180.097 (74,5%) sedangkan
tahun 2010 jumlah Bumil yang mendapat tablet Fe1 sebanyak 206.976 (89,10%)
dan tablet Fe3 sebanyak 185.959 (80,1%).3
Beberapa penelitian sudah dilaksanakan mengenai dampak anemia pada
ibu hamil. Anemia di trimester pertama kehamilan berhubungan dengan berat
badan lahir rendah dan bayi lahir prematur serta mengakibatkan cadangan besi
pada neonatus rendah.4-5 Penelitian di Amerika oleh badan organisasi ACOG
(American College of Obstetricians and Gynecologists) melaporkan bayi yang
lahir dari ibu hamil yang mengalami anemia derajat berat tidak akan mengalami
anemis pada saat lahir, namun bayi tersebut hampir tidak mempunyai cadangan
besi di dalam tubuhnya. Akibatnya bayi tersebut akan mengalami anemia pada
periode neonatal. Selain itu ibu hamil yang mengalami anemia dapat melahirkan
bayi prematur dan IUFD (Intra-Uterine Fetal Death).6 Penelitian di Australia
melaporkan komplikasi yang akan terjadi saat hamil adalah pre-eklamsia, infeksi
berulang, bayi lahir prematur. Komplikasi yang akan terjadi saat persalinan adalah
inersia uterina, perdarahan post partum, dan syok.7
Beberapa penelitian di negara-negara seperti Amerika, India, Turki dan
beberapa negara di Afrika, telah meneliti dan melihat prevalensi anemia dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya. 12,13,14,15,17
Meskipun demikian, penelitian-
penelitian ini, faktor yang menyebabkan anemia pada ibu hamil masih terdapat
perbedaan dan hasil yang dikatakan kurang signifikan. Maka dari itu, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai prevalensi ibu hamil yang
mengalami anemia beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya di Rumah Sakit
Umum Siloam (RSUS) Karawaci, Tangerang, Banten. RSUS Karawaci
merupakan rumah sakit pendidikan dan merupakan salah satu pusat rujukan
terbesar untuk wilayah Tangerang, Banten. Gambaran keadaan pasien di RSUS
Karawaci adalah merupakan gambaran keadaan kesehatan masyarakan Tangerang
pada umumnya.

1.2 Perumusan Masalah

Walaupun sudah dilakukkan beberapa penelitian tentang prevalensi ibu


hamil yang mengalami anemia, namun belum pernah dilakukan penelitian
prevalensi anemia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada ibu hamil di
RSUS Karawaci, Tangerang, Banten.

1.3 Pertanyaan Penelitian


1. Berapakah angka kejadian ibu hamil yang mengalami anemia di RSUS
Karawaci, Tangerang, Banten pada tahun 2013 2016?

2. Faktor apa saja (usia, pendidikan dan paritas) yang mempengaruhi kondisi
anemia pada ibu hamil?

3. Dimana asal lokasi rujukan terbanyak ibu hamil yang mengalami anemia
ke RSUS Karawaci, Tangerang, Banten?

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum

1. Mendapatkan angka kejadian (prevalensi) ibu hamil yang mengalami


anemia di RSUS Karawaci, Tangerang, Banten 2013 2016.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui faktor (usia, pendidikan dan paritas) yang mempengaruhi


kondisi anemia pada ibu hamil.

2. Mengetahui lokasi asal rujukan terbanyak ibu hamil yang mengalami


anemia di RSUS Karawaci, Tangerang, Banten.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemauan dan kemampuan


akademik, baik peserta didik maupun staf pengajar dalam mengembangkan ilmu
dan penelitian di bidang kandungan dan kebidanan. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi sumber data mengenai prevalensi ibu hamil yang
mengalami anemia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya sebagai bahan
evaluasi dan investigasi lebih lanjut.

1.5.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi para praktisi kesehatan di daerah
Tangerang, Banten pada umumnya dan khususnya bagi para pelayan kesehatan di
RSUS Karawaci, Tangerang, Banten. Referensi tersebut diharapkan bermanfaat
sebagai bahan dalam melakukan evaluasi dan investigasi lebih lanjut tentang
bagaimana melakukan pencegahan anemia pada ibu hamil beserta tatalaksana
yang tepat, sehingga mampu menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta
Angka Kematian Ibu (AKI) di Tangerang, Banten khususnya dan di Indonesia
pada umumnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Anemia

Anemia merupakan sebuah kondisi dimana jumlah sel darah


merah atau kapasitas transportasi oksigennya tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan fisiologi seseorang. Batas jumlah sel darah
merah bervariasi tergantung pada usia, jenis kelamin, ketinggian,
kebiasaan merokok, dan status kehamilan.

Defisiensi zat besi merupakan penyebab anemia paling umum


secara global, walaupun kondisi lain, seperti defisiensi asam folat,
vitamin B12, dan vitamin A, inflamasi kronik, infeksi parasit, dan
kelainan degeneratif juga dapat menyebabkan anemia.

