KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI KEPUTUSAN-KEPUTUSAN YANG MENGANDUNG
KONSEKUENSI MORAL Bab ini membahas mengenai produk pemerintah berupa kebijakan-kebijakan publik yang harus dilaksanakan sesuai dengan ukuran normatif yang didalamnya terdapat interaksi antara penguasa, penyelenggara, atau administrator negara dengan rakyat. 1. Keadilan Sosial Keadilan sosial menjadi tujuan negara yang nantinya dapat mencapai kesejahteraan rakyat. Nilai keadilan berawal dari gagasan tentang negara kesejahteraan (walfare state). Asas pokok negara kesejahteraan adalah (1) setiap warga negara memiliki hak dari lahir mengenai kesejahteraan dasar atau taraf hidup minimum; (2) negara memiliki tanggungjawab atas taraf hidup minimum setiap warga; (3) pencapaian ketersediaan lapangan kerja untuk semua warga didukung oleh kebijakan pemerintah dan menjadi tujuan sosial yang utama. Sistem negara kesejahteraan menempatkan kesejahteraan rakyat sebagai prioritas utama dan menjalankan kewajiban bagi seluruh aparat negara di setiap jenjang untuk menyelenggarakan administrasi pemerintahan yang menuju cita-cita kesejahteraan atau keadilan sosial. Sesuai prinsip keadilan distributif, keadilan sosial melakukan upaya pemerataan sumber daya di negaranya dan dapat berpihak pada kelompok atau kelas bawah dalam melakukan pemerataan sumber daya. Pengambil keputusan harus mencermati kelompok-kelompok yang berada di kelas bawah agar tidak berkaitan dengan permasalahan kemiskinan. Menurut Hardiman dan Midgey bahwa dalam mengukur kemiskinan di negara-negara berkembang dapat menggunakan tiga tolak ukur yakni pertama, konsep garis-garis kemiskinan (poverty lines) mengenai standar subsistensi diguankan sebagai patokan untuk menentukan taraf hidup masyarakat. Kedua, ukuran yang berasal dari indikator taraf hidup (indicators of level of living) yang lebih banyak menggunakan ukuran-ukuran sekunder. Ketiga, kemiskinan dinilai dari ketimpangan sosial (measures of inequality). Pengambil keputusan selaku eksekutif puncak menyadari pentingnya keadilan sosial dalam pelaksanaan hukum mengenai kebijakan-kebijakan strategi. Terdapat delapan jalur pemerataan ialah pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok, pemerayaan kesempatan memperoleh pendidikan dan layanan kesehatan, pemerataann distribusi pendapatan, pemerataan kesempatan kerja, pemerataan pembangunan, pemerataan partisipasi dalam pembangunan, pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh air, dan pemerataan kesempatan memperoleh keadilan hukum. Permasalahan yang masih muncul ialah kebijakan yang ada ditingkat menengah dijalankan tidak konsekuen. Hal ini disebabkan budaya organisasi yang masih berorientasi ke atas. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam menciptakan pemerataan pembangunan pada masyarakat khususnya masyarakat kelas bawah dengan adanya kebijakan yang sungguh-sungguh mengangkat nasib masyarakat kelas bawah dengan memperhatikan ketimpangan sosial yang terjadi antara masyarakat kelas atas dan bawah.