Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah ilmu yang mempelajari kombinasi teori
dan praktek yang bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan
meningkatkan kesehatan masyarakat Menurut Hendrik L. Blum, ada empat faktor
yang memengaruhi status kesehatan yaitu pelayanan kesehatan, perilaku, keturunan,
dan lingkungan. Rumah sakit adalah salah satu penyelenggara pelayanan kesehatan,
yang merupakan tempat dan tumpuan harapan masyarakat untuk memperoleh
pelayanan kesehatan. Status kesehatan akan terganggu jika pelayanan kesehatan tidak
dilaksanakan dengan baik. Rumah sakit harus mampu memberikan pertolongan dan
perawatan yang memadai, berupa pelayanan yang nyaman, tepat, bermanfaat, dan
profesional. Untuk itu rumah sakit dituntut memberikan pelayanan dengan mutu
yang baik dan menyediakan fasilitas yang dilengkapi sarana peralatan yang memadai
dan modern dengan sumber daya manusia yang berkualitas dan profesional yang
mampu menghasilkan produktifitas kerja yang tinggi.

Rumah sakit sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal dan internal,
faktor eksternal diantaranya adalah stabilitas politik dan pemerintahan, stabilitas
ekonomi, budaya masyarakat pelanggan, dan lain sebagainya. Sedangkan faktor
internal diantaranya adalah tenaga, lokasi, peralatan yang tersedia, gedung, sumber
daya manusia, jenis pelayanan, dan lain sebagainya.

Pembangunan suatu rumah sakit membutuhkan perencanaan dan perancangan


yang baik. Rumah sakit harus didesain untuk memenuhi kebutuhan pasien, dan
menyiapkan sumber daya dalam mengoperasikan rumah sakit tersebut.Berfungsinya
sebuah rumah sakit sangat terkait dengan berfungsinya prasarana dan sarananya,
terlebih pada rumah sakit modern yang menggunakan teknologi maju.Konstruksi
ruangan harusnya dirancang khusus letaknya, bentuknya, dan luasnya. Tata letak

1
ruang yang baik berguna untuk kenyamanan kerja bagi para petugas yang bekerja di
dalamnya.

Perencanaan pengembangan dalam rangka peningkatan fungsi dan pelayanan


rumah sakit selalu berdasarkan keadaan yang sebenarnya saat ini, untuk mencapai
kondisi yang lebih baik di saat mendatang. Untuk mengetahui keadaan sebenarnya
dari prasarana dan sarana fisik ICU perlu dilakukan evaluasi paska huni. Evaluasi
Paska Huni merupakan pengkajian atau penilaian tingkat keberhasilan suatu
bangunan dalam memberikan kepuasan dan dukungan kepada pemakai, terutama
nilai-nilai dan kebutuhannya.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana Sejarah Ilmu Kesehatan Masyarakat ?
2. Apa Pengertian dan Tujuan Ilmu Kesehatan Masyarakat ?
3. Bagaimana Ruang Lingkup Kesahatan Masyarakat ?
4. Bagaimana Prinsip dan Penerapan Ilmu Kesehatan Masyarakat ?
5. Apa Pengertian dan Konsep terjadinya sakit ?
6. Apa saja Faktor- faktor yang mempengaruhi kesehatan ?

1.3. Tujuan Makalah


1. Untuk mengetahui Sejarah Ilmu Kesehatan Masyarakat
2. Untuk mengetahui Pengertian dan Tujuan Ilmu Kesehatan Masyarakat
3. Untuk Mengetahui Ruang Lingkup Kesahatan Masyarakat
4. Untuk mengetahui Prinsip dan Penerapan Ilmu Kesehatan Masyarakat
5. Untuk mengetahui Pengertian dan Konsep terjadinya sakit
6. Untuk mengetahui Faktor- faktor yang mempengaruhi kesehatan

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Ilmu Kesehatan Masyarakat


2.1.1. Sekelumit sejarah kesehatan masyarakat

Membicarakan kesehatan masyarakat tidak terlepas dari 2 tokoh metologi


Yunani, yakni Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita mitos Yunani tersebut
Asclepius disebutkan sebagai seorang dokter pertama yang tampan dan pandai
meskipun tidak disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya
tetapi diceritakan bahwa ia telah dapat mengobati penyakit dan bahkan
melakukan bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu (surgical procedure)
dengan baik. Higeia, seorang asistennya, yang kemudian diceritakan sebagai
isterinya juga telah melakukan upaya-upaya kesehatan. Beda antara Asclepius
dengan Higeia dalam pendekatan / penanganan masalah kesehatan adalah,
Asclepius melakukan pendekatan (pengobatan penyakit), setelah penyakit
tersebut terjadi pada seseorang.

Sedangkan Higeia mengajarkan kepada pengikutnya dalam pendekatan


masalah kesehatan melalui hidup seimbang, menghindari makanan / minuman
beracun, makan makanan yang bergizi (baik), cukup istirahat dan melakukan
olahraga. Apabila orang yang sudah jatuh sakit Higeia lebih menganjurkan
melakukan upaya-upaya secara alamiah untuk menyembuhkan penyakitnya
tersebut, antara lain lebih baik dengan memperkuat tubuhnya dengan makanan
yang baik daripada dengan pengobatan / pembedahan. Dari cerita mitos Yunani,
Asclepius dan Higeia tersebut, akhirnya muncul 2 aliran atau pendekatan dalam
menangani masalah-masalah kesehatan.

Kelompok atau aliran pertama cenderung menunggu terjadinya penyakit


(setelah sakit), yang selanjutnya disebut pendekatan kuratif (pengobatan).
Kelompok ini pada umumnya terdiri dari dokter, dokter gigi, psikiater dan
praktisi-praktisi lain yang melakukan pengobatan penyakit baik fisik, psikis,
mental maupun sosial. Sedangkan kelompok kedua, seperti halnya pendekatan

3
Higeia, cenderung melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit dan
meningkatkan kesehatan (promosi) sebelum terjadinya penyakit. Kedalam
kelompok ini termasuk para petugas kesehatan masyarakat lulusan-lulusan
sekolah atau institusi kesehatan masyarakat dari berbagai jenjang.

Dalam perkembangan selanjutnya maka seolah-olah timbul garis pemisah


antara kedua kelompok profesi, yakni pelayanan kesehatan kuratif (curative
health care) dan pelayanan pencegahan atau preventif (preventive health care).
Kedua kelompok ini dapat dilihat perbedaan pendekatan yang dilakukan antara
lain sebagai berikut. Pertama, pendekatan kuratif pada umumnya dilakukan
terhadap sasaran secara individual, kontak terhadap sasaran (pasien) pada
umumnya hanya sekali saja. Jarak antara petugas kesehatan (dokter, dan
sebagainya) dengan pasien atau sasaran cenderung jauh.

Sedangkan pendekatan preventif, sasaran atau pasien adalah masyarakat


(bukan perorangan) masalah-masalah yang ditangani pada umumnya juga
masalah-masalah yang menjadi masalah masyarakat, bukan masalah individu.
Hubungan antara petugas kesehatan dengan masyarakat (sasaran) lebih bersifat
kemitraan tidak seperti antara dokter-pasien. Kedua, pendekatan kuratif
cenderung bersifat reaktif, artinya kelompok ini pada umumnya hanya menunggu
masalah datang. Seperti misalnya dokter yang menunggu pasien datang di
Puskesmas atau tempat praktek. Kalau tidak ada pasien datang, berarti tidak ada
masalah, maka selesailah tugas mereka, bahwa masalah kesehatan adalah adanya
penyakit.