Dalam kondisi yang lebih parah, anemia diasosiasikan dengan


keletihan, kelemahan, pusing, dan rasa mengantuk. Wanita hamil dan
anak merupakan kelompok yang paling rentan terkena anemia.8

2. Anemia pada Ibu Hamil

Ibu hamil memiliki risiko lebih tinggi terkena anemia defisiensi


besi karena peningkatan kebutuhan zat besi selama kehamilan. Pada
wanita hamil, tingkat hemoglobin (Hb) atau hematokrit (Ht) akan
menurun selama trimester pertama dan kedua karena ekspansi jumlah
volume darah. 9 Ekspansi volume darah sekitar 35% yang disertai
pertumbuhan fetus, plasenta, dan jaringan maternal lainnya
meningkatkan kebutuhan zat besi tiga kali pada trimester 2 dan 3
(sekitar 5,0 mg besi/ hari).10
Mayoritas ibu hamil yang tidak mengonsumsi suplemen nutrisi
seperti zat besi, folat, dan B12 akan memiliki tingkat Hb dan Ht yang
rendah dalam darah pada trimester ketiga. Penelitian menunjukkan bahwa
prevalensi anemia tertinggi pada trimester ketiga kehamilan. Absorpsi zat
besi akan mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kebutuhan zat
besi yang lebih tinggi untuk mengompensasi perbaikan jaringan selama
kehamilan dan hilangnya darah saat melahirkan dan postpartum (rata-rata
3 mg/ hari selama 280 hari gestasi).10

Setelah melahirkan, Hb ibu diperkirakan akan naik akibat


peningkatan produksi sel darah merah dan zat besi selama kehamilan
dan kebutuhannya kini menurun. Oleh karena itu, sel darah merah dan
zat besi dalam tubuh akan bertambah banyak.9

Tabel 1. Batas kadar Hb dan Ht pada ibu hamil dengan anemia sesuai
usia kehamilan

Usia kehamilan Konsentrasi


hemoglobin (<g/ dl)
Hematokrit (%)
12 11,0 33
16 10,6 32
20 10,5 32
24 10,5 32
28 10,7 32
32 11,0 33
36 11,4 34
40 11,9 36
Tabel 2. Batas kadar Hb dan Ht pada ibu hamil dengan anemia sesuai
trimester kehamilan

Usia kehamilan Konsentrasi


(trimester) Hematokrit (%)
1 11,0 33
2 10,5 32
3 11,0 33

3. Kejadian Anemia di Indonesia


Di antara beberapa negara berkembang di kawasan Asia Tenggara,
yaitu Burma, Kamboja, Indonesia, Filipina, Timor Leste, dan Vietnam,
prevalensi rata-rata anemia pada ibu hamil adalah 45% pada tahun 2013.
Prevalensi anemia di antara ibu hamil umumnya jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan perempuan pada umumnya. Di Indonesia sendiri,
37% ibu hamil mengalami anemia.11 Anemia pada ibu hamil diasosiasikan
dengan angka morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi. Selain itu,
anemia juga dikaitkan dengan buruknya kondisi kesehatan bayi, termasuk
kelahiran prematur, berat badan rendah, dan status zat besi buruk.10

4. Faktor Resiko
Beberapa penelitian melihat beberapa faktor resiko yang
mempengaruhi terjadinya anemia pada kehamilan seperti usia ibu, tingkat
sosio-ekonomi, agama, jumlah kontrol kehamilan, paritas, indeks massa
tubuh dan pola hidup pasien.12,13,14,15,17
4.1. Usia Ibu
Angka kejadian anemia pada kehamilan lebih tinggi 2,72 kali pada
ibu hamil dengan umur ibu diatas 34 tahun dibandingkan dengan umur 18-
25 tahun.12

4.2. Tingkat Sosio-Ekonomi


Tingkat sosio-ekonomi pada ibu hamil diteliti melalui tingkat
pendidikan, ada atau tidaknya pekerjaan dan pendapatan per bulan. Taner
et.al., menemukan bahwa tingkat sosio-ekonomi yang lebih buruk (tingkat
edukasi yang lebih rendah, tidak memiliki pekerjaan dan pendapatan
kurang dari 150 USD) memiliki angka kejadian anemia yang lebih besar.12

4.3. Agama
Peranan agama berpengaruh terhadap pola hidup ibu hamil seperti
jenis makanan yang di konsumsi. Presentasi anemia menunjukkan angka
yang lebih tinggi pada ibu hamil dengan agama Hindu karena sebagian
besar dari mereka adalah vegetarian.12 Meskipun demikian, masih tidak
bisa dijelaskan hubungan jelas antara agama dengan anemia pada
kehamilan.

