Mkalah Ikm Asli Print
Mkalah Ikm Asli Print
PENDAHULUAN
Rumah sakit sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal dan internal,
faktor eksternal diantaranya adalah stabilitas politik dan pemerintahan, stabilitas
ekonomi, budaya masyarakat pelanggan, dan lain sebagainya. Sedangkan faktor
internal diantaranya adalah tenaga, lokasi, peralatan yang tersedia, gedung, sumber
daya manusia, jenis pelayanan, dan lain sebagainya.
1
ruang yang baik berguna untuk kenyamanan kerja bagi para petugas yang bekerja di
dalamnya.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Higeia, cenderung melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit dan
meningkatkan kesehatan (promosi) sebelum terjadinya penyakit. Kedalam
kelompok ini termasuk para petugas kesehatan masyarakat lulusan-lulusan
sekolah atau institusi kesehatan masyarakat dari berbagai jenjang.
4
padahal manusia terdiri dari kesehatan bio-psikologis dan sosial, yang terlihat
antara aspek satu dengan yang lainnya.Sedangkan pendekatan preventif melihat
klien sebagai makhluk yang utuh, dengan pendekatan yang holistik. Terjadinya
penyakit tidak semata-mata karena terganggunya sistem biologi individual tetapi
dalam konteks yang luas, aspek biologis, psikologis dan sosial.
Dari kebudayaan yang paling luas yakni Babylonia, Mesir, Yunani, dan Roma
telah tercatat bahwa manusia telah melakukan usaha untuk penanggulangan
masalah-masalah kesehatan masyarakat dan penyakit. Telah ditemukan pula
bahwa pada zaman tersebut terdapat dokumen-dokumen tertulis, bahkan
peraturan-peraturan tertulis yang mengatur tentang pembuangan air limbah atau
drainase pemukiman pembangunan kota, pengaturan air minum, dan sebagainya.
5
Bangkitnya ilmu pengetahuan pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19
mempunyai dampak yang luas terhadap segala aspek kehidupan mansuia,
termasuk kesehatan. Di samping itu, pada abad ilmu pengetahuan ini juga mulai
ditemukan berbagai macam penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegah
penyakit.
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 mulai dikembangkan pendidikan
untuk tenaga kesehatan yang profesional. Pada tahun 1893 John Hopkins,
seorang pedagang wiski dari Baltimore Amerika mempelopori berdirinya
universitas, dan di dalamnya terdapat sekolah (fakultas) kedokteran. Mulai tahun
1908 sekolah kedokteran mulai menyebar ke Eropa, Canada, dan sebagainya.
Dari kurikulum sekolah-sekolah kedokteran tersebut terlihat bahwa kesehatan
masyarakat sudah diperhatikan Mulai tahun kedua para mahasiswa sudah mulai
melakukan kegiatan penerapan ilmu di masyarakat. Pengembagan kurikulum
sekolah kedokteran sudah didasarkan pada to adumsi bahwa penyakit dan
kesehatan itu merupakan basil interaksi yang dinamis antara faktor genetik,
lingkungan fisik, lingkungan sosial (termasuk kondisi kerja), kebiasaan
perorangan dan pelayanan kedokteran/kesehatan.
6
Indonesia. Sehingga berasal dari wabah kolera tersebut maka pemerintah Belanda
pada waktu itu melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat.
Pada tahun 1922 pes masuk Indonesia dan pada tahun , 1934, dan 1935
terjadi epidemi di beberapa tempat, tama di pulau Jawa. Kemudian mulai tahun
1935 dilakukan ram pemberantasan pes ini, dengan melakukan penyemtan DDT
terhadap rumah-rumah penduduk dan juga inasi massal. Tercatat sampai pada
tahun 1941, 15.000.000 Wang telah memperoleh suntikan vaksinasi. Pada tahun
1925 Kydrich seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda melakukan
pengamatan terhadap masalah tingginya angka kematian dan kesakitan di
Banyumas-Purwokerto pada waktu. Dari hasil pengamatan dan analisisnya ia
menyimpulkan bahwa penyebab tingginya angka kematian dan kesakitan itu
adalah karena jeleknya kondisi sanitasi lingkungan. Masyarakat pada waktu itu
membuang kotorannya di sembarang tempat, seperti di kebun, di kali, di selokan,
bahkan di pinggir jalan, padahal mereka mengambil air minum juga dari kali.