Sedangkan kelompok preventif lebih mengutamakan pendekatan proaktif,


artinya tidak menunggu adanya masalah tetapi mencari masalah. Petugas
kesehatan masyarakat tidak hanya menunggu pasien datang di kantor atau di
tempat praktek mereka, tetapi harus turun ke masyarakat mencari dan
mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat, dan melakukan tindakan.
Ketiga, pendekatan kuratif cenderung melihat dan menangani klien atau pasien
lebih kepada sistem biologis manusia atau pasien hanya dilihat secara parsial,

4
padahal manusia terdiri dari kesehatan bio-psikologis dan sosial, yang terlihat
antara aspek satu dengan yang lainnya.Sedangkan pendekatan preventif melihat
klien sebagai makhluk yang utuh, dengan pendekatan yang holistik. Terjadinya
penyakit tidak semata-mata karena terganggunya sistem biologi individual tetapi
dalam konteks yang luas, aspek biologis, psikologis dan sosial.

2.1.2. Periode-periode Perkembangan Kesehatan Masyarakat

Sejarah panjang perkembangan masyarakat, tidak hanya dimulai pada


munculnya ilmu pengetahuan saja, melainkan sudah dimulai sebelum
berkembangnya ilmu pengetahuan modern. Oleh sebab itu, akan sedikit diuraikan
perkembangan kesehatan masyarakat sebelum perkembangan ilmu pengetahuan
(pre-scientific period) dan sesudah ilmu pengetahuan itu berkembang (scientific
period).

a. Periode Sebelum Ilmu Pengetahuan

Dari kebudayaan yang paling luas yakni Babylonia, Mesir, Yunani, dan Roma
telah tercatat bahwa manusia telah melakukan usaha untuk penanggulangan
masalah-masalah kesehatan masyarakat dan penyakit. Telah ditemukan pula
bahwa pada zaman tersebut terdapat dokumen-dokumen tertulis, bahkan
peraturan-peraturan tertulis yang mengatur tentang pembuangan air limbah atau
drainase pemukiman pembangunan kota, pengaturan air minum, dan sebagainya.

Dari catatan-catatan tersebut dapat dilihat bahwa masalah kesehatan


masyarakat khususnya penyebaran penyakit menular sudah begitu meluas dan
dahsyat. Namun, upaya pemecahan masalah kesehatan masyarakat secara
menyeluruh belum dilakukan pada zaman itu.

b. Periode Ilmu Pengetahuan

5
Bangkitnya ilmu pengetahuan pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19
mempunyai dampak yang luas terhadap segala aspek kehidupan mansuia,
termasuk kesehatan. Di samping itu, pada abad ilmu pengetahuan ini juga mulai
ditemukan berbagai macam penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegah
penyakit.

Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 mulai dikembangkan pendidikan
untuk tenaga kesehatan yang profesional. Pada tahun 1893 John Hopkins,
seorang pedagang wiski dari Baltimore Amerika mempelopori berdirinya
universitas, dan di dalamnya terdapat sekolah (fakultas) kedokteran. Mulai tahun
1908 sekolah kedokteran mulai menyebar ke Eropa, Canada, dan sebagainya.
Dari kurikulum sekolah-sekolah kedokteran tersebut terlihat bahwa kesehatan
masyarakat sudah diperhatikan Mulai tahun kedua para mahasiswa sudah mulai
melakukan kegiatan penerapan ilmu di masyarakat. Pengembagan kurikulum
sekolah kedokteran sudah didasarkan pada to adumsi bahwa penyakit dan
kesehatan itu merupakan basil interaksi yang dinamis antara faktor genetik,
lingkungan fisik, lingkungan sosial (termasuk kondisi kerja), kebiasaan
perorangan dan pelayanan kedokteran/kesehatan.

Dan segi pelayanan kesehatan masyarakat, pada tahun 1855 pemerintah


Amerika membentuk Departemen Kesehatan yang pertama kali. Fungsi
departemen ini adalah menyelenggrakan pelayanan kesehatan bagi penduduk
(public), termasuk perbaikan dan pengawasan sanitasi lingkungan.

2.1.3. Perkembangan Kesehatan Masyarakat di Indonesia

Sejarah perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak


pemerintahan Belanda abad ke-16. Kesehatan masyarakat di Indonesia pada
waktu itu dimulai dengan adanya upaya pemberantasan cacar dan kolera sangat
ditakuti masyarakat pada waktu itu. Kolera masuk di Indonesia tahun 1927 dan
tahun 1937, terjadi wabah kolera eltor di Indonesia, kemudian pada tahun 1948
cacar masuk ke Indonesia. Melalui Singapura dan mulai berkembang di

6
Indonesia. Sehingga berasal dari wabah kolera tersebut maka pemerintah Belanda
pada waktu itu melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat.

Namun demikian di bidang kesehatan masyarakat yang lain, pada tahun


1807 pada waktu pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels, dilakukan pelatihan
dukun bayi dalam praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka
penurunan angka kematian bayi yang tinggi pada waktu itu. Akan tetapi upaya ini
tidak berlangsung lama, karena langkanya tenaga pelatih kebinanan, kemudian
baru pada tahun 1930 dimulai lagi dengan didaftarnya para dukun bayi sebagai
penolong dan perawatan persalinan. Selanjutnya baru pada tahun 1952 pada
zaman kemerdekaan pelatihan secara cermat dukun bayi tersebut dilaksanakan
lagi.

Pada tahun 1922 pes masuk Indonesia dan pada tahun , 1934, dan 1935
terjadi epidemi di beberapa tempat, tama di pulau Jawa. Kemudian mulai tahun
1935 dilakukan ram pemberantasan pes ini, dengan melakukan penyemtan DDT
terhadap rumah-rumah penduduk dan juga inasi massal. Tercatat sampai pada
tahun 1941, 15.000.000 Wang telah memperoleh suntikan vaksinasi. Pada tahun
1925 Kydrich seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda melakukan
pengamatan terhadap masalah tingginya angka kematian dan kesakitan di
Banyumas-Purwokerto pada waktu. Dari hasil pengamatan dan analisisnya ia
menyimpulkan bahwa penyebab tingginya angka kematian dan kesakitan itu
adalah karena jeleknya kondisi sanitasi lingkungan. Masyarakat pada waktu itu
membuang kotorannya di sembarang tempat, seperti di kebun, di kali, di selokan,
bahkan di pinggir jalan, padahal mereka mengambil air minum juga dari kali.
Selanjutnya ia berkesimpulan bahwa kondisi sanitasi lingkungan ini disebabkan
karena perilaku penduduk. Oleh sebab itu, untuk memulai upaya kesehatan
masyarakat Hydrich mengembangkan daerah percontohan dengan melakukan
'propaganda' pendidikan) penyuluhan kesehatan. Sampai sekarang usaha Hydrich
ini dianggap sebagai awal kesehatan masyarakat di Indonesia.

7
Memasuki zaman kemerdekaan, salah satu tonggak penting
perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia adalah diperkenalkannya
Konsep Bandung pada tahun 1951 oleh Dr. Y. yang Selanjutnya dikenal dengan
Patah-Leimena Konsep ini mulai diperkenalkan bahwa dalam pelayanan
kesehatan masyarakat, aspek kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan. Hal ini
berarti dalam mengembangkan sistem pelayanan kesehatan di Indonesia kedua
aspek ini tidak boleh dipisahkan, baik di rumah sakit maupun di Puskesmas.