4.4. Riwayat Kontrol Kehamilan


Ibu hamil dengan riwayat kontrol kehamilan (Antenatal
Care/ANC) yang lebih sedikit (<3) memiliki angka kejadian anemia yang
jauh lebih besar. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya edukasi dan
suplemen yang didapatkan oleh ibu hamil.14

4.5. Paritas
Ibu hamil dengan jumlah paritas 3 memiliki insidensi 1,8 kali
lebih besar terjadinya anemia daripada ibu hamil dengan paritas 3. 12 Bedi
et.al., menemukan bahwa 46,6% ibu hamil dengan jumlah anak 2
memiliki anemia yang lebih berat daripada ibu hamil dengan jumlah anak
1 (37,89%).12 Sebaliknya, Ezugwu et.al., tidak menemukan adanya
perbedaan yang signifikan terhadap hubungan nuliparitas, multiparitas dan
grande multiparitas terhadap dengan anemia pada kehamilan.16
Penelitian yang dilakukan oleh Obse et.al., terhadap 374 ibu hamil
menunjukkan bahwa ibu hamil dengan 5 anak memiliki risiko 17,8%
lebih tinggi terkena anemia lebih tinggi dibandingkan dengan yang
memiliki jumlah paritas lebih sedikit [AOR = 5.22 (1.2921.09), 95% CI].
Prevalensi anemia menurun saat internal antarkelahiran diperbesar. Ibu
yang menunda kehamilannya selama 2 tahun atau lebih memiliki
prevalensi anemia yang lebih kecil dibandingkan yang interval
antarkelahirannya kurang dari 2 tahun [COR = 1.648 (1.01,2.694), 95%
CI]. Selain itu, proposi anemia pada ibu yang memiliki sejarah aborsi 4,4%
lebih tinggi dibandingkan yang dibandingkan yang tidak memiliki sejarah
aborsi [COR = 2,076 (1,115-3,865), 95% CI].

4.6. Indeks Massa Tubuh


Obesitas memiliki hubungan dengan rendahnya zat besi dalam
tubuh. Hal ini disebabkan oleh naiknya hepcidin, sebuah inflammatory
protein yang menurunkan penyerapan zat besi. Respon dari plasenta, yaitu
naiknya reseptor tranferin di plasenta (pTFR1) menyebabkan naiknya
transfer zat besi dengan mengurangi kaadar zat besi maternal.18 Namun
beberapa penelitian melihat adanya hubungan negatif antara IMT maternal
dengan status zat besi pada ibu hamil.19 Anemia yang terjadi pada ibu
hamil dengan obesitas juga terkait dengan terjadinya proses inflamasi yang
terlihat dari naiknya laju endap darah pada pemeriksaan darah.18,19

4.7. Pola Hidup


Merokok merupakan tindakan yang dilarang atau bahkan ilegal di
beberapa negara. Namun, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Mirzaie et al20 yang dilakukan terhadap 2.223 ibu hamil, persentase ibu
hamil yang merokok mengalami peningkatan dalam beberapa dekade
terakhir berkisar antara dari 16,3-52% bergantung pada karakteristik
kelompok pasien. Walaupun demikian, terdapat beberapa kelompok di
populasi tertentu yang mengalami penurunan. Prevalensi anemia pada ibu
hamil perokok (19%) lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil yang
tidak merokok (4,6%). Kadar hemoglobin pada perokok (10 gr/dl) secara
signifikan lebih rendah dibandingkan yang tidak merokok (10,46 gr/dl).
Selain itu, konsumsi zat terlarang selama kehamilan pun secara signifikan
berasosiasi dengan morbiditas maternal dan fetal dimana 12,5% wanita
hamil yang mengonsumsi opium mengalami anemia (p=0,03).20

Pola makan pun terbukti berpengaruh terhadap anemia pada ibu


hamil. Konsumsi produk hewani (Seperti daging merah, telur, makanan
yang telah diproses) kurang dari sekali dalam seminggu, konsumsi
sayuran kurang dari sekali setiap harinya, dan meminum teh sehabis
makan berkontribusi terhadap anemia pada saat kelahiran [OR = 3,5 (1,6-
7,6); 4,7 (2,9-7,4); 7,8 (1,637,9); 95% CI] secara berurutan.21

5. Jenis-Jenis Anemia

Terdapat beberapa anemia yang dapat menyerang ibu hamil,


seperti anemia defisiensi besi, anemia defisiensi asam folat, dan
anemia defisiensi B12.