Selanjutnya ia berkesimpulan bahwa kondisi sanitasi lingkungan ini disebabkan
karena perilaku penduduk. Oleh sebab itu, untuk memulai upaya kesehatan
masyarakat Hydrich mengembangkan daerah percontohan dengan melakukan
'propaganda' pendidikan) penyuluhan kesehatan. Sampai sekarang usaha Hydrich
ini dianggap sebagai awal kesehatan masyarakat di Indonesia.
7
Memasuki zaman kemerdekaan, salah satu tonggak penting
perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia adalah diperkenalkannya
Konsep Bandung pada tahun 1951 oleh Dr. Y. yang Selanjutnya dikenal dengan
Patah-Leimena Konsep ini mulai diperkenalkan bahwa dalam pelayanan
kesehatan masyarakat, aspek kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan. Hal ini
berarti dalam mengembangkan sistem pelayanan kesehatan di Indonesia kedua
aspek ini tidak boleh dipisahkan, baik di rumah sakit maupun di Puskesmas.
Pada tahun 1968 dalam rapat kerja kesehatan nasional, dicetuskan bahwa
Puskesmas merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu, yang kemudian
dikembangkan oleh pemerintah (Departemen Kesehatan) menjadi Pusat
Pelayanan Kesehatan Masyakarat (Puskesmas). Puskemas disepakati sebagai
suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif
wore terpadu, menyeluruh dan mudah dijangkau, dalam wilayah kerja kecamatan
atau sebagian kecamatan di kota madya atau kabupaten. Kegiatan pokok
Puskesmas mencakup:
Pada tahun 1969, sistem Puskesmas hanya disepakati 2 yakni tipe A dan B,
di mana tipe A dikelola oleh dokter, sedangkan tipe B hanya dikelola oleh
seorang paramedis saja. Dengan adanya perkembangan tenaga medis, maka
akhirnya pada tahun 1979 tidak diadakan perbedaan Puskesmas tipe A dan tipe
B, hanya ada satu tipe Puskesmas saja, yang dikepalai oleh seorang dokter. Pada
8
tahun 1979 juga dikembangkan satu piranti manajerial guna penilaian Puskemas,
yakni stratifikasi Puskesmas sehingga dibedakan adanya:
b. Keluarga berencana.
c. Gizi.
e. Imunisasi
9
mampu memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan di lingkungan tempat
tinggal mereka. Menurut profesor Winslow dari Universitas Yale (1920).
Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang
hidup, meningkatkan kesehatan dan efisiensi melalui usaha masyarakat yang
terorganisir untuk :
10
2.3.1. Prinsip Ilmu Kesehatan Masyarakat
Agar usaha kesehatan masyarakat dapat terlaksana dengan baik maka ada
beberapa prinsip pokok yang harus terpenuhi, yaitu:
11
j. Pembinaan peran serta masyarakat, dan sebagainya.
12
c. Kemampuan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari.
13
Self care resources berarti pencakupan pengetahuan, keterampilan dan
sikap, sedangkan self care actions berarti prilaku yang sesuai dengan tujuan
diperlukan untuk memperoleh, mempertahankan dan meningkatkan fungsi
psikososial dan spiritual.
2.5.2. Konsep Dasar Terjadinya Penyakit
Suatu penyakit timbul akibat dari beroperasi nya berbagai faktor baik dari
agent, induk semang atau lingkungan. Pendapat ini tergambar didalam istilah yang
dikenal luas dewasa ini, yaitu penyebab majemuk (Multiple causation of
disease) sebagai lawan dari penyebab tunggal (Single Causation). Didalam
usaha para ahli untuk mengumpulkan pengetahuan mengenai timbulnya penyakit,
mereka telah membuat model-model timbul nya penyakit dan atas dasar model-
model tersebut dilakukanlah eksperimen terkendali untuk menguji sampai dimana
kebenaran dari model-model tersebut.
Tiga model yang dikenal dewasa ini adalah :
1. Segitiga Epidemiologi (The Epidemiologic Triangle)
2. Jaring-jaring sebab akibat ( The web of causation)
3. Roda (The wheel)
14
Gambar 2.1. Segitiga Epidemiologi
Suatu penyakit tidak tergantung pada satu sebab yang berdiri sendiri
melainkan sebagai akibat dari serangkaian proses sebab-akibat . Penyakit dapat
dicegah dengan memotong rantai pada berbagai titik.