Pada tahun 1968 dalam rapat kerja kesehatan nasional, dicetuskan bahwa
Puskesmas merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu, yang kemudian
dikembangkan oleh pemerintah (Departemen Kesehatan) menjadi Pusat
Pelayanan Kesehatan Masyakarat (Puskesmas). Puskemas disepakati sebagai
suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif
wore terpadu, menyeluruh dan mudah dijangkau, dalam wilayah kerja kecamatan
atau sebagian kecamatan di kota madya atau kabupaten. Kegiatan pokok
Puskesmas mencakup:

1. Kesehatan ibu dan anak.


2. Keluarga Berencana.
3. Gizi.
4. Kesehatan lingkungan.
5. Pencegahan penyalit menular.
6. Penyuluhan kesehatan masyarakat.
7. Pengobatan.
8. Perawatan kesehatan masyarakat.
9. Usaha kesehatan gizi.
10. Usaha kesehatan sekolah.
11. Usaha kesehatan jiwa
12. Laboratorium
13. Pencatatan dan pelaporan.

Pada tahun 1969, sistem Puskesmas hanya disepakati 2 yakni tipe A dan B,
di mana tipe A dikelola oleh dokter, sedangkan tipe B hanya dikelola oleh
seorang paramedis saja. Dengan adanya perkembangan tenaga medis, maka
akhirnya pada tahun 1979 tidak diadakan perbedaan Puskesmas tipe A dan tipe
B, hanya ada satu tipe Puskesmas saja, yang dikepalai oleh seorang dokter. Pada

8
tahun 1979 juga dikembangkan satu piranti manajerial guna penilaian Puskemas,
yakni stratifikasi Puskesmas sehingga dibedakan adanya:

a. Strata satu : Puskesmas dengan prestasi sangat baik.

b. Strata dua : Puskesmas dengan prestasi rata-rata atau standar.

c. Strata tiga : Puskesmas dengan prestasi di bawah rata-rata.

Selanjutnya Puskesmas juga dilengkapi dengan dua piranti manajerial yng


lain, yakni micro planning untuk perencanaan dan, lokakarya mini (lokmin)
untuk pengoperasian kegiatan dan pengembangan kerja sama tim. Akhirnya pada
tahun 1984 tanggung jawab Puskesmas ditingkatkan lagi, dengan
berkembangnya program paket terpadu kesehatan dan keluarga berencana.

Program ini mencakup:

a. Kesehatan ibu dan anak.

b. Keluarga berencana.

c. Gizi.

d. Penanggulangan penyakit diare.

e. Imunisasi

Puskemas mempunyai tanggung jawab dalam pembinaan dan


pengembangan Posyandu di wilayah kerjanya masin.gmasing.

2.2. Pengertian dan Tujuan Ilmu Kesehatan Masyarakat


2.2.1. Pengertian Kesehatan Masyarakat

Kesehatan Masyarakat adalah suatu bidang ilmu kesehatan yang


mempelajari tentang cara bagaimana memberdayakan masyarakat agar mereka

9
mampu memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan di lingkungan tempat
tinggal mereka. Menurut profesor Winslow dari Universitas Yale (1920).
Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang
hidup, meningkatkan kesehatan dan efisiensi melalui usaha masyarakat yang
terorganisir untuk :

1. Perbaikan kesehatan lingkungan,

2. Mencegah dan memberantas penyakit menular,

3. Melakukan pendidikan kesehatan untuk masyarakat/perorangan,

4. Serta pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk


diagnosis dini dan pengobatan

Sedangkan, Definisi Kesehatan Masyarakat menurut Ikatan Dokter


Amerika, adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan
kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat.

Dari pengertian Ilmu Kesehatan Masyarakat tersebut diatas maka


didalamnya terdapat tujuan yang ingin dicapai, yaitu :
1. Tujuan Umum Terciptanya keadaan lingkungan yang sehat terberantasnya
penyakit menular, menignkatkan pengetahuan seseorang tentang peinsip-
prinsip kesehatan perseorangan, tersedianya berbagai usaha kesehatan yang
dibutuhkan masyarakat yang terorganisir dan terlibatnya badan-badan
kemasyarakatan dalam usaha kesehatan.
2. Tujuan Akhir Terciptanya jaminan bagi tiap individu masyarakat untuk
mencapai suatu derajat hidup yagn cukup guna untuk mempertahankan
kesehatan.
Tujuan usaha Kesehatan Masyarakat ialah agar setiap warga masyarakat
dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik jasmani, rohani,
maupun sosialnya serta diharapkan berumur panjang.

2.3. Prinsip dan Penerapan Ilmu Kesehatan Masyarakat

10
2.3.1. Prinsip Ilmu Kesehatan Masyarakat

Agar usaha kesehatan masyarakat dapat terlaksana dengan baik maka ada
beberapa prinsip pokok yang harus terpenuhi, yaitu:

1. Usaha Kesehatan Masyarakat lebih mengutamakan tindakan pencegahan


(preventif) dari pada pengobatan (kuratif).

2. Dalam melaksanakan kegiatannya lebih menitikberatkan pada masyarakat,


baik sebagai pelaku (subyek) dan sasaran (obyek) atau dengan kata lain suatu
usaha dari, oleh dan untuk masyarakat.

3. Dalam melibatkan masyarakat sebagai pelaku maka sasaran yang diutamakan


adalah masyarakat yang terorganisir.

4. Ruang lingkup usaha lebih mengutamakan masalah-masalah kesehatan


kemasyarakatan daripada kesehatan perorangan karena bila tidak
ditanggulangi dengan segera dapat mengancam kesehatan dan keselamatan
masyarakat luas.

2.3.2. Penerapan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Masalah kesehatan masyarakat adalah multi kausal maka pemecahannya


harus secara multidisiplin. Secara garis besar, upaya-upaya yang dapat
dikategorikan sebagai seni atau penerapan ilmu kesehatan masyarakat antara
lain:

a. Pemberantasan penyakit, baik menular maupun tidak menular.


b. Perbaikan sanitasi lingkungan.
c. Perbaikan lingkungan pemukiman.
d. Pemberantasan vektor.
e. Pendidikan (penyuluhan) kesehatan masyarakat.
f. Pelayanan kesehatan ibu dan anak.
g. Pembinaan gizi masyarakat.
h. Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum.
i. Pengawasan obat dan minuman.

11
j. Pembinaan peran serta masyarakat, dan sebagainya.

2.4. Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat


Secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan masyarakat,
atau sering disebut sebagai pilar utama ilmu kesehatan masyarakat adalah:
1. Epidemiologi
2. Biostatistik/Statistik Kesehatan
3. Kesehatan Lingkungan
4. Pendidikan Kesehatan Dan Ilmu Perilaku
5. Administrasi Kesehatan Masyarakat
6. Gizi Masyarakat
7. Kesehatan Kerja

2.5. Pengertian dan Konsep terjadinya sakit


2.5.1. Pengertian sakit
Sakit adalah keadaan dimana fisik, emosional, intelektual, sosial,
perkembangan atau seseorang berkurang atau terganggu, bukan hanya keadaan
dimana terjadinya proses penyakit. Sakit berarti suatu keadaan yang
memperlihatkan adanya keluhan dan gejala sakit secara subyektif dan obyektif,
sehingga penderita butuh pengobatan untuk menjadi sehat.

a. Pengertian Sakit Menurut Pemons (1972)


Sakit adalah ganguan dalam fungsi normal individu sebagai totalitas
termasuk keadaan organisme sebagai sistem biologis dan penyesuaian sosialnya.

b. Pengertian Sakit Menurut Bauman (1965)


Seseorang mengunakan 3 kriteria untuk menentukan apakah mereka sakit:
a. Adanya gejala : naiknya temperatur dan nyeri
b. Persepsi tentang bagaimana mereka merasakan baik, buruk, dan sakit

12
c. Kemampuan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari.