5.1. Anemia Defisiensi Zat Besi


Anemia defisiensi zat besi terjadi saat tubuh tidak memiliki
cukup banyak zat besi untuk memproduksi hemoglobin yang memadai.
Anemia tipe ini merupakan anemia yang paling sering terjadi pada ibu
hamil. Hemoglobin merupakan sel darah merah yang bersirkulasi
darah plasma darah dan membawa oksigen ke seluruh tubuh. Sehingga,
pada anemia defisiensi zat besi pun membuat darah tidak dapat
membawa cukup oksigen ke seluruh tubuh. Padahal, oksigen penting
untuk proses oksidasi glukosa dan asam lemak agar dapat
menghasilkan energi.20
Defisiensi zat besi merupakan kondisi dimana tidak ada zat besi
yang dapat dimobilisasikan sebagai tanda minimnya penyaluran zat
besi ke jaringan. Anemia defisiensi besi selama kehamilan dapat
menyebabkan peningkatan risiko kematian perinatal pada ibu hamil
dan janin, kelahiran prematur, serta peningkatan angka mortalitas anak.
40% kematian perinatal berhubungan dengan anemia. 30-45% ibu
yang terkena anemia mengalami kesulitan saat melahirkan dan bayi
yang dilahirkan memiliki setengah dari jumlah zat besi normal pada
bayi. Bayi-bayi ini membutuhkan lebih banyak zat besi daripada zat
besi yang terkandung dalam air susu ibu (ASI) sehingga perlu
diberikan suplemen zat besi tambahan.
Selain itu, anemia defisiensi zat besi juga dapat menyebabkan
gangguan gastrointestinal, gangguan metabolisme hormon (termasuk
neurotransmiter dan hormon tiroid yang berperan dalam fungsi
neurologis, muskular, dan pengaturan suhu tubuh). Replikasi DNA dan
sistem perbaikan tubuh pun melibatkan enzim dengan bahan dasar zat
besi. Gangguan fungsi kognitif, resisten terhadap infeksi, serta
penurunan kapasitas dan produktivitas kerja juga dapat terjadi apabila
anemia defisiensi besi ini tidak ditangani dengan baik.21

5.2. Anemia Defisiensi Asam Folat


Defisiensi asam folat merupakan kondisi dimana kadar asam folat
(salah satu jenis vitamin B) dalam darah kekurangan asam folat lebih
rendah dari normalnya. Hal ini dapat menyebabkan salah satu tipe anemia
yang dikenal dengan anemia megaloblastik. Asam folat merupakan
vitamin B yang dibutuhkan dalam produksi sel darah merah normal.
Anemia megaloblastik merupakan tipe anemia dengan karakteristik ukuran
sel darah merah yang sangat besar dan komponen di dalamnya yang belum
berkembang sempurna. Malformasi ini menyebabkan sumsum tulang
memproduksi lebih sedikit sel dan dengan umur yang lebih pendek
(kurang dari 120 hari yang merupakan waktu hidup sel darah normal).
Selain itu, sel darah merah pada umumnya tidak berbentuk bulat, namun
oval.22

5.3. Anemia Defisiensi Vitamin B12


Anemia defisiensi vitamin B12 merupakan salah satu tipe anemia
megaloblastik.23 Vitamin B12 dibutuhkan oleh tubuh untuk produksi sel
darah merah, saraf, DNA, dan fungsi tubuh lainnya. Orang dewasa
seharusnya mendapat asupan 2,4 g vitamin B12 setiap harinya. Seperti
kebanyakan vitamin lainnya, B12 tidak dapat diproduksi dalam tubuh
sehingga hanya dapat diperoleh dari makanan atau suplemen tambahan.24
Anemia tipe ini dapat disebabkan oleh kurangnya faktor intrinsik dalam
sekresi lambung yang penting untuk penyerapan vitamin B12. Anemia tipe
ini sering disebut anemia pernisiosa. Anemia tipe ini sering ditandai
dengan hilangnya nafsu makan, mual, iritabilitas, diare, dan penurunan
berat badan.23

6. Gejala Anemia pada Kehamilan

Ibu hamil membutuhkan lebih banyak zat besi sehingga ibu hamil

pun lebih rentan terkena anemia. Walaupun kebanyakan kasus anemia

ringan bersifat asimptomatik, beberapa gejala mungkin saja muncul pada


ibu hamil. Berikut adalah gejala-gejala yang patut diwaspadai: lemas,
kelelahan, pusing, kepala terasa ringan, muka terlihat pucat, sulit
berkonsentrasi, kesulitan tidur, kesulitan untuk menelan, sakit dada, kulit
terasa dingin, juga detak jantung bertambah cepat (takikardia) dan tidak
teratur (artimia).30

7. Dampak Anemia
Beberapa tipe anemia mungkin mengancam kelangsungan hidup
apabila tidak tidak terdiagnosis dan tidak diobati. Terlalu sedikit oksigen
dalam tubuh dapat merusak berbagai organ. Pada penderita anemia,
jantung harus bekerja lebih keras untuk menutupi kekurangan sel darah
merah atau hemoglobin. Hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya
kerusakan jantung atau bahkan gagal jantung.30 Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Msuya, Hussein, Uriyo, Sam, Stray-Pederson (2011),
rata-rata berat badan bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan anemia berat
~230 gram lebih ringan dari bayi dari ibu yang sehat dan tingginya pun
lebih rendah ~1 cm. Terdapat peningkatan resiko low baby weight (LBW)
sebesar 1,3 kali pada ibu dengan anemia sedang (1,1-3,1; 95% CI), 5,3 kali
pada ibu dengan anemia berat. Namun demikian, anemia tidak
diasosiasikan dengan skor APGAR yang rendah.27
Terdapat peningkatan insiden kelahiran prematur pada ibu yang