15
Gambar 2.2. Jaring- Jaring Sebab Akibat
3. Roda (Wheel)
16
2.5.3. Teori Terjadinya Penyakit
1. Teori Contagion
Di Eropa, epidemi sampar, cacar dan demam tifus merajalela pada abad
ke-14 dan 15. Keadaan buruk yang dialami manusia pada saat itu telah mendorong
lahirnya teori bahwa kontak dengan makhluk hidup adalah penyebab penyakit
menular.
Menurut teori ini penyakit terjadi karena proses kontak atau bersinggungan
dengan sumber penyakit. Pada masa ini telah ada pemikiran konsep penularan yang
berawal dari pengamatan terhadap penyakit kusta di Mesir.Teori ini tentu
dikembangkan berdasarkan situasi penyakit pada masa itu di mana penyakit yang
melanda kebanyakan adalah penyakit menular yang terjadi karena adanya kontak
langsung. Konsep itu dirumuskan oleh Girolamo Fracastoro (1483-1553). Teorinya
menyatakan bahwa penyakit ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui zat
penular (transference) yang disebut kontagion. Fracastoro membedakan tiga jenis
kontagion, yaitu:
Pada mulanya teori kontagion ini belum dinyatakan sebagai jasad renik
atau mikroorganisme yang baru karena pada saat itu teori tersebut tidak dapat
diterima dan tidak berkembang. Tapi penemunya, Fracastoro, tetap dianggap
sebagai salah satu perintis dalam bidang epidemiologi meskipun baru beberapa
17
abad kemudian mulai terungkap bahwa teori kontagion sebagai jasad renik.
Karantina dan kegiatan-kegiatan epidemik lainnya merupakan tindakan yang
diperkenalkan pada zaman itu setelah efektivitasnya dikonfirmasikan melalui
pengalaman praktek.
Teori ini mampu menjawab masalah penyakit yang ada pada waktu itu dan
dipakai hingga tahun 1800-an. Kemudian ternyata teori ini tidak mampu menjawab
18
tantangan berbagai penyakit infeksi lainnya yang mempunyai rantai penularan yang
lebih berbelit-belit. Hipocrates (460-377 SM), yang dianggap sebagai Bapak
Kedokteran Modern, telah berhasil membebaskan hambatan-hambatan filosofis
pada zaman itu yang bersifat spekulatif dan superstitif (tahayul) dalam memahami
kejadian penyakit.
3. Teori Humoral
4. Teori Miasma
Kira-kira pada awal abad ke-18 mulai muncul konsep miasma sebagai dasar
pemikiran untuk menjelaskan timbulnya wabah penyakit. Konsep ini dikemukakan
oleh Hippocrates. Miasma atau miasmata berasal dari kata Yunani yang berarti
something dirty (sesuatu yang kotor) atau bad air (udara buruk).
Miasma dipercaya sebagai uap yang dihasilkan dari sisa-sisa makhluk hidup
yang mengalami pembusukan, barang yang membusuk atau dari buangan limbah
yang tergenang, sehingga mengotori udara, yang dipercaya berperan dalam
penyebaran penyakit. Contoh pengaruh teori miasma adalah timbulnya penyakit
malaria. Malaria berasal dari bahasa Italia mal dan aria yang artinya udara yang
busuk. Pada masa yang lalu malaria dianggap sebagai akibat sisa-sisa pembusukan
binatang dan tumbuhan yang ada di rawa-rawa. Penduduk yang bermukim di dekat
rawa sangat rentan untuk terjadinya malaria karena udara yang busuk tersebut.
Pada waktu itu dipercaya bahwa bila seseorang menghirup miasma, maka ia
akan terjangkit penyakit. Tindakan pencegahan yang banyak dilakukan adalah
menutup rumah rapat-rapat terutama di malam hari karena orang percaya udara
19
malam cenderung membawa miasma. Selain itu orang memandang kebersihan
lingkungan hidup sebagai salah satu upaya untuk terhindar dari miasma tadi.
Walaupun konsep miasma pada masa kini dianggap tidak masuk akal, namun
dasar-dasar sanitasi yang ada telah menunjukkan hasil yang cukup efektif dalam
menurunkan tingkat kematian.