Penyakit adalah kegagalan mekanisme adaptasi suatu organisme untuk


bereaksi secara tepat terhadap rangsangan atau tekanan sehingga timbul
gangguan pada fungsi atau struktur dari bagian, organ atau sistem dari tubuh.
a. Pengertian Penyakit Menurut KBBI
Penyakit adalah sesuatu yang menyebabkan terjadinya gangguan pada
mahluk hidup atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh bakteri, virus atau
kelainan sistem faal atau jaringan pada organ tubuh mahluk hidup.
b. Pengertian Penyakit Menurut Bauman (1965)
Penyakit adalah istilah medis yang digambarkan sebagai gangguan dalam
fungsi tubuh yang menghasilkan berkurangnya kapasitas.

Sehat merupakan suatu keadaan yang dinamis dimana individu


menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal (psikologis,
intelektual, spiritual dan penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, sosial dan
ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya.

a. Pengertian Sehat Menurut WHO (1947)


Sehat adalah suatu keadaan yang sempurna yang meliputi kesejahteraan
fisik, mental, dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.
b. Pengertian Sehat Menurut UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992
Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
c. Pengertian Sehat Menurut Pender (1982)
Sehat adalah perwujudan individu melalui kepuasan dalam berhubungan
dengan orang lain (aktualisasi).
d. Pengertian Sehat Menurut Paune (1983)
Sehat adalah fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri (self care
resources) yang menjamin tindakan untuk perawatan diri (self care actions)
secara adekual.

13
Self care resources berarti pencakupan pengetahuan, keterampilan dan
sikap, sedangkan self care actions berarti prilaku yang sesuai dengan tujuan
diperlukan untuk memperoleh, mempertahankan dan meningkatkan fungsi
psikososial dan spiritual.
2.5.2. Konsep Dasar Terjadinya Penyakit
Suatu penyakit timbul akibat dari beroperasi nya berbagai faktor baik dari
agent, induk semang atau lingkungan. Pendapat ini tergambar didalam istilah yang
dikenal luas dewasa ini, yaitu penyebab majemuk (Multiple causation of
disease) sebagai lawan dari penyebab tunggal (Single Causation). Didalam
usaha para ahli untuk mengumpulkan pengetahuan mengenai timbulnya penyakit,
mereka telah membuat model-model timbul nya penyakit dan atas dasar model-
model tersebut dilakukanlah eksperimen terkendali untuk menguji sampai dimana
kebenaran dari model-model tersebut.
Tiga model yang dikenal dewasa ini adalah :
1. Segitiga Epidemiologi (The Epidemiologic Triangle)
2. Jaring-jaring sebab akibat ( The web of causation)
3. Roda (The wheel)

1. Segitiga Epidemiologi (The Epidemiologic Triangle)


Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebaran penyakit
serta determinan- determinan yang mempengaruhi penyakit tersebut.
Komponen: host, agent, environment. Perubahan pada salah satu
faktor/komponen akan mengubah keseimbangan . Hubungan ketiga komponen
digambarkan sebagai tuas dalam timbangan: environment sebagai penumpu.

14
Gambar 2.1. Segitiga Epidemiologi

2. Jaring-jaring sebab akibat (The Web of causation)

Suatu penyakit tidak tergantung pada satu sebab yang berdiri sendiri
melainkan sebagai akibat dari serangkaian proses sebab-akibat . Penyakit dapat
dicegah dengan memotong rantai pada berbagai titik.

15
Gambar 2.2. Jaring- Jaring Sebab Akibat

3. Roda (Wheel)

Memerlukan identifikasi dari berbagai faktor yang berperan dalam


timbulnya penyakit dengan tidak mementingkan pentingnya agent. Besarnya
peran dari masing-masing faktor bergantung pada penyakit yang bersangkutan.

Gambar 2.3. Roda

16
2.5.3. Teori Terjadinya Penyakit

1. Teori Contagion

Di Eropa, epidemi sampar, cacar dan demam tifus merajalela pada abad
ke-14 dan 15. Keadaan buruk yang dialami manusia pada saat itu telah mendorong
lahirnya teori bahwa kontak dengan makhluk hidup adalah penyebab penyakit
menular.

Menurut teori ini penyakit terjadi karena proses kontak atau bersinggungan
dengan sumber penyakit. Pada masa ini telah ada pemikiran konsep penularan yang
berawal dari pengamatan terhadap penyakit kusta di Mesir.Teori ini tentu
dikembangkan berdasarkan situasi penyakit pada masa itu di mana penyakit yang
melanda kebanyakan adalah penyakit menular yang terjadi karena adanya kontak
langsung. Konsep itu dirumuskan oleh Girolamo Fracastoro (1483-1553). Teorinya
menyatakan bahwa penyakit ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui zat
penular (transference) yang disebut kontagion. Fracastoro membedakan tiga jenis
kontagion, yaitu:

a) Jenis kontagion yang dapat menular melalui kontak langsung, misalnya


bersentuhan, berciuman, hubungan seksual

b) Jenis kontagion yang menular melalui benda-benda perantara (benda


tersebut tidak tertular, namun mempertahankan benih dan kemudian
menularkan pada orang lain) misalnya melalui pakaian, handuk, sapu
tangan.

c) Jenis kontagion yang dapat menularkan pada jarak jauh

Pada mulanya teori kontagion ini belum dinyatakan sebagai jasad renik
atau mikroorganisme yang baru karena pada saat itu teori tersebut tidak dapat
diterima dan tidak berkembang. Tapi penemunya, Fracastoro, tetap dianggap
sebagai salah satu perintis dalam bidang epidemiologi meskipun baru beberapa

17
abad kemudian mulai terungkap bahwa teori kontagion sebagai jasad renik.
Karantina dan kegiatan-kegiatan epidemik lainnya merupakan tindakan yang
diperkenalkan pada zaman itu setelah efektivitasnya dikonfirmasikan melalui
pengalaman praktek.

2. Teori Hipocrates (460-377 SM)

Hipocrates berpendapat bahwa sakit bukan disebabkan oleh hal-hal yang


bersifat supranatural tetapi ada kaitannya dengan elemen-elemen bumi, api, udara,
air yang dapat menyababkan kondisi dingin, kering, panas dan lembab. Kondisi
ini dapat berpengaruh pada cairan tubuh, darah, cairan empedu kuning dan
empedu hitam. Pada zaman ini hipocrates telah menghubungkan antara kejadian
sakit dengan faktor lingkungan. Ia mengemukakan teori tentang sebab penyakit,
yaitu bahwa:

a. Penyakit terjadi karena adanya kontak dengan jasad hidup, dan

b. Penyakit berkaitan dengan lingkungan eksternal maupun internal


seseorang.Teori itu dimuat dalam karyanya berjudul On Airs, Waters and
Places.