memiliki anemia dibandingkan dengan ibu yang sehat, kecuali pada

trimester pertama. Secara keseluruhan, perbedaannya lebih besar dari 5%


dimana perbedaan terbesar terdapat pada trimester ketiga [trimester kedua:
5,49% (10,4 hingga -0,5; 95% CI) dan trimester ketiga: 11,53% (-16,5
hingga -6,4; 95% CI)].31
Pada anemia defisiensi besi, terdapat peningkatan risiko relatif
anemia terhadap mortalitas maternal [0,75 (0,62-0,89), 95% CI],
mortalitas perinatal [0,72 (0,65-0,81), 95% CI], dan retardasi mental
[0,78(0,70-0,86), 95% CI].32
8. Penatalaksanaan Anemia

Pengobatan anemia dilakukan berdasarkan jenis anemia yang

diderita. Untuk anemia defisiensi zat besi, pengobatan anemia dapat

dilakukan dengan mengonsumsi suplemen zat besi dan makanan tinggi zat
besi untuk meningkatkan kandungan zat besi dalam tubuh. Selain itu,
untuk anemia defisiensi asam folat, hal yang harus dilakukan adalah
mengonsumsi suplemen asam folat dan makan makanan dengan
kandungan asam folat yang tinggi. Selain itu, ibu hamil yang terkena
anemia juga mungkin disarankan untuk memakan makanan hewani, seperti
daging, telur, dan produk hasil olahan hewani.22

Jika anemia yang terjadi disebabkan oleh infeksi, ibu hamil akan

diharuskan mengonsumsi obat. Pemberian eritropoietin buatan juga


mungkin diberikan untuk menstimulasi tubuh agar memproduksi lebih
banyak sel darah merah. Walaupun demikian, hormon ini masih memiliki
beberapa faktor terhadap tubuh sehingga dibutuhkan konsultasi dengan
dokter Untuk anemia berat, mungkin perlu dilakukan prosedur medis oleh
dokter, seperti transfusi darah, serta transplantasi sel punca darah dan
sumsum tulang. Transfusi darah merupakan cara yang aman dan umum
digunakan dimana darah dimasukkan secara intravena ke dalam salah satu
pembuluh darah. Transfusi darah membutuhkan kecocokan antara darah
resipien dengan darah donor. Transplantasi sel punca darah dan sumsum
tulang digunakan untuk mengganti sel punca yang rusak dengan sel punca
yang sehat (berasal dari donor). Sel punca ini dibuat di sumsum tulang
belakang. Sel-sel ini akan berkembang menjadi sel darah putih, sel darah
merah, dan trombosit. Terlebih dari itu, jika Anda mengalami anemia yang
sangat parah dan dapat mengancam keselamatan, dokter mungkin
menyarankan untuk dilakukan operasi, seperti operasi untuk mengontrol
pendarahan di perut atau usus. Jika limpa Anda rusak sehingga sel darah
merah yang ada dalam tubuh dihancurkan secara terus menerus, dokter
mungkin menyarankan agar Anda menjalankan operasi pembuangan
limpa.33

9. Pencegahan Anemia

Selama kehamilan, seorang ibu penting untuk mengetahui


mengenai anemia, seperti gejala, faktor risiko, dan cara pencegahannya.
Pengubahan pola makan dan konsumsi suplemen merupakan cara yang
tepat dan praktis untuk mencegah anemia. Oleh karena itu, peningkatan
pengetahuan ibu hamil merupakan cara yang paling mendasar dan krusial
bagi pencegahan anemia bagi ibu hamil. Dengan pengetahuan yang
memadai, kesadaran ibu hamil akan bahaya anemia akan meningkat dan
resiko terkena anemia akan menurun secara signifikan.32 Peningkatan
pengetahuan ini dapat dilakukan dengan pemberian penyuluhan mengenai
anemia kepada ibu hamil.
Konsumsi makanan yang bergizi dan seimbang. Makanan kaya zat
besi yang dapat dikonsumsi oleh ibu hamil adalah daging sapi, ikan, hati,
kacang-kacangan, roti dan sereal gandum, telur, bayam, serta buah-
buahan. Selain itu, ibu hamil juga dapat mengonsumsi suplemen yang
mengandung zat besi dan berbagai vitamin, terutama asam folat. Konsumsi
400 g asam folat saat hamil sangat penting untuk mengurangi risiko anak
terkena spina bifida.15 Selama masa kehamilan dan laktasi, konsumsi zat
besi harian harus ditingkatkan dan dikombinasikan dengan konsumsi asam
folat.