Dua puluh tiga abad kemudian, berkat penemuan mikroskop oleh Anthony
van Leuwenhoek, Louis Pasteur menemukan bahwa materi yang disebut miasma
tersebut sesungguhnya merupakan mikroba, sebuah kata Yunani yang artinya
kehidupan mikro (small living)
Penyakit timbul karena sisa dari mahluk hidup yang mati membusuk,
meninggalkan pengotoran udara dan lingkungan. Pada zaman itu orang percaya
bila seseorang menghirup miasma atau uap busuk tadi maka ia akan terjangkit
penyakit. Sebagai pencegahannya rumah-rumah dianjurkan ditutup rapat terutama
pada malam hari dan tidak banyak keluar malam karena dipercaya miasma muncul
terutama pada waktu malam. Selain itu masyarakat juga percaya bahwa miasma
dapat dihalau atau diatasi dengan jalan membakar ramuan/ kemenyan (dupa) dan
bisa juga diusir dengan bunyi-bunyian keras seperti bel gereja, bedug, petasan, dll.
Pada zamannya teori miasma lebih dipercaya dan dapat diterima daripada teori
contagion yang dicetuskan oleh Fracastoro karena uap busuk lebih bisa diamati dan
tercium baunya.
20
gagal. Proses pasteurisasi yang ia temukan adalah cara memanasi cairan anggur
sampai temperatur tertentu hingga kuman yang tidak diinginkan mati tapi cairan
anggur tidak rusak.
Robert Koch juga merupakan tokoh penting dalam teori kuman. Temuannya
yang paling terkenal dibidang mikrobiologi adalah Postulat Koch yang terdiri dari:
1. Kuman harus dapat ditemukan pada semua hewan yang sakit, tidak pada yang
sehat,
3. Kuman yang dibiakkan dapat ditularkansecara sengaja pada hewan yang sehat
dan menyebabkan penyakit yang sama
4. Kuman tersebut harus dapat diisolasi ulang dari hewan yang diinfeksi
21
Manusia berinteraksi dengan berbagai faktor penyebab dalam lingkungan
tertentu. Pada keadaan tertentu akan menimbulkan penyakit. Teori ini secara lebih
luas membahas tentang penyebab penyakit yang menghubungkan antara sumber
penyakit, penderita dan lingkungannya. Model tradisional epidemiologi atau
segitiga epidemiologi dikemukakan oleh Gordon dan La Richt (1950),
menyebutkan bahwa timbul atau tidaknya penyakit pada manusia dipengaruhi oleh
tiga faktor utama yaitu host, agent, dan environment. Gordon berpendapat bahwa:
Keadaan suatu daerah tidak selalu sama dengan keadaan didaerah lainnya,
dan kondisi masyarakat disuatu saat berbeda dari saat lainnya. Masalah-masalah
kesehatan dan cara penanganannya senantiasa berubah dan berkembang mengikuti
perkembangan kemasyarakatan dan ilmu/teknologi.
22
Lingkungan fisik dapat berupa keadaan tanah (pegunungan, rawa, subur atau
tidak subur), keadaan air (bersih, kotor, mudah atau sulit didapat), keadaan cuaca
(seperti panas, dingin, lembab, atau kering), dan lain sebagainya.
b. Lingkungan biologis
Adanya hewan atau makhluk hidup lainnya yang berguna serta yang
merugikan manusia. Yang berguna misalnya ternak, dan yang merugikan misalnya
bakteri, virus, cacing parasit, dan lain-lain.
Adanya tumbuh-tumbuhan yang berguna bagi manusia berupa bahan pangan,
sedangkan yang merugikan dapat berbentuk jamur penyebab penyakit, dan lain-lain.
c. Lingkungan sosial budaya
Lingkungan sosial budaya dapat berupa :
1. Tingkat pendidikan
2. Adat istiadat dan kepercayaan seperti tahayul, dan pantangan-pantangan
yang tidak sesuai dengan kesehatan.
3. Adanya lembaga-lembaga masyarakat yang dapat menjadi wadah
kerjasama.
4. Upacara-upacara
5. Struktur politik kenegaraan
d. Lingkungan ekonomi
Yang termasuk dalam lingkungan ekonomi antara lain adalah :
1. Struktur ekonomi
2. Status ekonomi
2. Perilaku
Perilaku merupakan faktor kedua terbesar yang mempengaruhi tingkat
kesehatan masyarakat. Namun perilaku manusia mempunyai kontribusi yang lebih
besar, oleh karena selain mempunyai pengaruh langsung terhadap kesehatan,
berpengaruh pula secara tidak langsung melalui faktor lingkungan, sosial budaya,
dan fasilitas kesehatan. Disebabkan perilaku manusia justru lingkungan dapat
memberikan efek yang tidak baik terhadap kesehatan, dan karena perilaku manusia
pula fasilitas kesehatan tidak atau kurang dimanfaatkan oleh manusia.