Hippocrates juga merujuk dan memasukkan ke dalam teorinya apa yang


sekarang disebut sebagai teori atom, yaitu segala sesuatu yang berasal dari partikel
yang sangat kecil. Teori ini kemudian dianggap tidak benar oleh kedokteran
modern. Menurut teorinya, tipe atom terdiri dari empat jenis: atom tanah (solid dan
dingin), atom udara (kering), atom api (panas), atom air (basah). Selain itu ia yakin
bahwa tubuh tersusun dari empat zat: flegma (atom tanah dan air), empedu kuning
(atom api dan udara), darah (atom api dan air) dan empedu hitam (atom tanah dan
udara). Penyakit dianggap terjadi akibat ketidakseimbangan cairan sementara
demam dianggap terlalu banyak darah.

Teori ini mampu menjawab masalah penyakit yang ada pada waktu itu dan
dipakai hingga tahun 1800-an. Kemudian ternyata teori ini tidak mampu menjawab

18
tantangan berbagai penyakit infeksi lainnya yang mempunyai rantai penularan yang
lebih berbelit-belit. Hipocrates (460-377 SM), yang dianggap sebagai Bapak
Kedokteran Modern, telah berhasil membebaskan hambatan-hambatan filosofis
pada zaman itu yang bersifat spekulatif dan superstitif (tahayul) dalam memahami
kejadian penyakit.

3. Teori Humoral

Dikenal dalam kehidupan masyarakat China yang beranggapan bahwa


penyakit disebabkan oleh gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh. Dikatakan
bahwa dalam tubuh manusia terdapat empat macam cairan yaitu putih, kuning,
merah dan hitam. Bila terjadi ketidakseimbangan akan menyebabkan penyakit,
tergantung dari jenis cairan yang dominan.

4. Teori Miasma

Kira-kira pada awal abad ke-18 mulai muncul konsep miasma sebagai dasar
pemikiran untuk menjelaskan timbulnya wabah penyakit. Konsep ini dikemukakan
oleh Hippocrates. Miasma atau miasmata berasal dari kata Yunani yang berarti
something dirty (sesuatu yang kotor) atau bad air (udara buruk).

Miasma dipercaya sebagai uap yang dihasilkan dari sisa-sisa makhluk hidup
yang mengalami pembusukan, barang yang membusuk atau dari buangan limbah
yang tergenang, sehingga mengotori udara, yang dipercaya berperan dalam
penyebaran penyakit. Contoh pengaruh teori miasma adalah timbulnya penyakit
malaria. Malaria berasal dari bahasa Italia mal dan aria yang artinya udara yang
busuk. Pada masa yang lalu malaria dianggap sebagai akibat sisa-sisa pembusukan
binatang dan tumbuhan yang ada di rawa-rawa. Penduduk yang bermukim di dekat
rawa sangat rentan untuk terjadinya malaria karena udara yang busuk tersebut.

Pada waktu itu dipercaya bahwa bila seseorang menghirup miasma, maka ia
akan terjangkit penyakit. Tindakan pencegahan yang banyak dilakukan adalah
menutup rumah rapat-rapat terutama di malam hari karena orang percaya udara

19
malam cenderung membawa miasma. Selain itu orang memandang kebersihan
lingkungan hidup sebagai salah satu upaya untuk terhindar dari miasma tadi.
Walaupun konsep miasma pada masa kini dianggap tidak masuk akal, namun
dasar-dasar sanitasi yang ada telah menunjukkan hasil yang cukup efektif dalam
menurunkan tingkat kematian.

Dua puluh tiga abad kemudian, berkat penemuan mikroskop oleh Anthony
van Leuwenhoek, Louis Pasteur menemukan bahwa materi yang disebut miasma
tersebut sesungguhnya merupakan mikroba, sebuah kata Yunani yang artinya
kehidupan mikro (small living)

Penyakit timbul karena sisa dari mahluk hidup yang mati membusuk,
meninggalkan pengotoran udara dan lingkungan. Pada zaman itu orang percaya
bila seseorang menghirup miasma atau uap busuk tadi maka ia akan terjangkit
penyakit. Sebagai pencegahannya rumah-rumah dianjurkan ditutup rapat terutama
pada malam hari dan tidak banyak keluar malam karena dipercaya miasma muncul
terutama pada waktu malam. Selain itu masyarakat juga percaya bahwa miasma
dapat dihalau atau diatasi dengan jalan membakar ramuan/ kemenyan (dupa) dan
bisa juga diusir dengan bunyi-bunyian keras seperti bel gereja, bedug, petasan, dll.
Pada zamannya teori miasma lebih dipercaya dan dapat diterima daripada teori
contagion yang dicetuskan oleh Fracastoro karena uap busuk lebih bisa diamati dan
tercium baunya.

5. Teori Jasad Renik (Germ Theory)

Penemuan-penemuan di bidang mikrobiologi dan parasitologi oleh Louis


Pasteur (1822-1895), Robert Koch (1843-1910), Ilya Mechnikov (1845-1916) dan
para pengikutnya merupakan era keemasan teori kuman. Para ilmuwan tersebut
mengemukakan bahwa mikroba merupakan etiologi penyakit.

Louis Pasteur pertama kali mengamati proses fermentasi dalam pembuatan


anggur. Jika anggur terkontaminasi kuman maka jamur mestinya berperan dalam
proses fermentasi akan mati terdesak oleh kuman, akibatnya proses fermentasi

20
gagal. Proses pasteurisasi yang ia temukan adalah cara memanasi cairan anggur
sampai temperatur tertentu hingga kuman yang tidak diinginkan mati tapi cairan
anggur tidak rusak.

Temuan yang paling mengesankan adalah keberhasilannya mendeteksi virus


rabies dalam organ saraf anjing, dan kemudian berhasil membuat vaksin anti
rabies. Atas rintisan temuan-temuannya memasuki era bakteriologi tersebut, Louis
Pasteur dikenal sebagai Bapak dari Teori Kuman.

Robert Koch juga merupakan tokoh penting dalam teori kuman. Temuannya
yang paling terkenal dibidang mikrobiologi adalah Postulat Koch yang terdiri dari:

1. Kuman harus dapat ditemukan pada semua hewan yang sakit, tidak pada yang
sehat,

2. Kuman dapat diisolasi dan dibuat biakannya,

3. Kuman yang dibiakkan dapat ditularkansecara sengaja pada hewan yang sehat
dan menyebabkan penyakit yang sama

4. Kuman tersebut harus dapat diisolasi ulang dari hewan yang diinfeksi

Jasad renik (germ) dianggap sebagai penyebab tunggal penyakit yang


berkembang setelah ditemukannya mikroskop. Suatu kuman ( mikroorganisme)
ditunjuk sebagai kausa penyakit.Teori ini sejalan dengan kemajuan di bidang
teknologi kedokteran,ditemukannya mikroskop yang mampu mengidentifikasi
mikroorganisme.Kuman dianggap sebagai penyebab tunggal penyakit.Namun
selanjutnya ternyata teori ini mendapat tantangan karena sulit diterapkan pada
berbagai penyakit kronik,misalnya penyakit jantung dan kanker,yang penyebabnya
bukan kuman.