Adanya infeksi parasit mengakibatkan defisiensi zat besi. Maka


dari itu, penting untuk mencegahnya, seperti mencuci tangan secara
berkala, terutama sebelum makan dan sesudah menggunakan toilet,
menggunakan sabun dan air bersih. Peralatan makan, makanan, peralatan
masak, sayuran, dan buah-buahan harus dicuci bersih atau bahkan
diberikan disinfektan sebelum disimpan dalam tempat yang higienis.
Lingkungan yang bersih dan bebas dari kotoran (baik manusia maupun
hewan) juga merupakan penting untuk mencegah parasit. Area tempat
tinggal harus sering dibersihkan dan hewan peliharaan harus disimpan
dalam tempat terpisah untuk mencegah kontaminasi, khususnya pada anak.
Pada tempat dengan tingkat infeksi cacing yang tinggi, penggunaan
albendazol (dosis tunggal) atau mebendazol.32

Konsultasi dengan dokter atau tenaga ahli juga mungkin dapat


dilakukan untuk mencegah terkena anemia, terutama pada ibu hamil atau
wanita yang ingin merencanakan kehamilan. Dokter mungkin
menyarankan konsumsi vitamin prenatal yang mengandung zat besi dan
asam folat.32
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Teori

Indeks Massa
Tubuh
Pola hidup Sosioekonomi

Umur Paritas Pendidikan


3.2 Kerangka Konsep

Faktor Perancu

1. Indeks masa tubuh


2. Sosioekonomi
3. Pola hidup

Faktor Tidak Langsung: Prevalensi


anemia dalam
1. Umur Anemia dalam
kehamilan di
2. Paritas kehamilan
RSUS Siloam
3. Pendidikan tahun 2013 -
2016

Faktor Langsung:

1. Defisiensi zat besi


2. Defesiensi asam folat
3. Defisiensi vitamin B12
4. Disertai penyakit kronis
5. Anemia Hemolitik
5. Perdarahan

Keterangan:

= Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak diteliti

= Hubungan yang diteliti

= Hubungan yang tidak diteliti


3.3 Hipotesis

Hipotesis yang saya miliki akan penelitian ini adalah bahwa prevalensi kejadian anemia
pada ibu hamil masih tergolong tinggi dan faktor usia, paritas dan tingkat pendidikan ikut
mempengaruhi terjadinya anemia pada ibu hamil.
BAB IV
METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan studi observasional dengan desain studi cross
sectional.
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan bertempat pada: Rumah Sakit Umum Siloam. Studi
akan dilakukan pada periode waktu Januari 2013 sampai Desember 2016, data
sekunder dengan menggunakan rekam medis dan pengukuran variabel-
variabel tertentu yang akan dijabarkan di dalam variabel dan cara kerja
penelitian.
3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi target adalah ibu hamil dengan anemia.
Sample adalah pasien 353 pasien ibu hamil dengan anemia
Populasi terjangkau adalah ibu hamil dengan anemia di Rumah Sakit
Umum Siloam periode Januari 2013 Desember 2016.
Sampel penelitian adalah pasien-pasien yang memenuhi kriteria inklusi
penelitian.
4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria inklusi
1. Ibu hamil dengan anemia (Hb< 11 mg/dL)
Kriteria eksklusi
1. Ibu hamil dengan kelainan darah sebelumnya
2. Ibu hamil dengan pendarahan
3. Ibu hamil dengan pre-eklamsia berat dan eklamsia
4. Ibu hamil dengan Acute Fatty Liver of Pregnancy (AFLP)
5. Ibu hamil dengan penyakit kronis lainnya (gagal ginjal kronik,
kanker dan pengobatan kemoterapi, infeksi HIV, infeksi kronik)
5. Estimasi Besar Sampel
Penelitian ini bertujuan untuk mencari pengaruh tingkat spiritualitas
dengan kejadian depresi mayor, oleh karena itu untuk menghitung sampel
dengan analitik komparatik kategorik tidak berpasangan:

P =1/2 (P1+P2)
P1 = proporsi efek yang diteliti
P2 = proporsi efek standar (kelompok kontrol)
Z = Derajat kepercayaan = .96 hipotesis one tail )
Z = Kekuatan uji 0 = 0.

Perkiraan besar sampel untuk mencari hubungan antara anemia dengan


aborsi imminens adalah :
P1 yakni 0.7
P2 yakni 0.6
Didapatkan perhitungan sampel = 353 subyek.
Oleh karena itu penelitian ini membutuhkan minimal 353 subyek penelitian.
6. Cara Pengambilan Sampel
Sampel penelitian diambil dengan cara pencuplikan purposive (purposive
sampling) karena sample diambil secara non-random (non-probabilitas) dan
dengan restriksi (ada kriteria inklusi dan eksklusi)
7. Alur penelitian