23
Perilaku adalah suatu aktifitas manusia baik yang dapat diamati secara
langsung maupun tidak. Perilaku adalah hasil dari segala macam pengalaman dan
interaksi manusia dan lingkungan.
Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan sebagai suatu respon
seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek, dan respon ini terbagi 2, yaitu :
a. Respon bentuk pasif
Bentuk pasif adalah respon internal, yakni yang terjadi dalam diri manusia
dan tidak secara langsung dapat diamati oleh orang lain. Respon bentuk pasif ini
antara lain adalah berfikir, tanggapan atau sikap batin, dan pengetahuan. Misalnya
seorang ibu tahu bahwa imunisasi itu hdala bermanfaat untuk mencegah statu
penyakit tertentu, tetapi inu tersebut tidak pernah membawa anaknya ke posyandu
atau ke puskesmas untuk di imunisasi. Perilaku seperti ini masih terselubung (covert
behaviour).
b. Respon bentuk aktif
Respon bentuk aktif artinya bahwa perilaku itu dapat secara langsung dilihat
atau diamati. Misalnya si ibu yang sudah tahu manfaat dari imunisasi terhadap
kesehatan anaknya, akan membawa anaknya ke posyandu atau puskesmas untuk di
imunisasi. Perilaku ini sudah nyata (overt behaviour)
Perilaku kesehatan tidak lain merupakan suatu reaksi dari seseorang terhadap
rangsangan (stimulus) yang berhubungan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Reaksi ini dapat berbentuk pasif
dan dapat pula aktiv.
24
Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan yaitu tindakan yang
dilakukan seseorang untuk melakukan atau mencari pengobatan.
Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yakni
tindakan seseorang estela sembuh dari statu penyakit.
b. faktor pendukung
25
Faktor pendukung adalah setiap karakteristik lingkungan yang memudahkan
perilaku kesehatan dan setiap leterampilan atau sumber daya yang diperlukan untuk
melaksanakan perilaku tersebut.
c. faktor pendorong
dalah setiap ganjaran yang mengikuti atau diperkirakan sebagai akibat suatu
perilaku kesehatan.
3. Pelayanan Kesehatan
Menurut Hendrick.L.Blum pelayanan kesehatan merupakan urutan ketiga
yang mempengaruhi derajat kesehatan. Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan
adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam
suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, kelompok, dan
ataupun masyarakat.
4. Faktor Keturunan
Ilmu genetika membuktikan bahwa kondisi makhluk hidup ditentukan oleh
keadaan gen orang tuanya. Adanya kelainan atau kecacatan pada gen orang tua akan
26
mengakibatkan timbulnya kelainan/penyakit yang bersifat baewaan pada
keturunannya.
Namun menurut para ahli faktor keturunan/genetika ini pengaruhnya bagi
tingkat kesehatan masyarakat tidak terlalu besar.
Salah satu teori public health yang berkaitan dengan pencegahan timbulnya
penyakit dikenal dengan istilah 5 Level Of Prevention Against Diseases. Leavel dan
Clark dalam bukunya Preventive Medicine For The Doctor In His
Community mengemukakan adanya dua tingkatan dalam proses pencegahan
terhadap timbulnya suatu penyakit yaitu :
1. Fase sebelum sakit
27
Fase pre-pathogenesis dengan tingkat pencegahan yang disebut pencegahan
primer (primary prevention). Fase ini ditandai dengan adanya keseimbangan
antara agent (kuman penyakit/ penyebab), host (pejamu)
dan environtment (lingkungan).
2. Fase selama proses sakit
Fase pathogenesis, terbagi dalam 2 tingkatan pencegahan yang disebut
pencegahan sekunder (secondary prevention) dan pencegahan tersier (tertiary
prevention). Fase ini dimulai dari pertama kali seorang terkena sakit yang pada
akhirnya memiliki kemungkinan sembuh atau mati.