6. Teori Ekologi Lingkungan

21
Manusia berinteraksi dengan berbagai faktor penyebab dalam lingkungan
tertentu. Pada keadaan tertentu akan menimbulkan penyakit. Teori ini secara lebih
luas membahas tentang penyebab penyakit yang menghubungkan antara sumber
penyakit, penderita dan lingkungannya. Model tradisional epidemiologi atau
segitiga epidemiologi dikemukakan oleh Gordon dan La Richt (1950),
menyebutkan bahwa timbul atau tidaknya penyakit pada manusia dipengaruhi oleh
tiga faktor utama yaitu host, agent, dan environment. Gordon berpendapat bahwa:

1. Penyakit timbul karena ketidakseimbangan antara agent (penyebab) dan


manusia (host)

2. Keadaan keseimbangan bergantung pada sifat alami dan


karakteristikagent dan host (baik individu/kelompok)

3. Karakteristik agent dan host akan mengadakan interaksi, dalam interaksi


tersebut akan berhubungan langsung pada keadaan alami dari lingkungan
(lingkungan sosial, fisik, ekonomi, dan biologis).

2.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan

Keadaan suatu daerah tidak selalu sama dengan keadaan didaerah lainnya,
dan kondisi masyarakat disuatu saat berbeda dari saat lainnya. Masalah-masalah
kesehatan dan cara penanganannya senantiasa berubah dan berkembang mengikuti
perkembangan kemasyarakatan dan ilmu/teknologi.

Hendrick L.Blum mengemukakan model tentang sistem pada kesehatan


masyarakat. Menurut Hendrick.L.Blum ada 4 faktor yang berperan dalam
menentukan tingkat atau derajat kesehatan suatu masyarakat. Faktor-faktor tersebut
ialah lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan.
1. Lingkungan
Faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap derajat
kesehatan masyarakat. Yang termasuk kedalam lingkungan ini adalah :
a. Lingkungan fisik

22
Lingkungan fisik dapat berupa keadaan tanah (pegunungan, rawa, subur atau
tidak subur), keadaan air (bersih, kotor, mudah atau sulit didapat), keadaan cuaca
(seperti panas, dingin, lembab, atau kering), dan lain sebagainya.
b. Lingkungan biologis
Adanya hewan atau makhluk hidup lainnya yang berguna serta yang
merugikan manusia. Yang berguna misalnya ternak, dan yang merugikan misalnya
bakteri, virus, cacing parasit, dan lain-lain.
Adanya tumbuh-tumbuhan yang berguna bagi manusia berupa bahan pangan,
sedangkan yang merugikan dapat berbentuk jamur penyebab penyakit, dan lain-lain.
c. Lingkungan sosial budaya
Lingkungan sosial budaya dapat berupa :
1. Tingkat pendidikan
2. Adat istiadat dan kepercayaan seperti tahayul, dan pantangan-pantangan
yang tidak sesuai dengan kesehatan.
3. Adanya lembaga-lembaga masyarakat yang dapat menjadi wadah
kerjasama.
4. Upacara-upacara
5. Struktur politik kenegaraan

d. Lingkungan ekonomi
Yang termasuk dalam lingkungan ekonomi antara lain adalah :
1. Struktur ekonomi
2. Status ekonomi
2. Perilaku
Perilaku merupakan faktor kedua terbesar yang mempengaruhi tingkat
kesehatan masyarakat. Namun perilaku manusia mempunyai kontribusi yang lebih
besar, oleh karena selain mempunyai pengaruh langsung terhadap kesehatan,
berpengaruh pula secara tidak langsung melalui faktor lingkungan, sosial budaya,
dan fasilitas kesehatan. Disebabkan perilaku manusia justru lingkungan dapat
memberikan efek yang tidak baik terhadap kesehatan, dan karena perilaku manusia
pula fasilitas kesehatan tidak atau kurang dimanfaatkan oleh manusia.

23
Perilaku adalah suatu aktifitas manusia baik yang dapat diamati secara
langsung maupun tidak. Perilaku adalah hasil dari segala macam pengalaman dan
interaksi manusia dan lingkungan.
Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan sebagai suatu respon
seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek, dan respon ini terbagi 2, yaitu :
a. Respon bentuk pasif
Bentuk pasif adalah respon internal, yakni yang terjadi dalam diri manusia
dan tidak secara langsung dapat diamati oleh orang lain. Respon bentuk pasif ini
antara lain adalah berfikir, tanggapan atau sikap batin, dan pengetahuan. Misalnya
seorang ibu tahu bahwa imunisasi itu hdala bermanfaat untuk mencegah statu
penyakit tertentu, tetapi inu tersebut tidak pernah membawa anaknya ke posyandu
atau ke puskesmas untuk di imunisasi. Perilaku seperti ini masih terselubung (covert
behaviour).
b. Respon bentuk aktif
Respon bentuk aktif artinya bahwa perilaku itu dapat secara langsung dilihat
atau diamati. Misalnya si ibu yang sudah tahu manfaat dari imunisasi terhadap
kesehatan anaknya, akan membawa anaknya ke posyandu atau puskesmas untuk di
imunisasi. Perilaku ini sudah nyata (overt behaviour)

Perilaku kesehatan tidak lain merupakan suatu reaksi dari seseorang terhadap
rangsangan (stimulus) yang berhubungan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Reaksi ini dapat berbentuk pasif
dan dapat pula aktiv.

a. Perilaku terhadap sakit dan penyakit


Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan,
seperti memakan makanan yang mengandung nilai gizi, berolahraga, menimbang
anak balita setiap bulan, dan lain sebagainya. Hal ini adalah untuk meningkatkan
daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit (promotif).
Perilaku sehubungan dengan pencegahan penyakit (preventif), adalah respon
untuk melakukan pencegahan penyakit.

24
Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan yaitu tindakan yang
dilakukan seseorang untuk melakukan atau mencari pengobatan.
Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yakni
tindakan seseorang estela sembuh dari statu penyakit.

b. Perilaku sehubungan dengan sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh


jajaran pemberi pelayanan.
Perilaku ini adalah dalam bentuk respon terhadap sistem pelayanan kesehatan
baik sistem pelayanan kesehatan modern maupun tradisional.
c. Perilaku yang berhubungan dengan makanan (respon seseorang terhadap
makanan).
Perilaku ini menyangkut dengan pengetahuan, sikap, dan tindakan terhadap
makanan meliputi cara pengelolaan makanan serta zat gizi yang ada didalamnya.
d. Perilaku terhadap lingkungan, dimana lingkungan sebagai salah satu unsur
penting bagi kesehatan manusia.
Ada beberapa faktor yang berperan mengapa individu/masyarakat berperilaku
dalam hal-hal tertentu. Faktor-faktor tersebut dapat dilihat dari 2 aspek :
a. manusia sebagai individu
b. individu sebagai anggota suatu kelompok/masyarakat
Menurut Lawrence Green, kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi
oleh 2 faktor pokok yaitu faktor perilaku dan faktor-faktor diluar perilaku (non
perilaku).

Faktor perilaku ditentukan oleh 3 kelompok, yaitu :


a. faktor presdiposisi
Adalah setiap karakterisitik pasien, konsumen atau masyarakat yang
memotivasi perilaku yang berkaitan dengan kesehatan. Mencakup pengetahuan
individu, sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial dan unsur lain yang terdapat
dalam diri individu dan masyarakat.

b. faktor pendukung

25
Faktor pendukung adalah setiap karakteristik lingkungan yang memudahkan
perilaku kesehatan dan setiap leterampilan atau sumber daya yang diperlukan untuk
melaksanakan perilaku tersebut.

c. faktor pendorong
dalah setiap ganjaran yang mengikuti atau diperkirakan sebagai akibat suatu
perilaku kesehatan.