Penyusunan proposal
Penyusunan formulir penelitian

Observasi rekam medis pasien


departemen kebidanan di RSUS

Pasien bersedia mengisi inform Mencari data sesuai dengan populasi


consent terjangkau

Pasien masuk kriteria inklusi Pasien masuk kriteria eksklusi

Sample penelitian

Pengumpulan rekam medis

Tabulasi data

8. Analisis data
Analisis statistik
Pengumpulan data akan dilakukan
dengan menggunakan alat ukur yang telah
terstandarisasi. Kemudian, data tersebut akan ditabulasi dengan software
Microsoft Excel 2016. Kemudian akan dilakukan pengolahan data dan
dianalisis. Metode pengolahan data dengan menggunakan software Stata .0.
9. Uji Statistik
Berdasarkan jenis penelitian yaitu studi analitik komparatif katagorik tidak
berpasangan, maka, prioritas analisis menggunakan Chi Square, sementara
alternatif analisis menggunakan uji Fisher.
10. Masalah etika
Penelitian ini dimintakan ethical clearance dari Mochtar Riady Institie for
Nanotechnology. Pada setiap subyek penelitian (atau walinya) dilakukan
penjelasan lisan dan tertulis mengenai tujuan penelitian, manfaat penelitian,
dan prosedur penelitian, dimana setelahnya subyek penelitian (atau walinya)
diminta persetujuannya secara tertulis untuk bersedia ikut dalam penelitian
(formulir terlampir). Semua data dan identitas yang dipergunakan akan dijaga
kerahasiaannya.
11. Organisasi penelitian
BAB V

TINJAUAN PUSTAKA

1. THE GLOBAL PREVALENCE OF ANAEMIA IN 2011. 1st ed.


Geneva, Switzerland: WHO; 2015.

2. RISET KESEHATAN DASAR 2013. 2nd ed. Jakarta: Badan Penelitian


dan Pengembangan Kesehatan RI; 2013.

3. Profil Kesehatan Provinsi Banten Tahun 2011. 1st ed. Serang: Dinas
Kesehatan Provinsi Banten; 2011.

4. Scholl TO, Hediger ML, Fisher RL, Shearer JW. Anemia vs. iron
deficiency: increased risk preterm delivery in a prospective study. Am J
Clin Nutr. 1992;55:985988.

5. Murphy JF, ORiordan J, Newcombe RJ, Coles EC, Pearson JF. Relation
of haemoglobin levels in first and second trimesters to outcome of
pregnancy. Lancet 1986;1:992995.

6. ACOG Practice Bulletin : CLINICAL MANAGEMENT GUIDELINES


FOR OBSTETRICIANGYNECOLOGISTS. 1st ed. America:
American Congress of Obstetricians and Gynecologists; 2017.

7. Pasricha SRS, Flecknoe-Brown SC, Allen KJ, et al. Diagnosis and


management of iron deficiency anaemia: a clinical update. MJA.
2010;193:525-32.

8. Who.int. WHO | Anaemia [Internet]. 2015 [cited 12 June 2015].


Available from: http://www.who.int/topics/anaemia/en/

9. Cdc.gov. CDC's Pediatric and Pregnancy Nutrition Surveillance


System [Internet]. 2011 [cited 12 June 2015]. Available from:
http://www.cdc.gov/
pednss/what_is/pnss_health_indicators.htmChaparro C, Oot L,
Sethuraman K. Overview of the Nutrition Situation in Seven
Countries in Southeast Asia. Washington, DC: FHI 360/FANTA;
2014 p. 32.

10. Cdc.gov. Recommendations to Prevent and Control Iron Deficiency


in theUnited States [Internet]. 1998 [cited 12 June 2015]. Available
from: http://
www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/00051880.htm#00003038.
htm

11. Carter J. Anemia Pregnancy Guide: Delicious High Iron Prenatal


Nutrient Rich Pregnancy Recipes: Get Your Proteins-Fiber-Calcium-
Iron-Folic Acid- Zinc-Vitamins (A: B1: B2: B3: B6: B12: C: D: E).
England; 2013.

12. Taner CE, Ekin A, Solmaz U, Gezer C, etin B, Keleolu M,


Erpala MB, zeren M. Prevalence and risk factors of anemia among
pregnant women attending a high-volume tertiary care center for
delivery. Journal of the Turkish German Gynecological Association.
2015;16(4):231.

13. Alem M, Enawgaw B, Gelaw A, Kenaw T, Seid M, Olkeba Y.


Prevalence of anemia and associated risk factors among pregnant
women attending antenatal care in Azezo Health Center Gondar
town, Northwest Ethiopia. Journal of Interdisciplinary
Histopathology. 2013;1(3):137-44.

14. Bedi R, Acharya R, Gupta R, Pawar S, Sharma R. Maternal factors


of anemia in 3rd trimester of Pregnancy and its association with fetal
outcome. International multispeciality journal of health (IMJH).
2015;1:7.

15. Adebisi OY, Strayhorn G. Anemia in pregnancy and race in the


United States: blacks at risk. FAMILY MEDICINE-KANSAS
CITY-. 2005 Oct 1;37(9):655.