28
Rehabilitasi (rehabilitation)
29
Sasaran utama pada mereka yang baru terkena penyakit atau yang terancam
akan menderita penyakit tertentu melalui diagnosis dini untuk menemukan status
patogeniknya serta pemberian pengobatan yang cepat dan tepat.
Tujuan utama pencegahan tingkat kedua ini, antara lain untuk mencegah
meluasnya penyakit menular dan untuk menghentikan proses penyakit lebih lanjut,
mencegah komplikasi hingga pembatasan cacat. Usaha pencegahan penyakit tingkat
kedua secara garis besarnya dapat dibagi dalam diagnosa dini dan pengobatan segera
(early diagnosis and promt treatment) serta pembatasan cacat.
Tujuan utama dari diagnosa dini ialah mencegah penyebaran penyakit bila
penyakit ini merupakan penyakit menular, dan tujuan utama dari pengobatan segera
adalah untuk mengobati dan menghentikan proses penyakit, menyembuhkan orang
sakit dan mencegah terjadinya komplikasi dan cacat. Cacat yang terjadi diatasi
terutama untuk mencegah penyakit menjadi berkelanjutan hingga mengakibatkan
terjadinya kecacatan yang lebih baik lagi.
30
terhadap ragam bentuk intervensi suatu penyakit. Ketiga cara ini dijelaskan lebih
rinci sebagai berikut :
Konsep ini menjelaskan bahwa kondisi kesehatan yang telah kita nikmati
dengan baik hendaknya dipertahankan serta diusahakan kondisinya tidak bergeser
kearah yang memicu timbulnya penyakit. Ini berarti bahwa hendaknya kita
senantiasa melakukan berbagai upaya yang bersifat promotif dan preventif
sebagaimana dipaparkan oleh teori leavel and clark dalam fase pre-patogenesis pada
pencegahan primer.
31
Gambar 2.6. Penanggulangan penyakit menurut kemampuan bentuk
intervensinya
Pada konsep ini hendaknya tetap bertumpu pada teori leavel and clark yang
terus dipertahankan pada konsep (b), yaitu agar seorang individu sudah berada
dalam kondisi prima sekalipun senantiasa melakukan kegiatan promotif maupun
preventif secara rutin. Untuk menjamin kelangsungan kondisi yang prima,
pemerintah hendaknya melakukan aktivasi pelayanan promotif dan preventif yang
berkesinambungan dan terintegrasi dalam berbagai program sesuai dengan prinsip
public Health.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
32
Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah ilmu yang mempelajari kombinasi teori dan
praktek yang bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan
meningkatkan kesehatan masyarakat
Asclepius, dokter pertama yang dapat mengobati penyakit dan melakukan
pembedahan dengan cara tertentu. Higiena, asisten/isri Asclepius, mengajarkan
pada pengikutnya melalui pendekatan Hidup seimbang, menghindari
makanan/minuman beracun, makan makan yang bergizi, cukup istirahat dan
olah raga.
Dalam perkembangan selanjutnya timbul garis pemisah antara kedua kelompok
profesi, yakni pelayanan kesehatan kuratif dan pelayanan pencegahan atau
preventif
Pendekatan kuratif pada umumnya dilakukan terhadap sasaran secara
individual, kontak terhadap sasaran (pasien) pada umumnya hanya sekali saja.
Sedangkan pendekatan preventif, sasaran atau pasien adalah masyarakat
(bukan perorangan) masalah-masalah yang ditangani pada umumnya juga
masalah-masalah yang menjadi masalah masyarakat, bukan masalah individu.
Periode-periode Perkembangan Kesehatan Masyarakat
a. Periode Sebelum Ilmu Pengetahuan
b. Periode Ilmu Pengetahuan
2. Memperpanjang umur.
33
3. meningkatkan nilai kesehatan fisik dan mental melalui usaha usaha
kesehatan masyarakat yang terorganisasi.
Secara garis besar, upaya-upaya yang dapat dikategorikan sebagai seni atau
penerapan ilmu kesehatan masyarakat antara lain:
34
3.2. Saran
Dalam makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi penyampaian
isi, maupun penyajian makalah oleh karna itu, diharapkan kepada Penulis lain yang
ingin membahas materi yang sama, agar lebih baik dan lebih detail lagi dalam
membuat makalah ini, karena masih ada bahkan masih banyak pembahasan tentang
makalah kami ini yang belum penulis sampaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Entjang, Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: Citra Aditya Bakti
35
Lucas, Alexander S.R. 2016. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Andi
36