Menurut Herbert C.Kelman perubahan perilaku seseorang dapat disebabkan karena :


1. karena terpaksa
2. karena ingin meniru
3. karena menyadari manfaatnya

3. Pelayanan Kesehatan
Menurut Hendrick.L.Blum pelayanan kesehatan merupakan urutan ketiga
yang mempengaruhi derajat kesehatan. Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan
adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam
suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, kelompok, dan
ataupun masyarakat.

Yang termasuk dalam faktor pelayanan kesehatan adalah :


1. sistem pelayanan kesehatan
2. kemudahan masyarakat untuk dapat menjangkau pelayanan kesehatan
3. sesuai dengan kebutuhan pemakai jasa pelayanan
4. sesuai dengan prinsip ilmu dan teknologi kedokteran

4. Faktor Keturunan
Ilmu genetika membuktikan bahwa kondisi makhluk hidup ditentukan oleh
keadaan gen orang tuanya. Adanya kelainan atau kecacatan pada gen orang tua akan

26
mengakibatkan timbulnya kelainan/penyakit yang bersifat baewaan pada
keturunannya.
Namun menurut para ahli faktor keturunan/genetika ini pengaruhnya bagi
tingkat kesehatan masyarakat tidak terlalu besar.

2.7. Cara Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit


2.7.1. Pengertian Pencegahan

Pencegahan adalah mengambil suatu tindakan yang diambil terlebih dahulu


sebelum kejadian, dengan didasarkan pada data/keterangan yang bersumber dari
hasil analisis epidemiologi atau hasil pengamatan/penelitian epidemiologi. Konsep
pencegahan adalah suatu bentuk upaya sosial untuk promosi, melindungi, dan
mempertahankan kesehatan pada suatu populasi tertentu.

2.7.2. Tingkat Pencegahan

Salah satu kegunaan pengetahuan tentang riwayat alamiah penyakit adalah


untuk dipakai dalam merumuskan dan melakukan upaya pencegahan. Artinya,
dengan mengetahui perjalanan penyakit dari waktu ke waktu serta perubahan yang
terjadi di setiap masa/fase tersebut, dapat dipikirkan upaya-upaya pencegahan apa
yang sesuai dan dapat dilakukan sehingga penyakit itu dapat dihambat
perkembangannya sehingga tidak menjadi lebih berat, bahkan dapat disembuhkan.
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan akan sesuai dengan perkembangan
patologis penyakit itu dari waktu ke waktu, sehingga upaya pencegahan itu di bagi
atas berbagai tingkat sesuai dengan perjalanan penyakit.

Salah satu teori public health yang berkaitan dengan pencegahan timbulnya
penyakit dikenal dengan istilah 5 Level Of Prevention Against Diseases. Leavel dan
Clark dalam bukunya Preventive Medicine For The Doctor In His
Community mengemukakan adanya dua tingkatan dalam proses pencegahan
terhadap timbulnya suatu penyakit yaitu :
1. Fase sebelum sakit

27
Fase pre-pathogenesis dengan tingkat pencegahan yang disebut pencegahan
primer (primary prevention). Fase ini ditandai dengan adanya keseimbangan
antara agent (kuman penyakit/ penyebab), host (pejamu)
dan environtment (lingkungan).
2. Fase selama proses sakit
Fase pathogenesis, terbagi dalam 2 tingkatan pencegahan yang disebut
pencegahan sekunder (secondary prevention) dan pencegahan tersier (tertiary
prevention). Fase ini dimulai dari pertama kali seorang terkena sakit yang pada
akhirnya memiliki kemungkinan sembuh atau mati.

Dalam epidemiologi dikenal ada empat tingkat utama pencegahan penyakit,


yaitu :
1. Pencegahan tingkat awal (Priemodial Prevention)
2. Pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention)
3. Pencegahan tingkat kedua (Secondary Prevention)
4. Pencegahan tingkat ketiga (Tertiary Prevention)
Pencegahan tingkat awal dan pertama berhubungan dengan keadaan penyakit
yang masih dalam tahap prepatogenesis, sedangkan pencegahan tingkat kedua dan
ketiga sudah berada dalam keadaan pathogenesis atau penyakit sudah tampak.
Bentuk-bentuk upaya pencegahan yang dilakukan pada setiap tingkat itu
meliputi 5 bentuk upaya pencegahan sebagai berikut :
1. Pencegahan tingkat awal (primodial prevention)
Pemantapan status kesehatan (underlying condition)
2. Pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention)
Promosi kesehatan (health promotion)
Pencegahan khusus
3. Pencegahan tingkat kedua (Secondary Prevention)
Diagnosis awal dan pengobatan tepat (early diagnosis and prompt
treatment)
Pembatasan kecacatan (disability limitation)
4. Pencegahan tingkat ketiga (Tertiary Prevention)

28
Rehabilitasi (rehabilitation)

1. Pencegahan tingkat awal (Primordial Prevention)


Pencegahan tingkat dasar merupakan usaha mencegah terjadinya risiko atau
mempertahankan keadaan risiko rendah dalam masyarakat terhadap penyakit secara
umum.
Tujuan primordial prevention ini adalah untuk menghindari terbentuknya pola
hidup social-ekonomi dan cultural yang mendorong peningkatan risiko penyakit .
upaya ini terutama sesuai untuk ditujukan kepada masalah penyakit tidak menular
yang dewasa ini cenderung menunjukan peningkatannya.
Contohnya seperti memelihara cara makan, kebiasaan berolahraga, dan kebiasaan
lainnya dalam usaha mempertahankan tingkat risiko yang rendah terhadap berbagai
penyakit tidak menular.
2. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)
Pencegahan tingkat pertama merupakan upaya untuk mempertahankan orang
yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit.
Pencegahan tingkat pertama (primary prevention) dilakukan dengan dua cara:
1. Menjauhkan agen agar tidak dapat kontak atau memapar penjamu, dan
2. Menurunkan kepekaan penjamu.

Pencegahan tingkat pertama merupakan suatu usaha pencegahan penyakit


melalui usaha-usaha mengatasi atau mengontrol faktor-faktor risiko dengan sasaran
utamanya orang sehat melalui usaha peningkatan derajat kesehatan secara umum
(promosi kesehatan) serta usaha pencegahan khusus terhadap penyakit tertentu.
Tujuan pencegahan tingkat pertama adalah mencegah agar penyakit tidak
terjadi dengan mengendalikan agent dan faktor determinan. Pencegahan tingkat
pertama ini didasarkan pada hubungan interaksi antara pejamu (host), penyebab
(agent atau pemapar), lingkungan (environtment) dan proses kejadian penyakit.

3. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)

29
Sasaran utama pada mereka yang baru terkena penyakit atau yang terancam
akan menderita penyakit tertentu melalui diagnosis dini untuk menemukan status
patogeniknya serta pemberian pengobatan yang cepat dan tepat.
Tujuan utama pencegahan tingkat kedua ini, antara lain untuk mencegah
meluasnya penyakit menular dan untuk menghentikan proses penyakit lebih lanjut,
mencegah komplikasi hingga pembatasan cacat. Usaha pencegahan penyakit tingkat
kedua secara garis besarnya dapat dibagi dalam diagnosa dini dan pengobatan segera
(early diagnosis and promt treatment) serta pembatasan cacat.
Tujuan utama dari diagnosa dini ialah mencegah penyebaran penyakit bila
penyakit ini merupakan penyakit menular, dan tujuan utama dari pengobatan segera
adalah untuk mengobati dan menghentikan proses penyakit, menyembuhkan orang
sakit dan mencegah terjadinya komplikasi dan cacat. Cacat yang terjadi diatasi
terutama untuk mencegah penyakit menjadi berkelanjutan hingga mengakibatkan
terjadinya kecacatan yang lebih baik lagi.

4. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)


Pencegahan pada tingkat ketiga ini merupakan pencegahan dengan sasaran
utamanya adalah penderita penyakit tertentu, dalam usaha mencegah bertambah
beratnya penyakit atau mencegah terjadinya cacat serta program rehabilitasi.
Tujuan utamanya adalah mencegah proses penyakit lebih lanjut, seperti
pengobatan dan perawatan khusus penderita kencing manis, tekanan darah tinggi,
gangguan saraf dan lain-lain serta mencegah terjadinya cacat maupun kematian
karena penyebab tertentu, serta usaha rehabilitasi.

2.7.3. Penanggulangan Penyakit

Konsep strategi penanggulangan penyakit dapat dilakukan minimal melalui


tiga acara mendasar, yaitu Penanggulangan penyakit terhadap kausa primer yang
menyebabkan timbulnya sakit, terhadap proses natural history of diseases, dan

30
terhadap ragam bentuk intervensi suatu penyakit. Ketiga cara ini dijelaskan lebih
rinci sebagai berikut :

a. Penanggulangan terhadap kausa primernya :

Gambar 2.4. Penanggulangan terhadap kausa primernya

Sasaran dalam mempertahankan good health ditekankan pada pemilihan


faktor keunggulan genetic maupun mengembangkan kondisi lingkungan yang
optimal agara seseorang dapat hidup sehat. Pada konsep ini, diharapkan faktor
lingkngan adalah kualitas lingkungan yang favourable, yaitu standar yang baik untuk
kualitas udara, cuaca, iklim dan tersediannya sumber air yang mencukupi

b. Penanggulangan pada Natural History nya :

Gambar 2.5. Penanggulangan pada Natural History nya

Konsep ini menjelaskan bahwa kondisi kesehatan yang telah kita nikmati
dengan baik hendaknya dipertahankan serta diusahakan kondisinya tidak bergeser
kearah yang memicu timbulnya penyakit. Ini berarti bahwa hendaknya kita
senantiasa melakukan berbagai upaya yang bersifat promotif dan preventif
sebagaimana dipaparkan oleh teori leavel and clark dalam fase pre-patogenesis pada
pencegahan primer.

c. Penanggulangan penyakit menurut kemampuan bentuk intervensinya:

31
Gambar 2.6. Penanggulangan penyakit menurut kemampuan bentuk
intervensinya

Pada konsep ini hendaknya tetap bertumpu pada teori leavel and clark yang
terus dipertahankan pada konsep (b), yaitu agar seorang individu sudah berada
dalam kondisi prima sekalipun senantiasa melakukan kegiatan promotif maupun
preventif secara rutin. Untuk menjamin kelangsungan kondisi yang prima,
pemerintah hendaknya melakukan aktivasi pelayanan promotif dan preventif yang
berkesinambungan dan terintegrasi dalam berbagai program sesuai dengan prinsip
public Health.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

32
Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah ilmu yang mempelajari kombinasi teori dan
praktek yang bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan
meningkatkan kesehatan masyarakat
Asclepius, dokter pertama yang dapat mengobati penyakit dan melakukan
pembedahan dengan cara tertentu. Higiena, asisten/isri Asclepius, mengajarkan
pada pengikutnya melalui pendekatan Hidup seimbang, menghindari
makanan/minuman beracun, makan makan yang bergizi, cukup istirahat dan
olah raga.
Dalam perkembangan selanjutnya timbul garis pemisah antara kedua kelompok
profesi, yakni pelayanan kesehatan kuratif dan pelayanan pencegahan atau
preventif
Pendekatan kuratif pada umumnya dilakukan terhadap sasaran secara
individual, kontak terhadap sasaran (pasien) pada umumnya hanya sekali saja.
Sedangkan pendekatan preventif, sasaran atau pasien adalah masyarakat
(bukan perorangan) masalah-masalah yang ditangani pada umumnya juga
masalah-masalah yang menjadi masalah masyarakat, bukan masalah individu.
Periode-periode Perkembangan Kesehatan Masyarakat
a. Periode Sebelum Ilmu Pengetahuan
b. Periode Ilmu Pengetahuan

Perkembangan Kesehatan Masyarakat di Indonesia, Sejarah perkembangan


kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak pemerintahan Belanda abad
ke-16. Kesehatan masyarakat di Indonesia pada waktu itu dimulai dengan
adanya upaya pemberantasan cacar dan kolera
Pengertian Kesehatan Masyarakat adalah suatu bidang ilmu kesehatan yang
mempelajari tentang cara bagaimana memberdayakan masyarakat agar mereka
mampu memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan di lingkungan tempat
tinggal mereka.
Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah suatu ilmu dan seni yang bertujuan untuk :

1. Mencegah timbulnya penyakit.

2. Memperpanjang umur.

33
3. meningkatkan nilai kesehatan fisik dan mental melalui usaha usaha
kesehatan masyarakat yang terorganisasi.

Secara garis besar, upaya-upaya yang dapat dikategorikan sebagai seni atau
penerapan ilmu kesehatan masyarakat antara lain:

e. Pemberantasan penyakit, baik menular maupun tidak menular.


f. Perbaikan sanitasi lingkungan.
g. Perbaikan lingkungan pemukiman.
h. Pemberantasan vektor.
i. Pendidikan (penyuluhan) kesehatan masyarakat.
j. Pelayanan kesehatan ibu dan anak.
k. Pembinaan gizi masyarakat.
l. Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum.
m. Pengawasan obat dan minuman.
n. Pembinaan peran serta masyarakat, dan sebagainya.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan, ialah lingkungan, perilaku,
pelayanan kesehatan, dan keturunan.

Pengertian Pencegahan, Pencegahan adalah mengambil suatu tindakan yang


diambil terlebih dahulu sebelum kejadian, dengan didasarkan pada
data/keterangan yang bersumber dari hasil analisis epidemiologi atau hasil
pengamatan/penelitian epidemiologi.
Leavel dan Clark dalam bukunya Preventive Medicine For The Doctor In His
Community mengemukakan adanya dua tingkatan dalam proses pencegahan
terhadap timbulnya suatu penyakit yaitu :
1. Fase sebelum sakit
2. Fase selama proses sakit
Dalam epidemiologi dikenal ada empat tingkat utama pencegahan penyakit,
yaitu :
1. Pencegahan tingkat awal (Priemodial Prevention)
2. Pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention)
3. Pencegahan tingkat kedua (Secondary Prevention)
4. Pencegahan tingkat ketiga (Tertiary Prevention)

34
3.2. Saran

Saran yang penulis sampaikan hendaklah makalah ini dapat bermanfaat


secara teoritis dan praktis sesuai dengan tujuan makalah ini terutama bagi pembaca.

Dalam makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi penyampaian
isi, maupun penyajian makalah oleh karna itu, diharapkan kepada Penulis lain yang
ingin membahas materi yang sama, agar lebih baik dan lebih detail lagi dalam
membuat makalah ini, karena masih ada bahkan masih banyak pembahasan tentang
makalah kami ini yang belum penulis sampaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar Azrul. 2009. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Soekidjo Notoatmodjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Edisi 2. Jakarta: Rineka


Cipta

Entjang, Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: Citra Aditya Bakti

35
Lucas, Alexander S.R. 2016. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Andi

36

Anda mungkin juga menyukai