16. Ezugwu EC, Mbah BO, Chigbu CO, Onah HE. Anaemia in
pregnancy: a public health problem in Enugu, southeast Nigeria. J
Obstet Gynaecol 2013; 33: 451-4.

17. Noronha JA, Bhaduri A, Bhat HV, Kamath A. Maternal risk factors
and anaemia in pregnancy: a prospective retrospective cohort study.
Journal of Obstetrics and Gynaecology. 2010 Feb 1;30(2):132-6.

18. Garcia-Valdes L, Campoy C, Hayes H, Florido J, Rusanova I,


Miranda MT, McArdle HJ. The impact of maternal obesity on iron
status, placental transferrin receptor expression and hepcidin
expression in human pregnancy. International Journal of Obesity.
2015 Jan 23.

19. Jones AD, Zhao G, Jiang Y, Zhou M, Xu G, Kaciroti N, Zhang Z,


Lozoff B. Maternal obesity during pregnancy is negatively
associated with maternal and neonatal iron status. European journal
of clinical nutrition. 2016 Jan 27.

20. Mirzaie F, Efekhari N, Goldozeian S, Mahdavinia J. Prevalence of


anemia risk factors in pregnant women in Kerman, Iran. Iran J
Reprod Med. 2010;8(2): 66-69.

21. Obse N, Mossie A, Gobena T. Magnitude of Anemia and Associated


Risk Factors among Pregnant Women Attending Antenatal Care in
Shalla Woreda, West Arsi Zone, Oromia Region, Ethiopia. Ethiop J
Health Sci. 2013;23(2): 165-73.

22. Iron deficiency anaemia: assessment, prevention, and control a guide


for programme managers. World Health Organization; 2001 p. 3-9.

23. Hopkinsmedicine.org. Anemia of Folate Deficiency | Johns Hopkins


Medicine Health Library [Internet]. [cited 12 June 2015].
Available from: http: www
.hopkinsmedicine.org/healthlibrary/condition
s/
hematology_and_blood_disorders/anemia_of_folate_deficiency_85,
P00089/

24. Hopkinsmedicine.org. Anemia of B12 Deficiency (Pernicious


Anemia) | Johns Hopkins Medicine Health Library [Internet]. [cited
12 June 2015]. Available from:
http://www.hopkinsmedicine.org/healthlibrary/conditions
/ h e m a t o l o g y _ a n d _ b l o o d _ d i s o r d e r s /
anemia_of_b12_deficiency_pernicious_anemia_85,P00080/

25. Skerrett P. Vitamin B12 deficiency can be sneaky, harmful - Harvard


Health Blog [Internet]. Harvard Health Blog. 2013 [cited 12 June
2015]. Available from:
http://www.health.harvard.edu/blog/vitamin-b12-deficiency-can-
be- sneaky-harmful-201301105780

26. Hopkinsmedicine.org. Anemia of B12 Deficiency (Pernicious


Anemia) | Johns Hopkins Medicine Health Library [Internet]. [cited
12 June 2015]. Available from:
http://www.hopkinsmedicine.org/healthlibrary/conditions
/ h e m a t o l o g y _ a n d _ b l o o d _ d i s o r d e r s /
anemia_of_b12_deficiency_pernicious_anemia_85,P00080/

27. Ouedraogo S, Koura G, Accrombessi M, Bodeau-Livinec F,


Massougbodji A, Cot M. Maternal Anemia at First Antenatal Visit:
Prevalence and Risk Factors in a Malaria-Endemic Area in Benin.
American Journal of Tropical Medicine and Hygiene.
2012;87(3):418-424.
28. Ejeta E, Alemnew B, Fikadu A, Fikadu M, Tesyafe L, Birhanu T.
Prevalence of Anaemia in Pregnant Womens and Associated Risk
Factors in Western Ethiopia. Food Science and Quality Management.
2014;31:84-5.

29. Msuya S, Hussein T, Uriyo J, Sam N, Stray-Pedersen B. Anaemia


among pregnant women in northern Tanzania: prevalence, risk
factors and effect on perinatal outcomes. Tanzania Journal of Health
Research. 2011;13(1).

30. Womenshealth.gov. Anemia fact sheet | womenshealth.gov [Internet].


2012 [cited 17 June 2015]. Available from:
http://womenshealth.gov/publications/ our-publications/fact-
sheet/anemia.html

31. K Jagadish Kumar V. Maternal Anemia in Various Trimesters and its


Effect on Newborn Weight and Maturity: An Observational Study.
International Journal of Preventive Medicine [Internet]. 2013 [cited
17 June 2015];4(2):193. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3604852/

32. Stoltzfus R, Mullany L, Black R. Comparative quantification of


health risks. Geneva: World Health Organization; 2004.

33. Nhlbi.nih.gov. How Is Anemia Treated? - NHLBI, NIH [Internet].


2012 [cited 12 June 2015]. Available from:
http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/
topics/anemia/treatment

Anda mungkin juga menyukai